Mengandung konten DEWASA, jadi harap bijak dalam memilih bacaan!
Kehidupan Celine dan ayahnya menjadi sangat sulit semenjak usaha keluarga mereka bangkrut. Lalu suatu hari, sang ayah harus dirawat karena kondisi hatinya yang rusak. Di saat Celine pusing dengan banyaknya tagihan yang perlu ia bayar, Celine bertambah pusing dengan fakta bahwa ayahnya melakukan pinjaman besar yang tidak ia ketahui pada seseorang bernama, Luke. Luke sendiri tahu bahwa Celine dan ayahnya tidak mampu membayar pinjaman...
BAB 1
Penghinaan
Celine tampak frustasi ketika dirinya memeriksa semua tagihan yang datang hari ini. Semua tagihan itu harus dibayar setidaknya akhir bulan ini. Jika tidak, maka layanan listrik hingga air akan diputus. Lalu Celine mengambil ponselnya dan memeriksa rekening tabungannya sendiri. Setahun ini, Celine memang bekerja setelah mengajukan cuti kuliah. Ia berusaha untuk menghidupi dirinya sendiri serta memastikan keluarganya tidak berakhir hidup di jalanan.
“Astaga, jika seperti ini, uang tabunganku akan habis sepenuhnya untuk melunasi semua tagihan bulan ini,” ucap Celine terlihat frustasi.
Celine tampak berpikir dengan sangat keras dan mencoba untuk memeriksa jadwalnya. Ia merasa jika perlu mencari pekerjaan tambahan, mengingat ia perlu tambahan uang untuk bertahan hidup. Sesekali, Celine tidak bisa menahan diri untuk menghela napas panjang. Hal itu terjadi karena Celine merasa kehidupannya semakin berat saja.
Gadis bernama lengkah Celine Traci Homer tersebut pada dasarnya terlahir di tengah keluarga yang berada. Bahkan sejak kecil, ia tumbuh besar tanpa merasakan kesulitan ekonomi apa pun. Hidupnya nyaman dan aman hingga semuanya berubah ketika perusahaan keluarganya bangkrut. Setelah kehilangan semua hal termasuk kehilangan rumah mereka, tentu saja mereka kesulitan secara ekonomi dan berusaha untuk bangkit kembali.
Sayangnya, hingga detik ini semuanya belum membaik. Malah situasi menjadi semakin memburuk setelah ayah dan ibu Celine bercerai. Kini, Celine tinggal bersama sang ayah yang masih berusaha untuk membangun bisnisnya kembali. Sementara ibu Celine sudah menghilang, tetapi Celine mendengar kabar bahwa ibunya sudah menikah dengan pria kaya dan hidup nyaman. Semenjak perpisahan itu, ibu Celine tidak pernah menghubungi Celine atau bahkan mengunjungi Celine untuk mengetahui kondisi dirinya.
Di saat Celine masih sibuk mencari solusi atas masalahnya, tiba-tiba Celine mendengar suara dari area depan rumah. Celine bangkit dan ke luar dari kamarnya untuk melihat sang ayah yang baru saja pulang. Hanya saja, saat ini Celine melihat ayahnya tampak begitu bersemangat dengan kondisi setengah mabuk. “Ayah, kenapa Ayah minum alkohol lagi? Ayah lupa apa yang sudah dikatakan oleh dokter?” tanya Celine sembari mengikuti sang ayah yang kini melangkah menuju dapur.
Ayah Celine, Rudy Homer malah melambaikan tangannya. Tampaknya menganggap apa yang ditanyakan oleh sang putri tidaklah penting. Lalu Rudy berkata dengan bahagia, “Kini, semua penderitaan kita akan berakhir, Celine. Kita bisa hidup dengan nyaman lagi.”
Mendengar hal itu, Celine mengernyitkan keningnya. Lalu ia pun duduk di meja makan bersama sebelum bertanya, “Ayah tidak melakukan sesuatu yang akan menambah kesulitan keluarga kita, bukan?”
Rudy tampak mengernyitkan keningnya dan menatap putrinya dengan tatapan tajam. “Memangnya kapan Ayah melakukan hal yang membuat keluarga kita kesulitan?! Sejak awal, semua yang Ayah lakukan adalah untuk memastikan bahwa keluarga kita bisa kembali hidup dengan nyaman! Berhenti berbicara seolah-olah Ayah yang membuat hidup keluarga kita menjadi sulit, dan berhenti bicara seperti ibumu! Itu benar-benar memuakkan,” ucap Rudy membuat Celine menahan diri untuk menghela napas.
Celine pun memilih untuk melupakan hal tersebut dan memilih untuk berkata, “Hari ini surat peringatan terkait tunggakan kita berdatangan, Ayah. Gajiku sebelumnya sudah kugunakan untuk membayar tagihan bank. Jika harus membayar tagihan lainnya, aku harus menghabiskan semua uang tabunganku. Itu adalah uang darurat yang harus digunakan untuk kebutuhan mendesak kita.”
Rudy bangkit dari duduknya. Lalu dirinya berkata, “Tenang saja, Ayah akan melunasi semuanya. Bahkan kita akan meninggalkan rumah terkutuk ini dan hidup nyaman di rumah tiga lantai yang mewah. Kehidupan kita akan kembali seperti sebelumnya. Bahkan ibumu akan memohon untuk kembali diterima dalam keluarga kita.”
Pria itu tampak melangkah dengan sempoyongan sembari masuk ke dalam kamarnya. Sementara Celine yang melihat hal tersebut pun entah mengapa merasa begitu gelisah. Ia seakan-akan bisa merasakan firasat buruk terkait kejadian yang akan terjadi ke depannya. Celine pun bergumam, “Semoga apa yang kucemaskan ini tidak menjadi kenyataan.”
***
“Sampai jumpa besok,” ucap Celine yang baru saja selesai bekerja di salah satu tempat kerjanya. Lalu kini tengah berniat untuk pergi ke tempat kerjanya yang lain.
Waktunya untuk beristirahat hanyalah sepanjang dirinya menuju ke tempat kerjanya yang lain. Celine sendiri tidak sadar sejak kapan dirinya hidup dengan sesibuk ini. Gadis itu duduk di halte menunggu bus selanjutnya sembari mengisi perut dengan sepotong roti yang sebelumnya ia beli. Saat itulah dirinya melihat banyak anak muda seumurannya yang terlihat tertawa bersama dan tampaknya akan bermain bersama.
Rasanya sudah sangat lama Celine tidak merasakan momen bahagia dan bebas seperti itu. Selama setahun ini, Celine terus dipaksa untuk bekerja dengan keras dan berusaha untuk bertahan hidup. “Hah, masa mudaku menguap begitu saja dengan cara yang menyedihkan,” gumam Celine tampak begitu menyedihkan.
Di saat bus yang akan ia tumpangi hampir berhenti di depannya, Celine menerima telepon dari nomor asing. Celine mengangkatnya dan bertanya, “Halo?”
“Benar ini dengan wali Tuan Homer?” tanya suara di ujung sambungan telepon.
Celine yang mendengarnya pun menjawab iya, dan suara di ujung sambungan telepon segera menjelaskan situasi yang telah terjadi. Penjelasan itu membuat Celine merasa begitu cemas dan panik. Seketika Celine pun segera menghentikan taksi kosong yang kebetulan lewat. Setelah duduk di kursi penumpang, Celine berkata, “Tolong pergi ke rumah sakit.”
Beberapa saat kemudian, Celine sudah tiba di rumah sakit di mana sang ayah dirawat. Sebelumnya ia mendapatkan telepon dari rumah sakit yang menghubuungi dirinya karena ternyata Rudy jatuh tidak sadarkan diri dan kini tengah diperiksa secara intensif. Untungnya begitu sampai, pemeriksaan sang ayah sudah selesai dan Celine segera mendapatkan penjelasan dari sang dokter yang menangani ayahnya.
“Untuk sekarang pasien sudah melewati masa kritisnya, tetapi kita tidak bisa terlalu merasa lega. Mengingat kondisinya saat ini sungguh mengkahatirkan. Kondisi hatinya benar-benar buruk. Kita memang harus melakukan pemeriksaan dengan lebih lanjut. Namun, melihat kondisi organ hatinya saat ini, saya rasa kita harus memikirkan kemungkinan terkait transplantasi hati,” ucap sang dokter membuat Celine hampir kehilangan pijakan kakinya.
Setelah itu, Celine pun mau idak mau duduk dengan pikiran kacau di kursi tunggu yang memang berada di lorong rumah sakit. Ia harus menata hati dan pikirannya terlebih dahulu sebelum melihat ayah yang saat ini memang sudah dipindahkan ke ruang rawat. Pikiran Celine saat ini benar-benar kacau, hal itu terjadi karena masalah baru yang masuk ke dalam list masalah yang memenuhi hidupnya.
“Apa yang harus kulakukan sekarang?” tanya Celine pada dirinya sendiri.
“Apa benar Tuan Homer dirawat di sini?”
Celine mendongak dan melihat dua orang pria yang kini berada tepat di depan pintu ruang rawat sang ayah. Seorang pria berkacamata bertanya padanya, sementara pria lain yang menampilkan raut serius yang agak menyeramkan, tengah menatap pintu kamar. Celine pun menatap pria berkacamata itu dan mengangguk. “Benar, kalian siapa ya? Ada perlu apa menemui ayah saya?” tanya Celine.
Lalu pria menyeramkan yang sebelumnya tidak melihat Celine sedikit pun, tiba-tiba menoleh dan melihat Celine dengan tajam. Entah mengapa, Celine malah dibuat menahan napasnya saat itu juga ketika mendapatkan tatapan tajam tersebut. Pria itu tampak tengah mengamati Celine dari ujung kepala hingga ujung kaki. Jelas itu membuat Celine gugup setengah mati. Rasanya Celine belum pernah bertemu dengan seseorang yang bisa membuat dirinya merasa segugup ini sebelumnya.
Lalu pikiran Celine hancur berantakan ketika pria itu tiba-tiba berkata, “Rupamu terlalu cantik untuk menjadi putri dari pria tua itu. Aku rasa, kau mewarisi penampilan ibumu.”
Disaat pria menyeramkan itu masuk ke dalam ruang rawat, maka pria berkacamata itu tampak berusaha menjelaskan dan meminta maaf pada Celine atas perkataan pria sebelumnya. Namun, Celine yang agak kesal bertanya, “Bukankah aku bisa melaporkan perkataan barusan sebagai penghinaan dan sikap tidak menyenangkan? Bukankah pria tadi kaya? Sepertinya aku bisa mendapatkan banyak uang sebagai uang damai, kan?”
_____***_____
BAB 2
Siapa?Aku?
Celine tampak kebingungan saat dirinya memasuki ruang rawat baru sang ayah. Gadis manis itu tampak membawa sekantung buah yang memang ia beli saat di perjalanan pulang dari kerjanya. Celine tentu saja tidak bisa absen kerja, malah dirinya terbilang harus bekerja lebih keras. Mengingat dirinya membutuhkan banyak uang untuk pengobatan sang ayah dan membayar tunggakan yang belum lunas.
Hanya saja, kini Celine terkejut karena mendengar kabar dari perawat bahwa ruang rawat sang ayah dipindahkan menuju ruangan VIP. Celine mendekat pada sang ayah yang memang sudah sadarkan diri. Rudy tampak bertanya, “Kau membawa apa?”
Celine meletakkan kantung buah di atas meja sebelum duduk di kursi yang berada di dekat ranjang. Ia memicingkan matanya dan bertanya, “Sebenarnya apa yang terjadi, Ayah? Kenapa Ayah dipindahkan ke ruangan ini? Terlebih siapa yang sudah membayar semua tagihan rumah sakit?”
Rudy tampak berdeham sebelum menjawab, “Kau tidak perlu tau. Intinya saat ini kita tidak perlu mencemaskan biaya rumah sakit dan tagihan yang lainnya.”
Namun, Celine tentunya tidak bisa merasa begitu saja tenang. Ia malah merasa gelisah karena tidak mengetahui secara jelas bagaimana ayahnya menyelesaikan semua masalah itu. Celine yang pada dasarnya cerdas pun bertanya, “Tunggu, apa ini ada hubungannya dengan dua pria yang menemui ayah tempo hari?”
Celine merujuk pada dua pria yang sempat menyinggunya tempo hari. Tidak ada pembicaraan lainnya antara Celine dengan keduanya. Mengingat saat keduanya berkunjung, Celine diminta untuk menunggu di luar. Karena itulah ia tidak mengetahui apa yang mereka bicarakan. Setelah itu keduanya pergi begitu saja dan tidak pernah terlihat kembali. Namun, situasi saat ini sangatlah aneh hingga membuat Celine merasa sangat janggal.
Rudy sendiri tampak gugup dibuatnya. Namun, ia segera berkata, “Jangan berpikiran macam-macam. Seperti yang sudah Ayah katakan sebelumnya, kehidupan kita tidak akan lagi menyedihkan. Kita akan kembali hidup seperti sedia kala.”
Tentu saja apa yang dikatakan oleh Rudy sama sekali tidak bisa membuat dirinya merasa tenang. Ia merasa begitu gelisah karena situasi yang terasa tidak begitu jelas baginya. Terlebih ketika tiba-tiba dokter datang dan menjelaskan terkait kondisi Rudy. “Setelah melakukan pemeriksaan yang menyeluruh dan teliti, saat ini kondisi hati Tuan Rudy benar-benar buruk. Bisa terbilang kini fungsi hatinya sudah sangat menurun, dan menjadi keajaiban baginya untuk beraktivitas dengan leluasa selama ini.”
“Apa itu artinya, ayah saya harus segera menerima donor hati?” tanya Celine terlihat sangat gelisah. Tentunya itu karena dirinya sudah mencari berbagai informasi terkait operasi transplantasi organ. Ia tahu sebesar apa risiko operasi tersebut, terlebih bagi seseorang seusia ayahnya. Lalu masalah lainnya adalah masalah biaya yang jelas tidaklah kecil. Bahkan gaji setahun Celine tidak mungkin cukup untuk membayar biayanya.
Dokter mengangguk. “Dengan berat hati, itu adalah satu-satunya solusi atas kondisi Tuan Homer saat ini.”
Celine hampir menghela napas panjang ketika mendengar perkataan sang dokter. Namun, sepertinya Rudy sama sekali tidak cemas. Ia dengan ringan berkata, “Aku mengerti. Kalau begitu, tolong bantu aku untuk masuk ke dalam daftar penerima organ. Jika pun dioperasi dalam waktu dekat, itu tidak akan menjadi masalah. Aku sudah siap secara mental dan dana.”
Mendengar hal itu, Celine menatap sang ayah dengan penuh tanda tanya. Setelah dokter menjelaskan lebih lanjut terkait prosedur transplantasi organ dan menjelaskan bagaimana mengurus administrasinya, sang dokter pun undur diri. Sementara Celine sendiri segera menginrogasi sang ayah. “Jangan alihkan pembicaraan atau menyembunyikan apa pun dariku, Ayah. Sekarang katakan dengan jelas, dari mana Ayah mendapatkan semua uang itu? Katakan, siapa orangnya?” tanya Celine.
***
Hari ini, Rudy sudah diperbolehkan pulang. Ia hanya perlu melakukan rawat jalan sembari menunggu waktu di mana dirinya mendapatkan donor nantinya. Celine memang tidak bisa menjadi pendonor karena beberapa syarat yang tidak terpenuhi. Memaksa mereka harus menunggu keajaiban agar pendonor muncul untuk Rudy. Saat ini, Rudy harus bergantung pada obat sekaligus memastikan dirinya menjaga gaya hidupnya agar kondisi hatinya tidak memburuk.
“Sekarang Ayah tidak boleh berpikir untuk menyentuh alkohol sedikit pun,” ucap Celine saat merapikan obat yang harus dikonsumsi secara berkala oleh Rudy ke depannya.
Rudy tidak menjawab dan tampak tengah sibuk memeriksa beberapa kertas di atas mejanya. Celine menghela napas, lalu beranjak menuju kamarnya sendiri. Ia juga merasa sangat lelah dan ingin beristirahat. Sebelum itu, Celine memilih untuk segera membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum benar-benar beristirahat nantinya. Celine menghabiskan cukup banyak waktu di dalam kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.
Celine tidak hanya mandi biasa, tetapi keramas dan sedikit melakukan perawat pada kulitnya yang memang agak kasar. Mengingat beberapa hari ke belakang, Celine memang sibuk bekerja dan mengurus sang ayah di rumah sakit. Ia tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri. Karena itulah, sebelum benar-benar beristirahat, Celine harus memastikan bahwa hasratnya untuk membersihkan diri terpenuhi.
“Ini baru terasa memuaskan,” gumam Celine ketika membasuh seluruh tubuhnya.
Rasa segar terasa di sekujur tubuhnya yang sudah terbasuh air hangat. Saking senangnya, Celine bahkan bersenandung pelan. Ia mengambil handuk dan melilitkannya pada rambutnya. Sebelum mengambil handuk yang lebih besar untuk menyeka tubuh polosnya yang harum samar-samar, sebelum melilitkannya pada tubuhnya. Barulah setelah itu Celine ke luar dari kamarnya sembari terus melanjutkan senandung yang terdengar begitu riang.
Sayangnya, begitu dirinya tiba di kamarnya, ia terkejut bukan main saat dirinya melihat sosok yang tidak pernah ia duga bisa berada di dalam kamarnya. “Astaga! Kenapa kau bisa berada di dalam kamarku! Kau, kau, mau merampok rumahku?” tanya Celine dengan ekspresi horror yang menghiasi wajahnya.
Sosok yang diteriaki sebagai perampok oleh Celine sendiri adalah pria menyeramkan yang pernah mengunjungi ayahnya di rumah sakit tempo hari. Pria itu tampak begitu santai. Duduk di tepi ranjang berukuran kecil milik Celine, bahkan menyilangkan kakinya dengan arogan. Seolah-olah itu adalah ranjang dan kamarnya sendiri. Pria itu tampak mengangkat salah satu alisnya dan berkata, “Kau terlalu banyak melontarkan pertanyaan padaku. Bahkan kau melakukannya dalam keadaan hampir telanjang.”
Wajah Celine tentu saja memerah dan merasa begitu panik. Ia pun segera berteriak, “Ayah! Ayah! Tolong aku! Usir pria aneh ini dari kamarku!”
Celine tidak bisa lari ke luar kamar karena posisi pintu yang membuat dirinya harus melewati pria asing ini. Jelas itu terasa berbahaya bagi Celine. Jadi, ia tengah mengambil ancang-ancang untuk kembali masuk ke dalam kamar mandi sembari menunggu bantuan dari sang ayah. Pikirannya sendiri tidak terasa jernih sekarang, hingga ia tidak bisa menyadari hal yang aneh terkait kehadiran pria asing tersebut di dalam kamarnya.
Sikap Celine yang terlihat selayaknya tikus kecil yang terpojok, terlihat sangat menggemaskan di mata pria yang masih tidak menunjukkan ekspresinya itu. Sang pria berkata, “Namaku, Luke.”
“Aku tidak peduli dengan itu. Yang kumau adalah, segera angkat kaki dari kamarku! Ayah, apa kau tidak mendengarku!” seru Celine frustasi dan tampak terus mundur. Ia hampir mencapai pintu kamar mandi.
Namun, langkah Celine terhenti ketika pria bernama Luke itu berkata, “Tentu saja kau harus tau namaku, karena itu penting bagi kita. Selain itu, kau tidak perlu susah payah meminta bantuan dari ayahmu. Karena ayahmu yang mengizinkanmu masuk ke dalam ruangan ini.”
Celine melotot tidak percaya. Bahkan sebelum Celine melontarkan isi kepalanya, Luke tampak sudah bisa membaca isi pikirannya. Lalu tanpa basa basi ia berkata, “Tidak perlu merasa aneh. Sebab wajar saja bagiku untuk berkunjung ke dalam kamar calon istriku.”
Butuh waktu sepersekian detik bagi Celine untuk mencerna perkataan Luke sebelum dirinya berseru, “Calon istri? Siapa? Aku?! Kau gila?!”
_____***_____
BAB 3
Bukan Janji Kosong
Celine menatap ayahnya dengan tajam, dan sepenuhnya berusaha mengabaikan kehadiran Luke dan sekretarisnya yang bernama Sean di dalam ruang tamu yang sama dengannya. Lalu Celine menyipitkan matanya dan berkata, “Jangan menghindar lagi, dan jelaskan apa yang tengah terjadi sekarang, Ayah.”
Luke yang mendengar itu hanya duduk diam dengan gesture arogan dan mendominasi di dalam ruangan yang tidak seberapa luas tersebut. Sosoknya dan Sean tampak tidak cocok dengan rumah sederhana tersebut. Luke sendiri tampak tidak terlalu nyaman dengan situasi tersebut. Sementara Sean terlihat tetap tenang. Ia berdiri di belakang kursi yang diduduki oleh Luke.
Sementara Celine masih menatap Rudy yang tampaknya tidak memiliki pilihan lain selain menjelaskan situasi yang tengah terjadi. “Ayah sudah membuat kesepakatan dengan Tuan Luke. Dalam kesepakatan itu, kau harus menikah dengan Tuan Luke dalam waktu dekat ini,” ucap Rudy membuat Celine hampir kehilangan akal dibuatnya.
“Apa? Aku harus menikah? Kenapa Ayah memutuskan hal itu secara sepihak? Ayah, pernikahan adalah hal yang penting bagiku. Aku sama sekali tidak mau menikah dengan cara seperti ini,” tolak Celine dengan tegas saat itu juga.
“Kalau begitu, kau harus membayar semua hutang ayahmu padaku,” ucap Luke pada akhirnya turut campur dalam pembicaraan tersebut.
Celine menatap Luke dengan tatapan jengkelnya. Sementara Luke tersenyum tipis ketika melihat Celine yang kini sudah berpakaian lengkap, tampak menunjukkan rasa tidak sukanya secara terang-terangan di hadapannya. Semakin dilihat, Celine semakin menarik di mata Luke. Hal itu memancing jiwa kelelakian Luke untuk bangkit dan rasa ingin memiliki yang ia rasakan semakin menjadi saja.
“Hutang? Apa maksudmu adalah biaya rumah sakit? Kau yang membayar semuanya berikut semua tunggakan, bukan? Jika iya, maka aku akan segera melunasinya. Setidaknya bulan depan, aku akan melunasinya. Bulan ini aku akan membayar setengah dari total hutang ayahku,” ucap Celine malah mengundang tawa Luke.
Tentu saja tawa tersebut membuat Celine semakin menatap kesal pada Luke. Tak berapa lama, Luke pun menghentikan tawanya lalu berkata, “Rupanya ada banyak hal yang disembunyikan oleh ayahmu, Celine.”
Mendengar hal itu, Celine pun menyimpulkan bahwa sang ayah ternyata memiliki hutang yang lebih besar dari perkiraannya. Ia pun menatap sang ayah dan bertanya, “Ayah, sebenarnya apa yang sudah kau lakukan? Berapa banyak hutang yang kau miliki?”
Rudy tampak mengalihkan pandangan dari sang putri. Sementara Luke memberikan isyarat pada Sean yang saat ini segera meletakkan beberapa berkas yang memang sudah ia persiapkan di atas meja. Lalu Luke berkata, “Itu adalah berkas terkait semua hutang ayahmu. Tidak hanya biaya rumah sakit dan tunggakan, ayahmu sudah meminjam uang padaku sebelum semua itu. Ia meminjam uang dalam nominal yang cukup besar untuk memulai sebuah bisnis.”
Tentu saja Celine tidak bisa percaya begitu saja pada Luke. Karena itulah dirinya bergegas untuk memeriksa semua berkas itu serta keasliannya. Celine lemas bukan main ketika dirinya memeriksa dan menemukan semua perkataan Luke memang benar adanya. Hampir menangis, Celine kembali menatap ayahnya dan bertanya, “Ayah, kenapa Ayah melakukan semua ini?!”
“Seperti yang sudah Ayah katakan, Ayah berusaha untuk memperbaiki kehidupan kita. Ayah harus membuat kehidupan kita kembali seperti semula. Kita tidak bisa hidup dalam penderitaan kemiskinan berkepanjangan. Ayah harus memulai bisnis baru demi kehidupan kita,” ucap Rudy benar-benar hampir membuat Celine kehabisan kata-kata.
Lalu Celine pun bertanya kembali, “Lalu di mana semua uang itu? Mana bisnis yang Ayah bicarakan? Apakah kehidupan kita benar-benar bisa kembali seperti semula? Lalu kenapa aku harus menikah dengan pria itu sebagai ganti melunasi semua hutang Ayah?”
Rudy pun tidak bisa menjawab semua pertanyaan itu. Alih-alih Rudy, malah Luke yang memberikan jawabannya, “Bisnis ayahmu kembali gagal. Bahkan kegagalan bisnis itu membuat ayahmu merugia dua hingga tiga kali lipat.”
Celine kehilangan kata-kata. Lalu Luke yang melihat Celine tampak begitu kacau pun segera berkata, “Solusi atas masalah ini hanya satu. Menikahlah denganku. Tepatnya, mari menikah dengan menyepakati berbagai syarat yang akan kita diskusikan bersama. Singkatnya mari menikah kontrak.”
***
Celine tampak duduk di meja belajarnya dengan pikiran kacau balau. Tepatnya ia menatap surat kesepakatan yang sudah dibuat oleh Sean dengan mencantumkan berbagai poin dan syarat dari dirinya maupun dari Luke. Dalam kesepakatan tersebut, Celine tentu saja terlibat dengan syarat bahwa semua hutang sang ayah dianggap lunas. Selain itu, Celine akan mendapatkan uang setiap minggunya setelah dirinya menandatangani kesepakatan tersebut. Bahkan Luke akan membantu Rudy untuk mendapatkan donor. Itu semua adalah keuntungan baginya.
Sementara syarat Luke adalah, ia ingin seorang istri. Celine harus selalu sedia untuk Luke, ia harus melakukan semua peran istri secara penuh. Celine juga harus mengambil sikap yang tepat ketika menghadiri acara pertemuan keluarga. Lebih baik, jika Celine memang benar-benar menjadi istrinya yang patuh dan bahkan melahirkan anak untuknya. Celine harus menjadi pendukung yang membuat kedudukan Luke semakin kuat di tengah keluarganya.
“Celine, buka pintunya. Kita bicara secara langsung,” ucap Rudy dari balik pintu kamar Celine yang memang terkunci rapat.
Celine yang mendengarnya pun segera berseru, “Tidak mau. Jangan menggangguku, Ayah! Aku tidak mau Ayah membuat kekacauan yang membuatku mengambil keputusan yang tidak seharusnya!”
“Memangnya keputusan seperti apa lagi yang bisa kau ambil selain menyetujui kesepakatan itu?” tanya Rudy terdengar begitu menyebalkan di telinga Celine.
Celine menipiskan bibirnya. Jujur saja, saat ini Celine merasa menyesal karena memutuskan untuk hidup bersama dengan sang ayah, alih-alih mengikuti sang ibu. Namun, Celine segera menggeleng demi mengenyahkan pikiran tersebut. Mau bagaimana pun, saat ini yang ayahnya miliki hanya dirinya. Jika sampai Celine juga memilih untuk meninggalkannya, maka ayahnya akan merasa kesepian.
“Sudahlah. Lebih baik Ayah kembali ke kamar Ayah saja. Istirahatlah, aku akan mengurus masalah ini sendiri,” ucap Celine membuat Rudy mengambil langkah untuk kembali ke kamarnya.
Sementara Celine terus berada di posisinya dalam waktu yang lama. Ia mempertimbangkan semuanya dengan begitu mendalam. Tidak ingin sampai dirinya melakukan kesalahan yang pada akhirnya akan ia sesali nantinya. Celine benar-benar memikirkannya dalam waktu yang lama. Bahkan hingga dini hari menjelang, ia tetap berada di posisinya dan memikirkan semua itu dengan tenang.
Hingga pada akhirnya Celine pun dikagetkan dengan ponselnya yang bergetar tanda bahwa ada telepon yang masuk. Itu nomor asing, jadi Celine terus mengabaikan telepon tersebut. Namun, telepon it uterus masuk dan membuat Celine yang merasa kesal pada akhirnya menerima telepon tersebut dan segera mengomel, “Siapa pun kau, apa kau kehilangan akal? Kenapa kau menghubungiku berulang kali di waktu seperti ini?”
Lalu suara yang terdengar di ujung sambungan telepon seketika membuat Celine kaku. Sebab suara itu berkata, “Ternyata kau terjaga hingga dini hari demi memikirkan kesepakatan kita. Sebaiknya kau beristirahat dengan benar. Aku tidak ingin istriku memiliki kulit yang kusam karena kurang tidur. Segera tandatangani surat kontrak itu, Celine. Sebab kau akan mendapatkan keuntungan yang besar hanya dengan berperan sebagai istriku. Aku tidak mengatakan janji kosong.”
_____***_____
BAB 4
Alasan
“Jadi, poin apa yang ingin kau tambahkan dalam kesepakatan kita?” tanya Luke pada Celine yang kini duduk di hadapannya.
Mereka memang bertemu di sebuah kafe yang berada di kawasan elit. Situasinya tenang dan terkendali, jadi mereka bisa membicarakan hal yang penting seperti ini dengan leluasa. Tentu saja tidak hanya mereka berdua saja yang datang, Sean juga datang untuk memastikan perubahan dalam kesepakatan keduanya bisa segera diproses. Mengingat apa pun yang diminta oleh Celine, sepertinya memang akan disetujui oleh Luke mengingat situasi yang tengah terjadi saat ini.
“Aku ingin ada poin yang mengizinkanku untuk menolak permintaanmu jika situasinya tidak nyaman atau permintaanmu terlalu berlebihan,” ucap Celine membuat Luke menerliti isi kontrak.
“Hm, kurasa itu akan sulit. Aku memang bersedia menambahkan syarat atau poin yang kau inginkan ke dalam kontrak ini. Hanya saja, aku sama sekali tidak ingin mengubah isi kesepakatan ini. Dengan kata lain, apa pu yang akan ditambahkan tidaklah boleh berlawanan dengan poin yang sudah ada sebelumnya,” ucap Luke.
“Kau tidak mengatakan itu sebelumnya. Jika seperti ini, bukankah aku bisa menyebutmu telah membohongiku?” tanya Celine tampak kesal.
Luke mengangkat bahunya. Tampak tidak merasa bersalah sedikit pun. Lalu pria menawan yang masih memiliki kesan misterius itu pun menjawab, “Kurasa menyebutku sebagai pembohong sangatlah tidak tepat. Mengingat sejak awal, aku mengatakan bahwa aku memang setuju untuk menambahkan syarat darimu, tetapi tidak dengan mengubah apa pun.”
Perkataan Luke tersebut membuat Celine mencibirnya. Namun, Celine juga sudah menyiapkan rencana lain jika memang menghadapi hal yang tidak terduga seperti ini. Lalu Celine pun berkata, “Kalau begitu tentukan kapan waktunya kita akan bercerai. Kurasa aku bisa meminta untu bercerai ketika tugas yang kujalani sudah cukup untuk menebus hutangku.”
“Itu juga tidak bisa kutambahkan. Ingat poin di mana aku sepenuhnya memegang kendali dalam pernikahan ini. Dengan kata lain, aku sendiri yang akan memutuskan kapan kita akan mengakhiri kesepakatan ini dan berpisah. Aku tidak bisa menentukannya sekarang juga, karena harus melihat progresnya,” jawab Luke membuat Celine merasa jika pertemuan ini benar-benar sia-sia. Celine merasa dikalahkan setelah dirinya berusaha untuk berpikir dengan keras.
Celine sadar bahwa dirinya memanglah tengah dalam kondisi yang sulit. Ia membutuhkan uang untuk bertahan hidup dan biaya rumah sakit sang ayah. Namun, di sisi lain Celine tidak bisa begitu saja tawaran Luke. Setidaknya Celine harus memastikan atau meminimalisir kerugian dirinya di masa depan karena terikat dengan Luke. Tepatnya, ia harus memastikan bahwa mentalnya tidaklah terlalu tertekan dengan pernikahannya dengan pria yang belum terlalu ia kenal ini.
Luke melihat keputusasaan pada wajah Celine dan pada akhirnya memilih untuk bertanya, “Sesungguhnya apa yang kau inginkan? Katakanlah, biar aku pertimbangkan.”
Celine pun menatap Luke untuk beberapa saat sebelum berkata, “Aku sama sekali tidak keberatan jika harus menjadi istrimu sesuai dengan kesepakatan. Mengingat aku memang memerlukan uang dan harus melunasi hutang ayahku. Aku sadar mengambil peran sebagai seorang istri adalah harga untuk semua itu. Hanya saja, aku mencemaskan fakta bahwa aku tidak bisa menahan rasa tidak adil dan rasa tidak nyaman ketika melihat suamiku bermain atau bersama dengan wanita lain setelah menikah denganku.”
Luke yang menyadari kecemasan Celine pun tersenyum tipis. Merasa jika sikap dan cara berpikir Celine begitu menggemaskan sekaligus menarik. Tepatnya, sejak awal pertemuan mereka, Celine sangatlah menarik. Hal itulah yang membuat dirinya menjatuhkan pilihan pada Celine untuk membantunya dalam situasi yang menyebalkan ini. Tepatnya, ia merasa jika membuat Celine berada di sisinya, akan membuat dirinya terhindar dari rasa bosan.
“Ah, ternyata itu yang kau cemaskan. Tenang saja, sebagai ganti dari dirimu yang berperan sebagai istri yang manis, maka aku berperan sebagai seorang suami yang setia. Selain itu, biar kujelaskan, bahwa aku memilih dirimu untuk menghindari kontak dengan para wanita yang dipilihkan oleh keluargaku. Asal kau tau, kau adalah wanita pertama yang membuatku tertarik,” ucap Luke terasa menggetarkan hatinya.
***
“Kau sudah menandatanganinya?” tanya Rudy pada putrinya yang baru saja tiba di rumah sekitar jam delapan malam.
Celine yang mendengar hal itu pun mengernyitkan keningnya. Ia melihat sang ayah yang terlihat sudah mulai menguning. Tampaknya, kondisi organ hati Rudy semakin memburuk. Tentu saja itu membuat Celine merasa cemas dan berkata, “Berkemaslah, kita harus pergi ke rumah sakit. Ayah perlu dirawat karena sepertinya kondisimu semakin memburuk.”
Namun, tangan Celine ditahan oleh sang ayah yang kembali bertanya, “Apa kau sudah menandatangi kesepakatan itu? Jika iya, berapa uang yang akan kau terima setiap minggunya? Apa Ayah bisa meminjamnya untuk memulai bisnis baru?”
Tentunya pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan oleh sang ayah itu membuat Celine merasa jengkel. Setidaknya Celine berharap sang ayah meminta maaf atau menanyakan perasaannya atas situasi ini. Namun, Celine bahkan tidak mendengar satu pun kata penyesalan dari sang ayah. Rudy, ayahnya itu benar-benar tergila-gila dengan upayanya untuk membangun kembali bisnisnya yang sudah hancur.
“Ayah, meskipun tidak merasa menyesal dan tidak mau meminta maaf padaku yang sudah Ayah seret pada situasi yang sulit seperti ini, setidaknya pikirkan kondisi Ayah sendiri. Dalam kondisi seperti ini, bagaimana bisa Ayah masih memikirkan masalah bisnis Ayah yang sudah hancur?” tanya Celine pada akhirnya marah pada sang ayah.
Rudy pun berkata, “Kau sendiri tau, seberapa pentingnya bisnis bagi Ayah. Rasanya Ayah harus mendapatkan hal itu kembali agar keluarga kita bisa hidup dengan nyaman kembali sebagai keluarga bahagia.”
Celine hampir menangis mendengar apa yang dikatakan oleh Rudy. Rasanya ia terluka karena sang ayah yang ia anggap sangat penting bagi hidupnya ini, ternyata tidak pernah menatap dan memperlakukannya dengan cara yang sama. Namun, Celine berusaha untuk mengabaikan pikirannya yang terasa sangat kacau tersebut. Lalu dirinya berkata, “Mari hentikan pembicaraan ini dan bergegas untuk pergi ke rumah sakit.”
“Tunggu dulu—”
Celine yang tidak tahan lagi pun berteriak, “Ayolah, Ayah! Setidaknya sekarang fokus dulu dengan kesehatanmu! Aku melakukan semua ini tidak hanya untuk mendapatkan uang, tetapi aku berusaha untuk membuat Ayah berumur panjang. Jangan membuat usahaku selama ini menjadi sia-sia.”
Rudy pun berdeham. Ia pergi menuju kamar setelah bergumam, “Semakin lama, kau semakin cerewet saja. Persis seperti ibumu.”
Mendengar apa yang dikatakan oleh sang ayah, Celine pun menipiskan bibirnya. Lalu dirinya tidak bisa menahan diri untuk balas begumam, “Dan semakin lama, aku juga semakin menyadari alasan mengapa ibu meninggalkanmu, ayah.”
_____***_____
BAB 5
Seperti Pria Mesum
“Astaga!” seru Celine terkejut karena saat dirinya ke luar dari rumahnya, ia segera berhadapan dengan Luke yang ternyata akan mengetuk pintu rumahnya.
“Kenapa kau ada di sini?” tanya Celine.
“Apa lagi? Tentu saja aku datang untuk menemui dirimu,” jawab Luke dengan nada yang terdengar begitu menjengkelkan di telinganya.
Celine memilih untuk mengabaikan pria itu karena dirinya harus bergegas untuk menuju tempat bekerjanya. Namun, langkah Celine dihalangi oleh Luke yang bertanya, “Kau akan pergi ke tempat kerjamu?”
Celine mengangguk. “Tentu saja. Aku belum menikah denganmu, jadi aku harus mencari uang untuk bertahan hidup,” ucap Celine.
“Tidak perlu. Karena mulai hari ini kau harus tinggal di rumahku. Semua kebutuhan hidupmu akan ditanggung olehku selama kau tinggal di sana. Lebih baik kau beradaptasi secepat mungkin, karena sebentar lagi acara keluargaku akan dilangsungkan. Itu adalah acara di mana aku akan memperkenalkanmu di hadapan keluarga besarku,” jelas Luke.
Celine entu saja tidak memiliki kesempatan untuk menolak apa yang sudah dikatakan oleh Luke tersebut. Namun, ia juga merasa perlu untuk berhenti dengan cara yang pantas. “Kalau begitu biarkan aku pergi untuk mengundurkan diri,” ucap Celine.
Namun, Luke menggeleng. “Tidak perlu, Sean sudah mengurus masalah itu untukmu. Sekarang ikut saja denganku,” balas Luke sebelum menarik Celine untuk masuk ke dalam mobilnya.
Di dalam mobil, Luke memberikan puluhan lembar kertas pada Celine. Lalu pria itu berkata, “Itu adalah informasi yang harus kau ketahui mengenai anggota keluargaku yang akan kau temui nanti. Setidaknya kau harus mengetahui hal itu untuk mengetahui cara menghadapi mereka.”
“Wah, ternyata kau memiliki banyak anggota keluarga,” gumam Celine saat dirinya meneliti setiap data itu. Ternyata ada pula informasi mengenai Luke yang ternyata sudah tidak memiliki orangtua karena keduanya sudah meninggal. Sementara sosok yang terus mendesak Luke untuk menikah ternyata adalah neneknya, Vonya.
“Apa nenekmu memang seberkuasa ini hingga bisa mendesakmu untuk segera menikah?” tanya Celine.
“Kau akan tau setelah melihatnya sendiri. Namun, biarkan kujelaskan secara singkat. Semua pencapaian yang didapat oleh keluarga Duane, sebagian besar dibangun oleh jerih payahnya sewaktu muda. Dengan kata lain, ia adalah akar dan pondasi dari keluargaku. Tidak ada satu orang pun yang bisa melawan perkataannya di dalam keluargaku,” jawab Luke membuat Celine merasa gugup.
Melihat potret dan membaca semua data diri mengenai Vonya membuat Celine sadar bahwa nenek ini memang memiliki pengaruh sebesar itu. Celine gugup, apakah dirinya bisa menghadapinya dengan baik. Ia cemas melakukan kesalahan. “Kurasa dia tidak akan menyambut diriku dengan baik saat tahu bahwa aku yang akan menjadi istri cucunya,” ucap Celine.
“Tidak perlu cemas. Aku tau bahwa semua aspek yang diinginkan oleh nenekku terkait cucu menantunya telah kau miliki sepenuhnya. Aku hanya perlu merapikan sedikit penampilanmu dan membuatmu tahu situasi keluargaku. Setelah itu, semuanya akan selesai,” balas Luke.
Celine menghela napas panjang sebelum berkata, “Aku tetap saja merasa gugup.”
“Tenang saja. Ia pasti akan menerimamu dengan sangat baik. Terlebih ketika mendengar kau tengah mengandung calon cicitnya,” ucap Luke membuat Celine melotot pada Luke.
“Calon cicit? Kau gila? Memangnya siapa yang hamil anakmu?” tanya Celine sama sekali tidak bisa mengatur ekspresi wajahnya.
Luke menyeringai lalu menjawab, “Memangnya siapa lagi? Tentu saja kau. Karena kau yang akan menjadi istriku.”
***
“Baik, terima kasih. Aku menitipkan ayahku padamu,” ucap Celine pada perawat yang menghubunginya melalui sambungan telepon. Saat ini, karena Celine harus fokus dengan tugasnya, maka ia tidak bisa sering mengunjungi sang ayah di rumah sakit terlebih untuk merawatnya.
Karena itulah, Celine menyewa perawat. Atau tepatnya, Luke yang menempatkan perawat yang paling berpengalaman dan dipercaya untuk menjaga Rudy yang memang tengah dirawat di rumah sakit sembari menunggu waktu transplantasinya dijadwalkan. Setelah sambungan telepon terputus, Celine pun kembali membaca banyak data yang harus ia hafal terkait keluarga Luke. Celine sendiri agak terkejut karena ternyata Luke memiliki latar belakang yang agak rumit.
Tepatnya keluarganya memiliki silsilah rumit sebagai keluarga besar. Anggota keluarganya cukup banyak dan memiliki hubungan buruk satu sama lain. Menghafal semua itu, sekaligus membayangkan apa yang terjadi ketika dirinya bertemu dengan mereka semua. “Astaga, kepalaku sakit,” ucap Celine sembari mengurut pelipisnya.
Luke tampak memasuki ruang belajar yang terhubung dengan kamar yang ditempai Celine dengan dua gelas anggur di tangannya. Ia meletakkan salah satunya di meja Celine sementara yang satunya ia sesap sendiri. “Minumlah dulu. Ini pasti bisa meredakan sakit kepalamu,” ucap Luke.
Namun, Celine menolaknya dan berkata, “Aku tidak minum alkohol. Aku ingin susu dingin.”
Mendengar hal itu membuat Luke tidak bisa menahan tawanya. Ia pun duduk di meja belajar Celine dengan gaya yang membuat tampilannya begitu menggoda. Jika saja pertemuan dan situasi hubungan mereka tidak seperti ini, rasanya Celine akan dengan mudah jatuh hati pada pria ini. Celine pasti akan dengan mudahnya terpesona dengan penampilan Luke. Terlebih, Luke sebenarnya memiliki tipe wajah yang sesuai dengan kriteria Celine yang agak pemilih dengan penampilan pria yang menjadi kekasihnya. Saking pemilihnya, hingga saat ini Celine tidak memiliki pengalaman hubungan percintaan.
Tak membutuhkan waktu lama, ternyata pelayan datang menyajikan susu dingin yang diinginkan oleh Celine. Tentu saja Celine mengambil waktu untuk istirahat dari kegiatannya dengan menikmati minuman bersama dengan Luke. Keduanya duduk di tempat yang memang bisa mereka gunakan untuk bersantai di ruang belajar tersebut. Tentu saja dengan Luke yang menikmati wine, sementara Celine meminum susu dinginnya yang terasa sangat memanjakan bagi Celine.
Luke pun bertanya, “Jadi, kapan kita akan memulainya?”
Celine mengernyitkan keningnya. “Memulai apa?” tanya balik Luke.
Celine menyesap susunya kembali saat Luke menatapnya dan menjawab, “Memulai untuk merealisasikan landasan cerita bahwa kau tengah mengandung anakku sekaligus cicit dari nenekku.”
Perkataan tidak masuk akal itu sukses membuat Celine menyemburkan susu yang belum ia telan. Semburan itu mengenai wajah Luke yang sebelumnya masih menikmati anggurnya dengan begitu nyaman. Luke memejamkan matanya dengan perasaan jengkel, ia meletakkan gelas anggurnya dengan agak keras. Celine berdeham lalu mendorong kotak tissue di atas meja mendekat pada Luke yang segera mengambilnya untuk menyeka wajahnya yang basah.
“Kau gila, aku tidak mau. Meskipun zaman sudah berubah, tetapi aku ini masihlah memegang nilai konservatif dalam hidupku. Aku tidak mau memiliki hubungan seperti itu sebelum menikah,” ucap Celine menolak dengan tegas.
Luke sendiri mengangguk tanpa ragu sedikit pun dan membuat Celine merasa lega. Setidaknya ia masih membutuhkan waktu untuk mengenal Luke dan mempersiapkan hatinya. Setelah resmi menjadi istri Luke, ia tidak bisa menolak hal itu. Karena itulah saat dirinya memiliki kesempatan untuk menolak seperti ini, Celine akan memanfaatkannya sebaik mungkin. Celine lega, karena ternyata Luke juga tidak berniat untuk memaksanya.
“Aku tidak akan memaksamu. Terlebih jika itu adalah prinsipmu. Hanya saja, aku tidak yakin kau bisa mempertahankan nilai konservatif yang kau miliki setelah menikah denganku nanti. Mengingat, kurasa aku akan mencoba banyak hal menyenangkan bersamamu setelah kita menikah nanti,” ucap Luke membuat Celine merinding.
Terlebih ketika Luke menyeringai tipis dan kembali mengambil gelas anggurnya. Dengan rambutnya yang sedikit basah dan mulai menyesap minumannya, Luke terlihat begitu menawan sekaligus sangat berbahaya. Celine pun berkata, “Kau terlihat seperti pria mesum.”
_____***_____
BAB 6
Perlakuan Spesial
Celine hampir merasakan pipinya terasa kaku karena terus berusaha tersenyum sealami mungkin. Mengingat saat ini, dirinya tengah berada di acara pertemuan keluarga Duane, keluarga besar dari Luke. Tentu saja Celine datang dengan persiapan lengkap. Dimulai dari mengenakan pakaian dan perhiasan dari merek khusus, hingga pengetahuannya tentang cara menghadapi keluarga besar Luke. Celine benar-benar sudah mempersenjatai diri dengan sebaik mungkin.
“Minumlah,” ucap Luke sembari memberikan gelas air minum untuk Celine.
Tentu saja Celine menerima gelas tersebut dan meminumnya. Setelah itu dirinya berbisik, “Akan sampai kapan acara ini berlangsung?”
Tahu jika saat ini dirinya dan Celine diawasi dari berbagai sisi oleh para sepupu yang hadir dalam acara tersebut, Luke pun tampak menunjukkan sisinya yang penuh cinta. Ia mengulurkan tangannya dan menyelipkan helaian rambut lembut Celine ke belakang telinga sang kekasih sebelum berbisik, “Acara puncaknya nanti malam. Tepatnya acara makan malam yang juga dihadiri oleh pemimpin keluarga, alias nenekku. Jadi, tetaplah dalami peranmu.”
Setelah mendengar bisikan tersebut Celine tampak terkekeh manja. Lalu memukul bahu Luke dengan manjanya. Seakan-akan Luke barusan sudah membisikkan kata-kata penuh cinta pada dirinya. Karena hanya Celine yang mendengar apa yang sudah dikatakan oleh Luke, tentu saja orang-orang yang melihat Celine berpikir bahwa keduanya hanya tengah saling menggoda. Semua orang mau tidak mau merasa sangat tertarik pada Celine.
Selain karena Luke terlihat sangat menyayanginya, mereka juga penasaran apa yang dimiliki oleh gadis itu hingga membuat Luke seperti ini. Mengingat sebelumnya Luke dengan tegas menolak untuk dijodohkan dengan wanita yang dipilihkan oleh sang nenek. Lalu sekarang Luke malah membawa gadis asing yang belum pernah mereka lihat dalam lingkungan sosial mereka. Diam-diam mereka semua menunggu acara makan malam yang akan menjadi acara yang tepat untuk mengetahui asal-usul gadis itu. Mengingat saat ini, Luke terus berada di sisi Celine hingga orang-orang tidak bisa sembarangan mendekat.
Lalu setelah kegiatan berbincang dan berbagai kegiatan lain di siang hari selesai, malam pun tiba. Waktu makan malam yang ditunggu-tunggu pun dimulai. Membuat semua orang berubah menjai hyena yang siap untuk menerkam Luke dan Celine ketika ada peluang muncul. Mereka yakin pada akhirnya akan ada kesempatan bagi mereka untuk menjatuhkan Luke dengan memanfaatkan sang kekasih yang baru saja muncul.
“Jadi, inikah kekasihmu yang pernah kau bicarakan pada Nenek?” tanya seorang wanita berusia senja yang masih cantik dan penuh dengan wibawa.
Dia adalah Vonya Elitia Duane, nenek dari Luke sekaligus pemimpin keluarga Duane yang masihlah memegang kekuasaan terkuat serta tertinggi di tengah keluarga besar Duane. Meskipun sudah berumur, tetapi dirinya masih kuat memimpin dengan semua ketegasan yang ia miliki untuk mengatur perusahaan serta cucu-cucunya yang tidaklah sedikit. Di antara semua cucu yang ia miliki, Luke yang menjadi cucu bungsu adalah favoritnya.
“Iya, Nenek. Dia adalah wanita yang sanggup membuatku melawan perintah nenek untuk menikah dengan wanita yang Nenek pilihkan,” ucap Luke membuat Vonya tertarik.
Para sepupu Luke yang mendengar hal itu pun merasakan kecemburuan yang meningkat di hati mereka. Luke memang selalu mendapatkan perlakuan yang spesial dari nenek mereka. Contohnya saja saat ini, di mana Luke bisa memilih kekasih dan calon istrinya sendiri. Sementara sepupu Luke yang lain harus menikah dengan calon yang dipilihkan oleh Vonya.
Vonya pun menatap Celine yang terlihat elegan walaupun penampilannya tidaklah terlalu mewah seperti anggota keluarga Duane. Mau tidak mau, Vonya pun sudah menaruh perhatian dan ketertarikan pada gadis yang sudah berhasil mencuri hati cucunya yang sangat pemilih ini. Vonya pun berkata, “Malam ini, menginaplah di sini.”
“Nenek!” seru Ken, cucu pertama dari anak pertama Vonya.
Sebenarnya Vonya memiliki enam orang anak, dan semuanya sudah meninggal. Entah karena sakit atau karena kecelakaan, satu per satu anaknya meninggal. Menyisakan Vonya yang menjadi sosok tertua di dalam keluarga Duane. Vonya pun harus bersikap kuat untuk mengurus perusahaan serta cucu-cucunya yang tidaklah sedikit. Perlu banyak tenaga untuk mengatur semuanya.
Luke sendiri adalah putra dari anak bungsu Vonya. Sayangnya Luke sudah kehilangan kedua orang tuanya dalam kecelakaan ketika dirinya masih berada di taman kanak-kanak. Mungkin itulah yang membuat Vonya memberikan perlakuan yang sangat spesial pada Luke. Bahkan kini Vonya membuat semua orang terkejut karena Vonya mengizinkan keduanya menginap di rumah utama yang ditinggali oleh Vonya.
Padahal cucunya yang lainnya tidak bisa menginap di sana sembarangan. Setelah mereka menikah, mereka harus pergi sesegera mungkin dari rumah, dan tinggal di rumah pribadi mereka sendiri. Vonya yang merasakan keterkejutan dan rasa tidak senang para cucu dan cucu menantunya pun melirik tajam pada mereka semua. “Jangan mempertanyakan keputusanku. Jika kalian merasa cemburu, coba lebih keras untuk membuktikan diri kalian,” ucap Vonya tajam.
***
Seorang gadis muda tampak melemparkan ponselnya begitu saja dengan jengkel sebelum beranjak menemui sang ayah yang berada di ruang kerja pada rumah mereka. Lalu gadis itu berkata, “Ayah, apa yang harus kulakukan sekarang? Kudengar di acara pertemuan keluarga Duane hari ini, Luke membawa seorang gadis yang ia perkenalkan sebagai kekasihnya.”
Sang ayah yang ternyata tengah membaca koran, dan ibunya tengah menyajikan kopi, segera menatap putri mereka yang memasuki ruangan tanpa permisi. “Ketuk pintu lebih dulu saat memasuki ruangan, Fiona,” ucap sang ibu yang ternyata segera diabaikan oleh gadis bernama Fiona tersebut.
Fiona tetap menatap sang ayah yang bernama Jean Clinton tersebut. Fiona bertanya, “Ayah, rencana perjodohan yang dibuat oleh keluarga tidak akan dibatalkan begitu saja hanya karena hal itu, bukan?”
Pertanyaan tersebut membuat Jean menghela napas panjang. Lalu ia berkata, “Ayah rasa kita tidak perlu memaksakan diri untuk berbesanan dengan keluarga Duane. Luke hanyalah anak yang senang bermain-main dengan menjadi bos para rentenir. Kau bisa mendapatkan pria yang lebih baik dna berkuasa daripada dirinya.”
Luke memang berbeda dengan para sepupunya. Alih-alih mengambil posisi di perusahaan keluarganya yang memiliki berbagai anak perusahaan. Ia malah memilih untuk memiliki pekerjaan yang berisiko sekaligus dianggap remeh. Ia mengelola perusahaan jasa ketenagakerjaan dan perusahaan keuangan yang menjadi pusat dari para rentenir. Jadi, meskipun memiliki latar belakang yang hebat, dan penampilan yang rupawan, banyak orang yang memilih untuk menghindari dirinya.
Namun, Fiona yang akrab dengan Aria—istri dari sepupu tertua Luke—tahu seberapa hebatnya Luke yang sesungguhnya. Fiona pun menggeleng dengan tegas dan berkata, “Tidak, Ayah. Aku hanya menginginkan Luke. Asal Ayah tahu, Luke memiliki masa depan yang lebih menjanjikan daripada pria lain yang tengah Ayah bicarakan. Sebab Luke berpeluang besar bisa mewarisi semua harta sang nenek.”
Mendengar hal itu, Jean pun merasa bahwa perkataan putrinya memang ada benarnya. Ia sudah mengatur perjodohan ini dengan susah payah, rasanya akan sayang jika pengaturan itu batal begitu saja. Jean pun pada akhirnya berkata, “Ayah akan berusaha memastikan bahwa pertunangan itu akan tetap berjalan sesuai dengan keinginanmu. Tapi, Ayah memiliki syarat.”
Fiona yang bahagia pun segera bertanya, “Syarat apa yang Ayah bicarakan?”
“Bersikap lebih baik pada ibumu,” jawab Jean sembari menggenggam tangan istrinya yang masih berdiri di sampingnya.
Fiona yang melihat hal itu pun mencibir dan bertanya pada sosok wanita yang tak lain adalah istri dari ayahnya itu dengan nada mengejek, “Memangnya harus sebaik apa aku memperlakukan ibu tiri sepertimu, Ibu?”
_____***_____
BAB 7
Restu
Hari baru tiba, dan kini Vonya tengah sarapan bersama cucu dan calon cucu menantunya yang memang menginap tadi malam. Seperti yang sudah Vonya amati, sosok Celine itu memiliki sifat tenang dan pembawaan elegan yang tentunya tidak mungkin didapatkan begitu saja. Dengan kata lain, Vonya bisa menebak jika itu adalah pengaruh dari keluarga dan lingkungannya tumbuh besar.
Hanya saja, Vonya malah menemukan hal yang sebaliknya setelah menyelidiki Celine. Tepatnya, Vonya tahu bahwa keluarga Celine sudah jatuh. Ia mengalami kesulitan dalam hidup karena perusahaan dan keluarganya jatuh bangkrut. Namun, ternyata pendidikan semasa kecilnya melekat dengan sangat baik. Sebab hingga sebesar ini, ia masihlah terlihat memiliki semua dasar karakter yang baik.
“Bagaimana malam kalian? apakah kalian beristirahat dengan nyaman?” tanya Vonya.
Celine dan Luke yang mendengar pertanyaan tersebut pun menghentikan kegiatan makan mereka. Lalu Luke pun menjawab, “Kami tidur dengan nyenyak karena perhatian yang Nenek berikan.”
Celine hanya tersenyum dan mengangguk. Walaupun pada kenyataannya ia sama sekali tidak merasakan hal itu. Ia merasa lelah karena tidak bisa tidur nyenyak. Hal yang sangat wajar mengingat sebelumnya ia menggunakan kamar dan ranjang yang sama dengan Luke. Mengingat Vonya memang hanya menyiapkan satu kamar untuk mereka gunakan bersama. Mau tidak mau, mereka harus berbagi ranjang, dan itu membuat Celine merasa sangat tidak nyaman dibuatnya.
“Benar, Nenek. Terima kasih atas perhatiannya,” ucap Celine pada akhirnya ketika mendapatkan isyarat yang diberikan oleh Luke untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh sang nenek.
Vonya tersenyum tipis. Ia pun menyeka sudut bibirnya dengan serbet sebelum berkata, “Luke, ambil cuti untuk hari ini. Mari kita habiskan waktu bersama.”
Luke yang mendengar hal itu pun agak terdiam. Ia menginap di sana dengan Celine karena merasa tidak aka nada masalah, toh mereka hanya akan tidur dan tidak akan berinteraksi lebih jauh dengan sang nenek. Namun, jika Vonya ingin menghabiskan waktu dengan Celine lebih lama, maka Luke tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi selanjutnya. Tepatnya, Luke cemas bahwa ada hal yang tidak sesuai harapannya dan Celine membuat kesalahan.
“Nenek, aku tidak bisa melakukannya. Aku sudah memiliki jadwal,” ucap Luke.
“Tenang saja. Nenek akan mengutus Hill untuk mengabari Sean dan memintanya untuk mengambil alih pekerjaanmu untuk hari ini. Jadi, jangan memikirkan pekerjaan dan mari temani nenekmu ini,” balas Vonya tidak memberikan kesempatan bagi Luke untuk menolak kembali.
Hill, sekretaris Vonya, sendiri segera pergi untuk melakukan tugas yang baru saja diberikan oleh sang nyonya. Sementara Vonya kembali menatap Celine dan berkata, “Aku ingin menunjukkan beberapa kuda yang baru saja datang hari ini. Aku harap kau bisa menikmati kegiatan ini. Setelah sarapan, pergilah untuk bersiap dengan dibantu para pelayan yang akan menyiapkan keperluanmu.”
Celine tentu saja mengangguk. Ia tahu bahwa dirinya sama sekali tidak bisa menolak apa yang sudah dikatakan oleh sang nenek. Inti dari kesepakatannya adalah membuat Luke tidak tersentuh dan mendapatkan masalah dari keluarganya. Karena itulah, Celine tahu bahwa dirinya harus menyenangkan hati sang nenek. Celine pun berkata, “Aku menantikannya.”
Setelah itu, Luke berbisik, “Apa kau tau caranya menunggang kuda?”
Celine tersenyum tipis dan menyeka sudut bibir Luke dengan jemarinya. Tampak tidak ragu untuk melakukan kontak fisik untuk mempertegas seberapa dekatnya hubungan dirinya dengan sang kekasih. Namun, diam-diam ternyata saat ini Celine balas berbisik, “Kenapa kau bertanya seperti itu?”
Mendengar pertanyaan tersebut, Luke membalas dengan singkat, “Sepertinya nenekku akan mengetesmu.”
***
Vonya bertepuk tangan dan tersenyum dengan begitu lebar. “Kau terlihat sangat nyaman dengan kuda itu. Padahal kudengar kuda ini sangat pemilih dengan penunggangnya. Namun, kau dengan lues bisa menguasai dan bekerjasama dengannya,” ucap Vonya pada Celine yang baru saja dibantu untuk turun dari kuda oleh Luke.
Ketiganya sendiri sudah mengenakan pakaian khusus berkuda yang memang sudah dipersiapkan. Setelah selesai dengan acara melihat kandang kuda dan berkuda, mereka pun diarahkan oleh Vonya untuk menuju taman dan menikmati jamuan teh yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya. Saat jamuan teh berlangsung pun, Vonya sama sekali tidak melepaskan pengawasannya dari Celine. Namun, ternyata Celine kembali membuat Vonya merasa kagum.
Etiket minum teh Celine hampir sempurna. Melihat hal itu, pada akhirnya Vonya meletakkan cangkir tehnya dan berkata, “Jujur saja, sebenarnya aku sudah mencari tahu terkait latar belakangmu, Celine. Karena itulah, aku tahu bagaimana kondisimu saat ini.”
Celine agak terkejut dibuatnya. Lalu dirinya pun bertanya, “Itu artinya, Nenek sudah tau kondisi keluargaku yang sudah jatuh bangkrut?”
“Ya. Itu membuatku cemas. Aku tau, bahwa kau dan Luke saling mengenal setelah pertemuan pertama kalian di tempat kerjamu. Hubungan kalian terus berlanjut setelah itu. Hingga baru-baru ini kau mengetahui bahwa ayahmu ternyata meminjam uang di salah satu anak perusahaan milik Luke,” ucap Vonya.
Saat itulah Celine tahu bahwa Luke sudah memanipulasi cerita itu. Ya tentu saja Luke pastinya sudah menyiapkan semuanya dengan benar. Demi memastikan sang nenek tidak curiga dengan hubungan palsu yang tengah dijalani oleh cucunya ini. Setidaknya kisah latar buatan ini daripada latar sebelumnya yang membuat Celine harus berpura-pura hamil di luar nikah. Sekarang, Celine tahu langkah apa yang harus ia lakukan.
Jadi, ia pun berkata, “Aku menyesal atas masalah itu. Ayah tidak tau bahwa ia meminjam uang di tempat milik Luke. Sementara itu, aku juga tidak tau ternyata ayah membuat pinjaman seperti itu. Meskipun begitu, aku akan memastikan ayah segera melunasi hutang tersebut.”
Mendengarnya, Vonya pun merasa puas dibuatnya. Tata krama, pengetahuan, dan cara Celine bersikap sangat sesuai dengan harapan Vonya. Setidaknya, dengan semua itu, Celine sama sekali tidak akan memalukan keluarga Duane ketika menjadi pendamping Luke. Vonya meraih cangkir tehnya kembali lalu berkata, “Luke, Nenek memberikan restu.”
Celine agak terkejut karena ternyata Vonya memberikan restu dengan lebih mudah. Padahal, dari apa yang sudah dikatakan oleh Luke dan Sean sebelumnya, Vonya adalah seseorang yang sangat pemilih dan cukup keras. Dengan wataknya itu, akan sulit untuk mendapatkan hatinya, terlebih restu untuk menikah. Namun, belum juga genap dua hari mereka bertemu, ternyata sekarang mereka malah mendapatkan restu dengan begitu mudahnya.
Luke yang mendengar hal itu pun ikut merasa terkejut. Namun, di sisi lain dirinya juga merasa senang karena ternyata keputusannya untuk memilih Celine sebagai rekannya adalah keputusan yang sangat tepat. Luke sama sekali tidak ragu untuk berkata, “Terima kasih, Nenek. Sebab itulah alasan mengapa aku membawa Celine untuk bertemu denganmu. Kami akan segera mempersiapkan pernikahan.”
_____***_____
BAB 8
Risiko
Karena keputusan untuk pernikahan Luke dan Celine sudah dibuat, maka Vonya pun kembali membuat acara pertemuan keluarga. Pertemuan yang dibuat di luar jadwal tetap, bisa digolongkans sebagai pertemuan darurat. Biasanya pertemuan tersebut digunakan untuk membahas hal-hal penting dan agak mengejutkan. Saat ini saja, semua anggota keluarga Duane ribut karena keputusan yang sangat mendadak dan terkesan begitu terburu-buru tersebut.
Gilbert—cucu ketiga Vonya—pun bertanya, “Nenek, bagaimana bisa Nenek memberikan restu untuk pernikahan ini? Bukankah Nenek sudah merencanakan perjodohan untuk Luke, sama seperti kami?”
Vonya pun menjawab, “Luke mencintai Celine, dan mereka ingin menikah. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan wanita tua ini selain memberikan restu.”
Ken, cucu tertua di keluarga tersebut pun bertanya, “Tapi cucu Nenek yang lain sama sekali tidak mendapatkan kesempatan untuk memilih seperti halnya yang dilakukan oleh Luke. Kami semua menikah atas dasar keuntungan yang bisa kami dapatkan. Apakah Nenek akan terus bersikap tidak adil seperti ini?”
“Apa kau tengah menantang Nenek?” tanya Vonya terlihat tidak senang karena pertanyaan yang jelas terdengar sangat tidak menyenangkan di telinganya.
Aria, istri Ken, pun segera turun tangan ketika merasakan situasi terasa sangat tidak nyaman dan memojokkan suaminya. Aria tersenyum lembut dan berkata pada sang nenek mertua, “Nenek, bukan seperti itu. Suamiku hanya merasa cemas terkait posisi Luke. Mengingat jika dirinya menikahi wanita yang bahkan tidak memiliki aset apa pun, posisinya mungkin akan semakin melemah karena tidak memiliki dukungan.”
Vonya pun menjawab, “Tidak perlu mencemaskan hal itu. Tanpa mendapatkan dukungan dari keluarga istrinya atau mendapatkan aset lain, Luke bisa menunjukkan nilai dan kemampuannya sendiri.”
Semua orang yang mendengar hal itu bungkam. Mereka semua sadar bahwa Vonya sudah benar-benar terpikat dengan sosok Celine. Bahkan tanpa aset atau latar belakang yang luar biasa, Celine bisa berhasil membuat Vonya memberikan restu untuk menikah dengan cucu kesayangannya. Padahal, situasi seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya.
Sementara Celine yang hadir di dalam ruangan tersebut sama sekali tidak mengatakan apa pun. Ia tahu, bahwa ia tidak memiliki porsi untuk berbicara di sana. Ia pun menyerahkan semuanya pada Luke. Tentu saja, Luke sendiri sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi tersebut. Sebab ia tahu, orang-orang tidak akan menerima situasi tersebut dengan mudah, terlebih para saudaranya yang pada dasarnya memiliki rasa permusuhan padanya.
“Sebaiknya, mulai sekarang kalian berhati-hati. Jangan mengatakan hal yang buruk atau jahat terkait wanita yang akan menjadi istriku. Sebab kalian sama sekali tidak memiliki hak untuk membicarakan atau mengomentari calon istriku,” ucap Luke dengan dingin menusuk semua orang yang mendengarnya.
Sementara Vonya yang mendengarnya malah tersenyum tipis. Ia menatap Luke dan Celine yang duduk bersisian. Lalu dirinya berkata, “Persiapkan pernikahan kalian sebaik mungkin. Jangan sampai mempermalukan dua keluarga yang akan terikat di masa depan nanti. Jika butuh bantuan, tidak perlu ragu untuk mengatakannya padaku.”
***
Semenjak pertemuan itu, Celine pun diminta untuk tinggal di kediaman utama bersama dengan Vonya. Hal itu memang secara khusus diminta oleh Vonya sendiri. Jika Celine memang diminta untuk tinggal di sana, maka Vonya tidak meminta hal yang sama pada Luke. Vonya memberikan kebebasan untuk Luke. Hanya saja, untuk meminimalisir hal yang tidak diinginkan, pada akhirnya Luke menemani Celine tinggal di kediaman utama. Toh mereka akan tinggal di sana hingga pernikahan mereka nantinya.
“Karena pemberkatan akan dilangsungkan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, kurasa akan cocok jika menekankan keanggunan dan keindahan tubuhmu, Celine,” ucap Vonya.
Celine yang tengah melihat katalog gaun pengantin pun agak terkejut karena ternyata memiliki pemikiran yang sama dengan sang nenek. Celine mengangguk dan berkata, “Aku memikirkan hal yang sama, Nenek. Kurasa aku sudah memiliki beberapa model yang sesuai dengan bayanganku.”
Saat ini ketiganya memang tengah mendiskusikan persiapan untuk pernikahan Luke dan Celine yang memang sudah ditentukan tanggalnya. Sebenarnya Celine dan Luke jelas bisa menyelesaikan masalah tersebut berdua. Terlebih itu adalah pernikahan mereka berdua. Namun, karena saat ini tugas Celine adalah mendapatkan hati Vonya dan memperkuat kedudukan Luke sebagai pewaris, maka menurutnya keputusan yang paling tepat baginya untuk melibatkan Vonya di sana.
Itu adalah keputusan yang sangat tepat. Sebab saat ini saja Vonya jelas-jelas terlihat sangat bahagia dan antusias karena dilibatkan dalam persiapan pernikahan sang cucu kesayangan. “Nenek bukankan buket bunga ini sangat cantik? Apakah ini cocok digunakan untuk pemberkatan?” tanya Celine.
Vonya mengamatinya dan mengangguk. “Seleramu mirip denganku. Kau memilih buket bunga yang akan kusarankan padamu,” jawab Vonya.
Luke yang mengamati keduanya pun menyadari bahwa Celine benar-benar berhasil mendapatkan hati neneknya. Jika seperti ini, rasanya jalan yang Luke empuh ke depannya akan jauh lebih mudah daripada yang ia bayangkan sebelumnya. Namun, tiba-tiba kepala pelayan datang dan memohon maaf mengganggu waktu mereka. Kepala pelayan berkata pada Vonya, “Nyonya Besar, ada tamu yang meminta untuk bertemu dengan Anda.”
Vonya mengernyitkan keningnya. “Tamu? Siapa tamu yang datang tanpa membuat janji terlebih dahulu?” tanya Vonya merasa agak tidak senang dengan hal tersebut.
“Mereka adalah nyonya dan nona keluarga Clinton,” jawab kepala pelayan lagi membuat Vonya segera menatap cucunya.
Keluarga Clinton adalah keluarga yang sebelumnya akan menjadi besan baru bagi Vonya. Benar, nona keluarga merekalah yang sebelumnya akan dijodohkan dengan Luke. Namun, karena Luke sudah memilih calon istrinya sendiri, sekarang situainya berubah. Sebenarnya Vonya sudah menyelesaikan masalah pembatalan rencana perjodohan itu, tetapi sepertinya itu tidak memuaskan dan membuat keduanya datang jauh-jauh seperti ini tanpa memberi kabar.
Vonya pun bertanya, “Mereka datang dengan rasa tidak puas karena pembatalan perjodohanmu, Luke. Nenek sudah melakukan apa yang perlu Nenek lakukan, tapi sepertinya itu belum cukup. Sekarang, bukankah kau harus turun tangan menyelesaikan kekacauan yang telah kau perbuat?”
Luke tentunya sama sekali tidak keberatan untuk melakukan hal tersebut. Ia mengangguk, “Tentu Nenek. Aku akan menyelesaikannya. Aku sudah siap untuk hal tersebut. Mari, aku akan menemani Nenek.”
Luke mengulurkan tangannya untuk mendampingi sang nenek. Sementara sebelum pergi Vonya pun berkata pada kepala pelayan untuk mengantarkan Celine kembali ke kamarnya. Namun, Celine menolak dan berkata, “Aku akan pergi sendiri.”
Saat melangkah menyusuri lorong, Celine berdecak kagum dengan skala kediaman milik keluarga Luke tersebut. “Luke memanglah pria yang luar biasa. Baik dari segi penampilan, maupun dari segi latar belakang. Aku yakin, ini tidaklah mudah bagi Luke untuk memutuskan hubungan secara tuntas. Sebab aku bisa menebak, wanita yang sebelumnya akan dijodohkan dengan dirinya, sama sekali tidak ingin melepaskan Luke dengan mudahnya,” ucap Celine merasa prihatin dengan nasib Luke.
Namun, tak lama Celine menggelengkan kepalanya menolak untuk merasa prihatin. “Untuk apa aku merasa prihatin padanya? Ini risikonya terlahir sebagai orang tampan dan kaya raya,” ucap Celine sebelum melangkah dengan riang menuju kamarnya.
_____***_____
BAB 9
Sungguh Dramatis
“Tidak. Aku tidak mau membatalkan pernikahan begitu saja. Apa kalian berniat untuk menghinaku?” tanya Fiona tampak tidak berniat untuk menyembunyikan kekesalannya.
Sementara Vonya sama sekali tidak terlihat terganggu. Ia tampak menikmati tehnya dengan nyaman. Vonya benar-benar membiarkan Luke untuk mengambil alih masalah tersebut sepenuhnya. Sementara Silvia, ibi tiri dari Fiona, tampak gugup. Ia tentu saja tidak bisa membiarkan Fiona bersikap seenaknya di sana. Sebab itu bisa menimbulkan masalah yang tidak diinginkan dan memberatkan keluarga mereka.
“Jika ingin mengatakan siapa orang yang ingin menghina siapa, bukankah di sini tepat untuk menyebut kalian yang menghina keluargaku? Setahuku, nenekku sudah membicarakan masalah ini baik-baik dengan Tuan Jean. Tentu ia juga tidak keberatan dengan ide ini, mengingat hubungan antara dua keluarga dan perusahaan harus tetap berjalan dengan baik. Namun, kini kalian berdua datang ke sini bahkan tanpa membuat janji terlebih dahulu. Bukankah kalian yang berniat untuk menghina keluargaku?” tanya Luke tajam.
Silvia segera menahan tangan Fiona yang tampaknya akan berdebat dengan Luke, lalu dirinya berkata, “Sekali lagi kami meminta maaf. Kami datang dengan pemikiran yang tidak jernih. Mengingat putriku sangat menginginkan perjodohannya dengan Luke bisa berjalan dengan baik.”
“Nyonya Clinton, aku juga harus meminta maaf jika tindakanku ini sangat kasar. Hanya saja, aku memang melakukan ini karena sejak awal aku sendiri tidak dilibatkan dalam pembicaraan perjodohan yang bahkan tidak kuinginkan ini. Jadi, kalian semua harus menerima risiko ini,” ucap Luke membuat kemarahan Fiona terpancing.
Namun, Silvia kembali menahan Fiona. Ia tahu bahwa tidak ada baiknya memancing keributan di saat kini semua situasi sudah membaik. Karena itulah, Silvia segera berkata, “Kami mengerti. Maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan kedatangan kami yang tanpa kabar ini.”
“Nyonya Clinton, aku minta maaf dengan perkataanku yang sebelumnya terkesan kasar. Aku tidak berniat untuk membuatmu merasa terpojok. Sekarang karena kalian sudah datang jauh-jauh, aku rasa aku perlu memberikan sesuatu yang cukup baik untuk buah tangan kalian,” ucap Luke tampak sudah berubah suasana hatinya.
Fiona pun seketika merasakan firasat yang sangat buruk. Lalu firasatnya tersebut terbukti sesaat kemudian. Luke mengatakan sesuatu yang membuat kemarahan menumpuk di dalam dadanya. Luke berkata, “Aku akan memberikan kabar bahagia sebagai buah tangan bagi kalian berdua. Kalian adalah orang pertama yang mendengar kabar ini. Aku akan menikah dengan kekasihku dalam waktu dekat ini.”
Beberapa saat kemduian, Fiona dan Silvia pun pulang. Di saat keduanya berada dalam mobil yang melaju menuju rumah mereka, saat itulah Fiona tidak bisa menahan diri untuk mengkritik ibu tirinya. “Menyebalkan. Kau bahkan tidak membantu apa pun. Kau tidak becus melakukan apa pun selain menggoda ayahku,” ucap Fiona membuat Silvia yang mendengarnya merasa tidak nyaman.
Atau tepatnya, Silvia merasa terluka. Semenjak menikah dengan Jean, Silvia tentu saja berusaha sekeras mungkin untuk memenuhi peran istri serta ibu di dalam keluarga tersebut. Namun, setelah bertahun-tahun lamannya, Silvia sama sekali tidak mendapatkan perlakuan yang baik. Seolah-olah keberadaan dirinya memanglah belum bisa diterima oleh Fiona. Atau tepatnya, sepertinya di dalam hidup Fiona, tidak ada ruang yang bisa diisi oleh Silvia.
“Fiona, Ibu sudah melakukan semua hal yang bisa Ibu lakukan. Namun, pada dasarnya Luke memang sudah memutuskan hal tersebut dan tidak akan bisa diubah. Nyonya Vonya juga sepenuhnya menaruh keputusan terkait masalah tersebut pada cucunya,” ucap Silvia sama sekali tidak mau didengar oleh Fiona.
“Omong kosong, aku tidak mau mendengarnya. Lihat saja, aku akan mengadukan apa yang terjadi hari ini pada ayah. Lalu berhenti menyebut dirimu sendiri sebagai ibuku. Memangnya kau pikir kau siapa hingga merebut posisi ibuku? Jangan pernah bermimpi untuk mengisi posisi yang sangat mulia itu. Dasar Jalang,” hina Fiona sama sekali tidak berkedip.
Membuat Silvia menahan tangisnya. “Fiona, bukankah perkataanmu barusan sudah sangat berlebihan. Bagaimana bisa kau menyebutku seperti itu?” tanya Silvia.
Fiona mendengkus penuh ejek lalu berkata, “Aku tidak peduli. Memangnya kenapa aku memanggilmu seperti itu? Jika tidak terima, adukan saja pada ayahku. Kita lihat, siapa yang akan dibela dan lebih dipercaya olehnya.”
***
Lalu pernikahan Luke dan Celine berlangsung dengan lancar di akhir bulan itu juga. Semua persiapan dilakukan dengan sangat cepat dan tepat tanpa kekurangan apa pun. Sesuai dengan rencana, tidak banyak yang diundang dalam acara pemberkatan pernikahan. Hanya keluarga, kerabat, dan beberapa rekan yang memang dikenal sangat akrab. Vonya dan Luke menekankan tema kekeluargaan dan hangat dalam acara pemberkatan tersebut.
Rudy sendiri mendapatkan izin dari dokter untuk menghadiri dan mendampingi putrinya dalam acara pernikahan tersebut. Rudy hampir menangis saat melihat putrinya yang tampak cantik dalam balutan gaun pernikahannya. Rudy pun segera mendampingi Celine untuk melangkah menuju altar pemberkatan. Di saat itulah Rudy berbisik, “Meskipun ini adalah pernikahan yang terjadi karena situasi dan kesepatan. Tapi, Ayah harap kau bisa menemukan kebahagiaan dalam pernikahan ini.”
“Terima kasih, Ayah. Aku juga berharap Ayah bisa hidup panjang dan sehat, agar bisa melihat aku hidup bahagia dengan caraku sendiri,” balas Celine sebelum tangannya diserahkan pada Luke yang memang sudah menunggu dirinya di altar pemberkatan.
Rudy pun duduk di tempat yang memang sudah disediakan untuknya. Sementara Luke yang menggenggam tangan Celine pun berkata, “Setelah melihatmu mengenakan semua hal yang dipersiapkan, dan berdiri denganku di altar seperti ini, baru terasa nyata bahwa kita akan menikah. Tepatnya, aku tidak menyangka aku benar-benar akan menikah di kehidupanku ini.”
Setelah itu, pendeta pun segera memulai prosesi pemberkatan pernikahan tersebut. Semua orang yang menghadiri acara tersebut tampak khidmat. Dan begitu kedua mempelai resmi menjadi pasangan suami istri, semua orang bertepuk tangan sekaligus mendoakan yang terbaik bagi keduanya. Saat momen di mana mereka harus berciuman, Celine berbisik dengan penuh peringatan, “Jangan gunakan lidahmu.”
Namun, Luke dengan percaya diri membalas, “Itu terserah diriku.”
Setelah mengatakan hal tersebut, Luke mencium Celine dengan cukup agresif. Itu tentu saja membuat Celine malu. Namun, ia segera tersenyum bahagia setelah ciuman selesai. Sebab saat ini ia dan Luke harus terlihat sebagai pasangan kekasih yang sangat bahagia setelah meresmikan pernikahan mereka. Lalu pasangan pun diarahkan untuk berjalan untuk menyambut para tamu yang memang beberapa mengabadikan momen tersebut.
Sebelum berganti pakaian, keduanya memang bisa menyambut beberapa tamu yang telah diarahkan untuk menghadiri acara jamuan di bangunan lain. Rudy sendiri sudah kembali ke rumah sakit, karena itulah yang sudah disepakati dengan dokter. Celine merasa jika itu lebih baik. Setidaknya sang ayah bisa beristirahat dan dirinya bisa fokus dengan sandiawara serta perannya sebagai pendamping Luke. Namun, begitu dirinya sampai di ruangan perjamuan, Celine berubah kaku.
Luke yang menyadari hal itu pun segera menatap ke arah di mana Celine manatap. Lalu di sana dirinya menemukan keluarga Clinton. Luke berkata, “Mereka adalah keluarga yang sebelumnya hampir menjadi besan nenekku. Gadis itu yang sebelumnya akan dijodohkan denganku. Lalu dua orang yang lain adalah ibu dan ayahnya. Kudengar, ibunya adalah ibu tiri. Ibu kandung Fiona sudah meninggal saat dirinya remaja.”
Celine mengetatkan rahangnya saat dirinya mendengar perkataan Luke tersebut. Suasana hatinya sendiri sangat buruk. Lalu ia berkata, “Wah, aku tidak menyangka akan bertemu dengan mereka secepat ini.”
Namun di dalam hati dirinya berkata, “Dan aku lebih tidak menyangka akan bertemu ibuku yang sudah lama menghilang dengan cara seperti ini. Sungguh dramatis.”
_____***_____
BAB 10
Tidak Bisa Ditunda
(21+)
Silvia tampak sangat pucat ketika bertemu untuk pertama kali dengan istri dari Luke. Tentu saja ia terkejut saat menyadari bahwa ternyata gadis itu tidak hanya memiliki nama yang sama dengan putri kandungnya, tetapi juga sangatlah mirip dengan putrinya yang sudah ia tinggalkan. Silvia meninggalkan putrinya ketika dirinya masih remaja. Tentunya ada perubahan dalam penampilannya ketika dirinya dewasa.
Namun, Silvia masih bisa mengenali dirinya dengan mudah. Mengingat tampilannya yang masih hampir sama seperti penampilan remajanya. Hanya semakin cantik dan semakin dewasa saja. Silvia jelas saja merasa terkejut dengan situasi tersebut. Tepatnya terkejut dengan cara dirinya dan sang putri kembali dipertemukan dengan cara seperti itu. Silvia saat ini benar-benar kacau dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Sementara Celine yang sudah berganti gaun, tampak cantik menggunakan gaun indahnya. Bersama dengan Luke, ia pun menyapa keluarga Clinton setelah berhasil mengendalikan dirinya. “Selamat menikmati jamuannya,” ucap Celine seolah-olah dirinya tidak mengenali sang ibu.
Celine dan Luke pun beralih untuk menyapa tamu yang lain. Sepeninggal keduanya, Fiona tidak bisa menahan diri untuk berkomentar, “Aku tidak senang di sini. Aku muak melihat wanita itu. Bagaimana bisa dirinya sebahagia itu setelah merebut posisi yang seharusnya menjadi milikku? Sungguh memuakkan.”
Jean yang mendengar hal itu pun segera berdeham lalu berkata, “Turunkan suaramu, Fiona. Ayah tau kau tidak menyukainya, tetapi jangan tunjukkan hal itu secara terang-terangan. Saat ini, kita masih membutuhkan keluarga Duane dalam mengembangkan bisnis kita.”
Fiona mendengkus dan melirik pada Silvia yang semenjak tadi tampak melamun dengan wajah pucat. Ia pun mencibir dan berkata, “Berhenti melamun seperti itu. Jangan membuatku atau ayah malu.”
Di saat keluarga Clinton sibuk dengan pembicaraan pribadi mereka, maka saat ini Luke tengah berusaha mengendalikan Celine yang tampaknya tidak mau menahan diri untuk terus minum. Luke tahu bahwa alkohol yang disajikan dalam acara jamuan tersebut sangatlah mahal dan berkualitas. Rasanya jelas sangat memikat indra pengecap. Namun, Luke juga tidak bisa membiarkan Celine minum terlalu banyak.
Saat Celine akan mengambil gelas baru, Luke menghentikannya. Ia berbisik, “Berhentilah minum. Kau bisa mabuk jika terus minum seperti ini. Aku tidak mau melewatkan malam pertama kita hanya karena kau yang terlalu mabuk.”
Mendengar apa yang dikatakan oleh Luke, ia pun cemberut dan mencibirnya. Merasa jika otak Luke hanya terisi penuh dengan hal yang tidak berguna seperti itu. Ia pun segera berkata, “Biarkan aku minum sesukaku. Seperti yang kau bilang, kita tidak bisa melewatkan malam pertama. Karena itulah, biarkan aku mengurangi rasa gugupku dengan caraku sendiri. Aku harus minum.”
“Seperti katamu, ternyata kau benar-benar konservatif. Setelah menikah, kau ingin melakukan kewajiban suami istri secara langsung. Luar biasa,” ucap Luke membuat Celine mendengkus.
Celine pun kembali menenggak minumannya hingga tandas. Membuat Luke berbisik, “Baiklah, minumlah sesukamu, Celine. Tapi ingat ini. Aku tidak akan mengundur malam pertama kita, sekali pun kau mabuk parah dan tidak bisa membuka matamu.”
Lalu benar saja, Celine pun mabuk setelah menghabiskan bergelas-gelas wine dan minuman beralkohol lain yang tersedia. Tentunya Luke membawa Celine segera ke suite room yang disediakan khusus di hotel tersebut sebagai tempat menginap mereka. Karena itu adalah hotel milik keluarga, jadi semuanya akan terasa lebih nyaman bagi Luke. Setelah membaringkan Celine di ranjang, Luke pun menghela napas panjang dan melepaskan simpul dasi yang ia kenakan.
“Lihat, kau benar-benar mabuk. Kau bahkan tidak bisa berdiri dengan benar, bagaimana bisa kita melakukan malam pertama yang sudah kita sepakati?” tanya Luke.
Namun, ternyata Celine membuka matanya lalu duduk dengan susah payah sebelum berkata, “Bawakan aku segelas air dingin. Itu akan membuatku lebih baik.”
Luke mau tidak mau bergerak untuk mengambil air dingin seperti apa yang diminta oleh Celine. Setelah diberikan air dingin, tentu saja Celine segera menenggak air tersebut hingga tandas. Namun, hal itu ternyata tidak membuat Celine membaik seperti yang ia harapkan. Luke tentunya menyadari hal tersebut dengan baik. Ia berbalik dan menyimpan gelas kosong tersebut sembari berkata, “Sudahlah, lebih baik kau tidur saja.”
Namun begitu dirinya sudah meletakkan gelasnya dan kembali berbalik, ia melihat Celine yang tengah susah payah melepaskan gaunnya. Luke yang melihat hal tersebut tentu saja kehabisan kata-kata. Sementara Celine yang sudah berhasil melepaskan bagian atas gaunnya, sedikit menggigil karena merasakan udara dingin malam yang membelai langsung bagian tubuhnya yang kini tidak tertutupi apa pun.
“Ayo lakukan, aku sudah siap,” ucap Celine dengan menatap sayu pada Luke yang seketika saja kehilangan akal sehatnya.
Luke melepaskan jas dan pakaiannya sembari melangkah menuju ranjang. Pria berperawakan menarik tersebut pun berkata, “Kau sendiri yang sudah mengatakannya, Celine. Jangan menangis dan menyesal, karena kini aku tidak akan menahan diri lagi.”
—Bersambung—
- Jika ingin membaca kelanjutannya dalam versi lengkapnya dengan sekali beli, silakan klik link :
- Jika ingin membaca kelanjutannya dengan membeli dalam versi ketengan per-bab, silakan klik link :
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰