Jebakan Sempurna Aaron BAB 1-10 (SAMPEL)

0
0
Deskripsi

Mengandung konten DEWASA, jadi harap bijak dalam memilih bacaan!

Bagi Aaron yang selalu mendapatkan apa pun yang ia inginkan, tidak ada hal yang mustahil di dunia ini. Jika pun ia menemukan sebuah kemustahilan, maka Aaron akan menciptakan jalan. Hal serupa terjadi ketika ia menginginkan Cecilia yang pandangannya hanya tertuju pada kekasihnya sendiri. Aaron dengan penuh perhitungan dan hati-hati, menciptakan sebuah jalan yang akan membuat Cecilia jatuh ke dalam pelukannya. Tidak peduli, jika...

BAB 1

Rasa Ingin

Aaron Clinton hanya memasang senyum sebagai formalitas, tanpa benar-benar tersenyum. Ia lelah dan bosan menghadiri acara pesta seperti itu. Terlebih ketika para wanita menatapnya dengan penuh goda dan hasrat ingin memiliki yang begitu pekat. Aaron muak, tetapi ia tidak bisa pergi begitu saja. Mengingat ini adalah acara penting yang diselenggarakan oleh salah satu kerabat dekat ibunya. Tentu saja Aaron tidak akan dibiarkan pergi begitu saja oleh sang ibu.

“Astaga, maafkan saya,” ucap seorang gadis yang hanya setinggi bahunya. Hal itu terjadi karena sebelumnya mereka sedikit bertabrakan.

Sebenarnya Aaron merasa kesal, karena hal seperti ini sudah sering terjadi. Di mana para wanita tanpa sengaja bertabrakan dengan dirinya. Atau lebih tepatnya sengaja bertabrakan dengan dirinya untuk menciptakan sebuah interaksi. Meskipun bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, Aaron berusaha untuk menutupi rasa kesalnya. Lalu bertanya sebagai bentuk sopan santun, “Tidak apa-apa. Apa Anda terluka, Nona?”

“Saya tidak apa-apa. Sekali lagi maafkan keteledoran saya,” ucap gadis yang kini mengangkat wajahnya dan bertatapan dengan Aaron.

Untuk sepersekian detik Aaron terpesona dengan netra hijau yang dimiliki oleh sang gadis. Namun, ketika berpikir bahwa wanita ini sama dengan wanita lainnya yang mencoba untuk mendekatinya, Aaron pun mengenyahkan rasa terpesona yang sebelumnya ia rasakan. Sebab wanita ini pasti memiliki niat tersembunyi di balik interaksi mereka ini. Namun, pemikiran Aaron buyar saat itu juga ketika wanita itu bahkan tidak menatap Aaron lebih lama.

Wanita muda itu segera mengalihkan pandangannya pada pria yang memanggil namanya dengan lembut. Senyuman indahnya segera tersungging dengan manisnya ketika wanita itu mendekat pada pria yang sepertinya adalah kekasihnya. Untuk beberapa saat Aaron termenung karena terlalu terkejut. Sebab ia tidak pernah mengira bahwa ia akan diabaikan oleh seorang wanita seperti itu. Mengingat wanita mana pun yang ia temui, baik tua atau muda, baik masih sendiri atau sudah memiliki pasangan, mereka selalu berusaha untuk mendekatinya. Entah karena memang tertarik untuk menjalin hubungan, atau hanya karena ingin menggoda untuk menghabiskan cinta semalam.

Aaron memilih untuk permisi dari orang-orang yang masih mengajaknya bicara. Lalu ia mengambil tempat di sudut aula pesta. Ia memberikan isyarat dan seorang pria seumurannya datang menghampiri. Dia adalah Jorge, orang kepercayaan Aaron yang serba bisa. Aaron bertanya sembari memainkan gelas minuman di atas meja, “Kau melihat wanita yang menabrakku tadi?”

Jorge mengangguk. “Ia adalah putri sematawayang dari keluarga Loren, Cecilia Loren. Ia memang jarang menghadiri acara seperti ini, terlebih sebelumnya ia hanya tertarik dengan pendidikannya sebagai seorang pianis dan teman-temannya sebagian besar memang adalah seorang seniman. Jadi, wajar jika Tuan belum pernah melihatnya,” ucap Jorge.

“Apa menurutmu dia sama seperti wanita lain yang berusaha untuk menggoda atau mendekatiku?” tanya Aaron tiba-tiba membuat Jorge terdiam.

Sebenarnya sejak awal ia sudah merasa aneh. Mengingat Aaron tidak pernah menaruh ketertarikan pada wanita seperti ini, bahkan hingga dirinya menanyakan mengenai identitasnya. Karena sudah melayaninya cukup lama, Jorge tentu saja sudah paham dengan sifat dan kebiasaan tuannya ini. Secara garis besar, Jorge bisa menebak bahwa Aaron menemukan sesuatu yang berbeda pada Cecilia. Hal yang membuat dirinya merasa tertarik pada sang nona muda tersebut.

“Saya rasa, dia tidak melakukan tabrakan tadi dengan sengaja, Tuan. Karena dari informasi yang saya ketahui, ia sudah bertunangan dengan kekasihnya dan hubungan mereka sangat baik. Dia berbeda dengan tipe wanita yang selama ini selalu mengelilingi Tuan,” jawab Jorge mengutarakan pendapatnya.

Hal itu membuat Aaron semakin tertarik saja. Ia berdeham lalu berkata, “Cari tahu tentangnya lebih jauh. Korek semuanya hingga dasarnya Jorge. Termasuk hal-hal yang ia sukai, hingga rahasia yang ia simpan.”

Jorge kembali terkejut dengan perintah tuannya tersebut. Namun Jorge kembali tidak mau mempertanyakan hal tersebut. Mengingat tugas utamanya saat ini adalah memastikan bahwa apa yang diperintahkan ia kerjakan dengan baik. “Saya akan melakukannya sesuai dengan perintah, Tuan,” ucap Jorge.

***

“Ini sungguh aneh, kenapa kau sangat memaksa untuk mendampingi diriku?” tanya Jessi, putri dari sepupu Aaron.

Hari ini Aaron memang datang bersama dengan Jessi untuk menghadiri acara ulangtahun dari sahabat Jessi yang rupanya memiliki hubungan kekerabatan dengan Cecilia. Mereka juga sepertinya memiliki hubungan yang cukup akrab, sebab Cecilia dikabarkan akan memainkan sebuah lagu di acara tersebut. Karena itulah, Aaron pun melakukan hal yang tidak biasa dengan menemani Jessi seperti itu.

“Jangan bertanya, bukankah ini lebih baik daripada datang dengan kekasihmu? Bukankah kalian masih bertengkar?” tanya balik Aaron membuat Jessi menggerutu kesal. Ia memang tengah bertengkar hebat dengan kekasihnya, hingga ia tidak memiliki orang yang bisa ia ajak menjadi partner menghadiri pesta ulang tahun yang memang diadakan secara besar tersebut.

“Baiklah, karena aku sudah memanfaatkanmu, maka silakan manfaatkan aku pula. Aku yakin kau memiliki alasan untuk mengajukan diri untuk menemaniku seperti ini,” ucap Jessi pada akhirnya.

Tentu saja Aaron mengangguk. Lalu beberapa saat kemudian, pesta pun berlangsung dengan meriah. Aaron pun bisa melihat Cecilia yang memang hadir untuk menampilkan sebuah lagu yang mengiringi dansa yang memang menjadi salah satu acara dalam pesta tersebut. Untungnya Jessi juga tidak ingin berdansa, hingga Aaron bisa memperhatikan Cecilia dengan seksama. Sementara Jessi sendiri sibuk dengan minumannya dan ponselnya. Jessi rupanya tengah melanjutkan pertengkarannya dengan sang kekasihnya melalui ponsel.

Namun, pada akhirnya Jessi pun menyadari apa yang Aaron lakukan. Ia pun bisa menangkap ketertarikan tidak biasa dari Aaron, mengingat sebelumnya Jessi bahkan mengira bahwa Aaron memiliki kelainan hingga tidak pernah berkencan. “Dia memang cantik, lembut, dan berbakat. Tetapi kau tidak memiliki peluang sedikit pun. Dia sudah memiliki seorang tunangan, dan matanya hanya terarah pada tunangannya itu,” ucap Jessi.

Aaron pun mengarahkan pandangannya pada Jessi sebelum bertanya, “Apa itu artinya ia tetap tidak akan berpaling dari tunangannya walaupun aku yang lebih dulu menyukainya?”

Jessi menahan tawanya lalu menjawab, “Jangan terlalu percaya diri. Ia jelas berbeda dari semua wanita yang pernah kau kenal selama ini. Ia tidak memandang harta atau rupa, ia mementingkan proses perkenalan serta karakter dari pasangannya. Setidaknya itulah yang kudengar dari sahabatku yang masihlah berkerabat dengan Cecil.”

“Aku meragukan hal itu. Kita lihat saja, apakah aku akan berhasil mendapatkannya atau tidak,” balas Aaron sukses membuat Jessi terkejut bukan main.

“Tunggu, apa kau sungguh-sungguh menaruh hati pada Cecil? Sejak kapan?” tanya Jessi yang sama sekali tidak mendapatkan jawaban dari Aaron.

Mengingat saat ini Aaron mencoba untuk mendekat pada Cecilia yang sudah selesai memainkan sebuah lagu yang indah. Cecilia yang semula tengah berbincang dengan kerabatnya yang tengah berulangtahun pun tampak terkejut ketika Aaron mendekat dan menyapanya lebih dulu. “Bukankah Anda yang ada di pesta sebelumnya?” tanya Cecilia.

Aaron mengangguk sembari tersenyum. “Setelah pertemuan tidak sengaja itu, sungguh beruntung aku bisa kembali bertmu denganmu seperti ini. Jadi, bisakah kita berkenalan?” tanya Aaron walaupun ia ragu Cecilia tidak mengenali dirinya.

Cecilia pun tersenyum dan mengangguk. Ia berjabat tangan dengan Aaron sebelum berkata, “Tentu saja saya sudah mengenal Anda Tuan Aaron, lalu perkenalkan saya Cecilia Loren.”

“Senang berkenalan dengan Anda. Ternyata sesuai dengan apa yang dikatakan orang-orang, Anda adalah pianis yang sangat berbakat. Saya menikmati permainan Anda sebelumnya,” ucap Aaron memuji Cecilia yang tersenyum bahagia karena ternyata musiknya juga dinikmati oleh Aaron.

“Terima kasih. Senang rasanya mendapatkan pujian dari orang yang menikmati musik saya,” balas Cecilia sembari melepaskan genggaman tangan mereka.

Ada rasa kecewa ketika jabatan tangan mereka harus dilepas. Namun, Aaron menyembunyikan perasaannya dengan sangat baik dan berniat untuk melanjutkan pembicaraan mereka. Hanya saja itu tidak berjalan sesuai dengan harapan Aaron, mengingat beberapa saat kemudian ada orang yang sepenuhnya mencuri perhatian Cecilia. Orang tersebut tak lain adalah Matt, tunangan dari Cecilia. Tanpa banyak basa-basi, Cecilia berkata pada Aaron, “Maaf Tuan Aaron, sepertinya saya harus pergi. Tunangan saya sudah datang.”

Bahkan tanpa menunggu jawaban Aaron, Cecilia sudah pergi menuju kekasihnya dengan ekspresi penuh kebahagiaan yang sama saat pertemuan pertamanya dengan Aaron. Hal itu kembali membuat Aaron merasa begitu terusik. Cecilia memilih untuk mengabaikan dirinya begitu saja dan dengan mudah mengarahkan perhatian serta pandangannya hanya untuk kekasihnya. 

“Wah ini situasi yang sangat menantang. Membuatku semakin ingin memilikinya,” gumam Aaron sembari menatap Cecilia yang tampak tertawa dengan cantiknya bersama dengan Matt yang juga tampak menatap Cecilia dengan penuh cinta.

Lalu diam-diam Aaron berbalik dengan sebuah seringai dan bergumam, “Jika seperti ini aku tentu saja harus memilikinya.”

_____***_____

BAB 2

Kasih Sayang

“Saya senang akhirnya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pemimpin perusahaan yang memproduksi anggur favorit mendiang kakek saya,” ucap Aaron yang menggantikan ayahnya menghadiri sebuah acara. Aaron tentu saja melakukan hal tersebut bukannya tanpa alasan. Hal itu terjadi karena dalam acara ini ia berkesampatan untuk bertemu dengan orangtua Cecilia.

“Itu sebuah pujian dan pengakuan tinggi bagi perusahaan saya. Kala itu perusahaan belum berada dalam pimpinan dan pengawasan saya yang masih terlalu muda, tetapi kualitas produk kami tetap sama baiknya seperti dulu. Bahkan semakin membaik,” balas Glen ayah dari Cecilia yang berjabat tangan dengan Aaron.

Setelah itu, Aaron pun mencium punggung tangan Leah—istri Glen dan ibu dari Cecilia—sebagai bentuk sopan-santun. Aaron sendiri berkata, “Saya rasa, Nona Cecilia mewarisi kecantikan Anda. Senang bertemu dengan Anda Nyonya Loren.”

“Tidak hanya memiliki kemampuan yang sangat baik untuk memimpin perusahaan, ternyata Anda juga memiliki kemampuan untuk menyenangkan hati orangtua sepertiku,” balas Leah sembari tersenyum.

Mereka pun pada akhirnya duduk di meja yang sama di aula pesta tersebut. Sebenarnya Aaron sangat jarang menghadiri acara seperti ini. Namun, akhir-akhir ini ia memang melakukan banyak hal yang tidak biasa. Tentu saja semuanya memiliki tujuan yang jelas. Di mana ia berusaha untuk membuat koneksi dengan keluarga Loren, demi melancarkan jalannya untuk mendapatkan Cecilia.

Tentu saja mereka berbincang banyak hal selama duduk bersama. Awalnya pembicaraan tersebut mengarah kesana-kemari, tetapi pada akhirnya pembicaraan tersebut mengerucut pada Aaron yang membicarakan ketertarikannya pada Cecilia. “Saya rasa, Nona Cecilia tidak hanya cantik dan berbakat, karakternya juga penuh dengan pesona membuatnya begitu menawan,” ucap Aaron.

Sebagai orangtua, tentu saja Leah dan Glen merasa senang putri mereka dikenal dengan cara yang baik. Hanya saja, sebagai orang dewasa yang sudah memiliki pengalaman, tentu saja mereka paham apa yang akan dibahas oleh Aaron dengan mencoba mendekati mereka dengan cara seperti ini. Karena pemikiran tersebut, keduanya pun saling berpandangan. Saat bertemu tatap, pasangan yang sudah lama menjalani hubungan pernikahan tersebut pun sama-sama memiliki pemikiran yang sama.

Saat ini, niatan Aaron sudah jelas. Ia tertarik pada Cecilia. Karena itulah, ia secara terang-terangan menunjukkan rasa tertariknya, bahkan mendekati mereka seperti ini. Padahal mereka sendiri tahu, bahwa Aaron jarang menghadiri acara seperti ini, tetapi kini Aaron tampaknya sengaja datang karena memiliki alasan seperti itu. Aaron sendiri tidak memiliki niatan untuk menyembunyikan niatnya untuk bisa lebih dekat dengan Cecilia dengan meminta izin pada orangtuanya secara langsung dengan cara seperti ini.

Lalu Glen kembali menatap Aaron. Sebenarnya cara Aaron ini patut dipuji, karena ia tidak serta-merta mendekati Cecilia begitu saja. Ia memiliki sopan santun dan menjalin kedekatan terlebih dahulu dengan orangtua gadis yang ia sukai. Hanya saja Aaron melakukannya dalam waktu yang tidak tepat. Mengingat kini Cecilia sudah memiliki tunangan.

Glen pun berkata, “Putri kami masihlah kekanakan dan memiliki banyak kekurangan. Tapi, kami bersyukur dan tidak merasa cemas lagi, karena tunangannya bisa menjaganya dengan baik.”

Perkataan tersebut tentu saja bisa diartikan bahwa kedua orangtua Cecilia tidak ingin membantu Aaron untuk mendekati Cecilia. Sebab keduanya sudah sama-sama mempercayai calon menantu mereka. Aaron tentu saja merasa tidak senang dengan penolakan tersebut. Namun, ia masih memasang senyuman yang sedap dipandang dan menyembunyikan perasaannya dengan sangat baik.

Aaron tampak tertarik untuk membicarakan hal tersebut lebih jauh dengan bertanya, “Sepertinya kalian sangat mempercayai calon menantu kalian itu?”

Glen dan Leah mengangguk. Kali ini, Leah yang menjawab, “Benar. Selama ini, kami sudah melihat bagaimana sikap dan perlakuan Matt. Dan kami percaya bahwa ia memang pantas untuk menjadi suami yang akan menjaga Cecilia sepanjang sisa hidup mereka nanti.”

Aaron tersenyum dan mengangguk. Namun, perkataan Aaron selanjutnya jelas-jelas mengandung artian lain. Sebab Aaron berkata, “Kuharap, penilaian kalian tidak salah, agar putri kalian yang berharga sama sekali tidak terluka karena dipercayakan pada orang yang salah.”

***

“Ayah, ada apa dengan ekspresimu itu?” tanya Cecilia ketika dirinya menyajikan teh untuk ayah dan ibunya yang memang tengah menikmati waktu mereka di sore hari yang tenang.

“Tidak apa-apa. Ayah hanya lelah karena pekerjaan. Jangan khawatir,” jawab Glen.

Cecilia yang tidak yakin dengan jawaban itu pun menatap ibunya. Namun, Leah sendiri mengangguk, seolah-olah mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh Glen sebelumnya bukanlah sebuah kebohongan. Namun, firasat Cecilia mengatakan ada yang salah di sini. Selama beberapa minggu ini, Cecilia secara alami menyadari ada yang berbeda. Sudah jelas ada masalah, tetapi ayahnya tidak mau membicarakan hal itu padanya.

Tentu saja Cecilia ingin mengetahui hal itu, karena bisa saja Cecilia bisa membantu menyelesaikan pemasalahan. Namun, niat Cecilia terhalang ketika dirinya mendapatkan telepon dari kekasihnya, Matt. Tahu akan hal itu, Leah pun berkata, “Angkat saja teleponnya. Sepertinya Matt memiliki sesuatu yang ingin disampaikan padamu.”

“Kalau begitu, aku permisi dulu, Ayah, Ibu,” ucap Cecilia.

Setelah mengatakan hal itu Cecilia pun berpamitan untuk mengangkat teleponnya. Cecilia pergi ke taman samping yang memang tidak terlalu jauh dari ruang keluarga. “Halo, nanti malam kau akan datang, bukan? Aku sudah menyiapkan lasagna kesukaanmu,” ucap Cecilia.

“Aku tidak akan datang, jadi jangan tunggu aku,” jawab Matt dengan suara dingin.

Cecilia mengernyitkan keningnya. “Tidak jadi? Apa mungkin ada masalah?” tanya Cecilia lagi tentu saja dirinya merasa cemas tunangannya ini tengah memiliki masalah.

“Tidak ada. Aku hanya ingin mengatakan, bahwa aku akan melanjutkan pendidikanku di luar negeri,” ucap Matt sama sekali tidak membuat Cecilia terkejut.

Mengingat Cecilia tahu bahwa Matt memang sudah merencanakan hal tersebut sejak lama. “Iya, aku tau. Kita akan pergi bersama ke luar negeri setelah menikah. Kau melanjutkan pendidikanmu, dan aku akan debut secara resmi sebagai pianis di luar negeri,” jawab Cecilia tidak bisa menahan senyuman bahagia ketika membayangkan membayangkan mereka yang merealisasikan rencana mereka.

Namun, Matt berkata, “Tidak. Lupakan rencana itu. Kita tidak akan melakukannya. Aku akan pergi sendiri. Tepatnya, mari kita jalani kehidupan kita masing-masing. Mari akhiri pertunangan kita.”

Perkataan itu sukses membuat Cecilia terkejut bukan main. “Tu, Tunggu. Kenapa kau tiba-tiba berkata seperti ini? Kenapa kau mengakhiri pertunangan kita tanpa alasan?” tanya Cecilia merasa sangat bingung karena hubungan mereka sebelumnya baik-baik saja.

Bahkan tiga hari yang lalu mereka masih berkencan, dan semuanya baik-baik saja seperti biasanya. Namun, kini tiba-tiba Matt mengatakan hal seperti ini. Jelas, Cecilia merasa ini sangat tidak masuk akal. Hanya saja, jawaban Matt selanjutnya membuat Cecilia seakan-akan merasakan siraman seember es yang membuat kepalanya tersengat dan membeku untuk beberapa saat. 

Sebab jawaban yang diberikan oleh Matt adalah, “Setelah kupikirkan, aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Aku tidak bisa melanjutkan hubungan dengan seseorang yang akan bangkrut dan hidup miskin.”

“A-Apa?” tanya Cecilia kehabisan kata-kata.

“Keluargamu tengah mengalami kesulitan finansial, tetapi sepertinya kau tidak mengetahui hal itu. Jadi, aku beritahu dirimu masalah ini. Sekarang semuanya sudah jelas, jadi selamat tinggal.” Setelah mengatakan hal tersebut, Matt mematikan sambungan teleponnya begitu saja membuat Cecilia tampak terengah-engah karena emosinya yang berkecamuk.

Cecilia berusaha untuk menghubungi Matt kembali, tetapi itu percuma. Nomor Matt sudah tidak lagi bisa dihubungi, setelah itu ia pun memilih untuk masuk ke dalam rumah dan menghampiri kedua orangtuanya yang masih berada di dalam ruang keluarga. Sebelum Cecilia masuk dan menanyakan kebenaran apa yang dikatakan oleh Matt terkait kondisi keluarganya, Cecilia sudah mendengar perkataan sang ayah yang tengah berbincang dengan istrinya.

“Kita harus bergegas mencari pinjaman untuk menutupi biaya produksi dan operasional bulan ini. Jika tidak, maka semuanya akan berakhir bagi kita.”

Cecilia pun masuk dan bertanya dengan berderai air mata, “Kenapa? Kenapa Ayah dan Ibu tidak berbagi kesulitan kalian denganku? Kenapa?”

Tentu saja kedua orangtuanya merasa terkejut karena putrinya menangis seperti itu. Cecilia sendiri menutup wajahnya yang memerah karena tangisnya. Orangtuanya kesulitan dan berusaha untuk menyembunyikannya darinya, lalu pria yang sangat ia cintai memilih untuk meninggalkannya di situasi yang sulit ini. Cecilia mengerti, mungkin orangtuanya melakukan hal itu karena kasih sayang mereka dan ingin menjaga Cecilia. Namun, Cecilia tidak bisa mengerti apa yang Matt lakukan padanya.

“Kau tidak bisa melakukan hal ini padaku, Matt,” gumam Cecilia ketika berada di dalam pelukan orangtuanya.

_____***_____

BAB 3

Kehadirannya

“Ayah, Ibu, jual saja properti yang berada di bawah atas namaku. Kurasa itu akan cukup membantu keuangan perusahaan,” ucap Cecilia.

Saat ini, hari sudah berganti dan Cecilia sudah jauh lebih tenang daripada sebelumnya. Ia sudah bisa mengatur isi kepalanya dan memutuskan untuk menyembunyikan permasalahan hubungannya dengan Matt dari orangtuanya. Sebab Cecilia merasa bahwa masalah yang tengah orangtuanya hadapi saat ini jauh lebih berat dibandingkan dirinya. Jadi, lebih baik ia menyimpan dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

Namun, Glen dan Leah yang mendengar perkataan putrinya itu dengan kompak menggeleng. “Tidak, Sayang. Itu semua adalah hadiah yang kami berikan untukmu. Bagaimana bisa kami mengambilnya lagi?” tanya Glen.

Leah menambahkan, “Simpan semuanya baik-baik. Kami masih bisa menghadapi dan menyelesaikan masalah ini, jadi simpan semuanya untuk masa depanmu nanti.”

Cecilia menghela napas panjang. “Justru karena ini semua sudah jadi milikku, aku memiliki kuasa untuk melakukan apa pun untuknya, jadi tolong terima dan pergunakan untuk memperbaiki kondisi keuangan perusahaan, Ayah, Ibu,” ucap Cecilia.

Tentu saja Glen dan Leah tahu apa yang dimaksud oleh putri mereka. Cecilia tidak pernah bisa membiarkan orang-orang yang berada di sekitarnya kesulitan. Karena itulah sebelumnya mereka berusaha untuk menyembunyikan kondisi perusahaan, dan baru memberitahunya ketika kondisi telah membaik nantinya. Namun, rupanya situasi menjadi tidak terkendali dan Cecilia pada akhirnya tahu.

Jujur saja Glen dan Leah merasa bangga. Melihat Cecilia yang tumbuh dengan sangat baik dan memiliki hati yang penyayang, itu artinya mereka mendidik Cecilia dengan cara yang benar. Namun, saat ini Glen dan Leah tidak ingin menerima apa yang putri mereka berikan. Mengingat mereka rasa, situasi ini masih bisa mereka selesaikan dengan baik tanpa melibatkan putri mereka.

“Sayang, Ayah dan Ibu mengerti apa yang kau maksud. Kami berterima kasih atas niat baikmu itu. Tapi, untuk saat ini, kami rasa masalah ini masih bisa kami selesaikan sendiri. Kamu tidak perlu terlibat,” ucap Leah.

Glen mengangguk. “Di dunia bisnis hal seperti ini bukanlah hal yang aneh. Ada naik turun dalam bisnis apa pun. Jadi, jangan cemas. Percayakan semuanya pada Ayah dan Ibu,” ucap Glen.

“Ayah dan Ibu yakin?” tanya Cecilia masih belum merasa tenang. Ada kecemasan yang tersisa di dalam hatinya. 

Keluarga mereka memanglah keluarga yang terkenal sebagai pebisnis besar dalam bidang produksi anggur dan pemilik perkebunan yang begitu luas. Mereka memang sudah memiliki sejarah, tetapi dalam dunia seperti ini, masalah finansial tetap saja menjadi ancaman. Jika mereka tidak mengambil langkah yang tepat, bisa-bisa mereka akan kehilangan segalanya. Cecilia tidak ingin sampai usaha keluarganya yang bersejarah pada akhirnya menguap begitu saja, padahal ia sendiri tahu seberapa besar rasa sayang sang ayah terkait usaha mereka.

Glen menggenggam tangan putrinya dengan lembut dan berkata, “Kau tidak lupa siapa ayahmu, bukan? Ayah pasti bisa menyelesaikan masalah ini sendiri.”

Cecilia pun mengulum senyum. “Tentu saja, bagiku Ayah adalah ayah terhebat di dunia ini.”

Mereka tertawa dan melanjutkan perbincangan sembari menikmati sarapan mereka. Hingga Leah bertanya, “Oh iya, kenapa tadi malam Matt tidak jadi datang, Cecil?”

Cecilia tampak terdiam sesaat sebelum tersenyum manis dan melontarkan kebohongan, “Ada pekerjaan mendadak yang harus ia selesaikan, Ibu. Jadi, ia tidak bisa datang. Hari ini, kami akan bertemu. Karena itulah, aku akan pergi seharian dan akan pulang agak terlambat nanti, Ibu.”

Mendengar hal itu, Leah pun mengangguk. “Kalau begitu, bawakan beberapa makanan yang akan Ibu kemas untuk Matt dan orangtuanya, ya. Kebetulan Ibu memang telah membuat beberapa makanan kesukaan Matt,” ucap Leah tampak tersenyum lembut.

Cecilia mengangguk, tetapi dalam hatinya ia merasa getir. Jika hubungannya dengan Matt benar-benar berakhir dengan cara seperti ini, akan bagaimana kedua orangtuanya? Lebih dari dirinya, pasti kedua orangtuanya akan merasa lebih terluka. Mengingat keduanya sudah sangat menyayangi Matt dan mempercayainya.

Karena itulah, setelah sarapan, Cecilia segera pergi dengan mengendarai mobilnya sendiri. Meskipun berasal dari keluarga yang berkecukupan, Cecilia tidak terlalu senang diikuti oleh pengawal atau memiliki sopir pribadi. Jadi ketika dirinya berada dalam situasi yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri seperti ini, Cecilia tidak akan menarik perhatian ketika pergi sendirian.

Cecillia pergi ke kediaman keluarga Matt. Namun, secara mengejutkan Cecilia bahkan tidak bisa masuk ke sana. Gerbang tertutup rapat, dan staf keamanan berkata, “Maaf Nona Cecilian, Tuan dan Nyonya Hector tidak mengizinkan Anda masuk. Mereka berpesan pada saya untuk menyampaikan pada Anda, bahwa mereka mengikuti apa yang sudah diputuskan oleh putra sulung mereka. Dengan kata lain, mereka tidak ingin memiliki hubungan apa pun lagi dengan Anda.”

Mendengar perkataan itu, Cecilia menggigit bibirnya kuat-kuat sebelum mengemudikan mobilnya ke tempat lain. Cecilia akan menemui adik Matt, Floria. Cecilia memang tidak bisa menghubunginya secara langsung, tetapi ia bisa tahu keberadaannya dengan melihat sosial medianya. Flo memanglah seorang influencer yang aktif membagikan kegiatannya di media sosial, hingga Cecilia bisa menemuinya walaupun ia tidak bisa menghubunginya melalui sambungan telepon.

Cecilia sampai di area parkir resto. Dan segera turun dari mobil mewahnya. Itu bertepatan dengan Flo yang rupanya telah berpisah dengan teman-temannya setelah makan malam bersama. Flo segera mengusah ekspresinya ketika melihat Cecilia dan mendengkus kesal. “Minggir, jangan menghalangi jalanku,” ucap Flo.

“Tolong luangkan waktumu sebentar. Kau pasti tau apa yang terjadi hingga Matt tiba-tiba memutuskan hubungan kami secara sepihak dengan begitu mendadak, bahkan kini tidak bisa kuhubungi sama sekali,” ucap Cecilia di area parkir tersebut.

“Berhenti mengejar kakakku. Sudah jelas, ia memang tidak ingin melanjutkan hubungannya denganmu, memangnya butuh alasan apa lagi? Hubungan kalian sudah selesai, dan kini kakak tengah melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Jangan mengganggunya lagi, kau sungguh membuat kami tidak nyaman. Lebih baik kau urus saja nasib perusahaan dan keluargamu itu. Sekarang, minggir,” ucap Flo.

Namun, Cecilia tidak ingin pembicaraan mereka berakhir begitu saja. Setidaknya ia ingin tahu di mana Matt berada. Jadi, Cecilia menahan tangan Flo. Hanya saja Flo tampaknya bereaksi dengan berlebihan. Ia menepis tangan Cecilia dengan terlalu kasar dan membuat Flo kehilangan keseimbangan. Flo yang melihat Cecilia jatuh tersungkur bahkan hingga terluka pun menjadi agak panik.

Hanya saja, Flo tidak ingin mengakui kesalahannya tersebut. “Kau jatuh karena salahmu sendiri, jadi jangan menyalahkanku. Dasar menyebalkan! Jangan ganggu aku dan keluargaku lagi, dasar orang miskin! Menyusahkan saja!” seru Flo sama sekali tidak melirik dua kali saat menuju mobilnya dan pergi begitu saja meninggalkan Cecilia yang sudah jatuh.

Bahkan karena jatuhnya itu, Cecilia mengalami luka lecet pada telapak tangan dan lututnya. Itu jelas perih, tetapi rasanya tidak seperih hatinya. Padahal hubungannya dengan keluarga Matt sangat baik, tetapi kenapa kini bisa berubah signifikan? Selain itu, Cecilia tidak habis pikir, jika perubahan sikap Matt dan keluarganya hanya didasari oleh fakta bahwa kini keluarga Cecilia tengah menghadapi masalah keuangan.

Tanpa sadar, Cecilia sudah meneteskan air matanya. Tentu saja ketika menyadari hal tersebut, Cecilia terkejut dan berniat untuk bergegas bangkit sebelum ada yang melihatnya. Namun, rupanya sudah ada orang yang melihatnya. Orang itu berdiri di hadapan Cecilia, dan berjongkok sembari bertanya, “Apa lukamu terasa sangat sakit hingga kau menangis seperti ini?”

Cecilia mendongak dan mendapati wajah tampan Aaron yang dipenuhi oleh ekspresi cemas. Cecilia akan menjawab tidak apa-apa, tetapi air matanya malah menetes semakin deras dan ia berkata, “Ini sangat sakit. Sangat sakit hingga aku bingung harus melakukan apa terhadapnya.”

_____***_____

BAB 4

Uluran Tangan

Saat ini rasanya Cecilia merasa begitu malu hingga ingin bersembunyi di lubang semut. Hal tersebut terjadi karena dirinya sudah menunjukkan sisi memalukannya di hadapan Aaron. Di mana dirinya menangis selayaknya anak kecil di hadapan pria yang bisa dibilang masihlah orang asing tersebut. Hal yang lebih memalukan adalah, kini Aaron tengah mengobati luka pada telapak tangan dan lutut Cecilia yang memang tergores karena ulah Flo tadi.

“Aduh,” ringis Cecilia ketika Aaron mengoleskan salep pada luka Cecilia yang memang sudah dibersihkan.

“Ah, maaf. Aku akan berusaha lebih lembut lagi,” ucap Aaron lalu tampak berusaha untuk mengoleskan obatnya dengan lebih lembut agar Cecilia tidak merasa terlalu sakit.

“Ti-Tidak apa-apa. Seharusnya aku yang meminta maaf karena sudah merepotkanmu,” balas Cecilia. Sebenarnya sebelumnya Cecilia sudah mengatakan pada Aaron bahwa ia baik-baik saja. Namun, Aaron tidak membiarkan Cecilia pergi dan meminta ia menunggu di area taman di dekat restoran tersebut, sementara Aaron membeli obat ke apotik terdekat.

“Tidak apa-apa. Aku tidak mungkin membiarkanmu pulang dalam kondisi seperti ini. Meskipun luka kecil, tetapi kita tidak boleh mengabaikannya dan harus segera mengobatinya. Sekarang sudah selesai,” ucap Aaron setelah selesai mengolesi salep pada luka Cecilia.

“Sekali lagi terima kasih, Tuan Aaron.” Cecilia menunduk menatap kedua lututnya yang memang tergores dan kini dibaluri salep. Sikap Aaron sungguh manis, mengingatkan Cecilia pada sikap Matt ketika awal berkencan dulu.

“Sekarang di mana mobilmu? Aku akan mengantarmu pulang,” ucap Aaron mengejutkan Cecilia.

Cecilia menggeleng dan menolak dengan sopan. “Aku masih ingin di sini lebih lama. Jadi, tidak perlu cemas dan silakan lanjutkan perjalananmu,” ucap Cecilia.

Hanya saja, kini Aaron malah duduk di samping Cecilia. Ia tampak santai dan berbeda dari penampilannya yang biasanya yang selalu kaku dengan penampilan rapi khas para pebisnis muda. “Kenapa kau tidak ingin pulang?” tanya Aaron.

Namun, Cecilia tidak menjawab dalam waktu lama hingga Aaron kembali bertanya, “Apa mungkin kau gelisah karena kondisi perusahaan keluargamu?”

Pertanyaan itu sukses membuat Cecilia mendengkus pelan. Rupanya kabar mengenai kondisi perusahaannya yang tengah mengalami kesulitan sudah tersebar luas. Hingga Aaron saja sudah mengetahuinya. Padahal bisnis keluarganya dan bisnis yang didalami oleh Aaron tidaklah sama. “Ternyata semua orang sudah mengetahui kondisi kami,” gumam Cecilia dengan nada sedih yang terdengar begitu jelas di telinga Aaron.

Tahu bahwa itu adalah topik yang sangat sensitif bagi Cecilia, pada akhirnya Aaron pun memilih untuk mengalihkan topik. Ia berkata, “Kau tau? Aku sangat bahagia ketika mendengar permainan pianomu. Hingga sepertinya aku akan merasa sangat bahagia jika nantinya mendapatkan kesempatan untuk menghadiri resital pianomu.”

“Kau menyukai musikku?” tanya Cecilia sembari menatap Aaron dengan netranya yang penuh dengan binar kebahagiaan.

Ekspresi dan sorot mata Cecilia saat ini tampak sangat menggemaskan bagi Aaron. Hingga Aaron tahu bahwa sebesar itulah rasa suka Cecilia dengan piano dan bermusik. Aaron pun kini tahu bagaimana caranya ia mendekati Cecilia lebih jauh. 
“Ya. Tepatnya, kau yang membuatku tertarik dengan musik. Padahal biasanya aku tidak terlalu menikmati musik, apa pun jenisnya. Namun, permainan musikmu sukses membuatku tersihir. Kau adalah pianis yang berbakat,” jawab Aaron membuat Cecilia tersebut.

Jujur saja Cecilia merasa bahwa ia terlalu kekanakan dan sederhana, karena apa yang dikatakan oleh Aaron tersebut sudah lebih dari cukup untuk membuat dirinya merasa terhibur. “Meskipun aku tau itu adalah pujian yang terlalu berlebihan, tetapi aku tetap merasa senang ketika mendengarnya,” ucap Cecilia.

Aaron pun ikut tersenyum dan berkata, “Itu bukanlah pujian yang berlebihan. Kau berbakat, dan musikmu mampu menghibur hati orang lain yang tengah terluka.”

Mendengar hal itu, Cecilia pun terdiam. “Terima kasih. Kau kembali mengingatkanku. Bahwa meskipun aku kehilangan semuanya, aku tidak akan kehilangan musikku. Aku pasti masih baik-baik saja, ketika aku masih bisa memainkan piano yang sangat kucintai,” balas Cecilia merasa mendapatkan penghiburan dalam pertemuan yang tidak disengaja tersebut.

***

Keesokan harinya, Cecilia sudah selesai menata hati dan pikirannya. Untuk saat ini, Cecilia masih menyembunyikan kondisi hubungannya dengan Matt. Ia berkata pada kedua orangtuanya bahwa kini Matt tengah sibuk melanjutkan pendidikannya. Mengingat ia mendapatkan rekomendasi langsung dari profesor pebimbing yang membuatnya harus segera pergi ke luar negeri.

Jadi, saat orangtuanya menanyakan Matt yang tidak lagi datang berkunjung atau menghubungi, Cecilia memiliki alasan untuk menjawabnya. Setidaknya Cecilia juga memiliki waktu untuk menyelesaikan hubungannya dengan benar, sekaligus memberikan bantuan pada keluarganya yang tengah berada dalam kesulitan. Seperti saat ini, Cecilia yang tengah makan siang bersama ibunya pun berkata, “Ibu, aku akan bertemu dengan Madam Margaret.”

“Pergilah, dan tolong sampaikan salam Ibu padanya,” jawab Leah yang memang sudah mengenal dengan baik siapa itu Margaret.

Margaret adalah guru yang membimbing Cecilia menjadi seorang pianis. Karena itulah, saat ini Cecilia ingin bertemu dengannya untuk meminta saran untuk terjun sebagai seorang pengajar juga. Meskipun Cecilia masih muda, tetapi ia memiliki sederet prestasi dan sejarah akademik yang tidak main-main. Dengan portofolio seperti itu, Cecilia rasa ia sudah memiliki kualitifikasi untuk membuka sebuah kelas.

“Aku akan menyampaikannya, Ibu,” balas Cecilia sembari tersenyum lembut.

Namun, rencana Cecilia kali itu tidak bisa terwujud. Sebab sang ayah tiba-tiba pulang lebih awal dengan ekspresi gelapnya. Lalu Glen yang berhadapan dengan putrinya bertanya, “Katakan pada Ayah dengan jujur. Apakah benar, Matt sudah memutuskan pertunangan secara sepihak dan meninggalkanmu begitu saja? Apa kau membohongi Ayah dan ibu?”

Jika Cecilia mematung karena tidak menyangka sang ayah bisa mengetahui fakta tersebut, maka Leah tampak mendekat untuk menenangkan suaminya. “Sayang, tenanglah. Sekarang katakan, apa yang terjadi hingga kau bertanya seperti itu?” tanya Leah.

Namun, Glen tidak memberikan respons pada sang istri, dan tetap menatap putrinya yang tengah menghindari tatapannya. “Cecilia! Katakan pada Ayah!” seru Glen membuat Cecilia tersentak karena terkejut dengan nada tinggi tersebut.

Cecilia tidak memiliki pilihan lain selain menatap ayahnya dengan ekspresi gelisah. Cecilia sadar, bahwa saat ini ia tidak memiliki pilihan lain, selain berbohong. Pada akhirnya ia pun mengangguk. Lalu berkata, “Maafkan aku, Ayah.”

Jika Glen tampak begitu terkejut, maka Leah masih belum mengerti dan bertanya, “Sayang sebenarnya ada apa? Bisakah kau menjelaskan pada Ibu?”

“Maafkan aku, Ibu, Ayah. Sebenarnya selama ini aku berbohong. Matt tidak hanya menempuh pendidikannya di luar negeri, tetapi ia pergi setelah mengakhiri hubungan dan pertunangan kami melalui sambungan telepon. Kini, kami sudah berpisah,” jawab Cecilia pada akhirnya mengungkapkan cerita yang sebenarnya dengan jujur.

Namun, kejujuran Cecilia itu menciptakan sebuah bencana. Sebab kini, Glen yang terlalu terkejut dan tidak menerima kenyataan yang menyakitkan tersebut terkena serangan jantung dan menciptakan sebuah kekacauan. Semua orang panik termasuk Cecilia dan Leah. Untungnya kepala pelayan segera menghubungi ambulance untuk membawa Glen ke rumah sakit.

Hanya saja, setibanya di rumah sakit, Cecilia seolah-olah mendapatkan sebuah tamparan, ketika sang ibu juga jatuh tak sadarkan diri. Tidak hanya Glen, pada akhirnya Leah juga harus mendapatkan penanganan medis. Keduanya sama-sama harus mendapatkan penanganan darurat, dan membuat Cecilia kehilangan tenaga untuk menghadapi kenyataan yang terlalu sulit tersebut. Cecilia bahkan kehilangan kekuatan pada kedua kakinya. 

Hingga Cecilia tidak mampu untuk mengejar para tenaga medis yang tengah membawa Leah menuju ruang gawat darurat, serta Glen yang dilarikan ke ruang operasi. Di saat itulah, Cecilia merasa jika ia tidak lagi bisa berpura-pura baik-baik saja. Cecilia merasa bahwa dunianya hancur. Cecilia membutuhkan bantuan, ia membutuhkan uluran tangan seseorag.

Tepat setelah Cecilia berpikir seperti itu, ia pun melihat uluran tangan besar di hadapannya disusul sebuah pertanyaan, “Apakah kau memang sering terjatuh seperti ini?”

Cecilia menatap sosok itu dengan berlinang air mata. Rupanya air matanya meleleh begitu saja ketika mendengar pertanyaan yang membuatnya tersedak tangisannya. “Apa kau baik-baik saja?” tanya sosok yang tak lain adalah Aaron tersebut.

Cecilia tidak sanggup menjawab pertanyaan Aaron dengan kata-kata. Hal yang bisa ia lakukan hanya menangis dan hal itu membuat Aaron tersenyum. Pria itu mengulurkan tangannya dengan lembut dan menyeka air matanya Cecilia dengan hati-hati sembari berkata, “Kurasa, kau sama sekali tidak baik-baik saja. Dan kurasa, aku kembali menunjukkan sisi memalukanku di hadapanmu.”

_____***_____

BAB 5

Takdir

Rupanya tidak hanya Glen yang harus dioperasi. Leah juga ternyata harus mendapatkan operasi karena mengalami sedikit pendarahan pada kepalanya. Dan semua prosedur operasi yang didapatkan keduanya sama sekali tidak murah. Terlebih jika menghitung biaya kamar rawat dan obat-obatan yang tidak ditanggung biaya asuransi. Mereka membutuhkan lebih banyak uang, dan sayangnya semua uang darurat serta tabungan kedua orangtuanya sudah dipergunakan untuk keperluan perusahaan.

Hal itu membuat Cecilia harus segera memutar otaknya dengan sekeras mungkin. Saat ini, dimulai dari biaya rumah sakit, hingga masalah perusahaan telah bergelayut pada pundak Cecilia. Karena itulah, Cecilia harus mengambil langkah sebaik mungkin dan bijak. Agar keputusan apa pun yang ia ambil tidak memunculkan masalah baru. Cecilia menatap sekretaris ayahnya dan berkata, “Untuk saat ini, biaya rumah sakit dan biaya produksi pabrik akan kubayar menggunakan uang pribadiku. Namun, semua itu tidak akan cukup. Kita membutuhkan solusi lain.”

Cecilia berkata seperti itu setelah melihat keadaan ayah dan ibunya yang berada di ruang rawat intensif. Sang sekretaris yang bernama Arnold tersebut pun mengikuti langkah sang nona yang kini duduk di kursi tunggu di luar ruangan. “Jadi, apa yang Nona rencanakan? Saya akan melakukan yang terbaik untuk mewujudkannya,” ucap sang sekretaris.

Cecilia rasa ia tidak bisa mengambil pinjaman atau meminta bantuan sembarangan tanpa berdiskusi dengan orangtuanya. Terlebih jika itu melibatkan perusahaan. Jadi, Cecilia memilih untuk mengambil langkah yang paling aman. Cecilia menatap Arnold dan berkata, “Aku akan menjual aset yang berada di bawah kepemilikanku.”

Arnold yang mendengar hal itu pun terkejut. Ia sudah melayani Glen sejak lama, bahkan semenjak Cecilia baru lahir. Jadi, ia tahu bahwa semua aset itu dimiliki oleh Cecilia atas hadiah yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Sementara tujuan kedua orangtuanya memberikan semua aset tersebut adalah untuk memberikan tabungan masa depan. Di mana semua harga aset itu memang akan meningkat seiring waktu.

“Nona, saya rasa Anda perlu mempertimbangkan keputusan Anda ini lagi. Sebab tuan dan nyonya besar sepertinya tidak akan merasa senang dengan keputusan Anda ini,” ucap Arnold tampak gelisah.

Cecilia sendiri tahu apa yang dikhawatirkan oleh Arnold. Sebab Arnold sendiri adalah salah satu orang yang sangat dipercayai oleh ayahnya. Jadi, Arnold pasti juga tahu keinginan Glen agar semua aset itu tidak dijual. Glen ingin Cecilia menyimpan semua aset itu dengan baik demi masa depan Cecilia sendiri.

“Paman, aku tau apa yang kau cemaskan. Tapi, sekarang tidak ada pilihan lain. Bagiku, ini adalah keputusan terbaik yang bisa kulakukan, dan tidak ada risiko yang membahayakan keluarga atau perusahaan dalam keputusan ini. Jadi, tolong beri aku dukungan,” ucap Cecilia.

Pada akhirnya Arnold pun menghela napas. Ketika Cecilia sudah memanggilnya paman, maka Cecilia  tidak akan mungkin terkalahkan. Cecilia pasti akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Arnold berkata, “Kalau begitu, saya akan segera mengurusnya secepat mungkin.”

“Terima kasih, Paman. Kepala pelayan dan kuasa hukum keluarga akan membantumu untuk mempersiapkan semua yang dibutuhkan dalam prosesnya,” ucap Cecilia pada akhirnya.

Alih-alih menjual pada orang lain, Cecilia pun menawarkan terlebih dahulu pada kerabat dan kenalan dekat kedua orangtuanya. Cecilia pikir, mereka yang sudah berhubungan dekat dan sebelumnya bahkan sudah sering mendapatkan bantuan dari orangtuanya, akan dengan senang hati memberikan bantuan jika itu hanya dengan membeli aset yang juga akan segera Cecilia beli kembali ketika kondisi sudah membaik. Namun, semua orang berbalik memunggunginya, tidak ada satu pun yang mau membantu dengan membeli aset Cecilia.

Ketika akan ditawarkan pada pasar umum, harga aset Cecilia entah mengapa jatuh hingga ke dasar. Cecilia merasa begitu gelisah walaupun kedua orangtuanya sudah berada dalam kondisi lebih baik dan dipindahkan ke ruang rawat biasa. Cecilia merapikan selimut yang menyelimuti tubuh ibu dan ayahnya yang memang dirawat di ruangan yang sama. “Aku pasti akan memastikan bahwa kalian bisa memulihkan diri dengan nyaman,” ucap Cecilia.

Tepat setelah itu, Cecilia pun mendapatkan telepon dari kuasa hukumnya. Cecilia mengangkatnya dengan berdebar dan bertanya, “Apa ada kabar baik?”

“Benar, Nona. Ada seseorang yang akan membeli semua aset Anda tanpa menawar sedikit pun harga yang telah Anda tetapkan,” jawab suara di ujung sambungan telepon.

“Benarkah? Lalu kapan transaksinya akan dilangsungkan?” tanya Cecilia.

“Pihak mereka mengatakan lebih baik secepatnya. Hanya saja, mereka mengatakan bahwa orang terkait tidak akan hadir secara langsung, dan hanya diwakili oleh kuasa hukumnya,” ucap sang kuasa hukum.

Cecilia terdiam, merasa jika situasi tersebut sangatlah aneh. Namun, dalam situasi saat ini Cecilia tidak memiliki waktu untuk mencemaskan hal tersebut. Jadi ia pun berkata, “Kalau begitu proses semuanya secepat mungkin, dan tolong wakili aku. Lalu pastikan tidak ada masalah apa pun dalam kesepakatannya.”

Setelah sambungan telepon selesai, Cecilia pun mengepalkan kedua tangannya lalu berkata, “Baik, sekarang aku harus bekerja sebaik mungkin mengisi kekosongan posisi ayah.”

***

Untungnya setelah itu, semuanya berjalan dengan cukup lancar. Cecilia memang tidak terbiasa, tetapi ia berusaha keras mengisi kekosongan posisi ayahnya di perusahaan. Setidaknya apa yang ia lakukan bisa membuat perusahaan mereka tidak memburuk begitu cepat. Terlebih ketika kabar mengenai kondisi kesehatan Glen dan Leah tersebat, Cecilia menghasapi situasi sulit dengan cukup baik dengan dukungan orang-orang baik di sekitarnya.

Kondisi Glen dan Leah juga sudah cukup membaik, walaupun keduanya masih tetap berbaring dalam proses pemulihan mereka. Karena itulah, Cecilia masih tetap harus mengambil alih perusahaan, dan mengesampingkan semua masalah pribadinya. Di tengah itu semua, Cecilia jelas harus memutar otaknya untuk mencegah kebangkrutan perusahaan keluarganya tersebut. Satu-satunya cara untuk mencegah kebangkrutan adalah mendapatkan investor dan suntikan dana besar untuk menggerakan bisnis mereka kembali.

Mengingat semua investor sudah menarik dana mereka dan tidak mau lagi bekerjasama. Jadi saat ini Cecilia perlu mencari investor baru yang jelas saja sangat sulit karena semua orang menghindar, mengingat kondisi perusahaan Cecilia. Namun, lagi-lagi Cecilia mendapatkan sebuah bantuan yang sangat tidak terduga. Seseorang dengan senang hati menjadi investor bagi perusahaannya.

Orang itu tak lain adalah Aaron. Pembicaraan mereka berjalan dengan lancar, bahkan mereka sudah menandatangani kesepakatan dalam waktu singkat karena sama-sama tidak memiliki syarat yang menyulitkan. Setelah rapat selesai Cecilia dan Aaron pun memiliki waktu untuk berbincang secara pribadi. Cecilia bertanya, “Bukankah rasanya terlalu banyak kebetulan yang membuat kita bertemu? Bahkan saat ini kau memberikan bantuan yang begitu besar bagi perusahaan dan keluargaku.”

“Aku menjadi investor untuk perusahaanmu bukannya karena hanya ingin membantu. Tapi aku melihat peluang besar di sini. Kalian bisa membuatku kaya raya ketika mempercayakan uangku pada kalian,” ucap Aaron membuat Cecilia tersenyum tipis. Mengingat ia sendiri tahu, bahwa Aaron sudah sangat kaya hingga rasanya ia tidak perlu menginginkan uang recehan dari investasinya ini.

“Apa pun itu, aku sungguh berterima kasih,” balas Cecilia.

“Ah, kau membicarakan mengenai kebetulan yang membuat kita terus bertemu?” tanya Aaron.

Cecilia menatap Aaron dengan netranya yang indah dan mengangguk. Membuat Aaron berkata, “Kurasa ini bukanlah kebetulan semata, tetapi takdir. Kita terhubung oleh takdir. Hanya saja, aku tidak tau, takdir seperti apa yang menghubungkan kita.”

Cecilia terkekeh. “Kurasa itu benar, kita memang terhubung oleh takdir,” ucap Cecilia.

Lalu tiba-tiba Aaron melangkah mendekat dan menunduk sebelum membisikkan sesuatu yang entah mengapa sukses membuat jantungnya berdebar, “Lalu jujur saja, aku menginginkan takdir yang membuat kita lebih terikat. Lebih membutuhkan. Dan lebih … menginginkan.”

_____***_____

BAB 6

Penuh Damba

Meskipun sudah mendapatkan suntikan dana dalam jumlah yang cukup besar, perusahaan keluarga Cecilia belum kunjung membaik. Situasinya masih belum stabil dan membuat Cecilia berkeringat dingin. Cecilia pun pada akhirnya menyadari bahwa seberapa sulitnya memimpin perusahaan seperti ini. Perusahaan tidak akan berjalan baik dan membutuhkan sentuhan dingin Glen sebagai seseorang yang berdarah bisnis.

Glen tentu saja mengkhawatirkan kondisi putrinya tersebut dan bertanya, “Apa kau baik-baik saja? Jika terlalu sulit, jangan memaksakan diri. Ayah akan segera mengambil alih setelah dokter mengizinkan Ayah pulang ke rumah.”

Leah juga mengangguk. “Benar, Sayang. Jangan memaksakan diri,” ucap Leah.

Cecilia mengulum senyum dan membenarkan letak selimut bagi kedua orangtuanya. Jujur saja, Cecilia mengalami banyak hal yang sulit. Sebab banyak pandangan miring dan pendapat meremehkan pada dirinya. Mengingat dirinya memang tidak berspesialisasi dalam masalah berbisnis. Banyak yang menyangsikan dirinya bisa memimpin perusahaan dengan baik untuk keluar dari masa sulit.

Hanya saja, Cecilia mencoba untuk mengabaikan semuanya dan memilih untuk memfokuskan diri melakukan yang terbaik dan yang ia bisa untuk perusahaan. “Jangan terlalu cemas, Ayah, Ibu. Aku tidak hanya tau soal piano dan musik saja. Kalian yang melahirkanku memiliki darah bisnis yang kental, lingkunganku juga berputar dalam hal tersebut. Jadi, aku bisa melakukan yang terbaik perihal masalah ini,” ucap Cecilia.

Hanya saja, setelah itu Cecilia menghadapi situasi yang sangat tidak terduga. Di mana tiba-tiba ibu Aaron, Marian, menemui Cecilia di kantornya. Tanpa basa-basi, setelah dipersilakan duduk dan disajikan minuman, Marian berkata, “Aku tidak setuju dengan investasi yang sudah putraku berikan pada perusahaanmu.”

Cecilia berusaha untuk tetap tenang dan berkata, “Maaf Nyonya, investasi tersebut diputuskan oleh pihak Tuan Aaron setelah melihat keuntungan yang akan ia dapatkan ketika bisnis dan perusahaan saya bergerak lebih baik nantinya.”

“Jangan mengatakan omong kosong. Sudah dua bulan lamanya investasi sudah kau terima, tapi mana buktinya? Perusahaanmu belum memiliki perubahan positif apa pun. Tidak keuntungan yang kau bicarakan,” ucap Maria jelas-jelas memojokkan Cecilia.

Belum juga Cecilia melakukan pembelaan diri, Mari sudah kembali berkata, “Sekarang katakan saja dengan jujur, kau mendapatkan investasi dengan menggoda putraku itu, bukan? Tidak perlu berpura-pura polos di hadapanku. Kau pasti menggoda putraku setelah pertunanganmu diputus secara sepihak oleh tunanganmu itu. Akui saja dengan jujur.”

“Nyonya, saya tidak mengerti dengan apa yang Anda bicarakan. Hubungan saya dan Tuan Aaron hanyalah hubungan profesional kerja tanpa melibatkan perasaan pribadi. Jadi, tolong jangan memojokkan saya dengan cara seperti ini,” ucap Cecilia.

Maria memicingkan matanya merasa jengkel karena Cecilia tidak mengakui dugaannya. Lalu Maria pun bangkit dari duduknya dan berkata, “Aku pegang kata-katamu terkait kau tidak memiliki perasaan pribadi pada putraku. Karena itulah, jaga jarakmu dari putraku. Lalu pastikan bahwa kau bisa memberikan keuntungan pada putraku pada bulan ini juga atas investasinya. Jika tidak, maka kau harus mengembalikan semua dana investasinya tanpa kurang sedikit pun.”

***

Semenjak itu, Cecilia benar-benar tidak bertemu dengan Aaron walaupun itu adalah pertemuan antar perusahaan. Cecilia memilih untuk mengutus Arnold sebagai perwakilan dirinya. Jelas, Aaron merasa sangat tidak senang dengan hal itu. Hingga puncaknya setelah seminggu tidak bisa bertemu dengan Cecilia, Aaron pun mencaritahu alasan yang kemungkinan besar mendasarinya. Hal itu pun membawa Aaron untuk menemukan alasannya.

“Kenapa lagi-lagi ibu menggangguku,” gumam Aaron setelah mendengar laporan dari orang yang ia tugaskan untuk mencaritahu informasinya.

Setelah itu, Aaron pun memilih untuk pulang dan bertemu dengan ayahnya secara pribadi di ruang kerja sang ayah. Tentu saja mereka berbicara empat mata tampa sang ibu yang menurut Aaron pasti akan berusaha untuk menghalangi rencananya. Ayah Aaron, Alfred, tahu bahwa ada hal yang serius yang ingin dibicarakan oleh sang putra padanya. Karena itulah, Alfred langsung bertanya pada putranya, “Apa yang ingin kau bicarakan hingga datang ke kediaman utama seperti ini?”

“Ayah, tolong tenangkan ibu,” jawab Aaron yang sukses membuat sang ayah mengangkat salah satu alisnya.

Melihat ekspresi sang ayah, Aaron tau bahwa ayahnya meminta dirinya untuk menjelaskan lebih jauh. Padahal Aaron sendiri tahu bahwa ayahnya telah mengerti apa yang ia maksud. Namun, saat ini Aaron yang membutuhkan bantuan sang ayah. Karena itulah Aaron harus memuaskan sang ayah. Ia berkata, “Aku yakin Ayah pasti sudah tau apa yang Ibu lakukan pada Cecilia. Jadi, tolong tenangkan Ibu dan buat Ibu untuk tidak lagi ikut campur dalam rencanaku.”

“Katakan saja secara langsung pada ibumu apa yang kau pikirkan itu,” ucap Alfred membuat Aaron mengernyitkan keningnya.

Aaron bertanya, “Ayah yakin memintaku mengatakannya secara langsung pada Ibu? Apa memang Ayah tidak bisa membayangkan apa yang akan kukatakan pada ibu?”

Aaron mengatakan hal tersebut karena memang dirinya mengenal dirinya sendiri dengan sangat baik. Pria tampan itu menambahkan dengan berkata, “Ayah, aku tidak bisa menjamin bahwa aku tidak akan melukai hati ibu dengan kata-kata yang kulontarkan. Perkataanku sangat besar kemungkinan membuatnya terluka.”

Alfred tentu saja menghela napas panjang. Sadar bahwa sang putra sudah bertekad, dan apa yang dilakukan oleh istrinya sebelumnya memang hal yang salah. Daripada masalah ini berlarut-larut, atau ada masalah baru yang muncul karena ia membiarkan Aaron berbicara secara langsung pada Maria. Jadi, pada akhirnya Alfred memilih untuk mengambil jalan tengah. Ia harus mengambil langkah dengan bijak.

Alfred mengangguk dan bertanya, “Baiklah, Ayah akan bicara pada ibumu seperti apa yang kau inginkan. Tetapi sebagai gantinya, katakan pada Ayah sebenarnya apa yang tengah kau rencanakan saat ini?”

Mendengar pertanyaan tersebut pun menyeringai tipis. Jujur saja, Aaron merasa suasana hatinya membaik ketika kembali mengingat rencana apa yang tengah ia pikirkan. Lalu Aaron berkata, “Ayah, aku menginginkan Cecilia. Karena itulah, aku menyusun semua rencana ini dengan sebaik mungkin.”

“Kau ingin memilikinya?” tanya Alfred.

“Jika aku tidak ingin memilikinya, aku tidak mungkin melakukan semua ini, Ayah. Aku tidak akan berusaha sejauh ini untuk mendapatkannya,” ucap Aaron.

Alfred tampak begitu tertarik dibuatnya. “Ini sungguh hal yang baru. Ayah belum pernah melihatmu memiliki ketertarikan yang sedemikian besar pada seorang wanita. Bahkan sejauh yang Ayah tau rasanya ini adalah kali pertama bagimu untuk memiliki ketertarikan pada seorang wanita. Seberapa luar biasa wanita itu hingga membuatmu berubah seperti ini?” tanya Alfred.

“Dia adalah wanita yang sangat luar biasa memesona. Dia membuatku sangat berdebar dan antusias hanya dengan membayangkan senyumannya. Dengan hanya membayangkan aku memeluknya, aku sudah merasakan kebahagiaan yang membuat hatiku berbunga-bunga,” jawab Aaron membuat Alfred kembali dibuat terkejut karena rupanya sang putra bisa merasakan hal tersebut, bahkan bisa dengan jujur membuka hatinya.

Padahal bisa dibilang sebelumnya putranya ini sangat tertutup. Ia cukup dingin bahkan pada keluarganya sendiri. Namun, hanya karena merasakan jatuh cinta, sikap dan kebiasaannya berubah dengan cukup besar. Karena itulah, Alfred merasa jika Cecilia sepertinya membawa dampak yang sangat baik bagi sang putra. Rasanya Alfred perlu mencari tahu mengenai Cecilia lebih jauh lagi, dan memastikan apakah ia memang bisa membiarkan Cecilia berdiri di sisi putranya atau tidak.

“Karena itulah, apa pun yang terjadi, aku akan memastikan bahwa Cecilia, wanita yang sangat kudambakan akan jatuh ke dalam pelukanku,” ucap Aaron sembari menyerigai.

_____***_____

BAB 7

Bencana

Menghindari seseorang yang selalu membantumu tentu saja terasa sangat tidak nyaman, dan itu jugalah yang dirasakan oleh Cecilia. Mengingat Cecilia saat ini memang harus terus menghindari Aaron sebab ia tahu bahwa Nyonya Maria senantiasa mengawasi. Jika sampai ada situasi yang tidak sesuai dengan harapan Maria, bisa saja bantuan yang didapatkan perusahaan akan terputus sebelum perusahaan benar-benar membaik. 

Namun untungnya, situasi yang tidak nyaman tersebut tidak berlangsung lama. Mengingat saat ini, Glen yang sudah diizinkan untuk pulang ke rumah memilih untuk segera mengambil alih posisinya yang sebelumnya diisi sementara waktu oleh sang putri. Tentu saja Cecilia merasa cemas untuk membiarkan sang ayah kembali bekerja sebelum dirinya sepenuhnya sehat, tetapi Glen berkata bahwa ia harus segera kembali ntuk membuat perusahaan kembali membaik.

Kini tersisa Cecilia yang pada akhirnya bergerak untuk melakukan rencananya selama ini. Di mana dirinya akan mengadakan kelas sesuai dengan saran guru lesnya dulu. Margaret bahkan memberikan rekomendasi untuk Cecilia terkait murid-murid yang memang sangat ingin mendapatkan kelas darinya. Sebenarnya, orangtuanya tidak setuju terkait ide ini. Namun, Cecilia tetap memutuskan untuk melakukannya setelah berjanji bahwa dirinya akan tetap fokus dengan karir pianisnya.

“Pertemuan selanjutnya harus sesukses ini,” ucap Cecilia tampak berada dalam suasana hati yang baik setelah menyelesaikan pertemuannya dengan wali murid yang akan mengambil kelasnya.

Hari ini jadwal Cecilia penuh untuk bertemu dengan para wali murid yang memang sudah mengisi penuh list calon siswa kelasnya. Tentu saja semua itu terjadi mengingat Cecilia sudah sangat dikenal sebagai pianis berbakat. Disaat dirinya membuka kelas eksklusif, tentu saja ada banyak orang-orang kelas atas yang dengan senang hati mengeluarkan uang untuk putra putri mereka. Tentu saja hal itu membuat Cecilia merasa sangat bersemangat. “Aku yakin semuanya akan berjalan dengan baik,” gumam Cecilia.

Namun, situasi tidak terduga terjadi. Mobil Cecilia mengalami kerusakan di tengah jalan menuju restoran tempat dirinya akan bertemu dengan beberapa wali murid sembari menikmati makan siang. “Aku tidak bisa terlambat di waktu penting ini,” ucap Cecilia.

Untungnya tempatnya sudah tidak terlalu jauh, jadi Cecilia turun dari mobilnya sembari menghubungi pihak asuransi. Setelah memastikan mobilnya akan ditangani, Cecilia melangkah seorang diri menuju restoran. Cecilia melangkah dengan tergesa-gesa menuju restoran. Tentu saja dirinya merasa kelelahan, tetapi ia tetap mempertahankan sikap elegan dan kerapiannya saat berhadapan dengan para wali murid.

“Astaga, Anda terlihat sangat cantik dilihat dari dekat seperti ini,” ucap para wali murid yang totalnya lima orang tersebut.

Cecilia menarik sebuah senyuman sebelum berkata, “Terima kasih atas pujiannya, tapi saya rasa saya kalah cantik dari kalian.”

Mereka berbasa-basi sejenak, sebelum Cecilia mulai membicarakan inti pertemuan mereka. Mereka membicarakan mengenai pembagian jadwal pertemuan eksklusif. Di mana setiap kelasnya Cecilia hanya akan melakukan pertemuan dengan satu orang murid. Maksimal satu jam pelajaran, dan bisa lebih sesuai dengan apa yang disepakati antara pengajar dan pihak murid.

Setelah itu, barulah mereka menikmati makan siang sembari membicarakan hal-hal yang santai. Sebenarnya para orangtua itu sudah mengetahui kondisi keuangan perusahaan keluarga Cecilia yang sulit, tetapi mereka semua tidak merasa ragu untuk mempercayakan putra-putri mereka pada Cecilia. Mereka tidak merasa jika kesulitan itu berhubungan dengan kemampuan Cecilia. Bahkan secara kasar, bisa dibilang kesulitan itu membuahkan kesempatan yang tidak mungkin datang untuk kedua kalinya.

“Terima kasih atas kesempatan yang sangat berharga ini, Nona Cecilia. Kami percayakan buah hati tersayang kami pada Anda. Kami yakin, bakat Anda bisa membuat putra-putri kami berkembang pesat dan memiliki nama sebesar Anda,” ucap salah satu wali murid mewakili yang lainnya.

“Saya yang seharusnya berterima kasih, karena kalian memberikan kepercayaan yang sangat berharga ini pada saya. Tentu saja saya akan berusaha sekeras mungkin untuk tidak mengecewakan kepercayaan kalian ini,” ucap Cecilia lalu berjabat tangan dengan para wali murid.

Setelah itu Cecilia pun berpisah dengan para wali murid, tetapi Cecilia tidak bisa segera meninggalkan restoran karena harus menunggu taksi yang ia pesan. Cecilia akan menunggu di area depan resto, dan rupanya waktunya bertepatan dengan rombongan lain. Di mana salah satunya adalah orang yang Cecilia kenal, yaitu Aaron. Pria itu segera memisahkan diri dari rombongan dan mendekat pada Cecilia yang entah mengapa merasa begitu gelisah.

“Bukankah akhir-akhir ini kita sangat sulit bertemu seperti ini?” tanya Aaron.

Cecilia tidak memiliki pilihan lain untuk tersenyum dan mengangguk. “Benar. Bagaimana kabar Anda, Tuan Aaron?” tanya Cecilia.

“Kabarku tidak terlalu baik karena aku tidak bisa melihat wajahmu selama beberapa waktu,” jawab Aaron jujur membuat Cecilia tersenyum canggung karena mengingat peringatan yang diberikan oleh Maria tempo hari.

Jadi, pada akhirnya Cecilia pun berkata, “Anda masih senang bercanda rupanya, saya selalu merasa terhibur ketika berbincang dengan Anda, Tuan. Tapi, maaf saya tidak bisa berbincang dengan Anda lebih lama karena taksi saya sudah menunggu.”

“Taksi? Kau tidak membawa mobilmu?” tanya Aaron mengabaikan sebagian apa yang dikatakan oleh Cecilia.

Cecilia pun menjawab, “Mobil saya tengah diperbaiki, karena itulah saya harus memesan taksi. Kalah begitu, saya undur diri lebih dulu.”

“Biar kuantar. Sekretarisku juga kembali ke kantor terlebih dahulu karena ada masalah yang harus diselesaikan. Sepertinya aku juga akan menggunakan taksi,” ucap Aaron tidak memberikan kesempatan bagi Cecilia untuk menolak apa yang dikatakan olehnya.

Cecilia dan Aaron pun melangkah bersama menuju tempat di mana mereka bisa menunggu taksi berada. Mengingat memang ada area khusus yang dipergunakan untuk menunggu taksi pesanan. Mereka harus menyeberang untuk mencapai titik tersebut. Dan selama perjalanan tersebut, Aaron terus mengajak Cecilia berbincang. Tentunya Cecilia tidak memiliki pilihan selain memberikan respons yang tepat pada Aaron. Hingga tiba waktunya mereka untuk menyeberang jalan, dan saat itulah Cecilia mendapatkan pesan.

Cecilia yang pada dasarnya selalu menunggu pesan dari Matt pun bergegas untuk memeriksa ponselnya ketika berada di penyeberarangan. Hanya saja, langkah Cecilia terhenti ketika dirinya masih jauh mencapai sisi seberang jalan. Aaron tidak menyadarinya karena dirinya masih sibuk berbincang sendiri. Aaron menyadari hal itu ketika mendengar suara lampu lalu lintas yang memberikan peringatan bahwa waktu menyeberang sudah hampir habis.

“Cecil? Ada apa? Kenapa kau tidak menyeberang?!” seru Aaron.

Namun, Cecilia sama sekali tidak memberikan respons, karena ia masih terlalu terguncang dengan apa yang ia lihat. Rupanya Cecilia melihat pesan baru yang ternyata berasal dari nomor yang tidak dikenal. Namun, nomor itu mengirim foto Matt dan seorang wanita asing yang tengah berciuman di pesta bikini. Ada pula video yang berisi Matt dan wanita itu tengah berdansa di club malam dengan penuh gairah. Lalu dipenuhi seruan bahwa keduanya adalah pasangan yang baru meresmikan hubungan mereka.

“Cecil!” seru Aaron lagi merasa panik karena lampu penyeberangan jalan sudah berubah warna dan mobil sudah mulai melaju menghindari Cecilia. Namun yang membuat Aaron panik adalah sebuah mobil yang terlihat melaju dengan cara yang tidak terkendali.

Firasat buruk membuat Aaron terburu-buru segera berusaha untuk mencapai Cecilia. Tentu saja suara jerit dan klakson membuat Cecilia tersadar, tetapi semuanya terlambat. Atau hampir terlambat bagi Cecilia jika saja Aaron tidak memberikan bantuan. Tepatnya Aaron mengorbankan dirinya untuk Cecilia. Keduanya terpental, dan jatuh tidak sadarkan diri. Namun, dibandingkan Cecilia, Aaron lebih parah. Kepala dan kakinya terluka.

Situasi jelas menjadi sangat kacau. Baik Aaron dan Cecilia yang terluka sekaligus tidak sadarkan diri segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan. Sementara keluarga mereka segera mendapatkan kabar dan bergegas ke rumah sakit. Hanya saja, ketika bertemu ada ketegangan yang terasa di antara kedua pasangan orangtua tersebut.

Tepatnya, Maria yang terlihat memusuhi Glen dan Leah. Ia menatap keduanya dengan penuh kemarahan dan berkata, “Lihat saja, jika ada hal buruk yang terjadi pada putraku, maka kalian harus membayarnya. Putri kalian yang pintar menggoda itu, harus membayar mahal atas kejadian ini!”

_____***_____

BAB 8

Sebuah Usulan

“Berhentilah menangis. Aku sungguh tidak apa-apa,” ucap Aaron dengan suara parau yang semakin membuat Cecilia menangis keras.

Kini Cecilia dan Aaron sudah sama-sama sadarkan diri setelah beberapa hari mendapatkan perawatan di ruangan mereka masing-masing. Baru kali ini Cecilia diizinkan untuk ke luar dari ruang rawatnya dan berkunjung melihat Aaron. Hanya saja, Cecilia tidak bisa menahan tangisnya saat melihat kondisi Aaron. Dibandingkan dirinya, kondisi Aaron jelas lebih parah.

Ada beberapa retakan dan patahan pada pinggul serta kaki Aaron, yang membuat dirinya akan kesulitan untuk berjalan dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, salah satu matanya memiliki masalah karena benturan pada kepalanya. Belum luka memar dan luka gores yang menghiasi tubuhnya. Semua itu membuat Cecilia terus menangis, dan membuat Aaron merasa begitu gelisah.

“Kumohon, jangan menangis seperti ini. Kau membuatku merasa sangat menyesal karena menjadi alasanmu menangis,” ucap Aaron dengan suara paraunya yang memang belum membaik.

Cecilia menatap Aaron dengan matanya yang memerah. “Lalu bagaimana denganku? Apakah kau tidak bisa membayangkan seberapa menyesalnya diriku karena menjadi alasan kondisimu saat ini?” tanya Cecilia masih dengan derai air mata yang menghiasi pipinya.

Aaron sontak menggeleng sebelum meluruskan, “Aku tidak seperti ini karena dirimu, Cecilia. Tepatnya, aku seperti ini karena keputusan yang kuambil sendiri. Bagiku, jelas lebih baik diriku saja yang terluka daripada melihatmu terluka.”

Jawaban itu sukses membuat Cecilia terdiam dibuatnya. Cecilia bisa merasakan tatapan lembut dan penuh kelegaan yang Aaron tujukan padanya saat mengetahui bahwa Cecilia tidak mengalami luka parah. Ia hanya mengalami beberapa lebam, lecet, dan sedikit terkilir. Tatapan, perlakuan, hingga perkataan Aaron tersebut tentu saja membuat Cecilia merasa begitu gelisah.

“Tapi kenapa? Kenapa kau melakukan semuanya sejauh itu?” tanya Cecilia.

“Karena itu demi dirimu. Rasanya aku bisa melakukan apa pun, jika itu memang untuk dirimu,” jawab Aaron membuat sudut hati Cecilia tergelitik oleh sensasi yang rasanya telah lama tidak ia rasakan.

Ketika Cecilia terdiam seperti itu, Aaron pun menambahkan, “Jadi, sekarang berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Sebab semua ini terjadi karena keputusanku sendiri.”

Namun, baru saja Aaron selesai berkata seperti itu, tiba-tiba Maria masuk ke dalam ruang rawat tersebut dan menyerbu Cecilia. Maria menjambak Cecilia hingga Cecilia terjatuh dan meringis kesakitan. Aaron yang masih terbaring di ranjang rawat tentu saja berseru hingga bagian-bagian tubuhnya yang terluka terasa sakit kembali. “Ibu, apa yang Ibu lakukan! Berhenti!” seru Aaron.

Tepat sebelum Maria memukuli Cecilia yang ia anggap sebagai penyebab dari nasib malang putranya, Alfred datang bersama dengan kedua orangtua Cecilia. Mereka tentunya segera memisahkan keduanya. Alfred menahan istrinya yang masih mengamuk, sementara Glen dan Leah segera memeriksa kondisi putri mereka yang tampak kacau. Tentu saja, sebagai orangtua Glen dan Leah sama-sama merasa begitu tidak senang saat melihat putri mereka mendapatkan perlakuan seperti ini.

“Ini semua karena dirimu! Jika saja tidak menolongmu, putraku sama sekali tidak akan berakhir seperti ini!” teriak Maria.

“Ma-Maafkan saya,” ucap Cecilia yang tampak bergetar di dalam pelukan ayahnya.

“Maaf kau bilang! Kau pikir permintaan maafmu itu bisa mengembalikan putraku seperti semula!” teriak Maria lagi dan memberontak untuk kembali menyerang Cecilia.

Namun, saat itulah Aaron berteriak, “Berhenti menyerang wanita yang kucintai, Ibu!”

Seruan Aaron yang bergema tersebut sukses membuat semua orang terdiam karena terlalu terkejut dengan apa yang sudah diserukan oleh Aaron tersebut. Semua orang mengarahkan pandangannya pada Aaron, termasuk Cecilia yang tampak begitu bingung. Aaron pun tampak malu-malu dan salah tingkah saat berkata, “I, Ini terasa sungguh memalukan karena aku mengakuinya dalam situasi seperti ini. Tapi, aku sama sekali tidak berbohong. Aku menyukai Cecilia, jadi jangan sakiti dia.”

Saat itulah Alfred pun dengan bijak berkata, “Sekarang semuanya tenang, dan mari kita duduk. Kurasa kita harus berbincang dengan kepala dingin untuk menemukan jalan tengah dari semua masalah ini.”

Setelah itu mereka pun duduk bersama, tentu saja Aaron dan Cecilia dilibatkan dalam perbincangan tersebut. Namun, Maria dibuat kesal dengan Aaron yang terus saja membela Cecilia dan memintanya untuk tidak menyalahkan Cecilia atas apa yang telah terjadi. Terlihat dengan sangat jelas bahwa Aaron sangat tergila-gila pada Cecilia. Hal yang tentunya tidak pernah Maria dan Alfred lihat dari putra mereka.

“Aku tidak setuju jika kalian mengatakan bahwa ini semua tidak terjadi karena Cecilia. Menurut logika saja, jika Cecilia tidak melamun di tengah jalan dan hampir tertabrak, maka Aaron tidak mungkin menyelamatkannya dan berakhir seperti ini,” ucap Maria.

“Ibu,” panggil Aaron putus asa karena pikiran sang ibu sama sekali tidak berubah.

Aaron juga merasa sangat gelisah saat melihat Cecilia yang tampak begitu bersalah dan hanya duduk dengan menunduk di tengah ayah dan ibunya. Maria mengabaikan putranya lalu menatap Glen dan Leah. “Aku menuntut pertanggungjawaban atas semua ini,” ucap Maria.

“Tentu saja kami akan bertanggung jawab. Kami akan menanggung semua biaya rumah sakit, bahkan biaya terapi Aaron ke depannya,” jawab Glen. 

Meskipun saat ini mereka tengah mengalami kesulitan keuangan, Glen akan berusaha keras untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh Aaron dalam proses pemulihannya tersebut. Namun, rupanya Maria menanggapi perkataan Glen tersebut dengan sangat sinis. Ia mendengkus dan membuat suaminya memberikan teguran.

“Memangnya apa salahku? Bukankah menurutmu itu juga terdengar mustahil, suamiku? Mereka memiliki masalah finansial, dan bagaimana mungkin mereka bisa membiayai rumah sakit hingga masa pemulihan dan terapi?” tanya Maria.

“Meskipun ini memang sulit, kami akan tetap berusaha untuk memenuhi kewajiban kami,” ucap Leah mencoba untuk ikut dalam pembicaraan dan meredakan kemarahan Maria. Sebagai sesama ibu, tentu saja Leah mengerti apa yang tengah dirasakan oleh Maria saat ini.

“Tidak perlu. Kalian bisa bertanggung jawab dengan cara lain yang sudah lebih pasti. Cecilia harus menjadi perawat bagi Aaron,” ucap Maria membuat semua orang tidak setuju, kecuali Cecilia yang masih diam sejak tadi.

“Ibu, berhenti mengatakan omong kosong. Hal yang Ibu usulkan itu jelas akan menyulitkan Cecilia. Jangan menghalangi masa depan Cecilia sebagai pianis berbakat,” ucap Aaron.

Namun, hal itu membuat Maria berteriak, “Lalu bagaimana denganmu sendiri? Kau putraku satu-satunya, putra yang sangat kusayangi dan kucintai! Tapi kini kau bahkan tidak bisa menggunakan mata dan kakimu dengan normal! Kau pikir semua ini karena salah siapa?!”

“Sudah kubilang jangan memojokkan Cecilia seperti itu, Ibu!” seru Aaron yang jelas membuat Maria syok.

Suasana menjadi semakin tidak nyaman karena perdebatan di antara ibu dan anak tersebut. Hingga Cecilia pun mengangkat tangannya lalu berkata, “A-Aku tidak keberatan untuk bertanggung jawab seperti yang diinginkan oleh Nyonya Maria.”

Sontak saja Maria senang sementara yang lainnya terkejut. Aaron bahkan berkata, “Tidak, Cecil. Jangan memaksakan dirimu seperti itu. Apa kata orang jika kau terus merawat pria asing sepertiku. Bisa-bisa aku akan menghalangi masa depanmu.”

Cecilia menggeleng dan menjawab, “Jangan bicara seperti itu, kau membuatku semakin bersalah.”

Saat itulah, Alfred mendapatkan ide untuk menengahi. Ia berkata, “Bagaimana jika kalian menjadi pasangan resmi saja? Kurasa itu menjadi jalan yang paling bijaksana untuk situasi saat ini.”

Marian menatap Alfred dengan tajam sebelum bertanya dengan nada tinggi, “Apa mungkin saat ini kau mengusulkan agar keduanya menikah?”

_____***_____

BAB 9

Situasi Menguntungkan

Dua bulan setelahnya, kondisi Aaron sudah jauh lebih baik. Namun, seperti yang sudah dikatakan oleh dokter, ia tidak bisa menggunakan kedua kakinya secara normal. Saat ini, ia hanya bisa beraktifitas dengan menggunakan kursi roda. Salah satu matanya yang memang masih berada dalam pemulihan, harus menggunakan penutup mata untuk memastikan bahwa kondisinya tetap terjaga selama proses pemulihan tersebut. Dan tepat pada dua bulan tersebut, Aaron dan Cecilia resmi menjadi pasangan suami istri.

Aaron menyematkan cincin yang dipesan khusus pada jari manis Cecilia. Lalu Cecilia juga melakukan hal yang sama dengan menyematkan cincin pada jari manis Aaron. Pendeta yang telah memberikan pemberkatan pada keduanya pun berkata, “Selamat atas pernikahan kalian, dan semoga pernikahan kalian senantiasa terberkati oleh kebahagiaan sepanjang jalan.”

Kini, Aaron dan Cecilia memang sudah resmi menikah secara hukum dan agama. Pada awalnya, pernikahan akan diselenggarakan secara diam-diam dan tanpa pemberkatan. Di mana mereka hanya akan mendaftarkan pernikahannya saja untuk diakui secara hukum. Namun, Aaron menolak hal tersebut. Ia ingin mendapatkan pemberkatan juga, dan Cecilia juga tidak keberatan dengan apa pun yang diputuskan oleh Aaron. Sebab Cecilia menganggap hal tersebut sebagai tanggung jawabnya.

Setelah itu Jorge membantu Aaron untuk mendorong kursi rodanya dan melangkah bersisian dengan Cecilia menuju mobil yang memang sudah menunggu di pintu depan katedral. Para orangtua yang memang hadir dalam acara pemberkatan juga mengikuti di belakang mereka. Hanya ada beberapa orang yang menghadiri acara pernikahan tersebut, tetapi setiap orangnya memasang ekspresi yang berbeda. Tidak ada kebahagiaan di sana, terlebih pada orangtua Cecilia yang terlihat begitu sedih karena nasib putri mereka.

“Lebih baik kalian tinggal di kediaman utama kita saja, setidaknya hingga Aaron benar-benar membaik,” ucap Maria masih tidak senang dengan ide bahwa Aaron dan Cecilia akan tinggal secara terpisah di kediaman pribadi yang sudah Aaron siapkan.

Aaron memang memutuskan hal tersebut selain agar ia bisa memulihkan diri dengan tenang, itu ia lakukan agar para orangtua tidak secara mudah mencampuri rumah tangganya dengan Cecilia. Walaupun pernikahan ini terjadi tanpa direncanakan olehnya dan Cecilia, tetapi ini adalah kesempatan yang sangat menyenangkan bagi Aaron. Ini adalah peluang yang sangat baik, yang tentu saja tidak akan pernah ia lepaskan. Jadi, sebisa mungkin ia memastikan bahwa tidak ada masalah yang muncul selama mereka menjalani pernikahan tersebut.

“Maaf, Ibu. Aku sudah menyiapkan rumah yang paling cocok untuk aku dan Cecilia tinggali. Jadi, tolong jangan menghalangi kepergian kami,” ucap Aaron.

“Ya, jangan mencemaskan perkataan ibumu. Pergilah. Kau juga harus beristirahat,” ucap Alfred menengahi.

Glen dan Leah sendiri memeluk putri mereka yang tampak cantik dengan gaun pengantin sederhana yang mengusung tema elegan yang begitu indah. “Sayang, jangan lupa beri kabar saat kau sudah tiba nanti,” ucap Leah.

“Baik, Ayah, Ibu. Sampai jumpa lagi,” balas Cecilia lalu masuk ke dalam mobil setelah memastikan bahwa suaminya yang dibantu oleh Jorge sudah duduk dengan nyaman.

Lalu setelah itu, Jorge yang sudah duduk di balik kemudi segera mengemudikan mobil untuk pergi menjauh meninggalkan katredal tempat mereka mendapatkan pemberkatan. Awalnya, perjalanan itu hanya diisi oleh keheningan. Namun, di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba Aaron berkata, “Maafkan aku. Karena situasi dan tekanan yang diberikan oleh keluargaku, pada akhirnya kau harus terikat dengan pria yang menyedihkan seperti diriku.”

Mendengar hal itu, Cecilia segera menatap Aaron yang rupanya tengah menatap dirinya. Cecilia menggeleng. “Jangan berkata seperti itu. Selain sebagai bentuk tanggung jawabku padamu, pernikahan ini juga terjadi karena keputusanku sendiri. Aku sungguh berharap, bahwa pernikahan ini bisa membuatku terlepas dari masa lalu yang terus membayangiku dengan rasa sakit yang sungguh mengganggu.”

Meskipun tidak secara gamblang mengatakan bahwa ia berharap pernikahannya dengan Aaron bisa membuatnya melupakan Matt, tetapi Aaron yang secara garis besar mengetahui kisah percintaan Cecilia pun paham. Aaron dengan lembut menggenggam tangan Cecilia. Mengusap cincin yang menghiasi jari manis istrinya itu dengan hati-hati sebelum berkata, “Aku tau itu pasti tidak akan mudah, tetapi aku akan berusaha keras untuk membahagiakanmu, Istriku.”

***

Aaron mengendalikan kursi rodanya dengan mudah. Di rumah, ia memang menggunakan kursi roda canggih yang didesain khusus untuk bisa ia kendalikan menggunakan beberapa tombol. Ia masuk ke dalam ruang kerjanya dengan Jorge yang mengikuti di belakang. Mereka memang memiliki beberapa hal yang perlu diperbincangkan, tetapi Aaron baru bisa pergi setelah memastikan istrinya tidur dengan lelap.

“Jadi, apa yang ingin kau laporkan?” tanya Aaron setelah berada di balik kursi kerjanya.

“Kesepakatan terakhir dengan pihak perusahaan iklan sudah disepakati dengan syarat tambahan yang kita ajukan, Tuan. Anda hanya perlu menandatanganinya sebelum proyeknya dilanjutkan. Lalu sisanya, adalah beberapa hal yang memang memerlukan persetujuan Anda,” ucap Jorge.

Karena kondisinya saat ini, Aaron memang memiliki keterbatasan untuk bekerja secara leluasa seperti sebelumnya. Jadi, pada akhirnya beberapa pekerjaan memang diambil alih oleh Jorge yang secara langsung berada di bawah pengawasan Aaron. Lalu sisanya, pekerjaan yang memang harus ditangani langsung oleh Aaron, akan dialihkan ke rumah. Itu cukup efisien, karena Aaron masih bisa bekerja walaupun kondisinya tidak sama seperti dulu.

Meskipun kondisinya agak menyedihkan karena bergantung pada kursi roda dan bahkan masih menggunakan penutup mata untuk salah satu matanya yang cidera, tetapi Jorge melihat bahwa suasana hati sang tuan sangat baik. Aaron sendiri menyadari bahwa Jorge terus mengamatinya dengan lekat dan bertanya, “Apa ada yang ingin kau katakan?”

“Saya hanya merasa bahwa suasana hati Tuan tengah sangat baik,” ucap Jorge.

Aaron pun tidak bisa menahan senyumannya. Ia meletakkan bolpoinnya dan bersandar pada sandaran kursi roda yang ia gunakan. Aaron mengangguk. “Ya, aku tidak bisa memungkirinya. Suasana hatimu memang sangat baik. Tanpa disangka, situasi berjalan lebih daripada yang telah kurencanakan sebelumnya.”

Pada awalnya Aaron agak tidak senang karena sang ibu terus memojokkan Cecilia. Namun, pada akhirnya situasi tersebut membuahkan hal yang menguntungkan bagi Aaron. Terlebih ketika ayahnya mengusulkan untuk menikahkan Cecilia dan Aaron. Karena Aaron menyukai Cecilia, dan Cecilia sendiri bersedia untuk bertanggung jawab pada Aaron yang mengalami kerugian karena telah menolongnya. Itu semua tidak sesuai dengan rencana, tetapi tetap memberikan keuntungan baginya.

“Bagaimana mungkin aku tidak sesenang ini, di saat wanita yang kuinginkan kini telah berada di genggaman tanganku?” tanya Aaron tidak bisa menyembunyikan seringainya.

“Saya turut senang jika Tuan merasa bahagia seperti itu,” ucap Jorge.

“Tentu. Setelah menjadi seperti ini, aku jelas tidak akan pernah melepaskan Cecilia. Dia akan menjadi Nyonya Clinton selama sisa hidupnya,” ucap Aaron sembari menyeringai penuh kemenangan.

_____***_____

BAB 10

Upaya

Cecilia dan Aaron memulai hari mereka sebagai pasangan suami istri di kediaman yang memang telah Aaron persiapkan. Itu adalah rumah modern dengan banyak kaca dinding di sekeliling bangunan. Hal itu membuat para penghuni bisa melihat pemandangan hijau yang mengelilingi bangunan dengan mudahnya. Terlebih, rumah tersebut memang dibangun di daerah yang cukup tinggi dan di tengah area hijau luas milik pribadi.

Tidak ada banyak pekerja di sana. Atau tepatnya hanya beberapa orang yang diizinkan untuk melayani Cecilia dan Aaron secara langsung. Sementara sisanya mendapatkan tugas untuk merawat rumah, halaman, hingga area hijau yang luas. Jadi, bisa dibilang total para pekerja bisa mencapai puluhan hingga ratusan, dan mereka semua tinggal di bangunan terpisah yang tidak terlihat dari bangunan utama.

“Biar aku yang mengambilkannya,” ucap Cecilia pada Aaron yang memang kesulitan untuk mengambil telur mata sapi yang ia inginkan.

“Terima kasih,” balas Aaron ketika Cecilia meletakkan goreng telur pada piringnya.

“Apa ada yang kau butuhkan lagi?” tanya Cecilia sembari menatap Aaron.

Aaron tampak tersenyum bahagia lalu menjawab, “Tidak. Terima kasih, Istriku.”

Cecilia tidak mengatakan apa pun dan duduk di kursinya dengan ekspresi yang sulit diartikan. Jujur saja, saat ini Cecilia merasakan sesuatu yang aneh pada hatinya. Saat ini Cecilia sudah mendapatkan status baru. Di mana ia telah menjadi Nyonya Clinton, istri dari Aaron. Rasanya sungguh aneh ketika Aaron memanggilnya dengan panggilan istri seperti tadi.

Aneh bukan dalam artian yang negatif. Ini perasaan aneh yang menyenangkan. Entahlah, Cecilia sendiri bingung untuk menjelaskannya. Di tengah Cecilia yang bingung dengan perasaannya sendiri, Cecilia terkejut dengan Aaron yang menjatuhkan alat makannya. “Ah, maafkan aku,” ucap Aaron merasa bersalah.

Cecilia yang menyadari bahwa Aaron kesulitan untuk makan sendiri karena penglihatannya yang memang belum sepenuhnya pulih pun menggeleng. “Tidak apa-apa. Biar aku membantumu,” ucap Cecilia dan rupanya berniat untuk membantu dengan menyuapinya.

Aaron tentu saja tidak keberatan, hanya saja ia merasa agak terkejut saja karena tidak mengira Cecilia melakukan hal tersebut. “Terima kasih,” ucap Aaron sembari menerima suapan dari sang istri.

Cecilia juga menikmati makanannya sendiri dengan alat makan dan piring yang berbeda. Selama acara makan tersebut, keduanya pun memperbincangkan banyak hal. Seakan-akan memanfaatkan situasi dan kesempatan tersebut untuk saling mengenal satu sama lain. Hingga sampai ke topik di mana Aaron menanyakan tentang rencana Cecilia selanjutnya terkait karirnya sebagai seorang pianis.

Sorot mata Cecilia meredup, tetapi ia berkata, “Aku akan memikirkannya nanti. Untuk sekarang, kurasa lebih baik fokus mengenai pemulihanmu saja.”

Sudah jelas, Cecilia menghindari topik tersebut, dan Aaron yang menyadarinya tidak berniat untuk membuat Cecilia tidak nyaman dengan terus membicarakan masalah tersebut. Jadi, pada akhirnya pembicaraan hari itu berakhir dengan cara yang cukup canggung. Sebab keduanya sama-sama berusaha untuk menjaga perasaan satu sama lain. Lalu menyisakan perasaan yang tidak nyaman.

Namun, malamnya, Cecilia dikejutkan dengan Aaron yang tiba-tiba mengatakan bahwa ia ingin menunjukkan sesuatu untuk Cecilia setelah mereka selesai makan malam. Aaron menuntut Cecilia menuju sebuah ruangan yang memang belum pernah Cecilia kunjungi sebelumnya. Barulah di sana Cecilia melihat apa ysang sudah dipersiapkan secara rahasia oleh Aaron.

Cecilia bahkan kesulian berkata-kata saat melihat hadiah tersebut. Cecilia menatap Aaron dan bertanya, “Apa ini sesuai dengan apa yang kubayangkan?”

Aaron mengangguk sembari menjawab, “Benar, ini adalah grand piano yang kau inginkan. Aku mendengarnya dari ayah mertua bahwa kau sangat menginginkan grand piano ini, dan tidak bisa mendapatkannya karena edisi ini dibuat secara terbatas dan tidak lagi bisa diproduksi.”

Cecilia tampak terharu sekaligus berdebar. Mengingat ia tahu bahwa Aaron pasti merasa sangat kesulitan untuk menyiapkan benda ini. Sebab sebelumnya, ia dan ayahnya juga sudah mencoba untuk mencari serta membelinya dari para pengoleksi. Namun usahanya sungguh sia-sia, karena tidak membuahkan hasil. Aaron sendiri bertanya, “Apa kau menyukainya?”

Cecilia mengangguk. “Sangat. Aku sangat menyukainya,” jawab Cecilia tampak sangat antusias.

“Kalau begitu, bisakah kau memainkan sebuah lagu untukku?” tanya Aaron yang segera diangguki oleh Cecilia.

Tanpa banyak kata Cecilia mulai memainkan sebuah lagu yang indah dan membuai Aaron. Terlihat dengan jelas bahwa Cecilia sangat bahagia ketika dirinya menekan satu per satu tuts piano tersebut. Aaron mengulum senyum. Ia ikut bahagia. Bukan karena music yang ia dengar, tetapi karena senyuman kebahagiaan yang menghiasi wajah Cecilia.

Sejujurnya, Aaron merasa gelisah karena keputusannya untuk tinggal dengan mengisolasi diri di rumah yang tidak bisa diakses dengan mudah oleh orang-orang. Aaron memang memutuskan untuk tidak memberikan izin pada siapa pun, termasuk keluarganya untuk mengunjungi rumah yang mereka tinggali tanpa memberi kabar dan mendapatkan izin darinya. Intinya, Cecilia tidak akan bisa leluasa bertemu dengan keluarga yang sangat ia sayangi.

Jadi, Aaron berusaha untuk mencari cara untuk membuat Cecilia merasa nyaman di sana dan tidak merasa bosan. Aaron pun bergumam, “Syukurlah, sepertinya aku harus lebih sering menghubungi ayah mertua untuk mengetahui hal-hal yang akan menyenangkanmu.”

***

Aaron benar-benar berpikir untuk menjalani pernikahan yang normal. Di mana dirinya mendekati Cecilia dan mendapatkan hatinya secara perlahan-lahan, tahap demi tahap setelah dirinya menyatakan cintanya pada Cecilia tempo hari di hadapan semua orang. Tentu saja Aaron berusaha untuk menunjukkan sisi penuh pesonanya pada Cecilia. Contohnya dengan memberikan perhatian atau kejutan yang membuat Cecilia bahagia.

Hanya saja, keinginan Aaron tersebut sepertinya tidak berjalan dengan lancar. Sebab ketika tengah malam, Aaron tiba-tiba menegang. Tepatnya, bukti gairahnya menegang dan menuntut untuk dimanjakan. Tentu saja hal itu membuat Aaron sangat gelisah dan pada akhirnya membuat pergerakan yang membangunkan Cecilia. Aaron menutup wajahnya ketika Cecilia terbangun dan tampilannya semakin mengobarkan gairahnya.

“Ada apa? Apa ada yang terasa tidak nyaman?” tanya Cecilia sembari mengusap matanya yang memang terasa berat karena masihlah merasa ngantuk.

“Ti, Tidak ada. Maaf aku sudah membangunkanmu. Kau bisa kembali tidur,” ucap Aaron.

Cecilia jelas bisa merasakan bahwa Aaron tengah merasa gelisah dan menyembunyikan sesuatu darinya. “Tidak perlu meminta maaf. Katakan saja apa yang membuatmu tidak nyaman,” ucap Cecilia sembari menatap Aaron dengan lembut.

Hanya saja, Cecilia tidak menyadari bahwa gaun tidur yang ia kenakan sudah tidak berada dalam posisi yang tepat. Hingga rasanya Cecilia terlihat begitu seksi dan membuat Aaron semakin kesulitan untuk menahan gairahnya yang semakin bergeliat tidak terkendali. “Aku tidak apa-apa,” ucap Aaron lalu dengan susah payah berusaha untuk mengubah posisi berbaringnya.

Hanya saja, Cecilia sudah lebih dulu menahan Aaron agar tetap terlentang. Lalu menyingkap selimut yang dikenakan oleh suaminya. Saat itulah, Cecilia mendapati bukti gairah suaminya yang sudah menegang di balik piyama yang dikenakan oleh Aaron. Meskipun masih mengenakan celana lengkap, tetapi gundukan tidak biasa di tengah sana jelas berbeda dari biasanya. Pemandangan yang jelas membuat Cecilia memerah, dan Aaron berusaha untuk menutupi bukti gairahnya.

“Maafkan aku. Seharusnya aku tidak menunjukkan sisi memalukan seperti ini di hadapanmu,” ucap Aaron.

Sejujurnya, Cecilia sendiri merasa sangat malu dan canggung dalam situasi yang tidak pernah ia hadapi ini. Mengingat saat menjalin hubungan dengan Matt saja, Cecilia belum pernah melakukan hal semacam ini. Namun, hubungannya dengan Aaron berbeda. Mereka adalah pasangan suami istri yang sewajarnya melakukan malam pertama dan berbagi ranjang, bahkan membangun keluarga dengan anak-anak yang menggemaskan. Hanya saja, Cecilia sendiri bingung harus memulai dari mana.

“Tolong jangan cemaskan hal ini. Aku pasti akan membaik sendiri,” ucap Aaron jelas mengatakan kebohongan.

Tentunya Cecilia juga menyadari hal tersebut. Cecilia pun tiba-tiba naik dan duduk di atas perut suaminya yang terdiri dari otot-otot sempurna yang keras. Dengan wajah memerah dan rambutnya yang tergerai indah, Cecilia mencengkram kerah piyama Aaron sebelum berseru, “Aku akan membantumu!”

“Ya? Membantuku apa?” tanya Aaron terlalu bingung.

Lalu dengan wajah yang masih memerah, Cecilia mengulurkan tangannya yang gemetar dan menyentuh gundukan di tengah-tengah selangkangan Aaron lalu berkata, “Biarkan aku membantumu untuk menenangkan ini.”

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Jebakan Sempurna Aaron (FULL VERSION)
0
0
Dengan sekali beli, kalian bisa membaca keseluruhan bagian cerita secara lengkap.Mengandung konten DEWASA, jadi harap bijak dalam memilih bacaan! Bagi Aaron yang selalu mendapatkan apa pun yang ia inginkan, tidak ada hal yang mustahil di dunia ini. Jika pun ia menemukan sebuah kemustahilan, maka Aaron akan menciptakan jalan. Hal serupa terjadi ketika ia menginginkan Cecilia yang pandangannya hanya tertuju pada kekasihnya sendiri. Aaron dengan penuh perhitungan dan hati-hati, menciptakan sebuah jalan yang akan membuat Cecilia jatuh ke dalam pelukannya. Tidak peduli, jika jalan itu juga akan menorehkan sebuah luka pada Cecilia ketika kenyataannya terungkap nantinya. “Apa itu masuk akal? Apa maksudnya dengan dirimu yang bersandiwara untuk menipuku?”—Cecilia“Jangan dengarkan apa kata orang. Karena apa pun yang terjadi, gairah dan hasratku padamu adalah hal yang nyata, Cecil.”—Aaron
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan