Kesempitan jadi Kesempatan

1
0
Deskripsi

Buat yang Suka Cerita2 saya 
Mau yang Murah Meriah Muncrats ?
 Gabung ke Paket 
“ Sobat Lendir Kental ”
Hemat Bangets

Silvia berbaring tengkurap di atas ranjang kamar tamu, masih mengenakan seragam SMA-nya yang sudah kusut. Roknya terangkat sedikit karena gerak tubuhnya tadi, menampakkan sedikit kulit putih pahanya. Kancing seragam bagian atas terbuka dua, dan Pram melihat bagaimana dada gadis itu tampak terjepit oleh bra yang terlalu ketat.

“Duh, Mas... sesek, kayak susah nafas,” gumam Silvia pelan.

Pram menelan ludah. “Santai aja. Tarik nafas pelan-pelan. Maaf saya buka pengait BHnya biar legaan dikit…”

Tangannya dengan perlahan menyusur punggungnya, pura-pura fokus memijat. Tapi saat telapaknya menyentuh bagian tali belakang bra, ada rasa gemas yang tak tertahan. Benda itu seperti terlalu menekan kulit muda dan lembut Silvia. Nafas Pram mulai terasa berat.
" Nah coba skarang balik badan dan tarik nafas "
Lalu perlahan Silvi membalik badannya yang terasa lemas di bantu Ibunya 
" pelan2 nak naf coba Tarik nafas pelan2 " kata bu Tiur dengan cemas
" agak mendingan mak tapi sesak sakit banget dada silvi mak " silvi berbicara pada ibunya dengan nafas terputus2 putus
" mas Pram aduh gmn ini silvi masi susah bernafas tolong apakan dada nya dahulu " pinta Tiur dengan sedikit panik
(Mungkin emang sifatnya yang agak lebay kali ya )
Pram berusaha tetap tenang. Tapi matanya terpaku pada bentuk dada Silvia yang besar, terjepit ketat, bergerak naik turun karena kesulitan bernapas.

“Maaf ya, tapi ambilkan kain sarung itu bu buat menutup bagian dadanya krena kancingnya harus di buka nih” bisiknya, sambil memperbaiki posisi pijatan… 
Lalu setelah bagian dada tiur tertutup sarung perlahan tangan pram menotok ttik2 refeleksi di belahan dada Silvi
telapak tangannya sempat menyentuh bagian samping dada Silvia. Sedikit tekanan. Sedikit gemas. Sangat cepat… tapi cukup untuk membuat Silvia menggeliat.
“Ahh… Mas!” desahnya nyaris seperti erangan. ( Saat kancing2 bajunya di buka sebenarnya nafas silvi uda mulai enakan tapi karena gk tau jadi tetap di terapi )
Lalu karena rasa kenyal tapi padat tanpa sengaja kelingking oram yang menyentuh Pentil nya Silvie membuat Silvi kembali mengerang karena itu sebenarnya salah satu titik gspot nya.
" Aaahhh..... "
Silvie menengadah saat tiba2 tangan Pram di balik kain sarung tadi meremas ke dua Dadanya karena Gemas 
Dari luar kamar, terdengar langkah tergesa.
“Silvi!” suara Ibu pak Togar membahana. “Silvi kenapa, Mas?!”
Steven berseru panik. “Gue denger suara aneh tadi! Dia kesurupan lagi, ya?”
Pram tetap berusaha tenang merapikan posisi Silvia, 

Silvia masih terengah, tapi wajahnya tampak jauh lebih segar.
Pram membuka pintu kamar, wajahnya serius tapi santai. “Sudah aman, Pak. Dia barusan semacam... pelepasan energi.”
" iya bang tadi silvie seperti melonjak kayaknya keluar yang rasukin dia itu " Ibu Tiur menatap Silvia dengan mata membelalak. “Tuh, liat! Mukanya cerah banget!”
Togar mengangguk mantap. “Luar biasa… berarti bener. Anak ini diserang energi negatif!”

Steven merapat ke jendela. “Gue juga kadang pusing dan mual. Jangan-jangan gue juga kena kiriman?”
Pram menahan senyum. “Bisa jadi. Tapi nanti saya lihat. Satu-satu ya.”
Ibu Tiur menepuk bahu Pram. “Mas nginep aja ya di sini. Kami percaya Mas orang baik.”
Pram pura-pura berat hati, padahal dalam kepalanya sudah berkecamuk godaan yang lain.
Satu rumah. Dua perempuan menggoda. Dan satu kesalahpahaman besar yang bisa ia manfaatkan… Enak kok Di tolak batin Pram

Malam itu, suasana rumah sudah mulai tenang. Silvia yang
tadi sore sempat pucat dan hampir pingsan, kini sudah bisa tertawa pelan meskipun
masih sesak nafasnya saat Steven menyuapinya bubur. Pram duduk santai di ruang
tamu, ditemani teh manis hangat dan remote TV yang tak disentuh. Tapi dia tahu,
malam ini belum selesai.
 ( Like dan coment )
Di lantai atas, Steven telponan dengan Dinda. Suaranya lirih
tapi cukup terdengar dari balik pintu yang setengah terbuka.
 
“Iya, Din. Aneh banget. Silvia tuh kayak nggak punya tenaga.
Tapi setelah diurut Mas Pram, langsung bisa jalan.”
 
“Serius?” Suara Dinda terdengar kaget di ujung sana.
 
“Serius tadi lu loat sendirikan?, Gue juga awalnya skeptis,
tapi beneran, Din. Dia cuma pegang kepala sama lehernya sebentar, terus ngurut
kaki, tiba-tiba Silvia nyengir.”
 
Hening sebentar.
 
Lalu suara Dinda pelan, nyaris ragu. “Stev... Kakakku itu
udah lama nikah tapi belum hamil-hamil juga. Lo pikir, bisa aja kan... ya,
siapa tau...”
 
Steven tertawa kecil. “Lu mau nyuruh kakak lo ke Pram?”
 
“Bukan maksud jelek ya... tapi... gue jadi mikir aja...
siapa tau...”
 
Steven hanya mengangguk sambil menatap langit-langit. Dan di
bawah sana, malam justru baru mulai.
Pindah ke: Ruang Keluarga – POV Pram
 
Togar sedang siap-siap keluar. Ada kerjaan mendadak,
katanya. Meeting dengan orang marketing yang baru turun dari Jakarta. Pram
hanya melirik sekilas, lalu kembali pada teh hangatnya.
 
Bu Tiur duduk menyamping, tangan kirinya menopang kepala.
Wajahnya tampak pucat, dan napasnya sedikit berat.
 
“Bu, kenapa?” tanya Togar, setengah pura-pura nggak tahu.
 
Tiur mengusap pelipis. “Entahlah, Bang... tiba-tiba kepala
kayak ditusuk-tusuk. Separuh... dari sini ke sini... nyut-nyutan... kayak bukan
sakit biasa. Tarik nafas gjni dada juga nyeri2..”
 
Pram meletakkan cangkir, lalu mendekat. Togar sudah berdiri
di ambang pintu, buru-buru.
 
“Mas, saya tinggal dulu ya. Kalau istri saya makin parah,
tolong ditangani... Saya percaya Mas Pram...”
 
Pram mengangguk. “Tenang, Gor.”
 
Begitu pintu tertutup dan mobil Togar melaju di luar,
ruangan itu seakan lebih sunyi. Hanya detak jam dinding dan napas pendek Bu
Tiur yang terdengar.
 
“Nafas juga sesek... Mas. Dada kayak ditimpa batu...”
gumamnya.
 
Pram berjongkok pelan di hadapan Tiur.
“Coba lihat ke depan, Bu. Tarik napas dalam. Sekarang
pelan-pelan... keluarin...”
 
Dahi Pram mendekat ke wajahnya. Matanya memperhatikan tiap
kerutan kecil di bawah kelopak mata, setiap helai rambut yang lepas dari
ikatan. Dan aromanya... meskipun sudah malam, Tiur masih wangi. Wangi wanita
matang yang tahu cara merawat dirinya.
 
“Kalau boleh saya sentuh, saya bantu ya Bu... Ini mungkin
saraf punggung dan leher yang tegang.”
 
Tiur mengangguk, karena yakin pada Pram
 
Pram berdiri, lalu berdiri di belakangnya. Tangannya
menyentuh bahu wanita itu. Hangat. Kulit yang mulai berumur, tapi masih
kencang, padat. Jari-jarinya menekan titik-titik kecil di sekitar leher, lalu
turun pelan ke punggung bagian atas.
 
Tiur menghela napas dalam. “Aaah... iya... di situ, Mas...”
 
Suara itu nyaris seperti erangan. Tapi Pram tetap fokus. Ia
tahu batas, meskipun otaknya—dan tubuhnya—berontak liar.
 
“Nafas Bu udah lebih ringan?” tanyanya, sambil tetap
memijat.
 
“Iya... iya, Mas. Gimana bisa langsung segini efeknya ya...”
 
Pram tersenyum samar. “Bukan saya yang hebat. Mungkin karena
Ibu percaya... tubuhnya jadi lebih nurut.”
 
Beberapa menit kemudian, Tiur benar-benar terlihat lebih
segar. Matanya tak lagi berat, dan dia bahkan bisa berdiri tanpa mengeluh.
“Mas... boleh minta tolong satu lagi?”
“Ya?”
“Kalau bisa tengokkan Silvi lagi mas saya takut knapa napa
malam ini terus tadi sia ngeluh lemes dan sakit perutnya sampe gk bisa makan
nasi...”
 
Pram mengangguk pelan. Dalam hati, ia tahu, ini pasti silvie
memaksakan diri diet sampe lemes dan halusinasi nih
“ tolong ya mas mumpung disini “
“ Ya deh bu tapi saya segan kalo ke kamarnya saya di sini
saja gmn mengobatinya ?”
Pram masih menjaga Diri dari fitnah
Meskipun rumah itu... mulai percaya penuh padanya.
“ ya uda bentar ya mas saya tengok Silvienya dulu”
Kata bu Tiur sambil bergegas melangkah hendak ke kamar silvie
, tapi karena dia buru2 berdiri mungkin tekanan darahnya tiba2 turun dia merasa
limbung dan hampir terjatuh karena pitam. Pram dengan sigap langsung menangkap
tubuh tiur daei belakang dan tanpa sengaja tanganya meremas dada tiur
“ eh bu hati2 “ teriak pram tiba2
Steven yang baru saja keluar dari kamar hendak minum di dapur
melihat semuanya dari atas langsung panik melihat ibunya tiba2 seperti di dorong
oleh sesuatu dari depan
“ mak... mamak ... “ teriaknya sambil lekas berlari ke bawah
“ mak mamak knapa mak ? Mak sadar mak “
“ Tenang stev tenag mama mu gk knapa napa ini “
PRam berusaha menenangkan “ eh... uh... aku knapa ini....
dmn aku.... “ lirih suara Tiur setengah sadar
“ om pram mamakku gmn jnj om tolongin om “
Steven makin panik
“Ya uda pelan2 kita bawa ke kamar aja biar Bu Tiur Istirahat

Pram berusaha mengangkat Tiur di bantu steven.
Karena ada berisik2 di luar silvi kluar kamar dan terkejut
melihat ibunya di bopoh oleh pram dan steven karena dia masih lemah dan lemas
dia oun terjatuh terduduk
“ brukkk.  Mak....
mamak knapa bang ? “
Silvie menjerit kuatir dari depan kamarnya
“ Om ke kamar silvie aja om . Dk kamu knapa dek ? “
Lalu merka membawa Tiur dan silvie masuk ke dalam kamar
Silvie
“ mamak gpp kok bang cuman tiba2 pitam gelam semuanya terasa
hitam lalu mamak gk tau lagi, cuman sakit di dada mamak sebelah kiri kayak ada
yang mencengkram “ bu Tiur berkata menenangkan anaknya tapi terlihat bulu2
halus di tangan dan lehernya berdiri merinding
“ mamak beneran gpp ? Silvie bangun sil bangun “ kata steven
masih panik sambil menggoyang goyangkan tubuh adiknya yang hanya memakai daster
tanpa lengan dan BH membuat Payudara Jumbonya berguncang guncang.
“ uda stev uda tenang bikinkan teh anget dulu buat mereka “
“ Iya om bentar ya om tolongin mamak ama adk ku om tolong om
“ kata steven sambil buru2 ke dapur
“ aduh sakit banget dada ku mas sampe mrinding2 bgini tolong
liatkan mas “ lirih suara Tiur merasa sakit dan cemas
“Iya sebentar saya ambil minyak urut dulu ya”
Lalu pram bergegas keluar kamar dia berpapasan dengan steven
“ gmn om bantu kami om tolong jagain mamak om “
P : “ Aman stev tenang jangan panik ada coklat gak ? “
S : “ coklat ?? Buat apa om ?? Gk ada lah nyimpen coklat “
Steven merasa heran
“ belikan aja nak sebentar ,Coklatnya merk apa mas Pram ? “
kata bu Tiur dari dalam kamar
P : “ bebas kalo bisa murni coklat gk ada kacang atau kismis
2nya gt “ coklat biasa aja
Stev memberikan teh hangat ke ibunya
“ Coklat biasa dmn jam sgini belinya ?buat apaan sih Besok
aja bisa gk ? “ katanya pelan
T : “ huss uda nurut aja nak mungkin itu sarat prewangannya
mas Pram mana kita tau”
S :“ Iya juga ya bu “
Lalu saat pram kembali steven permisi keluar membeli coklat
P : dmn nya yang sakit bu ??
Jangan heran Coklat tadi buat Silvi biar badannya cepat
bertenaga
T : eh iya mas paham kok
Ini bahu sebelah kiri kenceng sampe kekepala terus Dada ku
sakit kayak ada yang cengkram kenceng banget
Dalam hatri pram “ aduh gak sengaja tadi pas nagnkap keremes,
gimana ngasih taunya ribet lah “
T : mas aku buka aja bajunya gpp ya sakit banget kayak mau
pecah rasanya
P : eh gk usah bu segan saya
T : gpp sakit banget ini mas liat silvie aja dulu kondisinya
gmn saya ganti baju bentar
Lalu silvie berusaha bangkit menuju arah lemari silvie dan
mengganti bajunya ke kamar mandi
Pram mengalihkan pandangan ke arah silvie yang tergeletak
tak berdaya
Keningnya berkeringat dingin sampe ke leher dan belahan
dadanya yang terbuka
“ glek... Mulus bener aduh iman kuatkan dirimu iman “ ucap pram
dalam hati
Perlahan dia mengusap kening Silvi dan mulai memijat Bahunya
perlahan sampai ke ujung tangan
Saat meluruskan tangannya silvi sedikit terangkat dan bulu2
ketiak nya yang tidak begt lebat terlihat membuat Pram Bergairah tanpa sadar telapak
tangan silvi yang lagj di pijatnya tersentuh Kontol nya yang mengeras di balik
celana pendeknya
“ uh.... Iman Kuatkan Dirimu Iman  “
Dalam hati pram dilema

NB : BERHUBUNG Kena Peringatan Dari Admin maka Dengan Terpaksa Kelanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya pada link di bawah karena saya akan pindah kesana aja

 copas link ini ke browsermu
https://linktr.ee/Dsasaxi88

Save Linknya Karena mungkin akun saya akan di tangguhkan oleh karkas

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Iman terkalahlan oleh Imron
0
0
Buat yang Suka Cerita2 saya  Mau yang Murah Meriah Muncrats ?  Gabung ke Paket  “ Sobat Lendir Kental ” Hemat Bangets
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan