Sore Itu di Lapangan Basket (Part 1)

6
0
Deskripsi

Tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya bahwa benda kecil seperti flashdisk akan membuatku berkeliling sekolah pada sore yang sangat dingin. Aku sudah mencari-cari ke seluruh ruangan tetapi benda itu tidak aku temukan juga.

Apa aku harus ke kantin? Soalnya tadi siang aku cukup lama mengobrol di sana bersama teman-temanku. Mungkin saja flashdisk sialan itu jatuh disana.

Saat akan berjalan menuju kantin yang letaknya dekat dengan Gedung A, kakiku menginjak sesuatu yang membuatku terkejut sehingga...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Novel
Selanjutnya Sore Itu Di Lapangan Basket (Part 2)
8
2
Aku tidak pernah menyangka bahwa hal kecil yang bersedia aku lakukan untuk Suga akan memberikan dampak yang sangat besar bagi hidupku secara keseluruhan.Yah, mungkin saja itu bukan hal kecil seperti dugaanku.Senin pagi aku sampai di sekolah dengan hati senang seperti biasanya. Bukan karena aku baru saja menjadi pacar bohongan cowok paling keren di sekolah.Melainkan karena liburan semester genap sudah semakin dekat. Rapor akan dibagikan pada hari Rabu dan pada hari Sabtu, akan ada pesta perpisahan megah yang mengundang Superman is Dead.Aku benar-benar tidak sabar menantikan datangnya hari itu.Karena kegiatan belajar mengajar sudah selesai, area pinggir lapangan sepakbola di depan sekolah yang biasanya harus bebas dari kendaraan bermotor, kini sudah cukup padat. Aku memarkirkan motor matic-ku di salah satu sudut yang berdekatan dengan pohon ketapang.Pagi, Rin, sapa seorang cewek di sampingku.Dan sumpah, aku tidak mengenal cewek itu. Ya, aku pernah melihat wajahnya beberapa kali waktu ada kegiatan bersama di sekolah. Tetapi aku tidak tahu namanya dan inilah untuk pertama kalinya aku berbicara dengannya.Ya, selamat pagi juga, sahutku canggung. Dalam hati aku tertawa ngakak sebab seumur hidupku, aku belum pernah saling menyapa selamat pagi begini. Dengan teman-teman baikku, aku biasanya langsung cekikikan.Keajaiban berlanjut hingga aku berjalan menuju ke dalam areal sekolah. Aku merasa seperti sedang berjalan di atas catwalk. Semua mata yang berkeliaran di areal sekolah memandang ke arahku. Aku bahkan sampai-sampai harus berbalik ke belakang untuk memastikan bahwa aku tidak sedang berjalan di depan cewek keren kayak Maudy Ayunda.Nihil. Hanya ada aku dan cewek yang menyapaku di parkiran tadi.Airinnnnnnnnnn.... Ya ampunnnnnnnnn.... Sebuah teriakan yang berasal dari sumber yang sudah terdaftar di otakku. Itu suara Vina. Langkah kakinya yang berdebum segara bisa menyamai posisiku.Kenapa nggak pernah mau cerita ke aku??? tuntutnya.Cerita apa? Soal flashdisk itu? Bukannya kamu yang bilang ke aku buat beli yang baru aja? Aku nggak mau. Jumat sore aku balik ke sekolah sendirian. Nyariin benda itu tapi nggak ketemu, ceramahku panjang lebar.Namun Vina malah menyipitkan matanya. Kamu ngomong apa, sih? tanyanya kemudian.Ya itu tadi.Isssssshhhhh... Kok kamu lemot gini sih? Masih mabuk Suga?Aku membulatkan mataku. Mentari yang telah menampakkan dirinya tidak membuatku silau sama sekali. Justru kata-kata Vina-lah yang menciptakan keterkejutan luar biasa di dalam diriku.Maksud kamu apa? desisku curiga.Oke, baiklah. Ketika mengatakan pada Suga bahwa aku mau membantunya hingga seminggu ke depan, aku berpikir rahasia kecil itu hanya akan berlaku untuk kami berdua.Bertiga dengan Mariana sebab dia juga sudah tahu meski hanya sebagian kecilnya saja.Kamu pacaran dengan Suga dan nggak bilang apa-apa ke aku! teriak Vina dan aku langsung bergerak cepat menutup mulutnya.Aku sama sekali tidak menyangka bahwa informasi itu akan sampai ke telinga Vina yang terkenal sebagai biang gosip kelas XII IPS 2. Bila sebuah informasi sudah sampai padanya maka bisa dipastikan informasi itu akan menyebar dengan cepat ke seantero sekolah.Atau sudah menyebar ke seantero sekolah.Hmmmmmmmm.... Vina berusaha sekuat tenaga melepaskan bekapanku.Barulah ketika kami sampai di kelas, aku melepaskan tanganku.Kenapa sih? protes Vina.Bisa nggak kalo kamu nggak teriak-teriak? Apa jadinya kalo semua orang denger?Nggak bakal terjadi apa-apa. Semua orang juga udah tahu...Aku kembali membelalakkan mataku. Kayaknya pagi ini bakal penuh dengan adegan dimana aku memelotot seperti ibu tiri di sinetron andalan salah satu tv swasta nasional itu.Maksud kamu apaan? Aku merasa harus kembali memastikan semuanya.Suga mutusin hubungannya sama Mariana karena milih pacaran sama kamu. Beritanya udah menyebar di grup chat angkatan kita sejak hari Jumat sore. Bahkan ada foto kamu lagi berduaan sama Suga di lapangan basket. Kalian ngapain di sana?Apa??? Foto???Aku kok nggak tahu? Sekarang giliran aku yang berteriak. Beberapa teman sekelasku yang sudah duduk manis di kursi mereka menoleh kepadaku.Makanya kamu akfitifin dong notif grup chat. Biar tahu info paling update sekolah kita!Aku memang sengaja menonaktifkan notifikasi grup chat angkatanku sebab selama bergabung di sana, tidak ada informasi berguna yang bisa aku peroleh.Isinya paling-paling si A yang pamer barang barunya atau si B yang lagi nongkrong di kafe yang lagi hits. Intinya grup itu tidak berfaedah sama sekali untuk kemajuan studiku.Akan tetapi aku sama sekali tidak menyangka bahwa aku yang akan digosipkan.Tanganku sudah akan mengecek handphone-ku ketika sebuah pesan dari nomer yang tidak aku kenal masuk. Aku segera memeriksanya.+6285792345678: Rin, aku tnggu di lap basket. Cptn!!!Siapa orang sinting yang pagi-pagi buta begini sudah berani-beraninya menyuruhku datang ke lapangan basket? Apa flashdisk itu sudah ditemukan?Aku baru akan mengetikkan hal tersebut saat sebuah pesan lain dari nomer asing itu masuk.+6285792345678: ini aku Suga!Baiklah.Pesan dari Suga? Kayaknya dia udah kangen! celetuk Vina dari belakangku. Rupanya sejak tadi dia mengintip aktivitasku berkirim pesan.Kangen apa?!, balasku lalu bangkit berdiri menuju lapangan basket.Aku nggak ikut ya. Selamat kangen-kangenan...Benar-benar Vina itu. Omongannya sudah melantur tidak tentu arah.Ketika sampai di pintu kelas, aku tidak sengaja bertabrakan dengan Ria yang pagi ini sudah pasti datang bersama pacarnya, Rudi, si ketua kelas canggung.Udah ditunggu sama Suga di lapangan basket. Cepetan! ucap Ria sambil tersenyum lebar. Rudi yang berdiri di sampingnya juga memberikan senyuman yang sama. Selamat ya, Rin. Nggak nyangka loh...Diem ah, Ria! Aku segera berlari ke lapangan basket.*****Waktu itu kamu dateng ke sekolah ama siapa? Suga langsung memberondongku dengan pertanyaan begitu aku sampai di hadapannya.Kapan? Hari Jumat?Suga mengangguk.Aku dateng sendiri. Kan kamu jalan bareng aku sampai di tempat parkir, ujarku sengit.Gimana bisa ada foto yang kesebar di grup chat?Apa dia mau mencoba menyalahkan aku? Jadi dia mau menuduhku sebagai penyebar foto di grup chat itu? Keterlaluan!Jangan tanya aku, teriakku. Aku bahkan nggak pernah aktif di grup itu!Suga mendesah. Gayanya itu membuatnya semakin mirip dengan Han Seo-jun dari Drakor True Beauty.Karena memang sesungguhnya popularitas Suga dimulai ketika orang-orang sadar dia mirip dengan Han Seo-jun. Udahlah. Biarin aja. Kita tetep lanjutin rencana kita. Kamu nggak apa kan?Aku mengangguk. Oke, tapi...Tapi apa? Tenang aja. Kamu simpan nomer aku yang tadi itu. Kalo ada apa-apa, kamu langsung chat aku aja.Aku sebenarnya akan mengiyakan ketika sebuah siulan membuatku berteriak histeris dan langsung bersembunyi di belakang Suga. Cowok ini tinggi sekali dan tubuhku tertutupi dengan baik karena kelebihannya itu.Kalian ini, pagi-pagi udah sibuk pacaran aja. Sebuah suara berat mendekat ke arah kami. Aku mengintip dan ternyata suara itu milik salah seorang teman Suga.Entar sore jadi kan, Ga, kita ke Kuta? tanya cowok itu lagi.Aku memperbaiki posisiku dan berpindah ke samping Suga.Udah lama banget nggak ngetes ombak, lanjutnya kemudian. Kamu nggak kangen surfing?Oke, kita main sore ini, sahut Suga yang lalu menoleh ke arahku. Nanti kita lanjut via chat ya. Yang penting rahasia itu aman. Pasti semuanya lancar.Aku mengangguk dan segera melangkah pergi dari tempat itu. Setelah berada agak jauh, aku bisa mendengar teman lelaki Suga itu, entah siapa namanya padahal kami juga seangkatan, mengoceh soal rahasia antara aku dan Suga.Aku sengaja menoleh untuk melihat bagaimana reaksi Suga atas komentar temannya. Namun, pemandangan yang sama sekali tak terduga terpampang di sana. Suga dengan cekatan mengambil sapu dan mulai membersihkan lapangan yang penuh dengan sampah plastik.Mungkin memang seperti itulah dia. Yang artinya omongan Vina selama ini bukanlah isapan jempol belaka. Aku awalnya menduga ia hanya mengkhayalkan Suga yang begini atau begitu. Ternyata cowok itu memang kapten tim basket yang baik.Pantas saja semua siswa di sekolah menghormatinya. Mulai dari yang paling muda hingga yang paling tua yang sebentar lagi akan lulus termasuk di dalamnya para guru dan staf sekolah.Karena itulah, tidak muncul satu pun komentar negatif tentang keputusan Suga yang memilih mengakhiri hubungannya dengan Mariana lalu berpacaran denganku.Pura-pura pacaran denganku, maksudku.Aku sudah mengecek isi chat di grup chat angkatan kami dan semuanya, hampir semuanya, mengucapkan selamat.Meski aku tetap merasa risi karena dibicarakan oleh manusia satu kampung begitu.Mau kemana? Sebuah suara membuat langkahku terhenti.Padahal ruang kelasku sudah dekat. Dan suara itu milik salah satu dari dua orang cewek yang sekarang berdiri di hadapanku. Mereka adalah dayang-dayang Mariana.Udah puas kamu, Rin? ucap Mariska lagi.Dengan memperhatikan raut wajah mereka saja, aku yakin mereka mendatangiku untuk membuat perhitungan karena sudah merebut kekasih teman kesayangan mereka.Apa dong yang harus aku jelaskan? Karena itulah, aku hanya bisa meminta mereka untuk menyingkir dan tidak menghalangi jalanku.Enak aja mau pergi gitu aja, bisik Nilam, cewek yang satunya lagi.Mereka berdua adalah tipikal cewek super cantik dengan gaya paling up to date dan ribuan follower di Instagram. Berbeda jauh sekali bila dibandingkan dengan diriku.Aku mau balik ke kelas. Aku maju satu langkah yang membuat mereka secara otomatis mundur selangkah. Apa mereka takut?Aku heran kenapa Mariana ngelarang kita ngasi pelajaran ke si jelek ini, ujar Mariska dengan nada merendahkan sambil memandangiku dari ujung atas kepalaku hingga ujung paling akhir kakiku.Jangan tanya aku, sahutku. Tanya sama Mariana.Dan Mariana pun tidak akan mau memberikan mereka alasannya. Sebab alasan itu berkaitan erat dengan sesuatu yang paling ditakutkan oleh cewek itu. Sesuatu yang hanya aku yang tahu.Setelah meminta dengan sopan sekali lagi agar mereka menyingkir, aku akhirnya bisa segera pergi dari kedua dayang-dayang Mariana itu.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan