
Bab 1-10 ada di wttpd
Ini lanjutannya ya
…
Lanjutan di wattpad bab 10
..
.
Sedangkan Hali tidak keluar kelas. Ia juga tidak berminat mengikuti kegiatan klub. Karena Hali berencana bekerja sampingan setelah kegiatan sekolah berakhir.
Meskipun ia belum menemukan pekerjaan part time yang cocok di kota ini gara-gara terus diganggu oleh dua makhluk menyebalkan di rumahnya itu. Siapa lagi kalau bukan sosok Dara dan miss K.
Hali bahkan berencana pulang ke rumahnya yang di kampung. Ia berniat meminta bantuan sosok kakeknya saja untuk mengusir mereka. Terutama Miss K yang terus mengajaknya untuk mati.
"Hei, namamu Halilintar kan?" Seorang pemuda seumuran yang barusan menjabat sebagai ketua kelas menghampiri.
Sebut saja dia Solar Light. Orangnya ganteng, tentu dia langsung menjadi incaran para ciwi ketika perkenalan diri di kelas tadi. Rupanya Solar adalah perwakilan dari angkatan mereka yang sempat dipersilahkan bicara di atas podium saat acara demo klub berakhir.
"Ya. Ada apa?" jawab Halilintar seadanya. Ia sedang malas bicara dengan seseorang. Apalagi pada orang yang tampak bersinar menyilaukan seperti orang di depannya ini.
“Kulihat kau tidak keluar kelas tuk mencari klub yang harusnya kau ikuti. Kenapa?”
“Ga minat.”
Solar menaikkan sebelah alisnya mendengar Hali menjawab sesingkat itu. “Sebagai ketua kelas, aku ingin kelas ini memiliki siswa siswi yang aktif. Setidaknya ikutlah satu klub saja. Lagian lumayan loh. Mengikuti kegiatan klub bisa menambah nilai kenaikan kelas nanti.”
“Ga butuh. Kuyakin nilaiku akan cukup baik untuk kenaikan kelas nanti.”
Solar menganga. Ucapan Halilintar terdengar menyebalkan. Meski Solar mungkin tidak akan meragukan kepintaran Halilintar. Karena Solar sempat lihat daftar nilai murid baru terpintar setelah dirinya adalah orang ini. Halilintar juga banyak disukai cewek, tapi karena Hali terlihat tidak peduli dan galak jadi kebanyakan perempuan berani ngefans Halilintar hanya dibelakang saja.
Merasa gerah terus bicara dengan si ketua kelas, Halilintar pun memutuskan untuk berdiri dan pergi keluar kelas tanpa bicara apapun. Meninggalkan Solar yang terus menatapnya tajam.
'Orang ini berpotensi menggeser kedudukan ku sebagai orang terpintar dan tertampan di sekolah. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi,' batin Solar sok iye.
..
101010
..
.
Sambil menunggu jam sekolah berakhir, Halilintar memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi sekolah. Siang itu suasana sekolah begitu ramai.
Pandangan Hali tertuju pada sebuah pohon besar yang terletak di belakang gedung kelas sebelas. Ia menyergit melihat salah seorang siswi duduk meringkuk sendiri. Samar-samar terdengar suara isakan tangis. Tidak ada siapapun di sana selain siswi itu.
Namun Hali tidak mau mendekati karena ya gak kenal. Dan itu juga bukan urusannya. Halilintar pun melanjutkan langkahnya. Tapi baru beberapa langkah, suara tangisan siswi itu malah bertambah keras.
Hali pun otomatismenoleh, mendapati siswi tersebut sudah berdiri sambil menunduk dan menutupi wajahnya menggunakan kedua tangan. Lalu menghadap ke arahnya.
"Hiks, hiks, sakit. Tolong aku. Sakit sekali, hiks," isak siswi itu terdengar merintih.
Di tengah sinar matahari yang terhalang oleh lebatnya dedaunan dari pohon itu, Hali baru menyadari kalau siswi itu bukanlah manusia. Perlahan tubuh itu menjadi terlihat transparan.
"Kamu, hiks, tolong aku," katanya sambil menurunkan kedua tangan dan memperlihatkan wajahnya yang hancur, retak, penuh darah.
Hali langsung berpaling. Ia melanjutkan langkahnya. Tidak menyangka ada setan yang berani menampakkan diri di siang hari begini. Setidaknya ia merasa lega karena saat matahari masih bersinar, setan itu tak banyak berbuat macam-macam. Berbeda lagi kalau hari sudah berganti malam.
Tak jauh dari sana, Taufan bersembunyi dari balik dinding. Melongok kan kepalanya mengikuti kemana perginya Hali.
'Tatapan Hali pada pohon itu seperti saat menatap pohon mangga depan rumah kontrakan,' batin Taufan ikutan menoleh kearah pohon lebat yang barusan ditatap Hali.
"Sabenarnya apa yang dia lihat di sana? Tatapannya aneh," gumamanya pensaran.
"Tentu saja pohonnya," sahut suara lain dari arah belakang.
"Atau penampakan mungkin." Kali ini seseorang berceletuk tepat sasaran.
Taufan terlonjak. Ia melompat dan berbalik. Rupanya yang menyahut barusan adalah Blaze dan Thorn.
"Mengagetkan saja. Kenapa kalian mengikutiku?!"
Blaze menyengir lebar. “Habisnya kami penasaran. Melihatmu sembunyi-sembunyi sambil mengikuti seseorang seperti penguntit.”
Thorn mengangguk. “Kami kira kau sedang menguntit perempuan, ternyata malah laki-laki. Jadi siapa lelaki itu?”
"Sttt! Jangan keras-keras nanti aku ketahuan," bisik Taufan sambil meletakkan jari telunjuknya dengan panik.
"Maksudmu ketahun sama dia?" Blaze menunjuk seseorang di belakang Taufan.
Untuk kedua kalinya Taufan terlonjak mendapati Halilintar berdiri sambil bersidekap dan menatapnya tajam.
Trus Hali bilang, “Oh, jadi dari tadi kau menguntitku?!”
"Eh, bang geledek. Hehehe. Siapa yang menguntitmu? Aku hanya kebetulan lewat sini." Taufan menjadi gugup karena ketahuan. Dan Halilintar masih menatapnya.
"Kalau begitu aku pergi ya. Bubaay!" Sebelum Hali mengamuk, Taufan segera kabur menyelamatkan diri.
Mission failed!
..
.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah, jam dua siang.
"Kalian pulang duluan saja. Aku mau pergi. Jangan menungguku pulang. Mungkin aku akan kembali besok," kata Hali pada kedua saudaranya.
Halilintar sudah tidak tahan. Sosok Dara memang tak begitu berbahaya. Hampir tiap malam Dara hanya sering berusaha menakut-nakutinya dan berbuat usil. Akan tetapi yang sangat membuat Halilintar terganggu adalah sosok Miss K. Semalam bahkan sosok tersebut sampai berani mengikutinya memasuki rumah, bahkan masuk kedalam kamarnya. Membuatnya tidak nyaman meski ditemani Gempa sekalipun.
Sepertinya Dara juga tidak berani pada sosok Miss K. Karena ketika sosok Miss K itu ada didekatnya, sosok Dara terlihat menjauh.
Gempa tidak bisa melihat Miss K dan Dara, tapi hanya merasakan keganjilannya saja.
Saat di dalam kamar, Gempa juga mengeluh merasa tak nyaman. Sosok Miss K berdiri di pojok ruangan sambil terus menatapi Halilintar dan Gempa tanpa berkedip.
Halilintar sudah mencoba mengusirnya, tapi setan itu tetap tak mau pergi. Pada akhirnya Halilintar menyuruh Gempa pergi tidur di kamar Taufan. Tadinya Hali berniat tidur dikamar Taufan juga, tapi tidak jadi karena sosok Miss K terus mengikutinya.
Tak ingin membuat kedua saudaranya merasa tidak nyaman, Halilintar pun memutuskan tetap dikamar Gempa sendirian, ditemani dengan sosok Miss K yang tampak kesenangan.
Malam itu Halilintar tak tidur. Ia mengandalkan doa dalam hati. Berharap si Miss K kepanasan dan pergi. Namun ternyata sosok itu berbeda.
Doa-doanya seperti tidak mempan. Pada akhirnya semalam, Halilintar seperti sedang mengikuti uji nyali. Berdiam diri, memainkan ponsel sebagai pengalih dan membiarkan saja si Miss K terus berada disampingnya sepanjang malam. Hingga hari menjelang subuh, barulah sosok itu menghilang.
"Mendadak sekali. Apa ada masalah?" tanya Gempa agak cemas. Ia malah mengingat kejadian semalam, tentang keanehan dikamar mereka.
“Tidak ada.”
"Lalu kau mau pergi kemana?" Kali ini Taufan yang bertanya. Ekspresinya tampak keberatan.
“Pulang ke rumah yang di kampung.”
“Besok kan masih ada sekolah. Kenapa tidak pas hari libur saja?”
"Tidak bisa. Ini penting." Halilintar berpaling ke arah jam tangannya. Ia harus cepat pergi. Sore hari ia harus sudah berada di rumah. Jangan sampai tiba di kampung tepat saat matahari tenggelam. Halilintar malas didekati hantu yang lain.
Taufan pun membuang napas. “Yasudah aku temani deh.”
"Tidak." Halilintar menolak. “Kamu bersama Gempa saja.”
Mana boleh Gempa ditinggal sendirian bersama kedua setan menyebalkan di rumah kontrakan mereka. Setidaknya harus ada Taufan yang menemani. Kalau Halilintar amati, sosok Dara maupun Miss K terlihat enggan tuk mendekati Taufan entah kenapa.
"Sudah ya. Aku pergi," kata Halilintar sambil berlalu.
..
.
Jam tengah lima sore, Halilintar bernapas lega. Ia sudah berada di kampung halaman. Rasanya sangat tenang dan ia merasa aman saat berada di depan rumah.
Hali kembali melangkah, mengetuk pintu, dan tak lupa memberi salam. Tas punggungnya diletakkan di atas kursi ruang tamu yang mulai berdebu. Ia akan membersihkannya nanti.
"Kakek," panggil Hali memasuki kedalam ruang tengah. Sosok kakeknya sudah berada di sana. Berdiri menghadapnya dan tersenyum teduh.
"Belum ada sebulan kenapa malah pulang?" tanya kakeknya seperti tidak setuju saja melihatnya pulang.
"Aku tidak betah." Halilintar pun mulai mengadu. Menceritakan ketidaknyamanannya selama tinggal di kontrakan.
"Bisakah kakek ikut denganku ke sana?" pintanya kemudian.
Namun tok Aba menggeleng. “Kamu tidak boleh selalu bergantung pada kakek. Kamu harus bisa mengatasinya sendiri.”
"Tapi, kek. Hantu itu bahkan terus mengajakku untuk mati. Aku sudah mencoba bicara pada hantu itu. Aku bahkan sudah mencoba berdoa untuk mengusirnya. Tidak ada yang berhasil," keluh Halilintar merasa sudah tidak ada jalan lain.
“Kamu tidak akan mati oleh hantu. Hanya Tuhanlah yang dapat menentukan kapan kematian manusia tiba, cucuku. Lagipula kamu sudah memiliki seorang penjaga.”
"Penjaga?" Halilintar tercenung. Merasa tidak ada yang membelanya ketika ia sedang diganggu makhluk halus. “Siapa?”
Tok Aba hanya tersenyum misterius. “Kembalilah, kakek yakin kamu akan baik-baik saja.”
..
111111
.
.
"Menu makan malam kali ini apa, Gem?" tanya Taufan sambil mengelap skateboard dipangkuanya.
Jam tengah delapan malam, mereka sedang berada di ruang dapur. Taufan duduk diundakan tangga kelima dari bawah.
Sedangkan Gempa sibuk memilih bahan-bahan dari dalam lemari dapur. Ketika menemukan ada kentang, wortel, susu, mentega, tepung, bawang dan keju membuat Gempa langsung kepikiran satu menu lezat untuk menu makan malam kali ini.
"Aku akan membuat cream stew," katanya senang. Dikeluarkannya semua bahan-bahan itu dan langsung diletakkan di atas meja konter, saatnya dieksekusi.
Taufan tersenyum lebar. Mendengar nama makanan asing yang akan dibuat oleh Gempa saja sudah membuatnya ngiler. Apapun masakan Gempa pasti rasanya enak.
Drrt! Drrt!
Taufan menarik ponselnya dari saku celana saat ada sebuah pesan masuk.
"Sepertinya aku harus pergi keluar sebentar," gumam Taufan setelah membaca isi pesan.
Gempa menoleh. “Malam-malam begini? Mau ke mana?”
"Salah satu pelatih di tempat kerjaku meminta tolong tuk membelikan perlengkapan skateboard yang kurang." Taufan pun berdiri. Ia mengusapi papan berodanya, berniat pergi menggunakan alat itu.
"Kenapa tidak besok saja?" kata Gempa tidak setuju.
"Peralatannya besok siang harus sudah ada. Aku tidak akan punya waktu membelinya. Besok kan harus sekolah. Cuma sebentar, kok. Aku pergi ya."
"Hmm, baiklah. Jangan lama-lama."
Dengan begitu Taufan pun pergi meninggalkan Gempa sendirian.
Tepat setelah keluar rumah melewati pohon mangga, sosok Miss K melayang turun. Dia sempat melihat punggung Taufan yang menjauh, kemudian Miss K berbalik menatap rumah bertingkat seperti sedang mencari seseorang. Siapa lagi kalau bukan Halilintar. Sayang sekali karena saat itu Halilintar sedang tidak ada di rumah.
Sedangkan sosok Dara sedang mengintip Gempa yang sibuk masak dari arah tangga teratas.
Sambil memotong wortel, Gempa merasa tengkuknya menjadi dingin. Ia seperti sedang diawasi. Gempa ingin sekali menengok kearah tangga, tapi instingnya melarangnya. Jadi sebisa mungkin Gempa mencoba konsentrasi membuat makanan saja.
Kepergian Taufan membuat situasi rumah menjadi sangat sunyi dan sepi. Atmosfernya juga terasa tidak mengenakan.
'Kuharap Taufan cepat pulang,' batin Gempa mulai merinding. Ia memang tidak pernah melihat hantu, tapi Gempa percaya kalau hantu itu ada.
Wush!!
Dari arah lorong kamar ruang tamu, sebuah angin dingin menerpa tubuhnya. Pada akhirnya Gempa menoleh karena penasaran.
Namun ia tidak mendapatkan apa pun. Hanya lorong kosong dan pencahayaan yang entah kenapa jadi terlihat remang.
'Seharusnya lampu ruang depan itu terang.' Gempa merasa firasat tidak enak. Apalagi ketika ia melihat adanya bayangan di jendela ruang tamu. Segera saja Gempa berpaling. Untuk menenangkan diri, ia mengambil hape dan menelepon seseorang.
"Hali," panggil Gempa begitu teleponnya diangkat. Ternyata ia menghubungi Halilintar.
"Hm?" Dari seberang sana, Halilintar menjawab dengan gumaman.
"Eh, itu … kau sedang apa?" tanya Gempa mencoba mencari topik pembicaraan. Berharap dengan itu dapat membuat rasa merindingnya hilang.
Keputusan Gempa memanggil Halilintar adalah salah. Karena begitu nama Halilintar terlontar dari mulutnya, sosok Miss K di depan jendela rumah langsung tertarik. Apalagi setelah mendengar suara halilintar dari ponsel Gempa. Miss K pun memasuki rumah dengan menembus jendela untuk mendekati Gempa.
"Sedang rebahan. Ada apa?" tanya Halilintar kemudian.
"Hmm, bisakah kau menemaniku mengobrol. Taufan sedang keluar rumah." Gempa berkata dengan rasa tidak nyaman di sekelilingnya. Ia meneguk ludahnya gugup ketika instingnya berkata kalau ada sesuatu yang sedang mendekatinya dari arah lorong kamar.
Mendengar Gempa bilang Taufan keluar rumah, Hali pun langsung bangun dari acara rebahannya. “Hah, kenapa Taufan meninggalkanmu sendiri di situ?! Kau harus telepon Taufan supaya cepat pulang!”
"Tapi dia sedang membeli peralatan skateboard." Gempa mengusap belakang lehernya yang terasa dingin, juga seperti ada yang tengah mengembuskan napas di belakangnya.
Suara Halilintar yang terdengar panik malah membuat rasa takut Gempa makin menjadi. “Kenapa kau terdengar panik begitu, Hali? Memangnya kenapa kalau aku sendirian? Jangan menakutiku ish.”
"Eh, maaf." Halilintar pun mencoba bicara tenang. Seharusnya ia tidak panik dan bicara dengan tenang agar tidak menakuti Gempa. Sosok Dara maupun Miss K bisa saja tertarik dengan rasa takut dari adiknya itu.
"Halilintar." Sesuatu terdengar memanggilnya dari ponsel Gempa. Itu bukan suara Gempa. Itu suara Miss K, sosok tersebut berada di dekat Gempa.
Hali buru-buru keluar kamar dan mencari sosok kakeknya. Ia ingin meminta bantuan.
'Taufan bodoh. Kenapa malah ninggalin Gempa sendirian!' kesalnya dalam hati menyalahkan kepergian Taufan.
Disaat bersamaan Hali harus terus berkomunikasi dengan Gempa untuk memantau keadaannya. “Halo, Gempa? Kau masih berada di sana bukan?”
"Iya." Gempa menghentikan kegiatan memotong wortelnya. Tubuh seperti membatu merasa kehadiran sesuatu di dekatnya. Terlebih, Gempa sempat mendengar ada yang memanggil Halilintar tadi.
"Kau dengar itu, Hali? Sepertinya ada yang memanggil namamu barusan." Gempa menunduk. Ia menoleh patah-patah ke arah belakang. Dan tubuhnya langsung panas dingin melihat kain putih yang seperti melayang. Gempa langsung tutup mata.
"Hali katakan sesuatu! Jangan diam saja!" Gempa berseru panik. Ia benar-benar sudah merasa merinding dan takut.
"Iya, iya aku masih di sini. Tenangkan dirimu, Gempa. Kau tadi bilang apa?" Hali sempat kaget mendengar seruan Gempa. Sepertinya Gempa pun sudah merasakan kehadiran Miss K.
Halilintar sendiri sudah bertemu sosok kakeknya. Dalam hati, ia berkata, ‘Kekek, ada setan di dekat adikku. Apa yang harus kulakukan?’
"Tidak apa-apa. Dia aman," dan jawaban kakeknya malah terlihat santai saja, membuat Hali bukannya merasa tenang malah semakin resah.
..
.
Brak!!
Disaat bersamaan ketika Miss K berniat menunjukkan wujudnya, Taufan mendadak datang dengan menggebrak pintu rumah.
Gempa langsung membuka mata dan bernapas lega. Segera saja Gempa berlari ke arah Taufan.
“Taufan, untunglah kau cepat pulang.”
Dari seberang sana, Halilintar yang mendengarnya jadi ikutan merasa lega.
Baguslah kalau Taufan sudah pulang.
"Kau baik-baik saja?" tanya Taufan sambil melongokan kepalanya ke arah dapur. Namun tidak ada apa-apa di sana.
Sabenarnya Taufan belum sempat membeli peralatannya. Tadi ia baru setengah perjalanan menuju ke toko. Akan tetapi, sesuatu dalam dirinya menyuruhnya untuk kembali ke rumah. Taufan sendiri tampak kebingungan dan memilih tuk mengikuti kata hatinya. Yaitu pulang.
"Iya, aku baik-baik saja." Gempa mengelap keringat dingin disekitar pelipisnya. Ia benar-benar merasa sangat lega.
"Eh, mana belanjaanmu?" tanyanya kemudian setelah melihat Taufan tak membawa apapun. Taufan hanya kembali bersama skateboardnya saja.
“Belum beli, hehe.”
"Owh." Gempa mengangguk keheranan. Setidaknya Taufan datang disaat yang tepat. Lalu Gempa mendengar Halilintar memanggil namanya dari ponsel. Kehadiran Taufan sempat membuat Gempa lupa kalau dirinya sedang menelepon Hali.
"Tadi suara Taufan?" Halilintar mengkonfirmasi.
“Iya. Taufan sudah pulang.”
“Berikan hapemu pada Taufan. Aku ingin bicara padanya.”
"Eh, oke." Gempa memberikan hpnya pada Taufan. “Ini Hali ingin bicara padamu.”
Dengan ekspresi kebingungan, Taufan pun menerima hpnya Gempa. “Halo-”
"Heh, kalau aku sedang tidak ada di rumah, jangan tinggalkan Gempa sendirian!" Halilintar langsung menyela sebelum Taufan berkata apapun.
"Hehe, selow aja kali. Lagipula aku cuma pergi sebentar."
“Mau kau pergi cuma satu menit atau satu detik saja, pokoknya jangan sekali kali kamu ninggalin Gempa sendirian di rumah, apa kau mengerti?!”
"Ish, memangnya kenapa? Gempa kan bukan bayi." Taufan mendadak terheran-heran. Biasanya juga tidak apa-apa. Rasanya aneh mendengar Halilintar tiba-tiba jadi protective sekali terhadap Gempa.
"Tidak perlu bertanya. Turuti saja apa kataku!"
Setelah berkata begitu, Hali langsung memutuskan hubungan teleponnya.
"Apa yang kalian bicarakan? Kenapa menyebut-nyebut namaku segala?" tanya Gempa mengambil ponselnya kembali.
"Um, tidak ada." Perkataan Halilintar membuat Taufan jadi semakin penasaran dengan perubahan dan keanehan dari saudara gledeknya itu.
'Aku akan mencari tahu apa yang Sabenarnya terjadi pada Halilintar nanti. Lihat saja. Aku pasti akan mendapatkan jawabannya,' batin Taufan bertekad tuk menguntit Hali lagi.
"Tadi kau sempat menyebutku bayi? Apa maksudnya itu?" Gempa tidak terima dirinya disebut bayi.
“Hei lupakan. Begini saja, Bagaimana kalau kau ikut aku pergi membeli peralatannya. Sepertinya aku membutuhkan bantuanmu karena barangnya banyak.”
..
Next di rmh kontrakan B
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
