Bab 2. Mual Dalam Dekapan

2
0
Deskripsi

Berusaha untuk tetap bisa berdiri tegak meskipun hati selalu disakiti. Bertahan dalam ketidak sukaan suami meskipun akhirnya sakiti sendiri. Beruntung dikuatkan oleh Mama Mertua, yang sayangnya setengah mati.

Tercekatnya Emmy, diam sambil dia tatap datar Aksara yang tengah menikmati kopi di hadapannya.

Lalu dia telan salivanya pelan. Guna untuk bisa menghilangkan rasa sakit hati, masih berusaha untuk bersikap biasa atas jawaban sengol Aksara.

"Siapa yang bilang Om meminta izin? Aku hanya bertanya dan kalaupun Om nggak mau menjawab ya sudah. Nggak papa, nggak masalah." Ucap Emmy menekankan. Lalu dia membuang pandangan. Sambil dia cocol lagi ayam di tangan ke sambal geprek nya.

Degupan di jantung Emmy bertalu sangat cepat. Ia tak boleh lemah, agar tak sampai hanyut dan larut ke dalam kesakitan yang diciptakan oleh suaminya.

Mengalihkan pandangan Aksara, dia tatap sejenak wajah istrinya. "Aku ada janji sama teman." Datarnya menginformasikan.

Namun tak ditangapi oleh Emmy, istrinya itu hanya diam seperti tak mendengar.

"Kamu mendengarku? Aku ada janji sama teman!" lanjut Aksara.

"Aku mendengarnya." Tanpa mengalihkan pandangan dan terdiam, ketika rasa mual tiba tiba saja datang dan menyerang.

"Emh!" Emmy bekap mulutnya cepat.

"Pergi ke kamar mandi sana. Jangan muntah disini," Tak memiliki belas kasih sedikitpun.

Seiring dengan berdirinya Emmy sambil menatapnya tajam. "Emh!" Benar benar mual. Ingin sekali ia memuntahkan semua isi di dalam perutnya sekarang juga.

Emmy berlari, akan keluar dari ruangan makan namun malah terpeleset oleh licinnya lantai. Hingga membuat tubuhnya oleng ke arah depan, hampir saja terjungkal.

"Awas!" Spontannya sikap Aksara, ia jatuhkan begitu saja gelas kopi di atas meja hingga tumpah, segera ia berlari untuk menyelamatkan istrinya.

"Bisa lebih hati hati!" Kesalnya hati Aksara. Menyembunyikan rasa leganya hati atas tak terlambat nya ia dalam menyelamatkan.

Ia dekap tubuh istrinya dan...

"Emmy!" Pekik Aksara. Dia palingkan wajahnya cepat ke arah belakang, karena muntahan Emmy di dekapan. "Hoi! Shit!" Benar benar membuatnya mual.

Sedangkan Emmy bersikap biasa, tak menunjukkan rasa bersalah sedikitpun, ia memundurkan langkah selepas puas dengan muntahannya.

"Shit! Benar benar ya kamu! Sengaja ya kamu melakukannya!" maki Aksara.

"Aku nggak sengaja." Jawab Emmy. "Aku benar benar mual dan nggak tahan."

Tak lagi mendapatkan tanggapan dari suaminya. Aksara berdecak kesal, lalu melenggang begitu saja meninggalkan. Akan masuk ke dalam kamar utama, dan disusul oleh Emmy di belakangnya.

***

"Ini baju gantinya." Terbesit perasaan tak enak di hati. Emmy angsurkan kaos putih ke depan Aksara yang baru saja keluar dari kamar mandi sambil bertelanjang dada.

"Aku mau keluar. Nggak pakai kaos," Tolak Aksara. Mukanya masam sekali menunjukkan rasa kesal.

"Om mau pakai Kemeja? Biar aku ambilkan,"

"Nggak usah. Aku bisa ambil sendiri." Masih dengan penolakannya. Aksara berlalu akan menuju ke ruangan ganti.

Drrrt drrrt drrrt.

Suara dering ponsel milik Emmy bergetar. Mengalihkan pandangan si empunya yang segera merogoh ponsel di kantung baju.

"Iya, Ma. Halo" Ucap Emmy, menerima panggilan telepon dari Mama mertua, ibu Aksara yang sudah menganggapnya sebagai anak sendiri. Tak pernah sekalipun menyakiti hati, jauh berbeda sekali dengan sikap suaminya.

"Lagi apa kamu? Gimana kandungan kamu? Masih mual mual nggak?" perhatiannya sikap Mama Mertua.

Selalu bisa menghangatkan hati Emmy, ditengah sakitnya hati pemberian Aksara.

"Masih, Ma. Barusan saja muntah,"

"Aduh kasihan sekali kamu. Tapi nggak papa kan? Nggak lemas?"

"Nggak papa, Ma."

"Makan yang banyak Ya. Meskipun mual harus tetap dimasukin makanan. sedikit sedikit saja tapi sering."

"Iya, Ma." Emmy tersenyum.

"Nikmati saja ya? namanya juga orang hamil. Mama dulu juga sama. Mual terus pas hamil Aksara."

"Iya Ma," Jawab Emmy, lalu dia alihkan pandangannya ke arah kanan, melihat keluarnya Aksara dari ruangan ganti, tampak kembali rapi dengan kemeja polos berwarna abu abu.

"Mama sehat? Nggak ada keluhan apa apa kan?" tanya Emmy.

"Ya jelas sehat." Sahut Mama Aksara.

"Alhamdulillah"

"Oh ya, Aksara mana Em? Mumpung hari Minggu kan? Harusnya kalian kesini, ke rumah Mama."

"Om Aksara? Ada. Itu baru selesai ganti baju." Rasanya lelah berdiri terus. Emny melangkah mundur akan duduk di tepi ranjang.

"Siapa yang menyuruhmu duduk disitu?" Sungut Aksara meninggikan suara.

Benar benar menjingkatkan hati Emmy, ia berdiri segera.

Ikut menghenyakkan hati sang Mama. "Aksara!" Pekik Mama Mertua Emmy tak terima. Kembali menyentakkan hati Emmy, dia jauhkan ponsel dari telinga.

"Itu suara Aksara yang menyentakmu begitu?" tanya Mama Mertua.

"Iya. Tapi nggak berniat menyentak, Ma. Hahaha." Tawa Emmy, berusaha untuk menurunkan emosi sang Mama mertua.

Sedangkan Aksara diam, sejenak ia pejamkan kedua matanya dalam. "Mati! Kena marah lagi," batin Aksara.

"Mana Aksara. Ponselnya kasihkan ke suami kasar kamu itu,"

"Tadi ada noda makanan di ranjang. Makanya Om Aksara kaget pas tahu aku mau duduk," Emmy masih berusaha membela. Lalu dibuat tersentak lagi oleh diambil alih nya ponsel dari telinga.

"Hem. Apa Ma?" Ucap Aksara kembali dia pejamkan mata sejenak,, ketika mendengar makian dari sang Mama.

"Bisa bisanya kamu menyentak menantu Mama seperti itu?"

"Nggak sengaja Ma. Kan Emny tadi sudah menjelaskannya."

"Ngak mungkin nggak sengaja. Mama ini Mama kamu. Sudah hapal gimana buruknya sikap kamu kepada orang yang nggak kamu sukai."

"Jangan marah marah. Nanti darah tingginya kambuh." Entengnya jawaban Aksara.

"Kamu yang membuat tensi Mama naik terus.'

"Kapan?"

"Anak ini ya!".kesalnya hati Mama Aksara.

Namun tak ditanggapi oleh Aksara, ia diam sambil dia pijit ujung hidungnya pelan.

'Dimana kamu?" Lanjut Mama bertanya.

"Aku? di rumah."

"Bawa menantu Mama kesini. Biar Mama yang menjaganya kalau kamu nggak bisa bersikap baik."

"Oke, "

"Oke?"

"Oke aku antarkan dia kesana. Salah lagi?"

"Mama tunggu. Awas saja kamu mengingkari janji."

"Aku nggak pernah ingkar. Mana pernah aku menepati janji."

"Aksara!"

"Astaga..." Aksara jauhkan ponsel dari telinga. "Iya iya, aku kesana sekarang." Jawabnya pelan, lalu dia berikan ponsel kepada si empunya.

"Cepat siap siap. Kita pergi ke rumah Mama,"

"Om nggak jadi ketemu sama teman?"

"Kamu ingin melihatku digantung sama Mama?"

"Ya nggak papa. Kalau itu membuat Om jadi sadar, jika Om sudah memiliki istri." Datar Emmy. Lebih memilih untuk membalikkan badannya cepat, menghindari mendeliknya tatapan Aksara yang akan membuka mulut bersiap untuk memakinya.

***

"Benar benar sialan!" Gemuruh nya rasa di dalam Aksara. Tak berhenti mengumpat karena rasa kesalnya yang mendera. Sungguh dibuat marah oleh keadaan yang tak memihaknya.

Seolah sengaja membawanya lebih dekat dengan Emmy sang istri yang selalu berusaha untuk dia jauhi.

Dengan pergi ke rumah Mamanya. Itu artinya ia harus selalu berada di samping Emmy.

Menunjukkan pernikahan yang bahagia, benar benar menyiksa batinnya yang tak suka.

"Jangan cemberut begitu, Om. Biar nggak semakin tua," ucap Emmy. Naik ke dalam mobil di kursi belakang, duduk di samping suaminya.

"Kamu yang membuatku semakin tua."

"Aku kenapa?" Tak terimanya hati Emmy mengerutkan kening.

"Kamu!" Jawab Aksara. Dia gantung ucapannya.

"Kamu kenapa?" Emmy membuang pandangan.

"Jangan muntah lagi. Atau mobilku ini akan bahu karena muntahan kamu."

"Tergantung," Emmy mengedikkan kedua bahunya.

"Tergantung apa?"


Bersambung.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Bab 3. Alvin
3
1
Lamanya Emmy di perjalanan menuju ke rumah Mamanya, membuat Aksara gusar.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan