
Flashback beberapa jam yang lalu.
Emmy masih duduk di kursi belakang di dalam mobil Aksara. Sambil dia edarkan pandangannya, mencoba untuk menahan rasa mual di tenggorokan.
"Mual ya Bu?" suara supir terdengar.
Mengalihkan pandangan Emmy, lalu dia mengangguk pelan. "Iya."
"Gimana kalau turun dulu? kita beli teh hangat atau apa yang hangat hangat gitu?"
"Nggak usah," Tolak Emmy, ia diam sejenak. "Cari minimarket saja, Pak."
"Baik, Bu." Supir mengangguk patuh. Dia kurangi kecepatan laju mobil sambil dia...
Flashback beberapa jam yang lalu.
Emmy masih duduk di kursi belakang di dalam mobil Aksara. Sambil dia edarkan pandangannya, mencoba untuk menahan rasa mual di tenggorokan.
"Mual ya Bu?" suara supir terdengar.
Mengalihkan pandangan Emmy, lalu dia mengangguk pelan. "Iya."
"Gimana kalau turun dulu? kita beli teh hangat atau apa yang hangat hangat gitu?"
"Nggak usah," Tolak Emmy, ia diam sejenak. "Cari minimarket saja, Pak."
"Baik, Bu." Supir mengangguk patuh. Dia kurangi kecepatan laju mobil sambil dia edarkan pandangan, mencari dengan teliti minimarket yang tengah dibutuhkan oleh Emmy. "Mau beli apa Bu? biar saya belikan," ucap Supir. Sesaat setelah menghentikan mobilnya di depan halaman minimarket.
"Permen jahe atau mint saja Pak." Sambil dia angsurkan selembar uang kepada supir.
"Saya tinggal dulu, Bu." Setelah mengambil alih, supir turun dari mobil lalu berlari akan masuk ke dalam minimarket yang tengah dibuka pintunya oleh pria tampan dan manis berkulit sawo matang.
Emmy pun turun dari mobil, tak lagi mampu menahan desakan rasa mual yang ingin sekali dia muntahkan. Ia duduk berjongkok tak jauh dari mobil.
"Emmy," pria tersebut mengenali. Tiba tiba saja diserang oleh kencangnya debaran. Ia tetap melangkah lebih mendekati Emmy yang masih memuntahkan semua isi perut membelakangi.
Alvin. Mantan kekasih yang masih mencintai, sempat berjuang keras agar bisa mendapatkan restu dari Ayah Emmy yang tak menyukai. Karena masalah ekonomi. Namun setelah ia berhasil membuka usahanya sendiri, bersiap untuk melamar gadis yang dia kasihi, takdir malah tak mau merestui.
Alvin diam sejenak, tepat di belakang Emmy yang masih menundukkan kepala, ia tatap lekat, lamat lamat punggung gadis yang masih menjadi penghuni hati, sambil dia tepuk lembut punggung Emmy, mencoba untuk membantu memberikan rasa nyaman terhadap mantan kekasihnya yang masih muntah.
"Terimakasih, maaf mer-" Ucap Emmy tercekat, sesaat setelah membalikkan badan, dia dibuat tersentak oleh keberadaan lelaki yang dia kenal, bahkan masih sangat dia sayang. "Alvin." Panggilnya lirih berdiri dari jongkoknya.
Namun tak mendapatkan jawaban dari Alvin, ia diam sambil dia buka air mineral yang dia beli, akan dia siramkan ke muntahan.
"Tunggu disini. Airnya kurang." Ucap Alvin. Batinnya nyeri, susah sekali untuknya bisa beradaptasi dengan kenyataan yang terjadi. Kalau Emmy kini sudah memiliki suami. "Aku beli lagi di minimarket,"
Mendapatkan anggukan pelan dari Emmy. Perasaannya pun tak kalah sakit, memancing buliran bening di balik kelopak mata Emmy yang berkaca kaca, ia tatap nanar belakang punggung mantan kekasih yang dia cinta.
"Ini Bu Makan dulu permennya," Supir datang menghampiri, dia berikan sebungkus permen ke depan Emmy yang segera mengambil alih.
"Terimakasih, Pak."
"Saya beli minum dulu untuk membersihkan itu,"
"Sudah ada yang beli minum Pak. " Emmy tatap lekat Alvin di pintu masuk minimarket, akan keluar dan kembali mendekati.
Ikut mengalihkan pandangan supir.
"Bisa tolong tunggu di mobil? saya masih ingin ngobrol dengan teman saya," Pinta Emmy.
"Baik, Bu." Patuhnya supir, kemudian berlalu masuk ke dalam mobil.
Hanya dilirik oleh Alvin yang segera menyiram bekas Emmy, dia pastikan halaman minimarket kembali bersih.
"Sudah bersih. Kamu silahkan pulang,"
"Terimakasih," Emmy telan salivanya pelan, guna untuk bisa mengendalikan gejolak rasa di dalam dadanya yang tak karuan.
Alvin mengangguk pelan,bersiap untuk membalikkan badan, namun tertahan oleh panggilan Emmy.
"Alvin," cepatnya dentuman di jantung Emmy.
"Apa kabar?" pertanyaan yang Alvin tahan akhirnya keluar juga.
"Buruk," ingin sekali Emmy menjawab seperti itu. Mengungkapkan rasa sedihnya yang menyeruak menyakiti dada, namun untuk apa? ketika semua sudah berjalan buruk akibat tingkah dan ulahnya. "Baik," jawabnya berkilah.
"Aku nggak baik." Sahut cepat Alvin. "Membayangkan kamu bahagia bersama dengan pria lain. Berandai andai jika bukan lelaki itu yang menyentuhmu melainkan aku. Harusnya aku aku sekarang yang menyandang status sebagai suami. Calon ayah dari anak di kandunganmu,"
Mencelosnya hati Emmy. Air matanya pun menitik tanpa bisa dia cegah, menambahkan gemuruhnya rasa di dalam dada.
"Maaf Bu, ada orang jualan siomay di sebelah sana," supir tiba tiba saja datang dan menyela.
Emmy usap cepat air mata di pipi, lalu dia alihkan pandanganya ke arah tempat yang ditunjuk supir suaminya.
'Kamu ingin makan siomay?" tanya Alvin. Ia kontrol emosi yang sempat merajai hati.
Mendapatkan anggukan pelan dari Emmy.
"Mau saya belikan Bu?" tawar supir.
"Biar saya yang belikan, Pak." Sahut Alvin.
Mempercepat degupan di jantung Emmy.
"Aku juga lagi ingin makan siomay. Bagaimana kalau kita makan sama sama? sama Anda sekalian," tawar Alvin kepada supir Aksara.
"Saya masih kenyang. Terimakasih atas tawarannya," tolak halus supir, kemudian berlalu pergi akan masuk ke dalam mobil.
"Mau makan siomay sama aku?" Alvin menawarkan.
Mendapatkan anggukan pelan dari Emmy, menerima penawaran.
Flashback selesai.
Kini Emmy hanya diam, dia perhatikan gurat wajah kesal suami.
"Alvin laki laki laki yang dulunya pernah ke rumah kamu itu kan?" Ucap Aksara.
Emmy masih diam. Karena kencangnya dentuman di dalam dada.
"Alvin mantan kekasih kamu," lanjut Aksara.
"Nggak ada masalah kan?" Emmy membalikkan badan.
Memancing rasa marah di hati Aksara yang segera mencekal tangan kanan istrinya kasar. "Nggak ada masalah kata kamu?" Nyalang dan juga tajam.
Sungguh berhasil menakuti Emmy yang diam, berusaha untuk tetap bisa bersikap tenang.
"Kamu membuatku dimarahi Mama. Membuatku mendapatkan omelan dari Mama, dan kamu bilang nggak ada masalah?" kesal Aksara.
Emmy tepis tangan suaminya. "Siapa yang suruh Om turun dari mobil?" menekan kuat rasa takutnya. Emmy kedikan kepala sambil balas menatap tajam. "Meninggalkanku sendirian di dalam mobil. Harusnya Om memastikanku selamat sampai rumah Mama. Biar Om tahu gimana mual dan mutahnya aku tadi di perjalanan," deru napasnya memburu.
Aksara diam sambil mengeraskan rahang.
"Om membuatku semakin mual," Emmy buang pandangannya, tak ingin semakin memancing rasa marah di hati suaminya. "Itu camilannya jangan lupa di makan, biar bisa tenang, kerjanya nggak marah marah." Sindir Emmy. Kemudian berlalu pergi keluar dari kamar, meninggalkan Aksara yang mengumpat, membuang muka.
"Shit! benar benar brengsek!" dibuat benci oleh kehidupannya saat ini. Aksara tak suka, bagaimana bisa ia terjebak di dalam pernikahan konyol seperti ini. Memuakkan sekali.
***
Gelak tawa Emmy, menikmati kebersamaan hangatnya bersama dengan Mama mertua yang kini tengah bercerita tentang masa muda.
"Aku penasaran sama sikap baik sama lucunya Papa ke Mama," ucap Emmy.
"Kamu sih terlambat menikah sama Aksara. Kalau lebih cepat lagi kan pasti bisa ketemu sama Papa,"
"Bukan terlambat menikah Ma, tapi terlambat lahir,"
"Oh ya," Mama Aksara terkekeh, "Bisa juga Aksara yang kecepetan lahir,"
"Mama kecepetan nikahnya."
"Hahahaha." Tawa kompak keduanya, bercanda layaknya sahabat yang berhaha hihi.
Tak ada yang memperdulikan Askara di antara mereka, hanya diam sambil menyeruput kopi dan melihat layar televisi di hadapan.
"Bisa tolong jangan berisik? kamu benar benar mengangguku," sungut Aksara menekankan. Lalu dibuat tersentak oleh lemparan bantal sofa Mamanya.
"Siapa yang kamu panggil 'kamu' itu?"
"Emmy. Bukan Mama," jawab cepat Aksara.
"Kamu itu ya. Lama nggak kesini nggak malah ikut berbaur malah sibuk saja menonton tv."
"Salahkan saja terus," gumam Aksara.
"Bilang apa kamu tadi?"
"Iya ini kan sudah berbaur. Duduk bareng bareng disini," jawab Aksara. Lalu dia alihkan pandangannya ke arah Emmy, istrinya itu tampak mengulaskan senyuman tipis, seperti mengejeknya. "Ngapain kamu senyum senyum begitu?"
Bersambung
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
