
Cerita tentang pernikahan yang tak diinginkan diantara Aksara dan Emmy. Setelah menyakiti hati Aza, satu satunya wanita yang pernah dicintai Aksara diseumur hidupnya.
Menjadi istri yang tak dianggapkan, sama sekali tak diperdulikan dan diacuhkan. Bagaimana cara Emmy bertahan? ataukah akhirnya ia memilih untuk menyerah?
“Om dari mana?” tanya Emmy. Istri cantik namun tak dicintai,meskipun sedang mengandung tiga bulan anak dari Aksara.
Suami yang tak menyimpan cinta. Juga tak ingin berlajar mencintainya, meskipun pernikahan sudah berjalan hampir dua bulan lamanya.
“Bukan urusanmu,” datar Aksara. melenggang begitu saja akan masuk ke dalam kamar utama, tempatnya melepas lelah sendirian, tanpa Emmy yang dia suruh tidur di kamar lainnya.
Mempercepat degupan di jantung Emmy. Hatinya disayat perih. Luka dan air mata, sudah menjadi makanan pokoknya di rumah tangga.
Karena tak adanya cinta di hati Aksara. Pria paruh baya namun masih begitu gagah nan tampan di usia yang tak lagi muda.
Akibat pernikahan paksa yang harus dilakukan, karena kesalahan satu malam yang sudah menghancurkan hati banyak orang.
“Bisa Om sedikit saja bersikap baik?" kesalnya hati Emmy. Sambil membalikkan badan dan melangkah mengikuti Aksara.
“Nggak bisa,” datar Aksara.
“Aku ini istri Om. Kalau memang nggak bisa menghargaiku sebagai istri, setidaknya hargai aku sebagai teman.” Emmy masih mengejar, lalu berhanti seketika, ketika Aksara menhentikan langkah, menghadapnya.
“Kamu istriku. Dan aku akan bertanggung jawab penuh atas kehidupanmu, jua anak yang ada di kandunganmu itu. Cukup kan?” tajamnya tatapan Aksara. Tak bisa bersikap baik apalagi lembut, kepaa wanita yang dia anggap sebagai perusak hubungannya dengan Aza. Mantan kekasih yang namanya masih dia simpan rapi di dalam hati.
“Nggak cukup.”
“Jangan nglunjak. Atau aku akan pergi dari rumah ini dan meninggalkanmu.”
Menyayat perih hati Emmy. Ia diam tak lagi bersuara untuk untuk menjaga hatinya sendiri agar tak semakin terluka. Ia tak mencintai Aksara, tapi kenapa hatinya sakit sekali diperlakukan seperti ini? seolah wanita tak berharga dan sangat tak diharapkan.
“Kalau kamu mau. Apartement ini bisa menjadi milikmu. Aku akan merubah sertifikat menjadi atas namamu.”
'Aku nggak mau. Aku membutuhkan suami. Nggak membutuhkan apartemen ini."
“Kenapa kamu membutuhkan suami sepertiku? aku sama sekali nggak mencintaimu, bahkan aku nggak bisa bersikap baik kepadamu. Bukan nggak bisa, tapi aku nggak ingin, karena sekalinya aku melihat kamu, membuatku jadi ingat sakit hatinya Aza.”
“Kenapa Om bersikap seolah oleh semua ini kesalahanku? apa yang terjadi dulu di club malam itu karena aku?”
“Karena memang kamulah penyebabnya. Andai kamu nggak mendekatiku, andai kamu nggak pura pura meminjam ponsel, andai kamu nggak diam saja saat aku cium, andai kamu memberontak dan mendorongku.”
“Om terlalu berandai andai. Memojokkanku karena kesalahan Om sendiri. Om terlalu egois.”
“Memang aku egois. Bahkan sangati egois, apalagi kepada orang asing yang nggak aku suka.”
“Aku bukan orang asing. Aku istri Om, calon ibu dari anak Om,” perihnya hati Emmy. Air matanya pun semakin deras dan tak mau berhenti.
Namun tak bisa menyentuh kerasnya hati Aksara. Suaminya itu malah membuang pandangan, sambil berkacak pinggang.
"Aku tahu kamu istriku. Calon ibu dari darah dagingku. Tapi itu hanya status, status di masyarakat dan di Negara. Tapi bukan status di hati dan pikiranku. Karena bagiku, kamu nggak lebih dari orang asing yang harus aku hidupi demi untuk kehidupan nyawa baru di rahim kamu." Aksara menunjuk perut Emmy yang sedikit membuncit.
Menambahkan gemuruhnya rasa di dalam hati Emmy.
"Aku sudah menikahi kamu. Aku pun sudah memberikan status yang baik untuk kamu. Harusnya kamu bisa bersyukur atas itu semua, jangan terlalu banyak menuntut untuk hal hal yang nggak bisa aku berikan. Kasih sayang, perhatian, apalagi cinta. Aku nggak berniat untuk melakukannya." Kejam dan juga pedasnya ucapan Aksara.
Menghujam hati Emmy yang dia buat semakin tercekat.
"Lebih baik kamu masuk kamar. Istirahat," Aksara mengedikkan kepala, sejenak dia pandang basahnya wajah Emmy, lalu pergi masuk ke dalam kamar.
Brak!
***
Sebuah pernikahan paksa tanpa dasar cinta. Menciptakan banyaknya luka di hati seorang Emmy yang kini tengah melangkah perlahan masuk ke dalam kamarnya sendiri. Menangis sendirian dalam balutan kesepian. Harus rela Emmy jalani tanpa bisa berbuat apa apa.
Karena kehadiran calon bayi di dalam perutnya, terlebih lagi untuk menjaga hati kedua orang tua yang sudah sangat dia kecewakan. Dia buat sedih, dia hancurkan hati Ibu dan Ayahnya dengan tak sengaja bercinta dan hamil di luar nikah.
Bibi Emmy bergetar, tatkala mengingat tangisan ibunya yang tak lagi ceria setelah pernikahannya.
Malu. Menjadi gunjingan tetangga. Cukup satu kesalahan fatal itu yang dia lakukan. Nggak akan lagi dia berikan beban baru kepada kedua orang tuanya jika sampai ia bercerai dan menjadi janda.
Emmy tergugu. Menangis tersedu sedu sambil duduk bersila di atas ranjangnya. Mencoba untuk kuat meskipun sebenarnya ia tak kuat, merasa lelah atas sikap acuh Aksara yang tak pernah menganggapnya ada.
***
Pagi mulai menjelang, memberikan hangatnya sinar mentari, datang bersama dengan semilirnya angin yang berhembus sangat sepoi, namun tak bisa memberikan kenyamanan di hati Emmy yang tengah menahan lara.
"Bi. Ayamnya tadi sudah dimarinasi kan?" tanya Emmy, kepada salah satu asisten rumah tangga bagian dapur.
"Sudah. Saya simpan di kulkas, Bu."
Menciptakan seulas senyuman di bibir Emmy, sambil dia benarkan kunciran rambutnya, lalu berjalan menuju ke dapur.
Seiring dengan keluarnya Aksara dari dalam kamar. Tak memakai pakaian casual, melainkan tampak begitu rapi.
"Tolong buatkan aku kopi," titahnya kepada asisten rumah tangga.
Menghentikan langkah Emmy, ia membalikkan badan mendengar suara suaminya.
"Baik, Pak,"
Aksara melangkah akan masuk ke ruangan makan.
Emmy pun kembali berjalan masuk ke dalam dapur, tanpa ada niatan untuk menyapa suami seperti pasangan yang lainnya.
"Biar aku yang buatkan," ucap Emmy. Kepada pembantu rumahnya yang akan mengambil cangkir.
"Baik, Bu." Ia pun akan melangkah, namun tertahan oleh suara majikannya.
"Jangan pergi dulu, Rin. Tolong berikan kopinya ke Bapak,"
"Baik, Bu. Biar saya bantu rebuskan airnya." Jawab asisten rumah tangga termuda.
"Terimakasih," Emmy racik kopi spesial untuk suami yang tak pernah menganggapnya istimewa.
***
"Silahkan Pak," sopannya asisten rumah tangga, meletakkan kopi buatan Emmy di depan Aksara.
Hanya mendapatkan lirikan Aksara, tanpa suara, ia minum perlahan kopi panas di hadapan.
"Enak," batin Aksara, Kopi buatan Rini benar selalu cocok dilidahnya. Nikmat sekali.
Aksara kembali menyeruput perlahan, menikmati sensasi manis pahit yang dia suka, lalu dia mengangguk pelan, sebagai bentuk dari jawaban atas pamitnya Rini meninggalkan.
****
Heningnya suasana di dalam ruangan makan, meskipun ada dua orang di dalamnya. Aksara tengah menikmati sarapannya, bersama dengan Emmy yang t engah duduk di seberangnya.
"Nanti aku pulang malam." Ucap Aksara, memecahkan kebekuan yang tercipta.
"Hari ini hari Minggu. Mau kemana?"
"Aku sebatas memberi tau, nggak meminta izin, jadi jangan banyak bertanya."
Bersambung
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
