
Lamanya Emmy di perjalanan menuju ke rumah Mamanya, membuat Aksara gusar.
"Tergantung apa?" Menoleh nya cepat kepala Aksara. Tatapannya dingin tak menunjukkan kehangatan.
"Tergantung sikap Om. Kasar ataukah nggak."
"Nggak ada hubungannya,"
"Emh!" Emmy bekap mulutnya, menunjukkan rasa mual yang seolah menyerang." Jelas ada hubungannya. Sama seperti sekarang, sorot mata tajam Om itu, sudah membuatku mual," Ucap Emmy.
Mendapatkan cebikan bibir dari suaminya.
"Nggak percaya yang sudah. Tapi Om tahu yang namanya ikatan batin kan? Anakku ini tahu kalau Mamanya ini selalu dibuat sakit hati sama sikap Papanya. Makanya dia marah."
"Halu. Terlalu mengada ada."
"Kok halu?" Sahut cepat Emmy. "Mualku ini nyata, anak kita lagi marah ke Papanya." Emmy menekankan.
Namun tak ditanggapi oleh Aksara, suami tuanya itu tampak diam dan tak memperdulikan.
"Diam saja terus." Sindir Emmy membuang pandangan.
Sedikit dilirik oleh Aksara, sejenak ia hentikan gerakan jari di ponsel, lalu kembali fokus dengan layar ponselnya yang menyala.
"Emmh!"
"Astaga..." Jengah Aksara.
"Emmh!"
"Berhenti berhenti Pak!" titah Aksara. Lalu dibuat tersentak oleh masuknya kepala Emmy ke dalam dada.
"Emmy!" Aksara mengangkat kedua tangannya ke atas, lalu dibuat terhenyak oleh kekehan istrinya.
"Bercanda, Om. Jangan tegang begini," sambil dia usap bibirnya, Emmy kembali menegakkan duduknya.
"Benar benar gila ya kamu,"
"Dulu aku nggak gila. Tapi karena menikah Sama Om aku jadi gila,"
Membulatkan kedua mata Aksara. "Harusnya memang kita nggak menikah. Kamu benar benar membuatku sangat gila."
"Salah sendiri Om masukkan di dalam. Kan bodoh!" Asal Emmy balas mengumpat. Sedikit dibuat takut oleh desisan Aksara menahan kesal.
"Kamu ya! Terus saja jawab apa yang aku omongkan!"
Emmy membuang muka ke arah depan. "Aku akan menjawab jika bisa menjawab." Ucapnya. Lalu dibuat tersentak oleh pekikan suara Aksara.
"Emmy!"
Ikut menjingkatkan hati supir di depannya.
"Hentikan mobilnya!" Titah Aksara, tak lagi bisa menahan emosinya yang meninggi.
"Om mau apa?"
"Mau kamu turun dari sini. Naik taksi saja ke rumah Mama," Sungut Aksara. Namun ia yang membuka pintu mobil lalu turun sendiri.
"Bawa wanita bawel ini ke rumah Mama." Titahnya kepada supir. Lalu dia tutup pintu mobil dengan kasarnya.
Brak!
Mengagetkan hati Emmy. Hingga membuat tubuhnya kembali bertingkat.
"Kan dia yang bawel," Cepatnya dentuman di jantung Emmy. Menggerutu sendiri sambil dia usap dadanya beberapa kali.
"Kita jalan Bu?" tanya supir. Berusaha untuk tenang meskipun dibuat tak nyaman oleh pertengkaran majikannya.
"Iya, Pak. Maaf atas kejadian nggak mengenakkan ini,"
Hanya mendapatkan anggukan pelan dari supir yang tersenyum tipis.
Emmy mengalihkan pandangannya, dia lihat Aksara jalan sendirian menyusuri trotoar, tampak melambaikan tangan ingin menyetop taksi.
***
Lenggangan kaki Aksara masuk ke dalam rumah sang Mama. Tak dibuat bingung oleh tak adanya mobil miliknya yang tadi dipakai Emmy.
Mungkin supir rumah langsung pulang, menuruti titah istri ataupun Mamahnya. Pikir Aksara.
Berjalan santai menapaki dinginnya lantai, ia mengalihkan pandangan, ketika mendengar suara seseorang yang dia kenal.
"Aksara," Mama mertua Emmy melangkah mendekati. "Emmy mana?" Sambil dia edarkan pandangannya, mencari keberadaan menantunya yang tak dia lihat.
"Emmy?" Bingung Aksara. "Dia belum sampai?"
"Ya belum. Kan kamu baru sampai,"
Aksara mengedarkan pandangannya. "Kemana dia?"
"Kok tanya Mama? Kan kamu suaminya. Datang kesini sama Emmy kok bisa kamu tanya kemana dia?" Kesalnya hati sang Mama.
Sedangkan Aksara masih bingung, tak menunjukkan rasa cemas ataupun panik, ia usap wajah tampannya pelan.
"Jangan bilang kamu turunkan dia di jalan," Pikiran buruk Mama Aksara.
"Menurunkan gimana?"
"Kok bisa kamu sudah ada disini sedangkan Emmy belum?"
"Ya nggak tahu," Entengnya jawaban Aksara, lalu dibuat tersentak oleh pukulan sang Mama di lengannya. "Sakit!"
"Cari Emmy sekarang! Mama nggak mau tahu ya, temukan menantu Mama cepat!" Panik dan juga cemas. Tak ingin Emmy dan juga calon cucunya kenapa kenapa.
Mama Aksara dorong pelan tubuh putranya.
"Ya sebentar. Mama sabar dong. Aku harus cari Emmy kemana?"
"Ya kemana saja. Intinya kan menantu Mama ketemu,"
Aksara rogoh kantung celana yang dia pakai, akan mengambil ponsel di dalamnya.
"Aksara!" Tak sabarnya hati Mama Aksara.
"Ini mau telepon supir yang bawa Emmy. Sabar sedikit kan bisa," Sahut cepat Aksara.
Menciptakan helaan napas kasar di bibir Mamanya, "Ayo cepat. Awas saja ya kamu kalau sampai menantu sama calon cucu Mama kenapa kenapa."
Hanya mendapatkan lirikan dari Aksara yang sudah meletakkan ponselnya ke telinga.
Seiring dengan terdengar nya suara salam Emmy di pintu utama.
"Wa'alaikumussalam," Ucap Mama. Melangkah segera menuju ruangan tamu, kompak bersama dengan Aksara yang sudah menurunkan ponsel, memasukkannya kembali ke kantung celana.
"Darimana saja kamu?" Kasarnya nada bicara Aksara. Menyerobot dan mendahului Mamanya yang akan bertanya.
"Bisa pelan kan nada suara kamu? Jangan kasar kasar begitu sama istri sendiri," Protes sang Mama.
Menciptakan helaan napas di bibir Aksara. "Nada suaraku ya sudah seperti ini, Ma."
"Settingannya ketinggian." Sahut Mama Aksara. "Biasakan pakai setelan rendah dan lembut ke istri sendiri,"
Aksara berdecak kesal.
"Aku terlambat ya Ma?"
"Pakai tanya lagi," Sungut Aksara. Lalu memekik menerima cubitan dari Mamanya.
"Sudah dibilang jangan kasar kasar. Rendahkan sedikit nada suara kamu." Mama menekankan.
Membuang pandangan Aksara. "Terserah lah," Gumamnya pelan, lebih memilih untuk melangkah pergi meninggalkan Mama dan istrinya.
"Mau kemana kamu?" Tanya Mama.
"Kamar. Tidur,"
"Jam segini tidur?"
"Biarkan saja Ma," Emmy menengahi. Dia sentuh lembut salah satu lengan mertuanya. "Om Aksara mungkin lelah,"
"Masih panggil Om kamu? kok panggil Om ke suami sendiri?"
Menciptakan seulas senyuman kikuk di bibir Emmy. "Lebih nyaman Om dari pada Sayang, Mas ataupun yang lainnya."
"Jangan di nyaman nyamanin. Panggilan Om nggak bagus ah untuk suami istri.'
"Iya Ma, nanti belajar. Pelan pelan biar lidahnya ini nggak kaku," Jawab Emmy, saling melemparkan senyuman bersama dengan Mama Mertua yang memeluknya.
"Ayo temani Mama makan,"
"Mama belum makan?"
"Makan camilan maksud Mama,"
"Dengan senang hati," Berserinya gurat wajah Emmy. Kedua matanya pun penuh binar, menunjukkan kenyamanan juga rasa bahagia jika bersama dengan Mama Mertua.
***
"Kirimkan ke email sekarang juga. Aku akan mengeceknya," Ucap Aksara. Lalu memutuskan panggilan teleponnya bersama dengan Sekretaris. Segera dia alihkan pandangannya ke arah belakang, melihat pintu kamar terbuka dan menampilkan Emmy di baliknya.
"Camilannya Om." Sambil membawa nampan di tangan, berisikan kue di atasnya. "Om harus mencoba ini. Benar benar enak," Lanjut Emmy. Dia letakkan nampan di atas nakas.
"Darimana tadi kamu? Kenapa suka sekali membuat masalah?" Tembak langsung Aksara tak bersikap lembut.
Bersitatap dengan Emmy yang diam, hanya menatapnya datar.
"Malah diam lagi."
"Perutku mual tadi. Aku minta supir turun sebentar untuk cari permen di minimarket."
"Beli permen apa ngepel lantai minimarket? Nggak mungkin beli permen selama itu." Sahut Aksara. Mengingat lamanya ia tadi di perjalanan menuju ke rumah Mamanya. Sejenak ia mampir ke kafe untuk melepas stres.
Mempercepat degupan di jantung Emmy.
"Kenapa diam? Bisu?" desak Aksara.
"Tadi nggak sengaja ketemu sama Alvin. Jadi ngobrol sebentar setelah dia bantu aku saat muntah,"
"Alvin?" Kenapa Aksara merasa tak asing dengan nama itu.
"Hem," Acuh Emmy.
"Alvin siapa? Oooh..." Aksara membulatkan mata, ketika mengingat siapa Alvin yang dimaksud istrinya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
