Bab 3. Alvin

3
1
Deskripsi

Lamanya Emmy di perjalanan menuju ke rumah Mamanya, membuat Aksara gusar.

"Tergantung apa?" Menoleh nya cepat kepala Aksara. Tatapannya dingin tak menunjukkan kehangatan.

"Tergantung sikap Om. Kasar ataukah nggak."

"Nggak ada hubungannya,"

"Emh!" Emmy bekap mulutnya, menunjukkan rasa mual yang seolah menyerang." Jelas ada hubungannya. Sama seperti sekarang, sorot mata tajam Om itu, sudah membuatku mual," Ucap Emmy.

Mendapatkan cebikan bibir dari suaminya.

"Nggak percaya yang sudah. Tapi Om tahu yang namanya ikatan batin kan? Anakku ini tahu kalau Mamanya ini selalu dibuat sakit hati sama sikap Papanya. Makanya dia marah."

"Halu. Terlalu mengada ada."

"Kok halu?" Sahut cepat Emmy. "Mualku ini nyata, anak kita lagi marah ke Papanya." Emmy menekankan.

Namun tak ditanggapi oleh Aksara, suami tuanya itu tampak diam dan tak memperdulikan.

"Diam saja terus." Sindir Emmy membuang pandangan.

Sedikit dilirik oleh Aksara, sejenak ia hentikan gerakan jari di ponsel, lalu kembali fokus dengan layar ponselnya yang menyala.

"Emmh!"

"Astaga..." Jengah Aksara.

"Emmh!"

"Berhenti berhenti Pak!" titah Aksara. Lalu dibuat tersentak oleh masuknya kepala Emmy ke dalam dada.

"Emmy!" Aksara mengangkat kedua tangannya ke atas, lalu dibuat terhenyak oleh kekehan istrinya.

"Bercanda, Om. Jangan tegang begini," sambil dia usap bibirnya, Emmy kembali menegakkan duduknya.

"Benar benar gila ya kamu,"

"Dulu aku nggak gila. Tapi karena menikah Sama Om aku jadi gila,"

Membulatkan kedua mata Aksara. "Harusnya memang kita nggak menikah. Kamu benar benar membuatku sangat gila."

"Salah sendiri Om masukkan di dalam. Kan bodoh!" Asal Emmy balas mengumpat. Sedikit dibuat takut oleh desisan Aksara menahan kesal.

"Kamu ya! Terus saja jawab apa yang aku omongkan!"

Emmy membuang muka ke arah depan. "Aku akan menjawab jika bisa menjawab." Ucapnya. Lalu dibuat tersentak oleh pekikan suara Aksara.

"Emmy!"

Ikut menjingkatkan hati supir di depannya.

"Hentikan mobilnya!" Titah Aksara, tak lagi bisa menahan emosinya yang meninggi.

"Om mau apa?"

"Mau kamu turun dari sini. Naik taksi saja ke rumah Mama," Sungut Aksara. Namun ia yang membuka pintu mobil lalu turun sendiri.

"Bawa wanita bawel ini ke rumah Mama." Titahnya kepada supir. Lalu dia tutup pintu mobil dengan kasarnya.

Brak!

Mengagetkan hati Emmy. Hingga membuat tubuhnya kembali bertingkat.

"Kan dia yang bawel," Cepatnya dentuman di jantung Emmy. Menggerutu sendiri sambil dia usap dadanya beberapa kali.

"Kita jalan Bu?" tanya supir. Berusaha untuk tenang meskipun dibuat tak nyaman oleh pertengkaran majikannya.

"Iya, Pak. Maaf atas kejadian nggak mengenakkan ini,"

Hanya mendapatkan anggukan pelan dari supir yang tersenyum tipis.

Emmy mengalihkan pandangannya, dia lihat Aksara jalan sendirian menyusuri trotoar, tampak melambaikan tangan ingin menyetop taksi.

***

Lenggangan kaki Aksara masuk ke dalam rumah sang Mama. Tak dibuat bingung oleh tak adanya mobil miliknya yang tadi dipakai Emmy.

Mungkin supir rumah langsung pulang, menuruti titah istri ataupun Mamahnya. Pikir Aksara.

Berjalan santai menapaki dinginnya lantai, ia mengalihkan pandangan, ketika  mendengar suara seseorang yang dia kenal.

"Aksara," Mama mertua Emmy melangkah mendekati. "Emmy mana?" Sambil dia edarkan pandangannya, mencari keberadaan menantunya yang tak dia lihat.

"Emmy?" Bingung Aksara. "Dia belum sampai?"

"Ya belum. Kan kamu baru sampai,"

Aksara mengedarkan pandangannya. "Kemana dia?"

"Kok tanya Mama? Kan kamu suaminya. Datang kesini sama Emmy kok bisa kamu tanya kemana dia?" Kesalnya hati sang Mama.

Sedangkan Aksara masih bingung, tak menunjukkan rasa cemas ataupun panik, ia usap wajah tampannya pelan.

"Jangan bilang kamu turunkan dia di jalan," Pikiran buruk Mama Aksara.

"Menurunkan gimana?"

"Kok bisa kamu sudah ada disini sedangkan Emmy belum?"

"Ya nggak tahu," Entengnya jawaban Aksara, lalu dibuat tersentak oleh pukulan sang Mama di lengannya. "Sakit!"

"Cari Emmy sekarang! Mama nggak mau tahu ya, temukan menantu Mama cepat!" Panik dan juga cemas. Tak ingin Emmy dan juga calon cucunya kenapa kenapa.

Mama Aksara dorong pelan tubuh putranya.

"Ya sebentar. Mama sabar dong. Aku harus cari Emmy kemana?"

"Ya kemana saja. Intinya kan menantu Mama ketemu,"

Aksara rogoh kantung celana yang dia pakai, akan mengambil ponsel di dalamnya.

"Aksara!" Tak sabarnya hati Mama Aksara.

"Ini mau telepon supir yang bawa Emmy. Sabar sedikit kan bisa," Sahut cepat Aksara.

Menciptakan helaan napas kasar di bibir Mamanya, "Ayo cepat. Awas saja ya kamu kalau sampai menantu sama calon cucu Mama kenapa kenapa."

Hanya mendapatkan lirikan dari Aksara yang sudah meletakkan ponselnya ke telinga.

Seiring dengan terdengar nya suara salam Emmy di pintu utama.

"Wa'alaikumussalam," Ucap Mama. Melangkah segera menuju ruangan tamu, kompak bersama dengan Aksara yang sudah menurunkan ponsel, memasukkannya kembali ke kantung celana.

"Darimana saja kamu?" Kasarnya nada bicara Aksara. Menyerobot dan mendahului Mamanya yang akan bertanya.

"Bisa pelan kan nada suara kamu? Jangan kasar kasar begitu sama istri sendiri," Protes sang Mama.

Menciptakan helaan napas di bibir Aksara. "Nada suaraku ya sudah seperti ini, Ma."

"Settingannya ketinggian." Sahut Mama Aksara. "Biasakan pakai setelan rendah dan lembut ke istri sendiri,"

Aksara berdecak kesal.

"Aku terlambat ya Ma?"

"Pakai tanya lagi," Sungut Aksara. Lalu memekik menerima cubitan dari Mamanya.

"Sudah dibilang jangan kasar kasar. Rendahkan sedikit nada suara kamu." Mama menekankan.

Membuang pandangan Aksara. "Terserah lah," Gumamnya pelan, lebih memilih untuk melangkah pergi meninggalkan Mama dan istrinya.

"Mau kemana kamu?" Tanya Mama.

"Kamar. Tidur,"

"Jam segini tidur?"

"Biarkan saja Ma," Emmy menengahi. Dia sentuh lembut salah satu lengan mertuanya. "Om Aksara mungkin lelah,"

"Masih panggil Om kamu? kok panggil Om ke suami sendiri?"

Menciptakan seulas senyuman kikuk di bibir Emmy. "Lebih nyaman Om dari pada Sayang, Mas ataupun yang lainnya."

"Jangan di nyaman nyamanin. Panggilan Om nggak bagus ah untuk suami istri.'

"Iya Ma, nanti belajar. Pelan pelan biar lidahnya ini nggak kaku," Jawab Emmy, saling melemparkan senyuman bersama dengan Mama Mertua yang memeluknya.

"Ayo temani Mama makan,"

"Mama belum makan?"

"Makan camilan maksud Mama,"

"Dengan senang hati," Berserinya gurat wajah Emmy. Kedua matanya pun penuh binar, menunjukkan kenyamanan juga rasa bahagia jika bersama dengan Mama Mertua.

***

"Kirimkan ke email sekarang juga. Aku akan mengeceknya," Ucap Aksara. Lalu memutuskan panggilan teleponnya bersama dengan Sekretaris. Segera dia alihkan pandangannya ke arah belakang, melihat pintu kamar terbuka dan menampilkan Emmy di baliknya.

"Camilannya Om." Sambil membawa nampan di tangan, berisikan kue di atasnya. "Om harus mencoba ini. Benar benar enak," Lanjut Emmy. Dia letakkan nampan di atas nakas.

"Darimana tadi kamu? Kenapa suka sekali membuat masalah?" Tembak langsung Aksara tak bersikap lembut.

Bersitatap dengan Emmy yang diam, hanya menatapnya datar.

"Malah diam lagi."

"Perutku mual tadi. Aku minta supir turun sebentar untuk cari permen di minimarket."

"Beli permen apa ngepel lantai minimarket? Nggak mungkin beli permen selama itu." Sahut Aksara. Mengingat lamanya ia tadi di perjalanan menuju ke rumah Mamanya. Sejenak ia mampir ke kafe untuk melepas stres.

Mempercepat degupan di jantung Emmy.

"Kenapa diam? Bisu?" desak Aksara.

"Tadi nggak sengaja ketemu sama Alvin. Jadi ngobrol sebentar setelah dia bantu aku saat muntah,"

"Alvin?" Kenapa Aksara merasa tak asing dengan nama itu.

"Hem," Acuh Emmy.

"Alvin siapa? Oooh..." Aksara membulatkan mata, ketika mengingat siapa Alvin yang dimaksud istrinya.

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Bab 4. Ngapain Senyum Senyum!
2
1
Flashback beberapa jam yang lalu.Emmy masih duduk di kursi belakang di dalam mobil Aksara. Sambil dia edarkan pandangannya, mencoba untuk menahan rasa mual di tenggorokan.Mual ya Bu? suara supir terdengar.Mengalihkan pandangan Emmy, lalu dia mengangguk pelan. Iya.Gimana kalau turun dulu? kita beli teh hangat atau apa yang hangat hangat gitu?Nggak usah, Tolak Emmy, ia diam sejenak. Cari minimarket saja, Pak.Baik, Bu. Supir mengangguk patuh. Dia kurangi kecepatan laju mobil sambil dia edarkan pandangan, mencari dengan  teliti minimarket yang tengah dibutuhkan oleh Emmy. Mau beli apa Bu? biar saya belikan, ucap Supir. Sesaat setelah menghentikan mobilnya di depan halaman minimarket.Permen jahe atau mint saja Pak. Sambil dia angsurkan selembar uang kepada supir.Saya tinggal dulu, Bu. Setelah mengambil alih, supir turun dari mobil lalu berlari akan masuk ke dalam minimarket yang tengah dibuka pintunya oleh pria tampan dan manis berkulit sawo matang.Emmy pun turun dari mobil, tak lagi mampu menahan desakan rasa mual yang ingin sekali dia muntahkan. Ia duduk berjongkok tak jauh dari mobil.Emmy, pria tersebut mengenali. Tiba tiba saja diserang oleh kencangnya debaran. Ia tetap melangkah lebih mendekati Emmy yang masih memuntahkan semua isi perut membelakangi.Alvin. Mantan kekasih yang masih mencintai, sempat berjuang keras agar bisa mendapatkan restu dari Ayah Emmy yang tak menyukai. Karena masalah ekonomi. Namun setelah ia berhasil membuka usahanya sendiri, bersiap untuk melamar gadis yang dia kasihi, takdir malah tak mau merestui.Alvin diam sejenak, tepat di belakang Emmy yang masih menundukkan kepala, ia tatap lekat, lamat lamat punggung gadis yang masih menjadi penghuni hati, sambil dia tepuk lembut punggung Emmy, mencoba untuk membantu memberikan rasa nyaman terhadap mantan kekasihnya yang masih muntah.Terimakasih, maaf mer- Ucap Emmy tercekat, sesaat setelah membalikkan badan, dia dibuat tersentak oleh keberadaan lelaki yang dia kenal, bahkan masih sangat dia sayang. Alvin. Panggilnya lirih berdiri dari jongkoknya.Namun tak mendapatkan jawaban dari Alvin, ia diam sambil dia buka air mineral yang dia beli, akan dia siramkan ke muntahan.Tunggu disini. Airnya kurang. Ucap Alvin. Batinnya nyeri, susah sekali untuknya bisa beradaptasi dengan kenyataan yang terjadi. Kalau Emmy kini sudah memiliki suami. Aku beli lagi di minimarket,Mendapatkan anggukan pelan dari Emmy. Perasaannya pun tak kalah sakit, memancing buliran bening di balik kelopak mata Emmy yang berkaca kaca, ia tatap nanar belakang punggung mantan kekasih yang dia cinta.Ini Bu Makan dulu permennya, Supir datang menghampiri, dia berikan sebungkus permen ke depan Emmy yang segera mengambil alih.Terimakasih, Pak.Saya beli minum dulu untuk membersihkan itu,Sudah ada yang beli minum Pak. Emmy tatap lekat Alvin di pintu masuk minimarket, akan keluar dan kembali mendekati.Ikut mengalihkan pandangan supir.Bisa tolong tunggu di mobil? saya masih ingin ngobrol dengan teman saya, Pinta Emmy.Baik, Bu. Patuhnya supir, kemudian berlalu masuk ke dalam mobil.Hanya dilirik oleh Alvin yang segera menyiram bekas Emmy, dia pastikan halaman minimarket kembali bersih.Sudah bersih. Kamu silahkan pulang,Terimakasih, Emmy telan salivanya pelan, guna untuk bisa mengendalikan gejolak rasa di dalam dadanya yang tak karuan.Alvin mengangguk pelan,bersiap untuk membalikkan badan, namun tertahan oleh panggilan Emmy.Alvin, cepatnya dentuman di jantung Emmy.Apa kabar? pertanyaan yang Alvin tahan akhirnya keluar juga.Buruk, ingin sekali Emmy menjawab seperti itu. Mengungkapkan rasa sedihnya yang menyeruak menyakiti dada, namun untuk apa? ketika semua sudah berjalan buruk akibat tingkah dan ulahnya. Baik, jawabnya berkilah.Aku nggak baik. Sahut cepat  Alvin. Membayangkan kamu bahagia bersama dengan pria lain. Berandai andai jika bukan lelaki itu yang menyentuhmu melainkan aku. Harusnya aku aku sekarang yang menyandang status sebagai suami. Calon ayah dari anak di kandunganmu,Mencelosnya hati Emmy. Air matanya pun menitik tanpa bisa dia cegah, menambahkan gemuruhnya rasa di dalam dada.Maaf Bu, ada orang jualan siomay di sebelah sana, supir tiba tiba saja datang dan menyela.Emmy usap cepat air mata di pipi, lalu dia alihkan pandanganya ke arah tempat yang ditunjuk supir suaminya.'Kamu ingin makan siomay? tanya Alvin. Ia kontrol emosi yang sempat merajai hati.Mendapatkan anggukan pelan dari Emmy.Mau saya belikan Bu? tawar supir.Biar saya yang belikan, Pak. Sahut Alvin.Mempercepat degupan di jantung Emmy.Aku juga lagi ingin makan siomay. Bagaimana kalau kita makan sama sama? sama Anda sekalian, tawar Alvin kepada supir Aksara.Saya masih kenyang. Terimakasih atas tawarannya, tolak halus supir, kemudian berlalu pergi akan masuk ke dalam mobil.Mau makan siomay sama aku? Alvin menawarkan.Mendapatkan anggukan pelan dari Emmy, menerima penawaran.Flashback selesai.Kini Emmy hanya diam, dia perhatikan gurat wajah kesal suami.Alvin laki laki laki yang dulunya pernah ke rumah kamu itu kan? Ucap Aksara.Emmy masih diam. Karena kencangnya dentuman di dalam dada.Alvin mantan kekasih kamu, lanjut Aksara.Nggak ada masalah kan? Emmy membalikkan badan.Memancing rasa marah di hati Aksara yang segera mencekal tangan kanan istrinya kasar. Nggak ada masalah kata kamu? Nyalang dan juga tajam.Sungguh berhasil menakuti Emmy yang diam, berusaha untuk tetap bisa bersikap tenang.Kamu membuatku dimarahi Mama. Membuatku mendapatkan omelan dari Mama, dan kamu bilang nggak ada masalah? kesal Aksara.Emmy tepis tangan suaminya. Siapa yang suruh Om turun dari mobil? menekan kuat rasa takutnya. Emmy kedikan kepala sambil balas menatap tajam. Meninggalkanku sendirian di dalam mobil. Harusnya Om memastikanku selamat sampai rumah Mama. Biar Om tahu gimana mual dan mutahnya aku tadi di perjalanan, deru napasnya memburu.Aksara diam sambil mengeraskan rahang.Om membuatku semakin mual, Emmy buang pandangannya, tak ingin semakin memancing rasa marah di hati suaminya. Itu camilannya jangan lupa di makan, biar bisa tenang, kerjanya nggak marah marah. Sindir Emmy. Kemudian berlalu pergi keluar dari kamar, meninggalkan Aksara yang mengumpat, membuang muka.Shit! benar benar brengsek!  dibuat benci oleh kehidupannya saat ini. Aksara tak suka, bagaimana bisa ia terjebak di dalam pernikahan konyol seperti ini. Memuakkan sekali.***Gelak tawa Emmy, menikmati kebersamaan hangatnya bersama dengan Mama mertua yang kini tengah bercerita tentang masa muda.Aku penasaran sama sikap baik sama lucunya Papa ke Mama, ucap Emmy.Kamu sih terlambat menikah sama Aksara. Kalau lebih cepat lagi kan pasti bisa ketemu sama Papa,"Bukan terlambat menikah Ma, tapi terlambat lahir,Oh ya, Mama Aksara terkekeh, Bisa juga Aksara yang kecepetan lahir,Mama kecepetan nikahnya.Hahahaha. Tawa kompak keduanya, bercanda layaknya sahabat yang berhaha hihi.Tak ada yang memperdulikan Askara di antara mereka, hanya diam sambil menyeruput kopi dan melihat layar televisi di hadapan.Bisa tolong jangan berisik? kamu benar benar mengangguku, sungut Aksara menekankan. Lalu dibuat tersentak oleh lemparan bantal sofa Mamanya.Siapa yang kamu panggil 'kamu' itu?Emmy. Bukan Mama, jawab cepat Aksara.Kamu itu ya. Lama nggak kesini nggak malah ikut berbaur malah sibuk saja menonton tv.Salahkan saja terus, gumam Aksara.Bilang apa kamu tadi?Iya ini kan sudah berbaur. Duduk bareng bareng disini, jawab Aksara. Lalu dia alihkan pandangannya ke arah Emmy, istrinya itu tampak mengulaskan senyuman tipis, seperti mengejeknya. Ngapain kamu senyum senyum begitu?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan