Beautiful Aurora II | 2

2
0
Deskripsi

Sinopsis:

Gue lalu melihat cerita yang dimaksud, dan memang pemeran tokoh prianya bernama Dion dan nama pengarangnya juga Dion.

Cerita oleh:

Dion

Ditulis oleh:

Dion

Klaim cerita:

Melodion 2016 — Cerita ini adalah fiksi, saking fiksinya, tidak ada fakta-faktanya!

post-image-676370947788c.jpg

Beautifull Aurora II mengangkat tema yang berbeda dari Beautifull Auorora pertama. Simak kisahnya berikut ini.

-

Pagi yang cerah untuk jiwa yang sepi, atau mungkin bisa dibilang perut gue yang sepi. Pagi-pagi begini perut gue udah melakukan konser dengan irama

lagu Beethoven's 5th Symphony, irama yang syahdu dengan sebuah melodi indah yang hanya bisa gue rasakan.

Ya perut gue keroncongan, gue juga gak tau kenapa mendeskripsikan keroncongan saja harus pake lagu klasik barusan.

Anyway, Udah 3 minggu gue tinggal dirumah pak Resnu dan juga merangkap sebagai Bodyguard anaknya, yaitu Manda. Kalau ditanya sukanya, hmm mungkin kalau ada timbangan suka dan duka, timbangan duka yang lebih berat dari timbangan suka.

Contoh kecilnya ya ini.

Gue udah bangun pagi, gue mandi, gue laper, gue masak indomie, gue taruh dimeja tuh indomie, gue lupa ambil air minum, lalu gue kekamar buat

ngambil Handphone gue dan lupa urusannya buat ngambil air minum, lalu gue

 

balik ke dapur, dan WHAT THE F*CK! Atau biar lebih Indonesia dikit dan lebih halus, ASTAGANAGADRAGONBALL!

“Kenapa lu? Datang-datang malah melotot,” tanya Manda dengan entengnya melahap Indomie rebus yang gue buat tadi.

Ya, Indomie yang gue buat sudah dijajahnya dengan sempurna, dan irama perut gue yang awalnya berirama Beethoven's 5th Symphony sekarang menjadi irama lagu Heaven Shall Burn dengan judul Murderers of the Murderers. Lapar ini membunuhku.

“Eh, itu Indomie gue,” gue mulai sewot.

“Oh” dia terlihat kaget tapi dengan tampang gak berdosa, “Ini punya lo?

Yaudah sory, nih belum habis,” ucapnya sambil menyodorkan mangkok.

“….. Iya sih gak habis, tapi ini kuah doang apanya yang mau gue makan, cepat amat lu ngisep tuh mie.”

“Eleeh, tambahin pake nasi doang campur aja kesitu dengan kuahnya, manja deh,” jawabnya cuek sambil beranjak dari kursi dan menenteng tas sekolahnya.

Gue hanya bisa melongo melihat mangkok dengan sebuah kuah kuning memantulkan bayangan gue disitu. Gue mau marah tapi gue mikir-mikir dulu, terakhir gue marah sama Manda gara-gara dia ngagetin gue pake petasan dan membuat gue gak bisa keluar kamar. Bukannya gue ngambek sampai gak mau keluar kamar, tapi gue DIKUNCIIN dia dari luar. Mana gue lagi kebelet boker pas itu.

Daripada marah-marah gue mau gak mau ngikutin aje saran dari dia gara-gara gue udah laper banget, gue ambil tuh mangkok dan langsung menuju rice cooker. Setelah gue taruh tuh nasi dan gue aduk-aduk dengan kuah, langsung aje gue lahap dengan beringas.

“Njrit! Enak juga,” gue mulai kesenangan.

Gue lalu mulai rakus menghabisi nasi + kuah Indomie tersebut, dan gue yakin Paris Hilton, artis mancanegara bersosialita tinggi tersebut pasti gak pernah makan seperti ini, norak lo Ris! (Ya iyalah, ada gitu selebritis Hollywod makan Indomie?)

[ B E A U T I F U L L  A U R O R A  I I ]

 

Dan sekarang gue berada disekolah, sekolah yang sama dengan sekolah anak majikan gue. Udah satu sekolah, satu kelas, satu barisan pula, cuma sayang tidak satu rumah tangga, hastag eeaaaaa.

Seperti hal biasa yang gue lakukan, gue selalu ngawasin dia dari belakang, untungnya tempat duduk dia itu dekat dengan guru sedang mengajar dipapan tulis, jadi guru gak curiga semisalnya gue mandang depan buat ngawasin dia atau bisa dibilang mandangin dia, gue emang keren.

Dan cara ngawasinnya berbeda dengan hari pertama gue ngawasin dia, dihari pertama gue selalu memberi live report ke bokapnya melalui sms, seperti ini

Gue : Non Manda lagi dengerin guru menjelaskan.

Gue : Non Manda minjemin pulpen keteman sebangkunya.

Gue : Non Manda tadi ketawa sama teman-temannya.

Gue : Saya dipelototin Non Manda barusan.

Gue : Non Manda tadi nguap pas pelajaran sejarah.

Gue : Non Manda lagi ngiket rambutnya.

Gue : Non Manda ketawa-tawa lagi.

Gue : Maaf pak, saya kebelet boker. Laporan ditunda.

Begitulah, sampai akhirnya membuat pak Resnu menegur gue untuk menghentikan cara gue memberi laporan aktifitas anaknya dengan cara Live Report seperti itu karena dianggapnya mengganggu.

Kembali kecerita, gue mengawasi Manda seperti biasa tanpa Live Report lagi, tapi karena gue merasa gak bakalan ada bahaya dikelas gue mulai memperhatikan pelajaran.

“Dion, dion,” bisik Bayu memanggil, anak SMA yang menjadi teman sebangku gue.

“Ng?”

“Lebih baik lo hentikan membawa-bawa Melody JKT48 kedalam cerita lo”

"Hah?” dahi gue mulai mengkerut, “Apanya? Melody siapa? Cerita apa?,” karena gue sama sekali gak ngerti nih anak ngomong apa, manggil-manggil langsung nuduh-nuduh pula.

 

“Gak usah pura-pura lu, nih di Karyaotakgue.com ada fanfict judulnya Beautifull Auora, dan nama pengarangnya dan pemeran utamanya sama kayak nama lo! Ini pasti lo kan? LO KAN?” ucapnya setengah berteriak sambil menyodorkan smartphone nya ke gue.

Gue lalu melihat cerita yang dimaksud, dan memang pemeran tokoh prianya bernama Dion dan nama pengarangnya juga Dion.

“Bukan gue! Nama doang ini yang sama,” gue mulai sewot.

“Gue gak percaya, temen makan temen lo ya. Masa Oshi gue di JKT48 lu embat juga, tega lu Yon sama gue, TEGA!”

“Apanya… anjrit eh Bay, liat gue, apa tampang gue ini tampang fansnya JKT48?” gue ngomong sambil menatap mukanya.

“KEMBALIKAN MELODY! KEMBALIKAN!” Bayu histeris sambil menarik narik kerah gue.

Kampret, omongan gue gak didengerinnya.

“DION, BAYU! SINI KEDEPAN” teriak guru kearah kami berdua dan membuat murid-murid yang lain fokus kearah kami.

Gue terpaksa maju kedepan dengan nih bocah kampret berkacamata, dan saat sudah sampai nih guru langsung saja melototin matanya.

“Kalian ini kenapa? Ribut-ribut sendiri dibelakang bukannya merhatiin saya ngejelasin, jawab!?”

Gue langsung saja nunjuk Bayu, “Nih pak, masa saya dibilang ngembat busi dia, ya mana saya terima.”

“OSHI WOY! Busi pala lu peang” ucapnya untuk meralat ucapan gue.

Plak !

Bayu digampar.

“Teriak-teriak lagi kamu, apa itu Oshi?” tanya guru ke gue. “Mana gue tau Bro!”

Plak !

 

Gue juga digampar, gue lupa kalau gue sekarang ini jadi murid, padahal nih guru umurnya gue rasa gak jauh berbeda dengan gue walau mukanya tuaan dia.

“Bra Bro Bra Bro, yang sopan! Saya ini guru kamu! Bayu Oshi itu apa?” “Oshi itu… apa ya, saya juga kurang tahu pak artinya apa,” jawabnya sambil

mengelus-elus pipinya tadi yang digampar.

“Lah? Lu sendiri gak tau lalu ngapain lu nuduh-nuduh gue ngembat busi lo?!” gue mulai sewot.

“Oshi congek! Pokoknya kembalikan Melody gue! kembalikan, gue gak terima dicerita dia jadi pacar lo!”

“Cerita apa kamrpet?! Siapa juga itu Melody? Kenal kagak apa kagak” “Melody itu Oshi gue di JKT48! Gue gak terima dia jadi pacar lo di fanfict!

KEMBALIKAN DIA DALAM HIDUP GUE” ucapnya sambil menarik kerah gue lagi.

“Gue gak ada bikin yang namanya fanfict! Liat muka gue?! Liat, apa muka gue ini menunjukan orang yang suka menulis?” gue juga menarik kerahnya.

“MUKA LU MESUM BANGET! INI PASTI LO!” teriaknya kepada gue.

“KAMPRET! UDAH NUDUH, NGATAIN GUE LAGI! MUKE LU CABUL NYET!

SAMPAI NGAYAL TUH MELODY JADI MILIK LO! ITU BUKAN GUE, BANYAK YANG

PANGGILANNYA DION DIDUNIA INI!” gue yang gak mau kalah ikut-ikutan teriak. “KEMBALIKAN!”

“APANYA?” “MELODY GUE!”

“DEMI DEWANYA UTTARAN! LO DENGER GUE NGOMONG GAK SIH?!”

DUG! DUG!

“AALALAALALALALALALA” gue dan Bayu mengaduh kesakitan gara-gara kepala kami digetok sama tuh guru.

“KALIAN KELUAR DARI KELAS SAYA SEKARANG!” usir guru tersebut.

Gue yang sewot sambil mengelus pipi langsung saja melangkahkan kaki keluar kelas bersama Bayu, dan terdengar suara siswa-siswi cekikikan menahan ketawa melihat apa yang terjadi barusan. Gila, cuma gara-gara fanfict yang nama

 

pemeran tokoh utamanya mirip nama gue doang jadinya begini. Ditambah lagi Bayu yang nerd dan maniak terhadap yang namanya JKT48.

Sesampainya diluar kami berdua langsung duduk dikursi yang tersedia disitu. “Lo kenapa sih? Segitu amat dengan yang namanya Melody?”

“Heh, asal lo tau! Melody itu cantik, tipe gue banget, tipa calon menantu orang tua gue.”

“Yakin amat lo, emang nya lu pernah ketemu?” “Pernahlah! Di video Youtube”

Gue yang ngedengar jadi pengen ngegampar Bayu, jadi dia marah sama gue karena dicerita itu Melody pacaran sama orang yang namanya mirip gue dan dia cuma ketemu Melody lewat video Youtube doang? Lagipula itu sih namanya bukan ketemu, tapi NONTON.

“Itu namanya nonton kampret?! Dan coba lu liat muka gue sekali lagi, emangnya muka gue ini menunjukan kalau gue suka menulis cerita?”

Bayu lalu melihat wajah gue lagi buat memeriksa dengan seksama, dan tak beberapa lama matanya terbelalak dan terkekeh mandangin gue.

“Iya ya bener juga, tapi muka lu emang ada sih kayak orang hobi nulis nulis gitu, nulis cerita seks.”

Oke, niat gue yang mau gue ngegampar Bayu sekarang gue urungkan, tapi gue ganti dengan niat mau ngebelah Bayu menjadi dua pake tusuk gigi, meringis- meringis dah lu. Tapi kayaknya itu juga gue urungin, gue gak mau hidup gue berakhir dipenjara.

“Wow! Ada nama gue juga nih dicerita Beautifull Aurora,” ucapnya kesenangan melihat cerita itu di smartphone nya.

“Bodo amat,” jawab gue males.

“Lah kok gue dengan Andela gini, Oshi gue kan Melody, ah payah nih authornya,” keluhnya kepada gue.

“BODO AMAT!” suara gue semakin nyaring.

 

“DION! BERISIK!” teriak guru dari dalam kelas, gue semakin keki, cuma gara- gara salah paham gini gue dihukum keluar kelas, dan lagian si kampret yang biang keladi malah keasyikan baca cerita di smartphone nya tanpa beban sama sekali.

Bunyi bel istirahat berbunyi, setelah tuh suara gak muncul lagi nongol dah tuh guru barusan dari dalam kelas sambil menenteng tasnya.

“Sekali lagi kalian berisik dipelajaran saya, saya jemur kalian dilapangan sekolah TANPA PAKAI BAJU! Ngerti?” ancamnya kearah gue dan Bayu.

“Iya pak.”

Setelah itu guru itu pun berlalu meninggalkan kami, kemudian keluar murid- murid dari dalam yang langsung menertawakan gue dan Bayu.

“Cieee duo Wota JKT48, demi Oshi nya rela digampar hahahahaha,” celetuk salah satu siswa mengejek gue dan Bayu.

“Diem lu!” kata Bayu yang nampak sewot, gue sebenarnya mau ngebantah juga tapi gue biarin Bayu saja yang ngomong, soalnya kalau gue nyaut tuh ejekan berarti gue merasa jadi seorang Wota dong.

“Udah-udah,” ucap salah satu siswi untuk menghentikan ejekan tersebut, gue lupa namanya, terus siswi itu mandangin gue, “Kamu gak apa-apa kan Dion?”, tanyanya dengan ekspresi khawatir. Gue yang dipandang dengan ekspresi itu mulai salah tingkah.

“I,iya gak papa, makasih.”

Tuh cewek langsung senyum pas gue selesai bicara tadi, gue juga rada aneh sih sejak dua minggu sekolah disini nih cewek kayaknya perhatian sama gue, atau cuma gue yang merasa GR ? gak tau juga sih, tapi yang jelas bukan cuma dia saja, tapi ada satu cewek lagi.

“Okta, Okta, kekantin yuk,” ajak salah satu orang siswi kecewek tadi. “Oh iya, Okta namanya,” ucap gue didalam hati.

“Hai Dion.., Eh kok pipi kamu merah gitu?” tanya siswi yang mengajak Okta tadi, dia siswi kelas sebelah, dan cewek inilah yang gue maksud tadi, kenapa gue bisa tahu? Tuh ekspresi wajahnya sama kayak Okta, khawatir-khawatir gimana gitu.

“Tadi ditampar sama pak Bandi,” Okta menggantikan gue untuk menjawabnya.

 

“Kok digampar?” tanyanya lagi dengan wajah merengut, dan gue yang dipandang serasa direnggut nyawa gue, cantik banget.

“Teriak teriak dalam kelas hehe,” jawab gue sambil terkekeh, untuk menutupi salah tingkah gue atau tingkah gue yang salah, gitu deh pokoknya.

“Teriak-teriak kenapa?” tanyanya lagi. “Errrrrrrrr,” gue mulai bingung mau jawab apa.

“Udah-udah, yuk kekantin. Dion, Okta kekantin dulu ya,” pamitnya sambil menarik cewek yang tadi.

“Shani kekantin dulu ya Dion,” cewek itu juga berpamitan sambil tersenyum, dan gue sekarang baru inget lagi namanya, ya namanya Shani. Gue cuma bisa mengangguk.

Dipamitin sama dua cewek SMA bikin hati gue berbunga-bunga. Kalau gue tinggal di India, pas di scene ini mungkin gue tiba-tiba akan muncul ditaman bunga lalu gue akan bernyanyi dan menari secara liar dengan dua kancing kemeja atas yang terbuka, lalu tiba-tiba datang penari penari yang tariannya ngikut- ngikutin tarian gue, habis itu gue ngintipin Okta dan Shani dari balik pohon dengan pura-pura malu, dan Shani bersama Okta juga melakukan hal yang sama terhadap gue. Absurd banget.

“AH TAIK!” Bayu tiba-tiba berteriak.

“Lu nape sih? Kampret, kaget banget gue!” gue mengelus-elus dada karena kaget.

“Masa ada adegan nih orang ciuman sama Melody! GUE GAK TERIMA!” ucapnya bernafsu mengomentari cerita yang dibaca lewat smartphonenya itu.

Gue menghela nafas, daripada gue ketularan jiwa maniak ngidol nya dia mending gue kedalam kelas dan mengawasi Manda lagi, karena setiap istirahat nih anak gak pernah keluar kelas, palingan ngobrol sama teman-temannya yang

bernama… emmm bernama….. yang rambut panjang itu namanya….. hmmmmmm Oh! Iya namanya….. emmmmmm.

Gue lupa nama teman-temannya.

[ B E A U T I F U L L  A U R O R A  I I ]

Sesampainya dirumah gue langsung rebahan dikamar dan melaporkan pengawasan gue terhadap Manda kebokapnya lewat SMS. Dikamar lalu gue

 

terngiang-ngiang dengan perkataan Bayu, gue penasaran siapa itu Melody JKT48 sampai segitu ngebetnya Bayu dengan tuh cewek.

Gue lalu menuju kearah meja untuk browsing lewat laptop gue untuk melihat Melody JKT48 di Google. Tapi sesampainya dimeja laptop gue sudah tidak ada lagi keberadaannya.

“Lah… laptop gue mana?”

Gue mulai panik, masa ada pencuri disini? Gue langsung curiga sama bang Ujang, tukang kebun rumah ini, karena dia pernah minjam laptop gue buat nonton bokep, tapi gue rasa bukan dia karena yang gue tau bang Ujang itu gaptek. Lalu tersangka nomor dua adalah kang Ijal, tapi gue rasa juga bukan, karena dia juga gaptek.

Gue mulai gundah, resah, dan gelisah. Geli-geli basah.

Insting detektif gue keluar, oh jangan remehin gue. Gue pernah nemuin remote tv yang hilang di ruang keluarga, dan gue juga pernah memecahkan kasus tertukarnya sendal dimasjid pas sholat Jum’at, itupun sendal gue tertukar sama sendalnya bang Ujang.

Gue lalu memeriksa meja, ada sebuah kertas yang menggantikan posisi laptop gue, gue ambil lalu gue endus-endus layaknya anjing pelacak, gue jilat-jilat.

“Hmm gak ada rasanya.”

Lalu gue lihat kertas itu lagi dan ada sebuah tulisan yang membuat gue langsung saja ingin membacanya.

-    Aku suka kamu Dion, tolong jadikan aku yang halal bagimu. Dari orang yang menyayangimu diam-diam dan penuh cinta, Manda ♥.

Hastag eeeaaAAAAAAAAAAAA.

Oke gue bercanda, yang bener yang ini.

-    Pinjem laptop lu sebentar. Manda.

Gue langsung tertunduk lesu

“Nih anak laptop aje minjem padahal orang kaya, pake surat lagi, coba duit buat biaya minjem laptop gitu,” gue mulai protes.

 

Setelah membaca itu gue langsung keluar kamar dan mengetuk pintu kamarnya yang berada tepat disamping kamar gue.

Tok! Tok! Tok!

“Man”

“Apa?” Jawabnya dibalik pintu. “Laptop, gue mau make nih.”

“Pinjem bentar soalnya laptop gue rusak, ngetik tugas tadi dari guru, nanti gue kasih salinannya ke elu deh”

“Asyeek, tumben lu baik hehe,” ya, keajaiban bagi gue dia mau ngasih salinan tugas ke gue, mukjizat besar bagi gue saat ini.

“Yaudah sana lu,”

“Eh Man, browsingin bentar dong gue mau tau Melody JKT48 itu kayak gimana,”

“Ketularan Bayu lu?” tanyanya dibalik pintu.

“Kagak, cuma penasaran aje mukanya kayak gimana.”

“Mirip gue, udah sana-sana,” jawabnya malas dan kembali mengusir-ngusir gue.

“Kalau mirip lo berarti ngeselin dong.”

“APA LO BILANG?” nada-nadanya mulai kesal dia didalam kamar, dan gue sebagai pelaku utama yang menyebabkan hal itu langsung saja mengeluarkan kata maut gue.

“Gak, Gak, tadi gue bilang lu cantik banget, sampai-sampai bidadari-bidadari disurga iri sama lo dan mereka minta dipindahkan keneraka,” balas gue ngasal dan gue rasa itu bukan kata-kata maut.

“Gombal lo, gak sekalian aja lo ikutan masuk neraka,” cerocosnya lagi.

“Oh jangan, nanti lu sedih hehehe” gue terkekeh didepan pintunya, persis Idiot yang ngomong sama pintu.

“Mual gue, udah sana-sana ganggu aja orang lagi ngerjain tugas.”

 

“Eh tapi gue benar-benar penasaran ini muka Melody itu kayak gimana,” gue meminta lagi sambil mengetuk pintu kamarnya.

“Ck, nyusahin. Entar gue browsing dulu,”

“Asyek,” gue akhirnya seneng karena keinginan gue akhirnya hampir terpenuhi, lalu gue menunggu dengan berdebar-debar didepan pintu, tapi lama gue tunggu pintu kamar tidak juga terbuka, gue yang udah tak sabaran berniat kembali mengetuk pintu kamarnya.

“Oke nih,” ucapnya lagi dibalik pintu dan menghentikan gue mengetuk pintu. “Jadi Melody itu putih, rambutnya panjang, alisnya juga hitam, warna matanya

juga hitam, rambutnya juga warna hitam, tapi ada pirang juga ini. Tuh udah gue sebutin ciri-cirinya dari gambar Google,”

Gue mulai gondok.

“Lu sebutin ciri-ciri kayak gitu juga percuma kaleee, gimana gue bisa ngebayanginnya mukanya gimana!”

“Dih ngapain lu ngebayang-bayangin cewek, mesum amat lo.”

“Malah dibilang mesum, kan gue gak tau mukanya gimana, lu malah ngasih

ciri-ciri yang gak spesifik, gimana gue bisa tau bentuk mukanya!” gue mulai emosi. “Nanti aja kenapa setelah gue pake nih laptop, udah sana berisik,”

“Man, tolong dong Man. Tega amat lu,” “Nanananana dudududududu,”

“Kampret, malah pura-pura nyanyi lagi nih anak. Man man,” gue memanggil lagi dengan mengetuk pintu kamarnya.

“Syalalalalalala,” balasnya lagi dengan berpura-pura bernyanyi.

Sedangkan bang Ujang, kang Ijal dan Ijah, pembantu rumah pak Resnu melongo melihat Dion mengobrol dan mengetuk-ngetuk pintu kamar Manda dilantai dua.

“Kasian yah tuh anak, mungkin dari kecil gak ada teman. Masa pintu diajak ngobrol,” komentar bang Ujang.

“Kasian, kasian, kasian,” sambung kang Ijal dengan nada Upin-Ipin.

 

“Kalian budek apa? Itu Dion lagi ngobrol sama non Manda dibalik pintu,” Ijah memperjelas.

“Oooohhh”, cuma itu reaksi bang Ujang dan kang Ijal.

-oOo-

Karena kesal dengan yang tadi gue akhirnya memilih untuk menonton TV diruang keluarga sendirian, maunya sih nonton dikamar bang Ujang tapi kamarnya dikunci dan Ujangnya nemanin kang Ijal mau membeli pupuk katanya.

Lagi-lagi asyik nonton nongol deh tuh anak pake kaos dan juga celana pendek dan gue hampir mimisan, celananya PENDEK BANGET sampai gue bisa lihat tuh paha mulusnya.

“Tuh laptop lo udah gue taruh dikamar,” ucapnya sambil mengambil kunci didekat rak TV.

“Mau kemana?” tanya gue penasaran.

“Mall, dan buat kali ini lo jangan ngikutin gue,” ucapnya sambil menunjuk gue. “Eh ke mall? Pake pakaian gitu?”

“Kenapa emangnya?”

“Mending lo ganti celana lo deh, baju sih gak apa-apa, celana lo itu,” kata gue sambil menunjuk celananya.

“Kenapa emangnya? Suka-suka gue dong,” jawabnya cuek.

“Ganti Manda, berarti orang lain suka-suka juga ngeliat paha lo begitu,” gue lalu berdiri dan berjalan kearah pintu.

“Eh! Awas gak, ngapain lo ngatur-ngatur gue. Cuma orang mesum saja yang berpikiran begitu,” ucapnya sambil berusaha memindahkan badan gue yang menghalangi pintu.

“Ganti! Orang berpikiran begitu masih banyak diluar sana,” ucap gue dengan mata melotot, dan bener juga sih kata-kata dia setelah gue pikir-pikir, “Cuma orang mesum saja yang berpikiran begitu”, ya termasuk gue tentunya, kapan lagi coba liat paha anak majikan lo sendiri.

Manda terlihat kesal memandang gue, gue sih cuma bisa mesem-mesem saja, tapi tak beberapa lama kemudian matanya melotot dan tersenyum.

 

“Eh gue mau nunjukin sesuatu di laptop lo,” ucapnya kesenangan kearah gue. “apanya?” tanya gue dengan alis naik sebelah.

“Udah, yuk,” ucapnya sambil menarik tangan gue, gue pun kebingungan.

Gue ditarik-tarik sampai menuju kamar gue setelah itu dia melepaskan tangannya

“Tuh coba lo liat ada foto siapa di laptop lo,” ucapnya senyum-senyum kearah gue.

“Siapa?”

“Udah liat aja,” dia lalu mendorong gue masuk kekamar, karena gue juga penasaran gue langsung saja berjalan kearah laptop gue yang tergeletak dikasur. Sesampainya disitu gue langsung aja buka tuh laptop dan laptop gue itu sudah dalam keadaan mati.

“Foto apanya yang mau lo tunju..”

BRAAK! Cekrek!

Bunyi pintu menutup. Gue yang melihat itu langsung berlari kearah pintu dan mencoba membukanya dengan kenop, dan yaaaah terkunci.

“Manda! Apa-apaan nih?!” teriak gue sambil berusaha membuka dengan kenop walau gue tahu usaha gue itu sia-sia.

“Ini balasan buat orang yang mau ngatur-ngatur hidup gue! dan gue gak suka kalau diikutin pas diluar sekolah, jadi ya lo gue kasih libur saja hari ini fufu, bye- bye,”

“Man?Man? Woi! Man?” gue berusaha berteriak untuk memanggilnya tapi kayaknya sia-sia, gue bisa mendengar langkah kakinya turun dari tangga dan bersiul-siul.

“Ah sial,” umpat gue sambil menepuk pintu, dan untuk kedua kalinya gue terkunci dikamar gue sendiri gara-gara nih anak, dan betapa begonya gue bisa tertipu dengan tipuan yang sebenarnya bisa diprediksi, oleh anak SMA pula.

Sebagai orang mesum gue merasa gagal.

Gue lantas mencari akal untuk keluar kamar, percuma gue berteriak karena rumah kosong. Bang Ujang dan kang Ijal pergi keluar membeli pupuk, pak Resnu

 

sama Istrinya masih ditempat mereka kerja jam segini, sedangkan Ijah hmmm gue gak tau dia kemana, yang pasti jam segini pasti dia gak ada dirumah, kata bang Ujang sih jam segini jamnya ngumpul antar pembantu sekomplek, gaul juga nih pembantu.

Otak encer gue pun berjalan, walau otak gue ini kadang mencret melihat rumus rumus matematika ataupun fisika tapi dalam kondisi ini gue harus memaksimalkan otak gue untuk berpikir keras, gak perduli kalau sampai otak gue keluar dari kepala untuk meminta perlindungan dengan kak Seto karena dipaksa buat berpikir.

Lalu gue melihat Jendela, lalu gue buka dan melihat keadaan sekitar, tak lama gue terdiam.

“KAMPRET! KENAPA GAK DARI DULU GUE LEWAT SINI PAS KEKUNCI DULU”

Ya, dibawah jendela itu ada pijakan yang cukup luas untuk gue jadikan pijakan, lalu disitu juga ada pohon yang cukup tinggi yang bisa gue gunakan untuk turun kebawah.

Gue emang jenius, oh kagak. Gue cuma menghibur diri sendiri kok.

Tanpa basa-basi A-I-U-E-O gue langsung saja melakukan hal yang gue pikirin tadi. Saat melangkah gue melihat jendela kamar Manda juga terbuka dan langsung saja gue masuk kekamarnya. Setelah gue masuk gue langsung berkacak pinggang dan tertawa dengan ganas.

“BUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA.”

Setelah puas tertawa gue keluar lagi dari kamar Manda lewat jendela kamarnya untuk menuju pohon untuk turun kebawah.

Dan kalau mau tau kenapa gue tadi ketawa dikamarnya Manda sambil berkacak pinggang? gue sendiri gak tau kenapa, puas aje rasanya nertawain kamarnya yang gue jadikan substitusi untuk mengejek Manda yang mengunci gue.

Sesampainya dibawah gue lupa kunci motor gue ketinggalan

dikamar. Terpaksa gue manjat pohon lagi buat masuk kekamar gue. Setelah Bla bla bla bla bla bla kemudian, gue kembali kebawah dengan kunci motor, dan gue sempet-sempet ganti baju dulu dan sempet masuk kekamar Manda lagi untuk tertawa.

Gue lalu menuju kearah motor, menghidupkannya, dan mengegas-ngegasnya dengan penuh nafsu.

 

“Awas lu nanti.” Ucap gue, lalu gue melihat pohon dan menatap jendela kamar Manda, “Njir ngapain juga gue pake naik pohon tadi, kan gue bisa lewat kamarnya dia.” ucap gue didalam hati untuk menyesal.

Sehabis itu gue langsung saja tancap gas untuk mengejar Manda, tapi belum sampai kejalan besar gue merasa melupakan sesuatu dan langsung saja gue berhenti ditepi jalan.

“Ini Manda ke Mall mana ya?”

[ B E A U T I F U L L  A U R O R A  I I ]

Hari sudah mau malam, dan gue udah kayak orang bego masuk parkiran mall se-Jakarta satu per satu buat nyariin mobilnya Manda. Mending mall nya cuma satu, lah ini…. Ah gue capek ngomonginnya. Yang pasti ada mall yang menurut gue lucu, ada Pondok Indah Mall 1 dan Pondok Indah Mall 2, udah kayak serial Film, gue harap ada yang ketiganya, Pondok Indah Mall 3: The Hambur-hambur money.

Gue telponin juga percuma, gak diangkat sama tuh anak, licik sekali otaknya itu. Gue juga gak mungkin ngelapor pak Resnu kalau gue gagal

menjadi bodyguard anaknya gegara di KUNCIIN DIKAMAR. Gengsi dong, udah tua masa dikibulin anak SMA.

Akhirnya gue berhenti disalah satu warung kopi, dan langsung memesan kopi susu, favorit. Asyik-asyik menunggu tiba-tiba Handphone gue berdering.

“Mudah-mudahan nih anak nelpon,” ucap gue didalam hati.

Langsung saja gue ambil Handphone yang gue taruh di kocek celana, setelah mengeluarkannya, gue malah cengok, karena yang nelpon gue itu nomor yang tak dikenal, mau diajak kenalan nomornya mana bisa ngomong. Akhirnya gue angkat tuh telepon dengan suara dibuat-buat tegas, pencitraan dulu.

“Halo.”

“Halo, ini Dion bukan?”

Etssssss Suara cewek, renyah-renyah gimana gitu suaranya, kayak suara A.B.G cewek remaja yang baru akil baligh yang kalau ketemu teman sebayanya akan

berkata “HEELLOOOO EPREEBADEEEEEH”. Karena penasaran gue melanjutkan lagi omongan gue.

“Iya, ini siapa ya?” dan tetep dengan nada yang gue buat-buat tegas.

 

“Okta hehe”

Gue kaget, nih anak dapat nomor gue darimana coba? Belum selesai gue kaget, gue kaget lagi, tapi kaget karena ngeliat muka abang yang punya warkop yang nganterin kopi susu pesenan gue. Sangar abis! codet dimana-mana, beeeeuuuh tinggal bawa pedang.

“Oh.. ahaha Okta iya-iya, dapat nomor gue darimana ya?” “Dari Manda tadi, oh iya ngeganggu gak nih?” tanyanya.

“MANDA? AHA! DAPAT JUGA LU!” gue kegirangan didalam hati. “Oh gitu, hehe kalau boleh tau Manda nya dimana ya?”

“Tadi habis nonton bareng-bareng dibioskop, tapi dianya udah pulang barusan.

Emm Dion, Okta mau nanya boleh?” “Bioskop mana?, oh iya boleh-boleh.”

“Di Plaza senayan tadi. Mau nanya apa bener kamu tinggal dirumahnya Manda?”

“Senayan… gue baru dari sana tadi! kampret, kok gak bisa ketemu ya mobilnya?” tanya gue pada diri sendiri didalam hati.

“Iya, kok kamu tau?”

“Tadi Manda cerita, Dion kamu yang tabah ya,” ucapnya dengan nada yang sedih.

Tabah? Tabah dari apa ini? Kalau tabah dari ulah isengnya Manda kayaknya gue setuju, tapi biar pasti gue tanya saja langsung.

“Tabah dari apa ya?”

“Aku denger dari Manda kamu suka banget disiksa orang tua kamu dan kamu kabur dari rumah gitu, lalu orang tua Manda mungutin kamu ditepi jalan dan diberi tempat tinggal. Sabar ya Dion, semua cobaan ada hikmahnya kok, Okta yakin kamu pasti bisa,” Ucapnya menyemangatin gue.

Gue diem.

“KAMPRET! DISIKSA SAMA TUH ANAK ITU BARU BENER! MANA PAKE DIBILANG

DIPUNGUTIN LAGI EMANGNYA GUE ANAK KUCING?!” umpat gue kesal didalam hati.

 

“Oh… oh iya iya, makasih ya Okta huhuhuhu,” gue pura-pura sedih mengiyakan cerita karangan Manda barusan, awas aje lu!

“Jangan sedih Dion cep cep cep,”

“I..iya hehe makasih, oh iya gue lupa mau ngaduk semen dulu nih, udah dulu ya Okta, maaf nih gak bisa lama-lama,”

“Hah? Ngapain ngaduk semen malam-malam?”

“Disuruh Manda tadi huhuhu, kejam kan dia? Masa gara-gara kuacinya kuambil satu dia gak terima, tapi gak apa-apalah, namanya juga hidup numpang.”

“Astaga kok Manda kejem gitu sih, biar Okta marahin dia nanti.”

“Iya, marahin aja tuh Mandanya, aku ihklas kok. Udah dulu ya Okta, semennya nanti kering ini, dah,” gue langsung menutup telepon.

Gue yang bisa memprediksikan Manda bakalan pulang lewat mana dari Plaza Senayan langsung saja membayar minuman walaupun belum gue jamah sama sekali, setelah itu gue menaiki motor gue untuk menyusulnya.

Detik ketemu detik, menit ketemu menit, gue telusuri tiap-tiap jalan yang mengarah kejalan pulang, tapi hasilnya nihil.

“Lah nih anak kemana ya? Atau udah nyampe dirumah?”

Selama bertanya-tanya pada diri sendiri gue akhirnya bisa melihat sosok mobil yang gue kenal, ya itu mirip mobil Manda. Tapi kok ditempat sepi rada gelap gitu, dan ada orang-orang yang mengetuk pintu dengan kasar. Untuk memastikannya gue lalu nepiin motor gue dan gue perhatiin.

Praang!

“Wah anjrit, perampokan ini mah” kata gue saat melihat salah satu dari dua orang tersebut memecahkan kaca mobil depan, gue buru-buru turun dari motor.

Tak lama kemudian tuh orang membuka pintu mobil dan menarik orang yang didalamnya, dan itu adalah MANDA!

“Njrit, beneran Manda kan.”

Gue lalu celingak-celinguk mencari sesuatu yang bisa gue pakai buat senjata, gue lihat kesana kemari tapi gak bisa nemuin sesuatu. Soalnya gue dekat got,

 

apanya coba yang bisa dijadikan senjata, air got? Yang ada gue sama tuh orang sama-sama bau got nanti.

“JANGAN!” Manda berteriak

Gue reflek ngeliat kearah tersebut dan gue lihat tangan Manda ditahan dan salah satu orang tersebut terlihat berusaha mengarahkan tangannya kearah celana pendek Manda, tapi tuh cewek masih bisa ngelawan dengan menendang- nendang tangan orang tersebut. Tanpa perlu mencari senjata lagi gue langsung saja berlari kesana.

“JANGAN, TOLONG!” Manda mulai menangis dan memberontak, sedangkan kedua orang itu malah terkekeh, wajar menurut gue karena ini tempatnya sepi.

“Wiiih mulusnya hehehe, jangan teriak dong manis kan kamu sendiri yang ngundang kami buat…”

BUAAGG! PLETANG!

Gue langsung nginjek kepala orang yang mau ngebuka celana Manda tadi kearah besi pegangan jalan, dan jangan ditanya lagi apa yang terjadi sama tuh orang, yang pasti dia masuk kedalam dimensi lain. Gak, gue gak ngebunuh, dia pingsan.

Orang yang menahan Manda dan Mandanya sendiri kaget melihat gue tiba- tiba datang dan langsung menyerang.

“SIAPA LO?” teriak orang itu sambil melepaskan Manda, dan tangannya terlihat mengeluarkan sesuatu, yakni sebuah pisau lipat.

“Kok lo bisa sampai disini sih, Man?” tanya gue yang mulai khawatir ngeliat tuh pisau.

“Aku dibuntutin mereka sampai terpaksa ngebelok karena motor mereka,” Jelasnya dengan isak tangis.

“HEH! GUE TANYA SIAPA LO?!LO BUDEK ATAU APA?!”

“GAK TAU LO GUE SIAPA?” gue membalas ucapannya. “EMANGNYA GUE PERDULI LO SIAPA?” balasnya lagi. “KALAU GAK PERDULI NGAPAIN LU NANYA-NANYA?”

“BANYAK CINCONG LO!” ucapnya lagi.

 

“BANYAK LEMAK LU!” gue juga gak mau kalah. “KADAL!”

“SEMPAK!”

“KURANG AJAR LO YE!” teriaknya lagi.

“GUE UDAH SARJANA!” bodo amat dah kalau gak nyambung.

Sekarang kami berdua tampak seperti orang idiot yang saling mengumpat- ngumpat tanpa beraksi. Sampai pada akhirnya tuh orang kalah bacotan dan mulai menyerang gue dengan pisau yang dipegangnya. Gue pun mundur kebelakang untuk menghindar

BRUUG!

Gue diem, dan Manda juga diem.

“ALALALALA YA TUHAN! MAAAKK SAKIT MAAAK!!”

Ya penjahat tadi yang nyerang gue tersandung badan temannya yang pingsan sehingga dia jatuh, dan parahnya lagi pisaunya yang dia pegang tanpa sengaja mengenai pundak kirinya sendiri saat dia terjatuh. Dan sekarang nih orang malah merengek-rengek mengingat ibu dan Tuhan sambil menahan sakit dipundaknya.

Gak ada keren-kerennya sama sekali.

Tapi gue merasa beruntung kali ini. Pertama gue gak sengaja ketemu Manda, kedua ya itu…. yang lagi merengek gegara pisaunya sendiri ini, kalau tangan kosong gue masih berani, kalau udah pake senjata gue angkat tangan.

“Mand, masuk kemobil, cepat pulang,” suruh gue kepadanya, dan ehem, tentu saja dengan intonasi suara yang gue buat-buat keren.

Manda lalu mengangguk dan saat dia memasuki mobil gue sekilas melihat wajahnya yang sendu mengarah ke gue.

“Kayak sinetron banget ini jadinya” komentar gue didalam hati.

Setelah Manda pergi, gue langsung menghampiri orang yang masih mengaduh kesakitan itu.

“Lu mau merkosa dia?” tanya gue, dan orang itu lalu menoleh kearah gue dengan ekspresi menahan sakit.

 

Melihat mukanya yang mesum itu langsung saja gue injak-injak muka dan badannya tanpa belas kasihan,

“GUE AJE SAMA SEKALI BELUM PERNAH NYENTUH DIA BANGSAT!!” teriak gue

penuh nafsu, seakan-akan gue kerasukan setan mesum dari neraka keenam.

Gue injek-injek terus tuh orang sampai kondisinya sama dengan teman sebelahnya, yakni pingsan.

Setelah puas gue langsung menelpon polisi dengan laporan menemukan 2 pencuri motor babak belur, dan tentu saja itu cuma karangan gue. Mampus- mampus deh lu ditanya sama polisi nanti dan biar lebih meyakinkan gue ambil kedua dompet mereka yang mungkin salah satunya berisi SIM dan STNK lalu gue buang ke got tadi.

Merasa puas, gue akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.

-oOo-

Sesampainya dirumah gue bisa mendengar suara Manda menangis dengan suara kedua orang tuanya. Yah gue yakin orang tuanya pasti khawatir, apalagi dengan kondisi kaca mobil pecah seperti itu.

Tok! Tok!

Gue mulai mengetuk pintu depan dan perhatian orang-orang didalam teralih kearah gue, istri pak Resnu langsung menghampiri gue dan menangis.

“Makasih Dion, makasih udah nyelamatin Manda tadi,” ucapnya untuk berterima kasih, kayaknya dia sudah tahu ceritanya dari Manda. Setelah dipeluk gue juga dipeluk Ijah berbarengan dengan istrinya pak Resnu.

“Makasih Dion udah nolongin non Manda,” ucapnya terharu.

Plok!

“Terima kasih Dion,” ucap pak Resnu dengan nada tegar sambil menepuk pundak gue.

“I-iya emang tugas saya,” ucap gue yang mulai kerepotan saat dipeluk tiba-tiba ini, padahal gue berharap gue dipeluk Manda, tapi apa daya gue malah dipeluk ibu-ibu, tua lagi.

Setelah itu istri pak Resnu dan bi Ijah melepaskan pelukannya, gue akhirnya bisa bernafas lega.

 

“Terima kasih Dion, kalau gak ada kamu tadi, mungkin Manda sekarang… Manda…” istrinya pak Resnu tak kuat melanjutkan kata-katanya karena dia kembali menangis. Melihat istrinya yang masih menangis tersebut pak Resnu langsung saja menghampiri untuk menenangkannya.

“Ijah, anterin Manda kekamarnya. Dan Manda, kamu ganti baju dulu nak,” ucap pak Resnu kepada Ijah dan Manda.

Manda lalu gue liat menurut walau isak tangisnya itu masih ada, lalu gue melihat pak Resnu yang menenangkan istrinya, lalu gue mendelikan mata gue lagi kearah Manda dan terlihat dia berjalan sambil melihat kebelakang ngeliat gue dengan wajah sendunya lagi. Gue mulai salah tingkah, hastag cihuiii.

Pak Resnu lalu bertanya apa yang gue lakukan terhadap kedua orang tadi dan gue ceritakan saja sejujurnya dan udah gue laporin kepolisi, walapun laporannya sangat bertentangan dengan yang mereka perbuat, kurang baik apalagi gue coba?

“Terima kasih Dion, saya tidak tahu harus berkata apalagi, jadi bagaimana…” ucapnya sambil menepuk pundak gue.

“Bagaimana kalau kamu saya nikahkan dengan anak saya?” gue coba menebak ucapan pak Resnu selanjutnya didalam hati.

“Bagaimana kalau gaji kamu saya naikkan jadi 2 juta perminggu?” ucapnya tanpa beban, seolah-olah duit 2 juta itu gak ada apa-apanya bagi dia.

Gue senang, sekaligus kecewa. Karena khayalan gue tadi tidak menjadi kenyataan, dan gue seneng juga gaji gue naik, dari 1,5 juta menjadi 2 juta. Tapi karena suasanya lagi haru biru begini gue pura-pura terlarut.

“Gak usah pak, itu memang tugas saya yang bapak berikan kesaya. Saya juga senang gak terjadi apa-apa sama non Manda,”

“Gak apa Dion, duit tadi gak seberapa dengan apa yang kamu lakukan ke Manda tadi, tolong terima ya,” ucapnya lagi sambil tersenyum.

“Iya Dion, itu gak ada apa-apanya dibanding dengan keselamatan Manda, anak kami satu-satunya. Dan mungkin cuma ini yang bisa kami berikan,” sambung Istrinya pak Resnu.

“Aduuh gak apa kok bu, pak. Saya Ihklas,”

 

“Sudah, terima saja ya, jadi nanti tiap minggu rekening kamu tiap minggunya akan masuk 2 juta,” ucap pak Resnu menepuk-nepuk pundak gue, gue heran dari pertama kenal nih bapak-bapak hobi bener nepuk pundak gue.

“Baiklah kalau bapak memaksa, terima kasih untuk itu pak.” Gue langsung gembira didalam hati, hal pertama dalam kenaikan gaji, pandai-pandailah berbasa-basi terhadap yang empunya pemberi gaji.

Setelah itu datang bang Ujang dan kang Ijal menepuk-nepuk pundak gue juga dan memberi kata pujian buat gue, gue yakin kalau tiap hari ini dilakukan engsel pundak gue bakalan lepas lama-lama.

Habis itu gue berpamitan untuk berganti baju, saat gue melewati kamar Manda yang terbuka pintunya gue mengintip kedalam. Terlihat Manda masih menangis dan melihat gue didepan pintu, gue lalu menunjuk kearah celana gue sendiri untuk memberi tahu sesuatu, Manda yang tampak mengerti lalu melihat celana yang dia pakai, setelah itu dengan cepat dia memegang erat celananya yang pendek itu dan wajahnya tampak kesal.

“Nah, baru sadar kan lu,” ucap gue didalam hati, setelah itu gue mulai memasuki kamar.

Setelah berganti baju gue langsung rebahan dikasur, gue lalu melihat laptop gue dan teringat kembali tujuan gue mau memakai laptop tadi siang. Gue langsung hidupin tuh laptop, selagi menunggu gue mulai mencari rokok di laci meja, setelah dapat gue langsung saja menyalakannya.

Merasa laptop gue udah siap gue langsung saja browsing, tapi gue berniat membuka Facebook gue sebentar untuk melihat foto-foto keluarga yang sering banget diupdate nyokap gue. Nyokap gue gaul kan?. Setelah Facebook terbuka gue melihat ada sebuah pesan baru, lalu gue klik dan pengirimnya adalah Bayu.

“Nih anak tau facebook gue darimana? Untung saja gak accept jadi friend biar dia gak bisa liat umur gue sebenarnya.” kata gue didalam hati, tak lama setelah itu gue melihat isi pesannya.

-Yon! Di Karyaotakgue.com ada fanfict pakai nama yang mirip sama dengan lo, pengarangnya juga sama, judulnya Beautifull Aurora 2!-

Gue mulai diem, lalu gue scroll kebawah untuk melihat chat lanjutannya dia dan langsung gue tutup chat nya. Mau tau kenapa? Paling bawah tulisannya “Bayu and Melody, forever and never”

 

Gue geli-geli mengelinjang gimana gitu saat membacanya.

Setelah itu gue mulai buka Google lalu mengklik bagian Picture dan mulai mengetikan Keyword search “Melody JKT48”, sehabis itu hasil pencarian pun keluar dan tertampang wajah Melody disitu.

Gue mimisan, bener kata Bayu, nih cewek cantik banget, tipe menantu idaman orang tua gue. Lalu gue mulai beringas mencari info tentangnya sampai-sampai gue menemukan Golden Rules didalam JKT48, yaitu “TIDAK BOLEH BERPACARAN.”

“Hmm hebat juga strateginya, pantas banyak penggemarnya” gumam gue dalam hati. Gue dulu pernah nonton konser JKT48 di TV sama teman-teman kuliah gue yang bisa dibilang awam, dan kami semua melongo. Tapi bukan melongo melihat membernya, tapi penontonnya. Mereka memegang benda seperti Light Saber seperti dalam film Star Wars tapi dalam ukuran mini dan bukan cuma itu saja yang gue ingat, gue ingat betul tuh penonton teriak-teriak kepada member dengan teriakan “OI OI OI”.

Gue parno.

Asyik-asyik browsing gue dengar suara bi Ijah, pak Resnu dan istrinya seperti kalang kabut meneriaki Manda dari luar rumah.

“Haaaah, nape lagi tuh anak.”

Gue lalu segera keluar kamar, menuruni tangga, dan pergi kearah belakang rumah karena suaranya itu berasal dari situ. Setelah gue sampai gue ngeliat Manda sedang membakar sesuatu.

“Kok kamu bakar semuanya, nak?” tanya pak Resnu kepada anaknya tersebut. “Gak apa kok yah,” jawabnya sambil terus memasukan benda-benda tersebut

kedalam tong yang telah berisi nyala api.

Gue yang penasaran langsung saja mendekat, dan gue lihat setumpuk celana pendek didalam kardus yang dia bakar satu persatu dengan memasukkannya kedalam tong api tersebut. Dan sepertinya gue tahu maksudnya.

“Ada apa pak?” gue bertanya, biasalah basa-basi.

“Ng, oh Dion. Ini Manda tiba-tiba ngebakar semua celana pendek kepunyaan dia gitu”

“Ohhh” cuma itu reaksi gue sekaligus gue berkata dalam hati, “Jangan dibakar semua dong, kan gue gak bisa liat lo lagi pake celana pendek,” ya, gue mengeluh.

 

“Hati-hati ya Nak, awas merembet nanti apinya,” ucap Ibunya dan disambung sama bi Ijah, “Iya non, hati-hati.”

“Iya,” ucapnya, saat dia mengambil celananya lagi didalam kardus dia akhirnya melihat gue yang sedari tadi udah melihatnya, gue salah liat atau gimana tapi tuh anak senyum sedikit kearah gue tapi sehabis itu dia melanjutkan membakar celananya.

“Dion, tolong temenin Manda sebentar ya,” pinta pak Resnu kepada gue dan gue sanggupin aje. Setelah itu pak Resnu dan istrinya kembali masuk kedalam rumah lalu disusul oleh bi Ijah dibelakangnya.

Gue lalu mendekati Manda untuk mengajaknya ngobrol.

“Mau gue bantu?” gue menawarkan diri, dan tentu saja itu hanya basa-basi untuk pembuka obrolan.

Dia tidak menjawab tapi mengangguk yang berarti iya, mendapat jawaban itu gue langsung aja angkat tuh kardus yang berisi celananya dan langsung gue jorokin kedalam tong isi-isinya, setelah itu gue taruh lagi kardus yang telah kosong tersebut ketanah.

Gue dan Manda terus memandang tong berisi api yang telah menjilat semua celana pendek tersebut dengan lidah apinya.

“Jadi…” gue mulai mengajaknya berbicara lagi.

“Jangan ngomong,” pintanya dengan tangan menyilang dan tetap fokus sama tong itu, dan yah, gue iyain aje.

Lama kayak orang bego mandangin tong akhirnya gue pamit untuk masuk kedalam karena api sudah semakin mengecil.

“Gue masuk dulu,”

Tapi tak ada jawaban, cuma sungging senyum yang dia berikan tanpak menoleh kearah gue. Sehabis itu gue balik badan dan mulai berjalan untuk masuk kerumah.

“Makasih,”

Gue lalu berhenti saat mendengar suara Manda berterima kasih, gue lalu menoleh kebelakang dan posisi dia tidak berubah sama sekali, tetep mandangin tong. Gue cuma bisa tersenyum lalu kembali masuk kedalam rumah.

 

Setidaknya baru kali ini gue lihat Manda bisa kalem seperti itu.

-oOo-

Tok! Tok! Tok!

“Ngg”

Tok! Tok! Tok!

“Ya siapa?”, Gue bertanya sambil berusaha mencari-cari stop kontak untuk menghidupkan lampu kamar.

“Gue, buka!”

Ya, itu suara Manda., lampu kamar akhirnya berhasil gue hidupin lalu gue menoleh untuk melihat jam tangan yang gue taruh dimeja sebelah kasur.

“Ada apa Mand? Masih jam 5 pagi gini,” ucap gue seraya berusaha bangkit dari tempat tidur untuk mengumpulkan nyawa.

“Buka cepet, ih!”

“Ih?” telinga gue langsung bereaksi mendengar intonasi nada suara wanita yang dibuat manja. Seketika itu juga gue menyerap semua nyawa gue yang menempel ditempat tidur, dan akhirnya gue langsung tersenyum bahagia.

“AKHIRNYA!” teriak gue kesenangan didalam hati.

Gue langsung saja bangkit untuk membukakan pintu, gue rasa Manda tidak bisa lagi memendam rasa berterima kasihnya dan ingin memeluk gue. Ah betapa bahagianya khayalan ini, terima kasih wahai drama TV.

Pintu lalu gue buka dan mau gue sambut dengan salam penuh pesona. “Pagi Ma..”

Pletak!

“ADAAAAW!!” gue meringis kesakitan dan berjongkok atas reaksi yang dilakukannnya kepada gue, kepala gue dipukul dengan rotan andalannya.

“Lo bilang apa sama Okta hah?! Gue nyuruh lo ngaduk-ngaduk semen gara- gara satu butir kuaci?!” geramnya marah kearah gue.

“Eh-Eh lu tau darimana?” tanya gue sambil mundur menjauhi jarak rotannya kalau-kalau dia mau mukul lagi.

 

“Okta tadi nelpon gue habis sholat subuh tadi, lo ini ya!” lalu dia berjalan masuk kedalam kamar gue dengan memukul-mukul rotan ditelapak tangannya.

“Eeee itu, itu ada alasannya Mand,” gue mencoba membela diri.

Tapi kayaknya terlambat, Manda gak mendengar omongan gue, dan yah… gak perlu gue ceritain apa yang terjadi sama gue. Dan yang pasti gue mendapatkan satu buah fakta.

Kalemnya seorang wanita bernama Amanda Dwi Arista gak bisa bertahan selama 24 jam.

Mendengar keributan pagi-pagi begini tidak membuat bang Ujang, kang Ijal dan bi Ijah tidak merasa aneh lagi, mereka terlihat santai menikmati sarapan mereka dimeja makan didapur.

“Pagi yang damai,” ucap bang Ujang sambil menyeruput kopi.

[ B E A U T I F U L L  A U R O R A  I I ]

Pagi hari disekolah gue udah nongkrong dikantin sebelum bel buat ngompres kepala gue pake air es yang gue gulung-gulung dengan kantong plastik, udah gitu tadi pas pergi kesekolah si Mandanya gak mau gue boncengin lagi gara-gara kaca mobilnya yang rusak, tapi dia lebih memilih pergi kesekolah pakai taksi.

Gue kecewa, seenggaknya gue bisa enak dikit gitu ngeboncengin cewek, kan gue bisa pura-pura ngerem gitu. Asik tenan.

“Kalau fanfict favorit lo di karyaotakgue.com apa Ben?” tanya Bayu terhadap orang disampingnya sambil menunjukan smartphone nya.

“Ohhh kalau gue yang ini dong,”

Ya, gue dikantin gak sendirian, tapi ditemanin sama Bayu dan satu orang teman sekelas gue juga yang namanya Beny. Dan mereka sama-sama hobi ngebaca fanfict yang ada Idola mereka masing-masing, kalau Bayu idolanya Melody, sedangkan Beny adiknya Melody, yaitu Frieska.

Sedangkan gue? gue pengen jadi seorang Fans JKT48 yang ngefans ke sesama fans JKT48, yang cewek tapi. Sayangnya ilmu per Idolan gue masih belum khatam.

Lagi asyik-asyiknya gue mendengar Bayu dan Beny bercerita tiba-tiba ada seseorang yang memanggil gue, dari seragam SMA nya sih kayaknya dia satu sekolah juga sama dengan gue (Yaiyalah). Tak lama kemudian dia menghampiri gue.

 

“Bro, ada yang nitip surat nih sama lo,” ucapnya sambil menyerahkan sebuah amplop.

Gue lalu mengambil amplop tersebut, warnanya merah muda, astaga. Terus gue nanya sama tuh orang, “Surat dari siapa?”

“Gak tau, cewek tadi. kalau gitu gue pergi dulu,” setelah itu orang itu langsung pergi, menghilang dibalik debu ~

“Surat apaan tuh?” tanya Bayu.

“Mana gue tau,” ucap gue sambil membolak-balikan amplop tersebut. “Buka aje” suruh Beny.

Gue lalu mengiyakan perkataan Beny, gue buka aje tuh amplop dan berisi secarik kertas dan langsung saja gue baca.

- Aku suka sama kamu, kalo kamu suka aku tolong temui aku digudang belakang sekolah pas istirahat nanti -

Dahi gue mulai mengkerut dan badan gue seketika kaku.

“Apaan tuh? Liat-liat,” Bayu lalu merebut surat itu dari tangan gue, lalu dia berdua Beny langsung membacanya.

“Njrit! Dapat surat cinta lo?!” ucap Beny dan Bayu berbarengan kearah gue. “Iya kayaknya,” kata gue dengan nada sombong.

“Gila nih cewek, gak modal banget, masa pake surat, ke elo lagi, pasti matanya katarak sampai suka sama lo.”

Gue jadi pengen ngebanting Beny dengan ucapannya barusan, apalagi yang dibagian akhir.

“Tapi kira-kira siapa ya yang ngirimin nih surat?” tanya Bayu. “Mana gue tau.”

“Hmmm kira-kira ada cewek yang lu bisa kira-kirain gak buat yang ngirim ginian?” tanya Beny ke gue.

Belum gue jawab tiba-tiba datang cewek yang gue bisa kenal dengan sekali lihat, dan dia menghampiri gue yang tengah mengompres kepala gue dengan air es.

 

“Kepala kamu kenapa Dion?” tanyanya sambil memegang kompresan dengan raut muka cemas, dan lagi-lagi gue dibuat salah tingkah.

“I..ini… terantuk meja tadi…” gue berbohong, gak mungkin gue bilang kalau temannya dia yang bernama Manda menghajar gue dengan terus menepuk- nepupkan rotannya kekepala gue.

“Ya ampun, kamu kok gak hati-hati sih,” ucapnya sambil duduk disebelah gue dan memaksa untuk mengompres kepala gue.

Melihat cewek ini mulai mengompres kepala gue membuat Beny dan Bayu saling berpandangan, dengan memonyongkan mulutnya mereka lalu berkata, “Ouuuuuuw.” Sehabis itu mereka mulai pindah duduk untuk menjauh.

“Lain kali hati-hati ya,” ucapnya sambil tersenyum kearah gue, sedangkan gue? hohoho, darah gula gue naik. Senyumnya manis coy.

“Eeee itu i-iya Okta, anu biar gue sendiri saja yang ngompres,” ucap gue sambil mengambil kembali kompresannya tapi mukanya dia langsung cemberut dan berusaha menjauhkan kompresan yang tadi mau gue ambil.

“Gak apa-apa, Okta seneng kok bisa ngebantu kamu,” ucapnya lagi dan kembali mengompres kepala gue.

Gue tak bisa berkata apa-apa lagi, tapi gue pikir enak juga dikompresin, sama cewek pula. Tapi lama-lama gue berpikir nih cewek sejak kapan mulai perhatian sama gue, berinteraksi sama dia saja jarang bahkan gue gak pernah ngelakuin apapun ke dia. Apakah ini yang namanya Hipnotis Cinta? Jangan tanya gue, gue aja gak tau artinya apa.

Tak lama kemudian bel pun berbunyi, Bayu dan Beny langsung saja beranjak meninggalkan gue berdua Okta dikantin. Mereka memang jahanam, bukan karena mereka meninggalkan gue, tapi mereka gak bayar minuman yang mereka minum tadi, itu berarti gue yang mau gak mau bayar pesanan mereka.

“Okta, udah bel itu, masuk saja dulu,”

“Sama-sama aja, yuk” ucapnya tersenyum, oke kayaknya gue positif diabetes habis ini.

Setelah membayar tuh minuman 2 cunguk barusan gue dan Okta langsung saja berjalan menuju kelas. Tapi ditengah perjalanan gue teringat surat tadi dan gue coba menanyakan kepada dia.

 

“Okta, misalnya kamu suka sama seseorang, saking gak nahannya gitu, biasanya kamu ngirim surat gak?”

“Hah?” dia lalu menoleh kearah gue, “Ya enggaklah lagipula kok sampai segitunya ngirim-ngirim surat.”

“Oh gitu,” gue mengangguk-angguk.

“Emangnya kenapa, ada yang ngirim kamu surat gitu?”

“Oh enggak, kemarin teman gue dapat surat gitu, katanya sih dari cewek yang suka sama dia, lalu katanya kalau mau jadi pacar datang saja ketempat yang

ditujukan disurat,” gue berbohong.

“Hmm gitu, syukurlah,” ucapnya dengan nada lega. “Syukurlah?”

“Eh itu-itu maksud aku… emmm hehe,” dia lalu tertawa dengan salah tingkah, “Jangan-jangan tadi dia lega karena tadi ngira surat tadi buat gue?”, ya dari tingkah cewek begini gue bisa tau mana cewek yang naksir dengan cowok mana yang enggak. Gue merasa keren, Hastag cihuuiiiiii.

“Emm tapi mending bilangin teman kamu Dion buat hati-hati,” ucapnya “Hati-hati kenapa?”

“Biasanya surat kayak gituan hanya kerjaan orang iseng, nanti misalnya temen kamu pergi ketempat yang ditunjuk surat itu disana udah berkumpul orang-orang yang mengerjainya.”

Gue diem, dan gue nampaknya setuju dengan perkataannya barusan. Tapi kalau itu bener dari cewek yang suka dengan gue gimana? Kayaknya gue harus memastikan dulu.

Pilihan pertama gue kalau benar yang dikatakan Okta tadi, gue akan buat orang yang mengerjai gue gak akan lupa dengan perbuatan yang akan gue perbuat sama orangnya nanti.

Pilihan kedua kalau bener cewek dan dia bener suka sama gue, gue dengan senang hati menerima, kapan lagi punya pacar cewek SMA? MUHAHAHAHAHA.

Pilihan ketiga kalau bener cewek tapi ternyata dia cuma mengerjai gue, gue akan memaafkan dia, karena TUGAS SEORANG PRIA ADALAH MEMAAFKAN KEBOHONGAN WANITA. Keren kan? Itu kutipan dari Sanji, tokoh komik One Piece.

 

Saat ini cuma 3 pikiran itu yang ada diotak gue, gue terus berjalan bersama Okta, dan Okta yang melihat gue selalu tersenyum dan gue balas juga dengan senyum.

Sampai pada akhirnya kami berjalan sampai ujung lorong sekolah dan menabrak dinding berbarengan, ternyata kami telah berjalan melewati kelas kami dan kelas-kelas lainnya sedari tadi karena sibuk saling memandang.

[ B E A U T I F U L L  A U R O R A  I I ]

Bunyi istirahat berbunyi dan gue minta izin ke Manda sebentar untuk tidak mengawasinya, Mandanya sih cuek karena dia memang lebih senang kalau gue gak mengawasi dia.

Gue terus berjalan menuju gudang belakang sekolah karena pilihan nomor 2 terus terbayang-bayang dipikiran gue, dengan senyum mesum yang optimal gue semakin semangat melangkahkan kaki gue.

Dan akhirnya gue sampai, sepi, sendiri, sunyi, tiada yang menemani.. Halaah, gue lalu berjalan menuju gudang, dan sikap yang gue lakukan saat memasuki gudang adalah bersikap santai dan sekalem mungkin, sambil memasukkan tangan kiri kedalam saku celananya, gokil.

Gue akhirnya masuk, dan gudang itu tidak ada siapa-siapa, sepi dan senyap. Gue lalu melihat kebelakang untuk memeriksa pintu masuk gudang dan tak ada siapa-siapa.

“Aneh” pikir gue saat itu.

Tak lama kemudian gue dengar suara cekikikan, dan semakin lama suara cekikikan itu semakin banyak. Gue udah mulai parno, apa yang naksir gue itu Kuntilanak? Tapi keren bener Kuntilanak bisa ngirim surat.

Suara cekikikan itu semakin lama semakin berubah menjadi suara tawa, ya suara tawa dan bukan hanya satu, tapi banyak. Tak lama kemudian muncul orang-orang ketawa tadi dari balik benda-benda besar yang ada digudang.

“HAHAHAHAHA DIA BENERAN KESINI? NGAREP YA DAPAT PACAR?

HAHAHAHA” ucap seseorang yang gak gue kenal, tapi gue pernah liat, ya yang pasti dia sekolah disini juga.

“HAHAHAHA HARI GINI MASIH PERCAYA SURAT CINTA-CINTAAN”, ucap

seseorang yang gue tahu, ya dia yang ngirim surat cinta tadi dikantin.

 

Suara tawa mereka memekakkan kuping gue, dan orang-orang yang tertawa tadi mulai keluar dan berhadapan dengan gue, jumlahnya ada 5 orang dan gue rasa mereka ini satu geng, tau darimana? Semua rambutnya klimis, entah berapa Kilogram Pomade mereka pakai.

“Ini maksudnya apa ya?” gue bertanya dengan kalem.

“Wih hahaha boleh juga gaya lu” ucap seseorang dan tentu saja gak gue kenal, pokoknya mereka semua gue gak kenal sama sekali.

“Ini buat lo kalau berani macam-macam ngedeketin gebetan salah satu teman kami,” ucap seseorang yang mengirim surat tadi.

“Gebetan?”

Lalu salah satu orang maju, kayaknya dia ini kepala gengnya, dan gue tau darimana? Gue juga gak tau sih, asal-asal nebak doang, kalau bener

ya Alhamdullilah kalau salah ya gak masalah.

Orang itu lalu menyeringai dan tangannya langsung memencet kedua pipi gue sampai gue dibuatnya monyong.

“Manda itu gue taksir sejak lama, dan gue liat-liat kayaknya lo dekat sama dia walaupun lo berdua gak pernah berbicara disekolah,” ucapnya dengan sungging senyum dan songong abis.

Sehabis itu dia melepaskan pencetannya

“Kalau lo masih dekat-dekat sama dia juga, lu bakal kena akibatnya.”

Gue hanya bisa diam dan mereka semua mulai menertawai gue lagi, gue menghela nafas dan mengeluarkan tangan kiri gue untuk melemaskan tangan.

“Woo Wooo ada yang kesal tuh,” ucap seseorang yang melihat sikap gue begini, kemudian orang yang naksir Manda tadi kembali menoleh kearah gue dan tertawa meremehkan.

Kemudian dia menghampiri gue dan menyodorkan pipinya kearah gue, “Kenapa? Gak senang? Mau mukul? Coba sini kalau berani,” ucapnya dengan

nada mengejek sambil menepuk-nepuk pipinya yang dia sodorkan tadi.

Teman-temannya kembali tertawa terbahak-bahak dan gue juga tersenyum, setelah itu gue langsung menarik tangan kanan gue kebelakang dan langsung saja gue majukan secepatnya untuk memukul wajahnya itu.

 

Duag!

Orang itu terjatuh dan suara tawa mereka akhirnya berhenti.

“Arrggghhh!” orang itu merintih kesakitan dan dikerubungi teman-temannya, salah satu temannya lalu berang dan meneriaki gue.

“WOI TAIK! MAKSUD LO APA?!”

“Dia sendiri yang nawarin tadi,” jawab gue dengan cuek lalu gue memutar badan dan berjalan menuju pintu masuk gudang.

“WOI JANGAN LARI LO!”

Gue yang udah sampai di pintu gudang langsung menoleh kebelakang, “Lari?” tanya gue sambil menutup pintu gudang dengan rapat. Dan mereka nampak heran melihat gue yang menutup pintu gudang.

“Ngapain juga harus lari ngelawan kalian,” ucap gue kepada mereka sambil membunyikan tulang-tulang jemari tangan.

“WAH SOK JAGO LO!” mereka semua lalu berdiri, begitu juga dengan orang yang gue pukul tadi.

“Gue berharap tadi pilihan kedua atau ketiga yang gue harapkan saat gue berada disini,”

Mereka semua tampak keheranan dengan ucapan gue barusan. Gue lalu menyeringai kepada mereka dan berkata.

“Tampaknya pilihan nomor satu gak buruk juga.”

Mereka menyeringitkan dahi, tapi tanpa pikir panjang lagi mereka mulai menyerbu gue, begitu juga yang berlari kearah mereka.

Gudang belakang sekolah yang sepi, menjadi saksi bisu pertikaian yang ada, so sweet.

[ B E A U T I F U L L  A U R O R A  I I ]

Pagi hari dirumah gue dan Manda lagi asyik menikmati nasi goreng yang telah dibuat bi Ijah, nasi gorengnya mantap abis! Gue rasa Chef Juna yang nyicipin masakan bi Ijah akan bersimpuh dan bersujud untuk meminta bi Ijah menjadi guru masaknya yang baru.

 

“Eh lo tau gak ada kejadian disekolah kita?” tanya Manda tiba-tiba, sejak kemarin Manda udah mulai mau mengobrol biasa sama gue walau guenya sendiri masih sering di siksa sama dia sih.

“Kejadian apa?” tanya gue menoleh kepadanya sambil mengunyah.

“Oh iya kemarin lu buru-buru pulang ya buat kekantor ayah, gue juga lupa cerita kemarin. Jadi gini, kemarin heboh loh satu sekolah gara-gara petugas kebersihan nemu 5 murid kelas XII D tergantung dengan tangan terikat pake dasi digudang, dan bukan hanya itu saja, badan, muka pokoknya mereka semua babak belur deh.”

“Oh…” gue kemudian mendelik kearah lain sambil minum.

“Gue sama yang lainnya juga ada disitu pengen liat, tapi anehnya pas mereka ngeliat gue mereka malah ketakutan gitu, kenapa ya?”

“Emm mana gue tau, lu garang kali,” “Sialan, gue garangnya cuma sama lo.”

“Beeh, disayang kek, ini malah tiap hari gue disiksa,”

“Ngarep lo wuuh” ucapnya sambil menoyor tangan gue dan gue hanya bisa

terkekeh, “Tapi gue lebih heran lagi mereka sama sekali gak mau ngasih tau siapa yang telah ngelakuin itu ke mereka. Seolah-olah mereka bakalan mati kalau ngasih tau, dan mereka juga memohon pihak sekolah untuk tidak membesarkan masalah ini. Aneh kan?”

“Iya aneh ckckck.”

“Yaiyalah, orangnya udah gue ancem pakai pisau dengan mengenggam masing-masing alamat rumah mereka, kalau ngelapor bakal gue buat lebih parah dari yang gue lakuin waktu itu,” ucap gue didalam hati.

“Oh iya nanti gue nebeng sama lo ya? Males gue pake taksi” “Tumben? Ada angin apa nih?”

“Pengen aje nyoba naik motor, sekalian gue mau ngomong sesuatu sama lo” “Soal apa?” tanya gue sambil minum.

“Gue mau ngomongin soal Okta yang suka sama lo.” “PFFRRRTTTTT.”

 

“Ishhh jorok banget sih lo! Untung gue udah selesai makan,” ucapnya dengan ekspresi jijik melihat gue menyimburkan minuman tadi.

“….Kok dia bisa naksir sama gue? akrab kagak, ngomong pun seminggu sekali gue rasa dengan dia.”

“Nanti deh gue ceritain dijalan, yok. Iiih lap dulu mulut tuh,” ucapnya sambil melemparkan serbet ke gue.

“Lo gak cemburu?” tanya gue bercanda.

“Idiiih ngapain gue cemburu sama orang berumur 25 tahun? Weeek.”

“Hehe namanya juga ngarep, yaudah yuk,” setelah membersihkan mulut, gue langsung saja beranjak.

“Oh iya gue juga mau bilang, kalau Shani anak kelas sebelah juga suka sama lo.”

“Hah? Makin nambah aje, alasannya apa sih tuh 2 orang suka sama gue?” “Nanti gue kasih tahu dijalan, cepet nanti telat nih.”

“Iye-iye, oh iya Manda.” “Apa?”

“Cemburu dong, please” pinta gue kepadanya, tentu saja dengan nada bercanda biar dikira gak serius, padahal serius, biasalah otak lelaki mehehehehehe.

Manda langsung memukul gue memakai tasnya, yang bedanya kali ini adalah dia melakukannya sambil tertawa, gak seganas yang biasa dia lakukan. Gue bersyukur kalau Manda seperti wanita biasa juga, ada sisi

lembutnya. Hastag eeeaaaaAAAAAA. Tapi memukul makai tas gak masuk dalam kategori lembut kayaknya ya? Ah sudahlah.

Akhirnya harapan gue terkabul, ya ini, gue akhirnya membonceng cewek dan tanpa diminta pun Manda melingkarkan tangannya ke perut gue buat pegangan. Jantung gue serasa mau mencret.

“Malah diem, ayo jalan,” pintanya. “Oh iye, sory-sory.”

 

Kami berdua akhirnya melaju kesekolah bersama, dan diperjalanan itulah dia menceritakan alasan Shani dan Okta bisa suka sama gue, walau gue sendiri gak ngerti karena perasaan wanita sulit dimengerti, cihui banget kata-katanya. Tapi selepas itu gue juga senang. Senang karena dipeluk cewek saat dibonceng Muehehehehehehehe.

Tapi yaah, gue rasa kerjaan gue sebagai Bodyguardnya masih berlanjut selama dia masih SMA. Ditengah perjalanan gue kembali teringat dengan ucapan Bayu kemarin saat pelajaran terakhir.

-“Yon, cerita Beautifull Aurora 2 di Karyaotakgue.com ceritanya tentang orang yang namanya mirip lo sama Manda JKT48.”-

Mengingat itu gue menjadi heran, ini seolah-olah penulisnya bisa tahu cerita dalam kehidupan gue sekarang, bedanya Manda yang dibelakang gue ini bukanlah Manda JKT48. gue gak baca ceritanya karena gue belum sempat baca, tapi mungkin nanti gue bakalan baca itupun kalau gue inget.

Siapa sih penulisnya?

[ B E A U T I F U L L  A U R O R A  I I ]

© Melodion 2016

post-image-6763709ca174d.jpg

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Gratis
Selanjutnya Beautiful Aurora II | 3
2
0
Sinopsis:Pagi hari dikota Jakarta sudah dibuat mendung oleh awan-awan hitam yang saling bersilahturahmi dengan awan-awan hitam lainnya.Cerita oleh:DionDitulis oleh:DionKlaim cerita:Melodion 2016 — Cerita ini adalah fiksi, saking fiksinya, tidak ada fakta-faktanya!
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan