
Pernah gak sih ngerasa cape sama yang namanya hidup?
Ingin rasanya mengakhiri hidup ini!
Dan bahkan selalu bertanya sama diri sendiri. Kapan semua ini berakhir?
Hari ini? Besok? Lusa?
Gak ada yang tahu kecuali sang pencipta.
Hai Namaku Raina Anastasya biasanya aku di panggil Rein atau Nana. Dan iniah kisahku...
Kehidupanku terlalu rumit untuk dijelaskan dan aku pun tak tahu harus memulai dari mana.
Dan aku hanya bisa berharap semuanya akan indah pada waktunya.
Hanya waktulah yang akan menjawab...
Part 1 Kecewa
Pikiran ku terus melayang kemana-mana dan melihat cutter yang sudah ditangan kiriku dan menatapnya dengan nanar dan tangan yang bergetar. Rasa marah, keewa dan sakit hati itulah yang aku rasakan sekarang ini. Berharap ada seorang malaikat yang bisa membawaku pergi jauh dari tempat ini karena aku sudah muak dengan keadaanku yang sekarang ini.
"Kenapa cuman hal sepele karena pulang terlambat aja mami sudah mengeluarkan kata-kata yang terus membuat aku sakit hati seharusnya kan dia tahu kalau setiap aku pulang telat juga pasti karena ada ekskul "ucapku dalam hati. Aku kehilangan akal dan logika dan yang ada dibenakku sekarang ini adalah bunuh diri dan kemudian aku berencana ingin menyayat tangan kiriku dengan sebuah cutter yang sudah ada di tangan kananku, dengan gemetar aku mulai mengeluarkan sedikit demi sedikit pisau yang ada di dalamnya, mulai menyodorkannya ke tanganku dan sebentar lagi akan menggores tanganku.
Tok....
Tok....
"Kak. Na! Mabar yok" teriaknya.
Karena tak ada jawaban iapun mengetuk pintu kembali
Tok .....Tok.....
Tiba-tiba ada suara ketukan dan suara yang samar- samar terdengar dari luar kamarku. Aku pun sontak kaget dan terdiam sejenak, dengan segera menghapus air mataku dan kemudian bangkit berdiri dan menaruh kembali cutter yang berada di tangan kanan ke dalam kotak pensil dan menaruh kotak pensilku di atas nakas disamping tempat tidur.
Ceklek!
Suara kunci pintu yang sedang diputar dan kemudian muncul seorang anak remaja dengan senyuman khasnya dan ia bertubuh bongsor daripada aku.
"Gak dulu yah, Nil. kakak cape abis pulang ekskul nih" jawabnya pelan seraya berdiri diambang pintu.
"Kakak kenapa kok matanya merah sih pasti abis nangis ya?"tanyanya dengan menaikan satu alis.
"Hah gapapa kok, kakak baik-baik aja, Nil"jawabku berbohong seraya menatap ke arah yang lain. Padahal tanpa ia berbohong pun Danil adik, angkatnya sudah tahu yang sebenarnya. Bahwa kakaknya sering berkata baik-baik saja tetapi pada kenyataannya tidak baik-baik saja.
"Ya udah deh kalo kak Ana lagi gak mau main sama Danil. danil main sendiri aja" ucapnya kecewa dengan nada pelannya."Tapi nanti turun ke bawah yah, kak! makan bareng sama aku."
Hemm
Aku hanya berdeham dan mengangguk pelan.
"Ntar aku kesini lagi ya. kakak jangan kecapean istirahat aja dulu kak" ucap Danil kembali dan langsung pergi setelahnya.
"Maafin kakak ya,Nil bukannya kakak gak mau main sama kamu tapi kakak lagi butuh waktu sendirian"ucapnya pelan setelah melihat kepergian Danil, adik yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri.
Raina berjalan menuju meja belajarnya dan mengambil sebuah kotak berwarna biru yang pinggirinnya terkunci oleh gembok ynag berukuran sangat kecil dan tengahnya terlihat sebuah buku diary bergambar kartun Doraemon kesukaanya dari lacinya dan kemudian duduk di samping dan paling pinggir tempat tidur sejurus kemudian Reina mengeluarkan kalung dengan bandulan kunci berwarna putih dan terbuat dari emas putih dari dalam baju seragam putih yang ia masih kenakan dari pagi. Lalu ia segera mendekatkan kotak yang sedari tadi ia pegang lalu membuka gembok tersebut dengan kunci yang masih tergantung di lehernya.
Terlahir sebagai anak yang terbuang dari orang tuanya sejak ia masih kecil. Raina merasa tertutup dengan lingkungan sekitarnya juga kesepian dan untungnya ia masih menyimpan sebuah hadiah yang dulu pernah diberikan kedua orangtuanya padanya. Yaitu sebuah kotak Diary dan kalung emas dan gemboknya.
Raina mengambil sebuah pulpen yang berada di atas nakasnya.
Buku yang dipegang Raina adalah diary yang selalu menemaninya setiap hari di kala suasana hatinya sedang sedih maupun senang. semua rahasia masa lalu maupun sekarang tentang kehidupannya yang terpendam dan yang tak bisa diungakapkan secara lisan pun di tulis dalam diary.
Dear Diary...
Hari ini aku kembali menangis dan meneteskan air mata
Tuhan aku lelah dengan semua ini
ingin rasanya aku lari sejauh mungkin dan tidak kembali kesini
tapi apakah bisa?
aku ingin waktu cepat berlalu agar aku cepat bisa pergi dari tempat ini!
Aku sangat muak dengan kehidupan yang aku jalani sekarang ini Tuhan!
Mengapa Engkau membiarkan semua ini terjadi dalam hidupku?
Mami selalu aja marah sama aku dan gak pernah percaya dengan apa yang aku katakan, padahalkan aku juga anaknya tapi kenapa mami selalu aja pilih kasih dan selalu aja ngebandingin aku sama Danil.
Apa karena aku hanya anak angkatnya sedangkan Danil anak kandungnya?
Aku juga punya hati Tuhan
air mataku kembali menetes dan membasi buku diary yang sedang kutulis
sesak sekali dan sulit rasanya untuk melupakan kata-kata kasar yang keluar dari mulut mami
kenapa selalu aja mengungkit nama mamaku
apakah sebuah kesalahan aku terlahir di dunia ini?, ucapku lirih dalam hati dan sesenggukan sesekali.
setelah lelah menangis akhirnya Iapun tertidur pulas dengan tangan yang masih memeluk buku diary nya.
"Mama Danil mau ngomong sama mama, deh.Kenapa mama selalu aja nyalahin kak Ana dan selalu aja mama main tangan sama dia" tanyanya secara langsung dan tanpa basi-basi dengan mamanya.
"Coba aja, Nil masa tiap hari kakak kamu itu pulangnya sore mulu! banyak banget alasannya yang ekskul lah, inilah itulah" jawab mamanya dengan kesal
"Tapi kan mah, kak Ana tuh udah gede bukan anak kecil lagi yang harus diperhatiin. dia berhak dong buat hangout bareng temennya yang lain. masa iya, sih mama mau ngekang kak Ana terus"jawab Danil dengan santainya. Ia masih kelas 3 SMP tapi bicaranya sudah kayak orang dewasa pada umumnya.
"Justru anak kayak gitu harus dikerasin gak boleh di kasih lembut kalo di lembutin yang ada ngelunjak sama kayak kamu juga"jawab mamanya cepat seraya menatap tajam Danil yang sedari tadi masih berdiri terus
"Dah mama mau makan laper"potongnya cepat "gak usah bahas kakak kamu lagi, muak mama sama dia dan satu lagi dia lagi mama hukum. jangan berani-beraninya kamu ke kamar kasih makan kakak kamu diem-diem! Denger gak?!" ucapnya kembali seraya bangkit dari posisinya dan ingin segera keluar langsung di sergah tangannya oleh Danil langsung.
"Mah jangan terlalu keras sama kakak, ya"ucapnya sambil memohon pada mamanya dengan menatap sang mama dengan intens.
dan mamanya hanya terpaku di tempatnya berada sedangkan Danil keluar dari kamar sang mamanya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
