Mr. Stranger And Me [Stranger Series Book 3]

0
0
Terkunci
Deskripsi

Tittle : Mr. Stranger And Me 

Author : Meliza Caterin

Sinopsis :

Marcus hanya membutuhkan Amelia untuk menjadi istrinya. Ia hanya membutuhkan wanita itu sebagai alat untuk mencapai semua tujuannya.

Tapi Marcus lupa untuk menjaga hatinya. Sehingga ketika dirinya memulai proses pendekatan dengan wanita itu, ia tidak menyadari jika perasaannya sudah ikut terlibat.

"Aku mencintaimu, hingga rasanya menakutkan untuk mengakuinya." ~Marcus Campbell~

 

********

Stranger’s Series Book Three

by

Meliza Caterin

 

 

Mr.Stranger...

47,509 kata

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
5 konten
Akses seumur hidup
1,600
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
480
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya My Stranger's Love [Squel Of My Stranger's Bride]
0
0
Tittle : My Stranger’s Love (Squel Of My Stranger’s Bride)Author : Meliza CaterinSinopsis :Alan Maclawry tidak mengerti kenapa dirinya kembali ke masa kini-setelah sebelumnya-terlempar ke masa lalu dan menikahi seorang wanita bernama Lilian Campbell di sana. Ia bersyukur karena bisa kembali ke kehidupannya yang normal, tapi ternyata secara perlahan perasaan bersyukur tersebut berubah menjadi sesuatu yang menghantuinya.Sosok Lilian terus hadir dan membayangi hidupnya, dan itu bukanlah hal yang baik. Karena Alan sendiri tidak yakin dimana seharusnya ia berada sekarang? Apakah ia harus mencari cara untuk kembali pada pengantin asingnya, ataukah ia harus tetap berada di dunianya sekarang dan hidup bersama orang-orang yang seumur hidup telah dikenalnya? *****  MyStranger’s Love Meliza CaterinBab 1 Alan terbatuk keras untuk mengeluarkan air yang masuk ke dalam perutnya. Ia tidak ingat bagaimana dirinya bisa keluar dari dalam air. Ingatan terakhirnya adalah ia terluka, terkena panah, dan... meninggalkan Lilian—istrinya—yang ketakutan.Oh Tuhan..., Alan mengerang sambil merasa sakit, ia membaringkan tubuh di atas pasir. Dirinya berhasil mencapai daratan dengan sisa-sisa kekuatan yang nyaris tandas. Selanjutnya ia tidak ingat apa yang terjadi, samar-samar dirinya mendengar seseorang menghubungi Lady Morag Maclawry. Dalam ketidaksadarannya Alan merasa dirinya tersenyum, ia pasti sudah mati—atau mungkin—sedang menuju kematian pikirnya.Sudah lama sekali ia tidak mendengar seseorang berbicara dengan ibunya. Lady Morag adalah orang yang sangat dihormati, wanita itu masih memiliki pengaruh cukup besar di kalangan aristokrat yang ada di Skotlandia. Alan terhanyut dengan semua percakapan yang ia dengar, semuanya tumpang tindih sehingga ia yakin jika dirinya bermimpi, lalu berhenti dan berlanjut ke mimpi yang lain.Ia ingin segera kembali menemui Lilian, atau setidaknya ia berharap jika dirinya memang masih memiliki kesempatan untuk hidup, ia akan berusaha mencari jalan palang ke kastil Maclawry untuk menemui istrinya. Tapi semua kenangan tersebut perlahan mulai memudar, Alan tidak tahu sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri. Pendengarannya hanya menangkap percakapan ibunya dengan Dokter. Dokter? Lalu ia mendengar suara Peter adiknya, bahkan sepupunya Arnold dan Istrinya Livya juga tidak luput dalam pendengaran Alan.Itu sungguh ironi yang menyesakan. Alan tidak tahu bagaimana keadaan orang-orang di kastel saat ini, ia terus mencoba dan berusaha, berharap dirinya mendengar suara Lilian. Tapi suara-suara tersebut hanya diisi oleh suara aneh—yang sepertinya berasal dari mesin. Semua kecemasan yang didengarnya mulai berubah menjadi isak tangis ibunya, entah berapa banyak wanita yang sudah melahirkannya itu bersedih. Tapi rasanya menyakitkan mendengar Lady Morag yang biasa tegas, penuh wibawa dan suka memerintah bersikap lemah seperti itu.Semakin lama tangisan ibunya semakin sering terdengar, membuat Alan merasa muak sekaligus kesal. Demi Tuhan jantungnya serasa seperti diremas setiap kali tangisan ibunya memenuhi pendengaran. Alan mendengar Peter dan semua orang berusaha menghibur wanita itu, tapi sepertinya wanita yang melahirkan Alan itu cukup keras kepala; sehingga tidak mau mendengarkan perkataan siapapun.Aku akan tetap menjaganya, suara Ibunya kali ini terdengar lebih jelas dari biasanya.Aku tahu Bu, Peter menjawab dengan nada lembut. Setidaknya kau harus istirahat. Jika kau terus bersikap seperti ini, ada nada jengkel yang terselip dalam suara adiknya itu. Kau bisa sakit, dan aku tidak ingin melakukan dua pemakaman sekaligus.Jaga bicaramu, Peter. Lady Morag menegur anak keduanya dengan suara kesal.Kau juga harus menjaga kesehatanmu, Bu!Aku baik-baik saja! Ibunya bersikeras.Kau sudah cukup kelelahan selama hampir tiga bulan terakhir, Peter berusaha bersikap pengertian. Meskipun Alan yakin jika adiknya itu saat ini sedang memberenggut kepada ibunya.Aku akan baik-baik saja selama kakakmu masih hidup.Tapi kau tidak baik-baik saja sejak satu minggu terakhir. Maafkan aku, bisik Peter dengan nada menyesal.Hening sejenak sebelum ibunya berkata. Aku tidak akan membunuh anakku sendiri.Aku tahu, jawab Peter pelan.Aku juga akan melakukan hal yang sama, jika yang terbaring di sana adalah dirimu, suara ibunya terdengar emosional. Kalian adalah segalanya bagiku, bahkan jika perlu aku rela mati—jika memang diharuskan—supaya kau atau kakakmu bisa tetap hidup dengan baik.Aku percaya itu, Bu.Alan tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi ia tahu jika adiknya sudah berjongkok dan saat ini sedang menggengam tangan ibu mereka dengan lembut sambil menatap wajah Lady Morag yang sudah diliputi garis-gari halus di wajah paruh bayanya.Aku tidak akan melakukannya, wanita paruh baya itu mulai kembali bicara. Aku tidak akan melakukan apa yang disarankan dokter.Aku tahu, Peter berkata dengan penuh pengertian. Aku akan mendukungmu, jika memang perlu kita bisa memindahkan Alan ke rumah sakit lain. Atau memindahkannya ke kastel, lalu kita akan menyewa jasa perawat pribadi.Terima kasih, Ibunya berkata sambil mengusap air mata.Sama-sama. Apakah sekarang sudah lebih baik?Ya, wanita paruh baya itu terdengar seperti anak-anak yang selesai merajuk.Kalau begitu kau sudah mau makan kan, Bu? Peter tidak melepaskan tatapan dari wajah ibunya sampai wanita itu memberi anggukan pelan sebagai tanda setuju.Mari kuantar ke tempat duduk, Peter memapah Ibunya untuk dibawa ke meja tempat mereka makan. Namun gerakannya seketika berhenti saat menatap ke arah Alan, begitupula dengan ibunya. Kedua orang tersebut selama beberapa saat hanya membatu sambil memandanginya, lalu tanpa peringatan, Ibunya langsung berseru dengan cukup keras hingga membuat Alan merasa jantungnya seakan mau lepas dari tempatnya.Kau bangun, Alan. Kau bangun! teriakan tersebut diucapkan ibunya dengan penuh suka cita.Alam melihat Peter mendengarkan ibunya sambil tersenyum, lalu saat itulah Alan menyadari jika dirinya ternyata sudah membuka mata sejak tadi.Aku senang akhirnya kau kembali, bisik Peter dengan wajah cerah. Sebelum akhirnya ia keluar ruangan untuk memanggil dokter yang bertanggung jawab atas perawatan kakaknya.Ada apa? Peter bertanya pada kakaknya yang sudah bisa bangun dari tempat tidur, dan saat ini tengah berdiri di depan jendela sambil menatap keluar dengan sorot mata merenung. Apa kau baik-baik saja? Ia terdengar khawatir, mendekat dengan hati-hati seolah gerakannya akan membuat Alan terbang seperti burung yang dikejutkan.Sudah satu minggu sejak Alan bangun dari komanya, tubuhnya masih menjalani beberapa latihan fisik agar bisa digerakan dengan baik. Peter melihat kakaknya itu berubah. Dia terlihat lebih sering terlihat tidak fokus dan pikirannya seolah tidak ikut bersamanya.Apa yang terjadi? akhirnya Alan menjawab, ia menoleh hanya untuk mendapati tatapan penuh simpati milik Peter.Adiknya, dan dirinya kini sudah berada di dunia yang seharusnya. Tapi entah kenapa Alan merasakan tusukan nyeri di dalam dada setiap kali dirinya mengingat sosok Lilian.Peter menarik napas panjang dan menghembuskannya sebelum menjawab. Kami kira sudah tidak ada harapan, tatapan menerawang pada masa tiga sampai enam bulan silam. Setelah tidak mendengar tanggapan apapun dari kakaknya, akhirnya Peter menoleh dan melihat pertanyaan tidak terucap di wajah Alan. Aku rasa kau tidak mengingatnya.Ya, aku Alan. Aku bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini, ia terdengar sedih.Arnold merasa sangat bersalah.Wigburg?Ya, Peter mengangguk. Kau pergi saat menjalankan misi untuk membantu sepupu kita itu. Pesawat yang kau tumpangi dinyatakan hilang, setelah sebelumnya pilot melapor jika ada kerusakan di mesin pesawat. Kami semua beranggapan kau sudah meninggal. Ia menarik napas sejenak sambil mengusap pelan pelipisnya yang terasa nyeri. Menceritakan kenangan yang menyakitkan itu membuat kepalanya terasa seperti digilas kereta kuda bermuatan penuh.Arnold dan kami semua berkeras melalukan pencarian, meskipun tahu jika semua itu akan sia-sia. Beberapa hari kemudian para penumpang pesawat ditemukan meninggal.Alan tidak berani berkomentar, ia hanya menunggu supaya bisa mendengar cerita lengkapnya.Bangkai pesawat tidak bisa diangkat karena jatuh ke perairan yang dalam, sementara itu jasad para penumpang pesawat satu persatu mulai ditemukan, Peter menelan ludah dengan susah payah, berusaha membasahi tenggorokannya yang terasa kering dan berat. Seolah seseorang menjejalkan sesuatu ke dalam bagian tubuhnya tersebut. Kami terus melakukan pencarian, terutama Mother.Bayangan sedih melintas di wajah Peter yang terakhir kali masih dilihat Alan sebagai anak-anak. Tapi sejak ia hidup di dunia lain—dunia yang tidak ia ketahui—dan melihat sosok Peter sebagai seorang kakak serta sudah menikah dan memiliki anak. Hal tersebut membuat Alan menatap adiknya itu dengan cara pandang baru, ia kini menyadari jika Peter sudah berusia 26 tahun, dan adiknya itu telah menjadi pria dewasa yang tampan serta segar bugar.Aku minta maaf. Alan merasa harus mengatakannya.Oh ini bukan salahmu, Peter cepat-cepat meyakinkan. Kami semua memang berharap setidaknya bisa membawamu pulang—meskipun dalam kondisi yang tidak biasa. Setelah beberapa bulan terus mencari dan berharap akan menemukan sesuatu tentangmu, aku dan Arnold dengan berat hati terpaksa mulai menyerah. Aku minta maaf.Alan mendengar ketulusan dalam suara adiknya.Aku tidak akan menyalahkanmu ataupun sepupu kita Wigburg.Arnold merasa sangat terpukul.Aku rasa itu sudah lebih dari cukup, Alan tersenyum untuk menyatakan jika keputusan Peter dan Arnold untuk menyerah bukanlah masalah besar. Kalian hanya berpikir realistis. Aku juga pasti akan bersikap seperti kalian jika dalam posisi tersebut. Dan semoga saja Tuhan melindungi kita semua. Ia begidik ngeri dan tidak bisa membayangkan akan kehilangan seseorang yang dikenalnya—seperti Peter—dalam kejadian tragis dan mengerikan seperti itu.Tapi Mother tidak menyerah, Peter mengumumkan hal tersebut. Ia menatap Alan dengan tatapan ganjil yang sulit untuk dimengerti. Mother tidak pernah sedetikpun menyerah kepadamu, wanita tua itu bahkan bersikeras untuk menyewa para penyelam profesional serta orang-orang yang ahli dalam pencarian dan menempatkan mereka di dekat lokasi kecelakaan pesawat.Ibu kita adalah wanita yang pantang menyerah. Mau tidak mau Alan akhirnya mengomentari semangat ibunya yang tidak pernah padam.Kau benar, dan selama masa pencarian yang panjang tersebut. Mother terus bersikap yakin seolah-olah suatu saat kau memang akan kembali kepada kami. Pada akhirnya Mother benar. Peter tersenyum miris saat mengingat betapa gigih ibunya; saat mempertahankan regu pencari agar tetap berada di dekat danau tempat pesawat yang ditumpangi Alan mengalami kecelakaan.Aku rasa mungkin mereka orang-orang yang membawaku ke sini? Alan berusaha menebak. Sekalipun ia tidak ingat bagaimana persisnya, tapi samar-samar telinganya mendengar beberapa pria bergumam yang berkata jika laki-laki yang ada di hadapan mereka—Alan—adalah orang yang selama ini dicari.Kau benar. Mereka langsung menghubungi Mother saat melihatmu di pinggiran pulau. Awalnya mereka tidak menyangka jika itu adalah dirimu, mengingat dari kejauhan yang terlihat hanya tempurung kura-kura raksasa yang sangat besar.Tubuh Alan menegang. Lalu ia bertanya dengan hati-hati. Apakah aku muncul dari dalam air dan berada di atas tempurung kura-kura itu?Bagaimana kau bisa tahu? Peter tampak terkejut. Lalu wajahnya berubah ceria saat ia menambah. Ah, aku rasa perawat sudah menceritakan kisah dramatis itu.Tapi itu tidak benar. Alan tidak pernah mendengarnya dari siapapun, ia hanya menebak sesuai dengan apa yang pernah dialaminya terkahir kali. Ia mengira kebersamaannya bersama Lilian hanyalah mimpi atau bunga tidur saat dirinya tidak sadarkan diri. Tapi semua keyakinan tersebut kini terasa seperti omong kosong, ia merasa seperti pengkhianat yang meninggalkan istrinya dalam bahaya. Dan demi Tuhan Alan mulai merasa asing berada di dunianya yang sekarang. Sementara dunianya bersama Lilian dan para klan di tanah Highland terasa lebih nyata dari perasaan apapun sebelum ia pergi dalam misi berujung maut itu.  Bab 2 Alan melihat penyesalan berkelebat di wajah Arnold Wigburg sepupunya. Pria itu baru muncul di pintu kamar rumah sakit, tepat satu minggu setelah Alan sadar.  Alan tidak akan menyalahkan pria raksasa itu karena baru muncul untuk menjenguknya, ataupun menggerutu mengenai kecelakaan pesawat yang menimpanya.Masuklah, Sepupu. Alan melambaikan tangan agar Arnold mendekat. Kau tidak akan pernah terlihat seperti anak yang takut masuk kelas, ia menggoda laki-laki bertubuh besar dengan tinggi 193 centi itu tanpa rasa takut. Meskipun Kau tetap berdiri di sana, ia berusaha bercanda untuk membuat Arnold santai. Semua itu tidak akan pernah terjadi selama sosokmu tetap terlihat setinggi dan sebesar itu.Sialan, akhirnya Arnold bicara meskipun kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah umpatan. Tapi Arnold tersenyum masam dan saat ini sudah mendekat ke arahnya.Kau hanya akan menakuti para perawat, sepupu. Alan menerima pelukan ala pria yang diberikan Arnold untuknya. Dan laki-laki itu memeluknya sedikit lebih lama dari yang biasa mereka lakukan.Terima kasih karena sudah kembali kepada kami.Kata-kata Arnold membuat Alan menyeringai jahil.Tentu saja kau harus senang. Karena kalau tidak, Alan melancarkan aksinya untuk menggoda pria bertubuh tinggi besar di hadapannya tersebut. Aku pasti akan menghantuimu.Kau masih hidup, Arnold merengut dengan wajah garang andalannya. Dan akan tetap hidup. Jadi jangan coba-coba berpikir untuk mati hanya karena berpikir kau bisa menghantuiku. Ia menepuk punggung Alan dengan sungguh-sungguh.Aduh, Alan mengernyit saat merasakan telapak tangan Arnold memukulnya dengan menggunakan sedikit tenaga. Oh iya bagaimana keadaan Livya? Ia teringat pada istri sepupunya itu yang baru melahirkan. Alasan tersebutlah yang membuat laki-laki itu tertahan cukup lama untuk menggunjunginya.Dia sudah lebih baik, raut bahagia langsung muncul di wajah Arnold. Aku minta maaf karena baru bisa datang menjenguk, tapi demi Tuhan aku tidak mungkin meninggalkan Livya yang dinyatakan sudah mendekati hari melahirkan. Aku merasa sangat menyesal untuk kalian berdua—kau dan istriku—percayalah itu adalah dilema yang membuatku ketakutan. Ia bersungguh-sungguh saat mengatakan hal tersebut.Aku mengerti. Kau tidak perlu merasa bersalah kepadaku.Tapi kau pergi atas perintah dariku. Kau pergi untuk mengantar bedebah itu ke neraka! Alan mengenang bajingan yang berusaha untuk membunuh istrinya.Dan aku mengantarnya terlalu jauh, Alan menyeringai. Hingga nyaris ikut bersamanya. Ia mendapat tatapan marah dari Arnold.Hentikan itu, Alan. Arnold memperingatkan. Mungkin kau tidak menyadarinya, tapi demi Tuhan aku merasa sangat menderita setiap hari. Tidak setiap saat, ralatnya. Selama berbulan-bulan ketika kami semua tidak bisa menemukan tubuhmu.Aku mengerti, Alan menunjukan senyum meminta maaf. Bagaimana dengan bayinya? Laki-laki atau perempuan?Laki-laki, dan Ya Tuhan wajahnya sangat mirip ibunya. Arnold menjelaskan dengan penuh semangat sekaligus sedikit merasa tertekan. Dan hal tersebut tertangkap dalam pendengaran Alan, hingga membuat sepupunya itu terkekeh pelan.Aku yakin dia akan menjadi laki-laki yang bisa memikat banyak wanita.Aku harap kau benar, jawab Arnold sambil setengah merenung. Aku hanya berharap ia menjadi sosok yang gagah sepertiku.Cih, Alan mencibir sambil menikmati kekesalan di wajah sepupunya itu. Dia—anakmu—akan menjadi laki-laki yang memesona seperti diriku, dengan wajah cantik Livya yang ada padanya. Sudah seharusnya ia memiliki postur tubuh sepertiku. Tubuhmu terlalu besar, dan aku berharap keponakanku itu akan lebih terlihat seperti aku.Apa kau mau mati? Arnold bertanya jengkel. Tapi ia tertawa meskipun kesal karena Alan terus memprovokasinya. Sialan, aku tidak tahu jika menjadi Ayah akan membuatku menjadi seperti ini. Sungguh, ini adalah perasaan asing yang aku sendiri tidak bisa mengerti.Kau akan mulai terbiasa, kata Alan bijak. Dan aku yakin kau akan menjadi sosok Ayah yang luar biasa. Dari caramu bicara saat ini aku bisa tahu jika kau ingin memiliki anakmu itu untuk dirimu sendiri. Kau saat ini pasti kesal kan? Ia bertanya dengan wajah usil. Membayangkan jika bocah itu tumbuh besar, lalu terlihat seperti diriku dan bukannya terlihat seperti dirimu.Tentu saja. Arnold tidak membantahnya.Nah, aku rasa sudah diputuskan jika bocah beruntung itu akan memiliki ayah yang luar biasa, Alan berkata dengan sungguh-sungguh. Yang akan selalu ada di sisinya.Pujian Alan membuat Arnold tersenyum malu-malu, dan hal tersebut membuat Alan terbahak. Selama ia hidup dan mengenal sepupu raksasanya itu, tidak pernah sekalipun ada seseorang atau sesuatu yang pernah membuat Arnold Wigburg bersikap seperti itu. Bahkan tidak dengan Livya istrinya, Arnold bersikap mendominasi meskipun sangat menyayangi wanita itu. Dan kini bocah laki-laki berusia beberapa hari itu, pasti akan membuat Arnold membeli seluruh pulau di Skotlandia jika memang itu yang diinginkan anaknya yang belum bisa apa-apa itu.Cinta dan kebahagiaan menghadirkan banyak hal pada seseorang. Sepanjang ia bicara dengan Arnold sambil membahas beberapa hal, isi kepala Alan terus terpatri kepada Lilian, kepada wanita—entah nyata atau tidak—yang sudah dinikahinya tersebut. Wanita yang ia tinggalkan saat ada bahaya yang mengancam keselamatan mereka. Dan Alan merindukan wanita itu, hingga rasanya menyakitkan karena ia tidak tahu harus mencari kemana jika ingin bertemu.Alan sudah diperbolehkan pulang, tepat setelah dirinya berada di rumah sakit hampir selama 30 hari. Peter dan Ibunya bergantian menunggu di rumah sakit, meskipun sejujurnya ia tidak mengharapkan perhatian tersebut. Saat ini seluruh anggota tubuhnya sudah dapat digunakan—kembali—dengan normal dan tidak mengalami kaku atau sebagainya lagi. Perawatan membuatnya cepat sembuh dan Alan memang sudah muak dengan aroma obat.Alan berusaha beraktifitas seperti biasa, berusaha mengenyahkan pikiran tentang Lilian. Tapi setiap kali dirinya mencoba, semua orang yang ia temui, semua kegiatan yang ia lakukan. Serta semua pembicaraan dengan keluarganya, entah mengapa semuanya terasa seperti mimpi. Alan merasa dirinya sedang tertidur dan memiliki mimpi yang panjang. Lubuk hatinya yang terdalam selalu berharap, jika ia akan bangun dan mendapati wajah Lilian yang sedang menungguinya.Hari-hari yang ia lewati terasa seperti mimpi, dan hal tersebut membuat Alan lupa, jika ia pergi dalam misi yang diberikan oleh Arnold bersama Simon, teman baiknya yang saat itu ikut berkunjung untuk menemui Arnold. Setelah melewati puluhan hari yang panjang dan melelahkan, akhirnya ia menyadari kealfaannya. Ia sudah diberitahu mengenai semua orang yang ada bersamanya di dalam pesawat tersebut. Tapi tidak ada seorangpun yang menyinggung nama Simon di hadapannya.Sial. Alan kesal pada diri sendiri. Dengan tergesa ia sudah meminta pelayan untuk memanggil Peter datang ke perpustaan tempatnya bekerja. Ini sudah pukul sepuluh malam, tepat hampir 120 puluh hari sejak dirinya kembali ke dunia ini. Ia menghabiskan 90 hari dengan terbaring di ranjang rumah sakit, lalu butuh hampir satu bulan penuh untuk menjalani perawatan dan memulihkan semua bagian tubuhnya yang terluka agar bisa difungsikan kembali.Setidaknya bagian vital yang selalu dibanggakan olehnya tetap dapat berfungsi dengan baik, meskipun Alan belum mencobanya untuk meniduri wanita. Ia bisa saja pergi ke suatu tempat dan menemukan segerombolan wanita untuk tididuri, tapi gagasan tersebut terasa memuakan. Bahkan memikirkannya saja membuat Alan jijik, tapi dirinya langsung bergairah saat mengingat sosok Lilian yang lembut dan rapuh, bahkan kejantanannya langsung bereaksi dan mengeras dengan sempurna begitu saja.Sialan! Alan memaki diri sendiri.Ada apa? Tanya Peter yang baru muncul di depan pintu, adiknya itu terlihat lelah dan berantakan. Dan jika Alan tidak salah lihat, saat ini Peter sedang menatapnya dengan pandangan khawatir. Apa kau baik-baik saja, Alan?Apa kau baru pulang? Alan menghindari pertanyaan adiknya tersebut. Ia balik bertanya sambil meraih gelas kristal yang ada di hadapannya, lalu mengisinya dengan cairan keemasan dan memberikannya kepada Peter. Bukannya hari ini kau tidak ada kegiatan keluar? Ia bertanya dengan wajah bingung. Seingatnya hari ini adalah tanggal Peter mengambil hari liburnya. Banyak properti keluarga serta tanah yang harus diurus, dan biasanya setiap anggota keluarga; pada tanggal tertentu selalu mengambil satu hari penuh untuk meliburkan diri dari semua kegiatan yang membelenggu mereka.Tadinya aku memang berencana untuk menikmati waktu luangku sendiri, Peter menerima gelas dan menyesap isinya hingga tandas. Mengernyit saat merasakan panas minuman keras tersebut mulai membakar tenggorokannya. Tapi semua itu hanya tinggal harapan kosong saat Mother memintaku untuk mengantarnya ke pesta keluarga Wilbourg.Alan tersedak minuman karena tertawa.Apa kau baru saja menertawakanku? Peter langsung menatapnya dengan marah.Maaf, Alan mengatakannya tanpa merasa bersalah.Percayalah jika kau sudah kembali normal, Peter mengarahkan telunjuk tepat ke wajah kakaknya. Perhatian Mother akan kembali padamu dan akan kupastikan ia akan menyeretmu kesana kemari untuk menemui para gadis berotak kosong itu.Alan meringis saat mendengar perkataannya adik. Well, aku setuju jika mereka memang tidak terlihat pintar, ia mengomentari gadis-gadis muda yang biasa dikenalkan dalam acara pesta. Tapi para wanita itu memang dididik dan dipersiapkan untuk bersikap konyol seperti itu pada pria. Mereka semua membosankan. Sungguh.Ya, kau benar, Peter menyetujui.Para orang tua seolah sengaja menjajakan anak-anak mereka untuk menjerat calon suami yang paling diminati. Kekayaan serta gelar menjadi priotas utama bagi mereka. Hal tersebut membuat Alan muak, ia sudah menjalani cukup banyak pesta dengan ditarik kesana kemari oleh Ibunya untuk dikenalkan dengan para gadis—dari keluarga terhomat—itu. Tapi selama ia hidup, tidak pernah ada satupun yang membuatnya terpikat.Mereka semua berbeda dengan Lilian. Istri mungilnya itu adalah wanita cantik yang mampu membuat perasaan Alan jungkir balik, dan wanita itu bergerak dengan cara yang mampu mencuri perhatiannya. Seolah Lilian adalah seluruh dunia dalam hidup Alan, membuatnya merasa sangat tersiksa—bahkan sangat menderita—setiap kali berpikir jika dirinya dan Lilian hanya bertemu dalam alam mimpi.Apa kau baik-baik saja? Peter kembali mengulang pertanyaannya saat melihat Alan kembali merenung.Hal tersebut membuat pikiran Alan kembali pada tempatnya. Sejak tadi ia tidak sadar jika dirinya sudah melamun dan memikirkan sosok Lilian. Ia merindukan Lilian dengan teramat sangat, hanya Tuhan yang tahu bagaimana dirinya bisa tetap bertahan hidup dengan perasaan rindu yang menggerogoti jiwanya.Aku baik-baik saja, Alan menghabiskan minuman keduanya dalam sekali teguk.Ngomong-ngomong, kenapa kau memanggilku?Ah itu, Alan terkejut karena ia sendiri sempat lupa alasan kenapa dirinya memanggil Peter.Apa kau mengingat sesuatu yang terlewat? Peter terdengar waspada.Hal tersebut mau tidak mau membuat Alan menatap adiknya itu dengan tatapan menyelidik. Sikap Peter selalu seperti itu setiap kali dirinya berubah serius. Seolah adiknya itu takut jika sewaktu-waktu Alan akan bicara sambil mengeluarkan api dari mulutnya.Kenapa kau terlihat khawatir? Alan bertanya sambil berjalan mendekat. Membuat Peter tanpa sadar sudah meringsek mundur. Ada apa Peter? Apa kau melihat sesuatu yang berbeda dalam diriku? Ia berhenti saat melihat wajah adiknya semakin gelisah.Itu..., Peter tergagap. Itu....Demi Tuhan katakan saja apa yang ada di tenggorokanmu itu! Alan mulai terdengar tidak sabar. Lalu cepat-cepat ia mengubah nada suaranya menjadi lebih baik, ia sudah merasakan posisi menjadi seorang adik. Dan tentunya itu kurang menyenangkan dibandingkan berada dalam posisi seorang kakak. Maafkan aku, ia melambaikan tangan ke arah sofa dan meminta Peter untuk duduk dalam permintaan tidak terucap.Peter menghela napas berat sebelum akhirnya ia menuruti keinginan Alan.Nah, Alan memulai. Karena kita sudah santai, sebaiknya ceritakan padaku kenapa kau terlihat begitu tegang barusan?Kau tidak akan marah bukan? Peter bertanya dengan hati-hati. Jika akan menceritakan apa yang mengganggu perasaanku?Tentu saja tidak, jawab Alan enteng. Katakan apapun yang ingin kau bicarakan. Kita adalah saudara, dan sudah seharusnya kita bicara jujur dan saling mengingatkan satu sama lain.Terima kasih Tuhan karena kau berpikir seperti itu. Peter bertingkah dramatis yang langsung mendapat lirikan menegur dari kakaknya. Ehm, ia berubah serius. Begini, sejak kau bangun dari tidur cantikmu—koma—yang panjang itu, ia tetap berusaha menggoda Alan. Kau memiliki banyak perubahan dalam dirimu.Benarkah? Alan menaikan sebelah alis dan sorot matanya menantang Peter untuk menjelaskan.Ya, kau bersikap berbeda. Aku sering melihatmu tidak fokus, melamun. Bahkan kau bersikap seolah-olah kau tidak menginginkan kehidupan ini, suara Peter berubah berat. Seolah kau tidak ingin bertemu dengan kami lagi, rasanya sungguh aneh melihatmu bersikap demikian. Bahkan Mother sudah sering kali berpikir jika kau berharap untuk berada di tempat lain karena merindukan seseorang.Alan langsung menatap adiknya dengan waspada.Kapan Mother bilang begitu?Tadi pagi, tadi siang, malam ini, dan setiap hari lainnya.Peter menjawab pertanyaan Alan dengan sorot mata lelah, dan tanpa sadar ia sudah memijat pelipis yang terasa berdenyut.Apakah begitu kentara? Pertanyaan datar Alan tersebut langsung membuat wajah Peter berubah ngeri.Apa kau benar-benar tidak bahagia kembali bersama kami? Pertanyaan tersebut diucapkan dengan pelan. Namun Alan mengenali antisipasi dalam suara Peter, adiknya itu sudah menyiapkan diri untuk menerima serangan terburuk.Aku sangat senang dan bahagia bisa kembali bertemu dengan Kau dan Mother, Alan meyakinkan. Percayalah kau, Mother dan Arnold selama ini adalah orang-orang yang sangat penting bagiku, tapi saat ini ada orang lain yang tinggal di sini. Ia menekan dada dengan telapak tangan, wajahnya mengernyit pedih saat membayangkan sosok Lilian yang ia tinggalkan di tepi jurang.Apa kau bertemu seseorang baru-baru ini? Peter masih menatap Alan dengan penuh selidik.Aku bertemu dengannya beberapa bulan lalu.Sebelum kecelakaan? Peter menebak.Alan menggeleng dengan wajah suram. Sesudah kecelakaan. Ia menjawab jujur. Membuat ruangan hening seketika saat Peter hanya terus menatap dan memandanginya dengan wajah kaku dan mulut terbuka. Sementara bulu matanya yang terus berkedip menjadi satu-satunya penanda jika adiknya itu masih belum kehilangan kesadaran diri.Dan bagaimana hubungan kalian? Pertanyaan yang diajukan Peter sungguh diluar dugaan.Aku sudah menikah dengannya.Jawaban singkat Alan mendapat anggukan—seolah Peter mengerti—dengan situasi yang mereka bicarakan. Tapi Alan tahu adiknya itu tidak mengerti, dan ia sangat yakin jika Peter pasti menganggap dirinya sudah gila karena bicara omong kosong yang tidak masuk akal seperti itu.Aku akan memanggil Mother agar kau bisa bercerita kepadanya. Peter sudah bangkit dan berbalik menuju pintu saat Alan melontarkan pertanyaan; yang membuat tubuh adiknya itu menegang.Peter, dimana sahabatku Simon?Peter hanya mampu mematung dan tidak sanggup menjawab. Setelah beberapa detik yang terasa panjang dan mencekam, akhirnya Peter memberi jawaban sambil berlalu.Kau bisa menanyakannya lagi saat Ibu sudah ada di sini.Lalu Peter meninggalkan ruangan, berlalu dengan sangat cepat seolah ia tidak tahan jika harus berada dalam satu ruangan lebih lama—lagi—bersama Alan.Bab 3Ibu! teriak Peter. Ia mengejutkan Lady Morag Maclawry—ibunya—karena menerobos ke dalam kamar wanita itu setelah dua kali mengetuk.Ada apa, Peter? Lady Morag menatap anak bungsunya itu dengan tatapan menegur.Maafkan aku, Peter segera menyadari kesalahannya. Tapi ini mendesak. Sungguh! Ia berusaha membela diri saat ibunya melihat dengan tatapan menelisik.Ada apa? Tanya Lady Morag setelah beberapa saat. Ia sempat berpikir sejenak untuk menghukum atau menolerir sikap tidak sopan anaknya. Tapi akhirnya wanita paruh baya itu memutuskan untuk mendengar penjelasan anaknya.Ini tentang, Simon.Wajah Lady Morag Maclawry seketika berubah pias.Apa Alan menanyakannnya padamu?Iya, Peter menjawab dengan tidak nyaman.Aku rasa sudah saatnya aku bicara dengan anak itu, wanita yang sudah melahirkan Alan dan Peter itu berkata dengan penuh tekad. Suruh Kakakmu untuk datang ke perpustakaan, perintahnya.Baik, Bu.Hanya dalam hitungan detik Peter sudah melesat keluar, meninggalkan ruangan dan bergegas memanggil Alan agar menemui ibu mereka. Alan setengah kesal saat tubuhnya diseret oleh Peter ke lantai bawah. Adiknya itu memberi tahu jika ibu mereka ingin bertemu di perpustakaan, sejak Alan bangun dari tidur panjangnya, ia hanya beberapa kali terlibat percakapan serius dengan wanita yang sudah melahirkannya itu. Beberapa hal berkaitan dengan pengurus properti yang masih menjadi milik keluarganya dan beberapa kali membahas kesehatan dirinya. Alan tahu ibunya memiliki banyak pertanyaan dan ia bersyukur karena ibunya tidak pernah memaksa.Wanita itu hanya terus menunggu agar dirinya bisa bercerita. Tapi setiap kali Alan ingin mengutarakan semua perasaan, serta menceritakan hal-hal aneh yang ia alami. Semua kata-kata tersebut tidak pernah ada yang berhasil sampai ke mulutnya. Semua pembendaharaan kata yang ia ketahui; seolah-olah menguap begitu saja, seperti saliva yang baru sampai ke tenggorokan dan ia telan kembali dengan susah payah.Tapi kali ini Alan berusaha mempersiapkan diri, sepertinya Lady Morag Maclawry sudah lelah menunggunya. Meskipun Alan tahu apa yang akan ibunya itu tanyakan, tapi ketika dirinya sampai ke perpustakaan—dan mendapati ibunya yang duduk di sofa—yang ada di ruangan tersebut, insting sebagai seorang anak yang merasakan bahaya miliknya mulai bangkit. Ia melangkah pelan dengan jantung membentur rongga dadanya, tatapan wanita itu seolah menembus ke dalam jiwanya yang terdalam.Ibunya seolah bisa membaca apa yang selama ini Alan sembunyikan. Perangai wanita paruh baya itu begitu tenang, membuat Alan bertanya-tanya mampukah ia menceritakan semua kepada Ibunya? Alan ingin menumpahkan semua hal yang terus berkeliaran dalam benaknya, tapi selama ini ia tidak memiliki banyak keberanian, terlalu banyak rasa takut dan perasaan khawatir yang meliputi. Alan takut Ibunya akan beranggapan jika dirinya sudah tidak waras, dan itu disebabkan oleh kecelakaan pesawat sialan itu.Duduklah, Alan. Lady Morag memberi perintah tanpa mengurangi kesan anggun dalam perangainya.  Sikap tersebut membuat anak sulungnya beringsut mendekat, dan memilih duduk di sofa sebelah kiri. Sementara Peter mengekor dan ikut bergabung di sisi kanan tanpa berkata-kata.Lady Morag menarik napas berat dan menghembuskan perlahan sebelum ia memulai pembicaraan tersebut. Katakan padaku apa yang kau rasakan setelah bangun dari koma?Pertanyaan tersebut membuat Alan langsung menoleh ke arah Peter dengan tatapan menegur.Adikmu tidak ada hubungannya dengan pertanyaanku, Lady Morag melanjutkan. Seolah bisa membaca isi pikiran anak sulungnya, ia kembali bicara dengan nada yang lebih lembut; bahkan Alan dan Peter nyaris percaya jika ibu mereka itu sedang memohon. Katakan kepadaku bagaimana perasaannu, dan katakan apa sesungguhnya yang kau rasakan.Aku baik-baik sa—Jangan coba-coba untuk berbohong padaku, Lady Morag memotong perkataan Alan. Mungkin selama ini aku diam saja, tapi percayalah Alan. Kau adalah anakku, dan aku tahu jika selama ini ada yang tidak biasa padamu. Aku terus menunggu dan berharap kau akan jujur, atau menceritakan apa yang kau rasakan, raut wajahnya berubah muram. Tapi kau tidak pernah datang untuk menemuiku.Maafkan aku, Alan terdengar menyesal.Sebaiknya kau segera ceritakan apa yang mengganggumu, meskipun itu hal yang tidak masuk akal sekalipun, aku akan tetap berusaha melakukan yang terbaik untukmu. Kali ini Lady Morag terlihat ringkih, membuat Alan menyesal karena sudah membuat Ibunya itu khawatir. Lagipula, Lady Morag melanjutkan sambil memasang senyum lemah. Aku sudah terbiasa dengan hal yang tidak masuk akal, bahkan sebelum kalian berdua lahir ke dunia ini.Apa kau serius, Bu? Peter tidak tahan untuk menimpali. Memangnya hal tidak masuk akal seperti apa yang kau maksud itu? Ia mececar ibunya dengan pertanyaan. Bisakah kau memberitahu kami?Lady Morag menoleh ke arah Peter sambil tersenyum penuh rahasia. Mari kita dengarkan apa yang dirasakan oleh kakakmu, lalu aku bisa memberitahu apakah itu sama dengan yang dialami oleh Ayah kalian atau tidak.Ayah? raut wajah Alan sudah tidak setegang sebelumnya. Ya benar, Ayahmu. Ayah kalian. Lady Morag bicara dengan tatapan menerawang, sementara senyuman mengembang di wajahnya yang sudah mulai diliputi garis-garis halus. Jadi katakan apa yang selama ini mengganggu pikiranmu? Ia menatap Alan dengan penuh tekad, dan sepertinya ia sudah memutuskan untuk mengetahui apa yang disembunyikan oleh anak sulungnya tersebut. Ceritakan semuanya kepadaku setelah kecelakaan itu, dan jangan menyisakan apapun.Lalu tanpa dapat dibendung, Alan mengeluarkan semua isi hati yang sejak berminggu-minggu menyesakan dada dan menyakiti hati serta pikirannya.Itulah yang aku rasakan, Alan menyelesaikan cerita sambil diiringi hembusan napas lelah. Ia melirik wajah ibunya yang terlihat sangat tenang, bahkan ketenangan wanita paruh baya itu nyaris membuatnya ngeri. Sementara di sisi lain, saat ia melirik ke arah Peter untuk melihat reaksi adiknya tersebut, Peter sepertinya tidak memiliki banyak ketenangan seperti yang dimiliki ibu mereka.Adiknya itu terlihat seperti orang yang tengah menuduh Alan sudah tidak waras. Alan sebetulnya tidak peduli dengan penilaian orang lain, lagipula ibunya yang meminta dirinya agar bercerita. Tapi tetap saja jauh di dasar hatinya, ia merasa sangat jengkel karena Peter terus menatapnya dengan tatapan menuduh. Adiknya itu bersikap seperti orang asing yang baru pertama kali bertatap mata dengan seorang pasien sakit jiwa yang memiliki tiga kepala di tubuhnya.Peter sialan!Peter tutup mulutmu, Nak! Lady Morag memberi perintah tanpa menoleh ke arah anak bungsunya. Sejak tadi ia sibuk menyimak dan menatap anak sulungnya—Alan—tapi insting wanita itu sangat tajam, sehingga ia bisa mengetahui jika Peter tengah menatap Alan sambil menganga.Apa kau percaya itu, Bu? Peter menanyakan hal tersebut dengan nada menuduh. Membuat Alan jengkel dan nyaris meninggalkan ruangan.Aku percaya kakakmu, Peter.Jawaban Lady Morag membuat Alan bertahan di sana.Tapi kenapa bu? Alan kembali duduk tegak dan menatap ibunya dengan sorot mata bertanya.Karena Ayahmu juga datang dari masa lalu, jawab Lady Morag. Membuat Peter terbahak dan Alan menatap ibunya dengan sorot mata yang seolah mengatakan; aku-sedang-tidak-ingin-bercanda-Bu. Dan itu termasuk Ayahmu juga, ia menoleh untuk menatap Peter yang sedang tertawa. Tatapan Lady Morag yang terlihat serius membuat tawa di wajah Peter menghilang dengan sendirinya. Ayah kalian bukanlah seseorang seperti laki-laki pada umumnya, dan aku rasa kejadian ini terulang padamu.Lady Morag kembali membawa wajahnya berpaling untuk menatap Alan. Sepertinya sudah saatnya aku menceritakan semuanya kepada kalian.Apa kau sedang bercanda, Bu? Peter masih berusaha mencari tanda-tanda kebohongan di wajah Ibunya. Tapi wanita yang sudah melahirkannya itu malah terlihat semakin bertekad.Peter! Lady Morag menatap Peter dengan seksama. Kau bisa meninggalkan ruangan jika tidak ingin mendengarnya. Karena sekalipun kau tidak bisa percaya, tapi ini adalah hal yang sangat penting bagi kakakmu.Aku akan tetap tinggal.Peter memilih untuk tetap berada di sana dan mendengarkan apapun yang akan ibunya katakan. Meskipun itu adalah omong kosong, setidaknya ia tidak ingin menyesal karena melewatkan sesuatu. Dan ibunya itu terlihat sangat yakin dan mempercayai semua cerita konyol yang keluar dari mulut Alan.Aku harap kalian bisa menerimanya dengan baik, karena yang akan aku katakan adalah kebenaran yang sebenar-benarnya. Lady Morag memperingatkan kedua anaknya. Setelah melihat Alan dan Peter mengangguk setuju, ia mulai menceritakan kisah cintanya bersama Ayah—kedua anak laki-laki yang ada di hadapannya tersebut.Alan menatap kosong wajah wanita yang sudah melahirkannya ke dunia itu. Ibunya bercerita dengan lancar bahwa ayah mereka—dirinya dan Peter—adalah pria yang datang dari masa lalu, wanita itu menolak memberitahukan rincian pastinya bagaimana semua itu bisa terjadi. Wajah ibunya yang sudah paruh baya merona saat Peter berusaha mendesak agar diceritakan bagaimana kisahnya sampai mereka bisa menikah.Alan menyadari ada sesuatu yang membuat wanita itu malu dan tidak bisa diceritakan kepada anak-anaknya. Ia berusaha menengahi dengan bijak, dan mempersilakan ibunya untuk kembali melanjutkan.Akhirnya kami menikah, Ayah kalian belum jujur sampai akhirnya kejadian naas itu terjadi, wajah Lady Morag menerawang dengan suram. Seolah mengingat hal tersebut sudah cukup untuk menghancurkan hatinya.Dia menghilang dalam sebuah kecelakaan mobil, mobil tersebut tergelincir dari tebing dan berakhir masuk ke dalam laut yang ada di bawahnya. Semua orang sempat menolak melakukan evakuasi. Tapi aku tetap menunggu dan setelah satu bulan berlalu sejak kejadian, ia menarik napas sejenak untuk menguatkan diri.Saat itu air laut mulai surut dan ombak tidak lagi besar seperti biasanya. Aku membayar orang-orang terlatih dan profesional untuk melakukan evakuasi mobil dan jasad ayah kalian, tiba-tiba saja Lady Morag menoleh ke arah Alan dan Peter sambil menampilkan senyum lemah. Tapi Begitu mobil diangkat, Ayah kalian tidak ada di dalamnya. Padahal semua pintu mobilnya terkunci dan tidak bisa dibuka karena rusak saat terjadi benturan. Sampai mobil itu selesai dilucuti satu persatu, kami tidak menemukan sedikitpun tanda-tanda keberadaan Ayah kalian.Lalu siapa yang selama ini hidup dengan kita? Peter menatap ibunya dengan sorot mata bertanya. Bukanlah kau bilang kalau Ayahku adalah orang yang sama dengan Ayahnya Alan?Itu memang benar, Lady Morag menjawab tenang.Tapi bagaimana bisa? Peter mulai memasukan nada tidak percaya dalam perkataannya. Bagaimana kau bisa mengandungku dan siapa laki-laki yang selama ini menemani aku dan Alan tumbuh?Peter sebaiknya kau diam, Alan menegur saat melihat tatapan sedih di wajah ibunya.Kenapa? Apa kau takut mendengar sesuatu yang tidak—Diamlah, Peter! untuk pertama kalinya Alan terpaksa meninggikan suara saat bicara dengan adiknya. Kau belum mendengarkan cerita lengkapnya. Demi Tuhan biarkan Ibu menceritakan semuanya, baru setelah itu kau bisa berkomentar.Apa kau berpikir Ayah kita yang menghilang itu kembali dari kematiannya? Peter jelas beranggapan jika Alan sudah gila, dan ia juga menyisakan sedikit tuduhan untuk ibu mereka.Ya! Alan menjawab dan menatap Peter dengan sorot mata menantang. Jika kau tidak ingin mendengar cerita lengkapnya, sebaiknya kau keluar dari ruangan ini. setelah mengucapkan kata tersebut, Alan merasa seperti kakak yang brengsek. Tapi ia tidak memiliki pilihan lain, ia menginginkan cerita lengkap mengenai kisah cinta orang tuanya. Serta ingin melindungi perasaan Ibu mereka dari tuduhan—kejam—samar Peter yang tidak beralasan.Aku akan tetap tinggal, Peter menjawab sambil merengut. Alan yakin jika adiknya itu pasti menambahkan kata 'meskipun aku harus mendengarkan omong kosong lainnya' di dalam hati.Sebaiknya kau diam, Alan memperingatkan. Lalu ia kembali menatap wajah ibu mereka yang terlihat lelah, dan itu bukanlah pemandangan yang biasa bagi sosok Lady Morag. Wanita itu biasanya terlihat segar, ceria dan selalu memberikan penampilan anggun serta tangguh yang sulit ditembus. Tapi kali ini wanita paruh baya itu terlihat menua seperti umurnya. Tolong ceritakan semuanya, Bu.Lady Morag untuk sesaat terpaku kala merasakan jari-jari Alan meremas lengannya dengan lembut. Semuanya tepat seperti yang kau pikirkan, Nak. Ia seolah bisa membaca isi pikiran Alan. Ayahmu kembali kepadaku, dan aku bersyukur karena selama sepuluh bulan sejak mobil ayahmu ditemukan, itu adalah kemarau panjang sehingga air laut tetap surut dan ayahmu akhirnya datang kepadaku dengan selamat.Bagaimana orang dari masa lalu bisa mengendarai mobil? Peter bertanya sinis.Percayalah, Nak, Lady Morag menjawab dengan nada seorang ibu yang sabar menghadapi kenakalan anaknya. Ia datang tanpa mengetahui banyak hal di dunia ini, satu-satunya keahlian yang Ayah kalian ketahui—dan ia hebat dalam melakukannya, suara wanita itu dipenuhi dengan nada senang dan bangga. Adalah cara ia memperlakukan dan bisa merayuku dengan sangat baik.Alan langsung terbahak saat mendengar pengakuan blak-blakan tersebut. Ia tidak kuasa menahan diri saat menyadari; jika ibunya akhirnya terpaksa mengatakan hal tersebut karena jengkel pada Peter yang terus berusaha menyangkal dan setengah menolak untuk mempercayai kisah absurd tersebut.Aku rasa kalian memang saling mencintai, Peter memutar mata. Baiklah anggap saja aku percaya dengan semua cerita konyol ini. Tapi sepertinya aku perlu waktu yang cukup lama untuk mempercayainya.Setidaknya ku beruntung, Nak! Lady Morag menatap Peter dengan intens. Saat Ayahmu kembali dan memutuskan untuk menetap di dunia ini bersamaku, aku bermimpi didatangi seseorang yang mengatakan jika salah satu keturunan kami akan mengalami hal serupa. Dan sepertinya kau beruntung karena orang yang ditakdirkan untuk bepergian seperti Ayah kalian adalah Alan.Peter mematung sejenak lalu menatap Alan dengan tatapan singkat namun penuh makna. Aku lelah dan ingin tidur, katanya memberi komentar netral. Lalu ia meninggalkan ruangan dan membiarkan Alan serta Ibunya tetap berada di sana.Apa bagian terakhir itu benar, Bu?Alan mendapat sebuah anggukan lemah sebagai jawaban.Maafkan kami, Alan. Aku dan Ayahmu tidak berpikir jika kau akan mengalami kesulitan seperti ini, aku kira siapapun anakku yang mengalami hal seperti ini, aku kira dia akan bahagia jika bertemu dengan wanita yang dicintainya.Aku memang bahagia, pengakuan Alan menyingkap sedikit perasaan bersalah di wajah ibunya.Benarkah? Lady Morag seolah membutuhkan lebih banyak pengakuan dari Alan.Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, Bu. Aku sudah menikah dengan Lilian Campbell—yang sejujurnya aku sendiri masih tidak percaya—apakah itu nyata atau tidak, tapi terlepas dari apa yang aku alami bersama kalian di sini, keadaan seolah berbalik. Aku merasa saat ini malah terasa seperti mimpi, dan seharusnya aku berada di sana; di alam lain bersama Lilian.Oh sayangku, Lady Morag mendekat dan membawa tubuh besar Alan ke dalam pelukan. Aku senang karena kau mencintainya, ia mengusap punggung Alan untuk menenangkan. Apakah dia juga mencintaimu? Kerutan khawatir muncul di wajahnya paruh bayanya yang terlihat lelah.Ya ibu, dan aku meninggalkan wanita itu dalam bahaya. Alan merasakan sengatan emosi saat kepalanya mengingat dimana posisi Lilian berdiri saat terakhir kali ia melihatnya. Aku tidak akan menahanmu, Lady Morag bicara sambil berurai air mata. Tapi nada suaranya terdengar sungguh-sungguh. Kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan, jika kau ingin kembali bersama istrimu. Maka aku akan melepas kepergianmu dengan sukarela.Benarkah? Alan nyaris tidak percaya jika Ibunya baru saja mengijinkan dirinya untuk bepergian.Tapi bagaimana jika aku tidak bisa kembali lagi?Saat aku berkata kau boleh pergi, maka saat itu pula aku tidak akan pernah berharap lebih demi kebahagiaanmu.Untuk pertama kalinya sejak kecelakaan naas itu terjadi, Alan merasakan sengatan bahagia memenuhi dadanya.Terima kasih, Bu. Alan langsung mendekap Ibunya dengan sayang.Kau boleh pergi kapanpun, karena aku sudah berhasil menemukan Simon dan menjaganya.Simon? Alan terhenyak saat mendengar nama teman baiknya disebut. Dimana dia sekarang? Apakah dia selamat?Aku rasa dia selamat dan sepertinya dialah yang membawamu untuk bertemu dengan pengantin asingmu itu.Apa maksudnya, Bu? Alan tidak mengerti dengan apa yang ibunya katakan. Aku hanya ingat datang kesana di atas tempurung kura-kura raksasa. Dan tidak melihat Simon di manapun.Tapi Lady Morag hanya mengulum senyum lembut saat mendengar penjelasan anaknya tersebut.Dia adalah Simon, atanya sambil terus tersenyum.Siapa? Maksudnya kura-kura itu adalah Simon? Alan nyaris tertawa keras mendengar lelucon konyol tersebut, tapi akhirnya ia berhasil menahan diri saat melihat ibunya hanya terus senyum dan menatapnya dengan tatapan geli. Dan saat itulah Alan sadar jika ibunya tidak sedang bercanda atau menggodanya. Tapi... tapi bagaimana bisa?Mungkin aku melupakan sesuatu untuk diceritakan, Lady Morag mulai bicara. Simon adalah teman yang dibawa oleh Ayahmu, dan sepertinya hanya Ayahmu yang pernah melihat laki-laki itu berubah wujud. Meski demikian aku sudah pernah melihat wujud Simon dengan tempurungnya yang sekeras batu itu, jadi aku akan tetap mengenalinya jika ia muncul.Ya, Tuhan. Alan nyaris tersungkur saat mendengar informasi tambahan tersebut. Bagaimanapun Simon terlihat seumuran dengannya. Laki-laki yang sudah ia anggap sebagai teman sejak lama itu memang memiliki banyak rahasia, dan biasanya Simon hanya bersikap santai jika bicara dengan Lady Morag. Aku rasa ini adalah informasi yang mencengangkan.Lady Morag tersenyum lembut. Aku juga tahu jika kau dan Peter pernah beranggapan jika Simon dan aku memiliki hubungan. Alan merasakan wajahnya memerah karena malu. Kami memang memiliki hubungan, tapi hubungan kami tidak seperti yang kalian pikirkan, Anak-anak.Maafkan aku, Bu. Alan berkata sambil tertunduk malu. Dan hal tersebut membuat Lady Morag tertawa senang karena berhasil membuat Alan merasa bersalah.Aku akan pergi tidur, katanya sambil menepuk pelan pipi kiri Alan. Katakan padaku apapun keputusanmu, maka dengan senang hati aku akan menerimanya.Perkataan ibunya yang sangat berharga tersebut membuat Alan mengangguk mantap. Dan sisa malam itu ia habiskan dengan memikirkan Lilian.  Bab 4 Hari itu, hari dimana Alan tidak bisa mengingat dengan baik apa yang terjadi kepadanya. Setelah mengetahui kisah cinta kedua orang tuanya. Keesokan paginya Alan memberitahu Lady Morag jika ia akan pergi untuk Lilian, samar-samar kepalanya sedikit mengingat ada cairan bening yang membahasahi sudut mata ibunya. Tapi wanita itu tidak menolak ataupun menahan dirinya agar tetap tinggal. Wanita yang telah melahirkannya itu meminta waktu satu hari penuh untuk bepergian bersama dirinya dan Peter.Kenangan samar Alan hanya sampai di sana, selanjutnya ia tidak tahu apa yang terjadi selain tusukan rasa nyeri yang tengah dirasakannya saat ini. Alan merasa tubuhnya seperti habis dilindas truk bermuatan penuh, sementara kepalanya berdenyut-denyut. Membuatnya setengah yakin jika tengkoraknya mungkin sudah sudah retak di dalam sana. Batu keras di bawah tubuhnya terasa bergerak dengan irama yang menyakitkan. Membuat tubuh serta kepalanya yang nyeri terus mendapat guncangan. Semua perasaan mengerikan tersebut terus berlanjut hingga berjam-jam, membuat Alan nyaris muntah andai ia tidak segera mengendalikan diri.Alan masih setengah sadar saat merasakan batu di bawah tubuhnya itu terus bergerak menuju tepian, yang dapat ia lakukan hanyalah telungkup di atasnya. Setelah beberapa saat yang terasa seperti selamanya dan menyakitkan, akhirnya ia mulai bisa mengendalikan diri. Rasa mual dan nyeri di sekujur tubuh dan kepalanya mulai mereda. Membuatnya bisa sedikit bernapas lega saat secercah rasa nyaman menghampiri.Setelah merasa yakin dirinya bisa mendongak untuk melihat sekitar, Alan tidak kuasa menahan senyum saat menyadari dimana dirinya berada saat ini. Kepalanya mengenang kejadian serupa saat pertama kali bertemu Lilian, dan pemikiran tersebut sontak membuatnya menatap lurus ke arah depan. Berharap jika dirinya dapat mengulang momen serupa untuk menemui wanita yang sudah mengisi hampir seluruh hatinya itu. Lalu Alan dibuat terkejut atas kenyataan yang ada di hadapannya.Di sana, di tepian sungai yang berbatu matanya menangkap siluet seseorang wanita—yang terlihat seperti Lilian—tengah menatap ke arahnya. Dan demi segala yang ada di dunia, dengan rasa percaya diri yang telah memudar, Alan seolah meyakinkan diri sendiri jika sosok tersebut tengah tersenyum dan menampilan wajah penuh harap padanya. Meskipun jarak mereka masih cukup jauh, tapi untuk alasan yang janggal Alan memilih untuk memercayai penglihatannya.Itu Lilian. Dan ia akan kembali untuk mengklaim wanita itu sebagai istrinya. Aku rasa kali ini ilusiku memiliki kemajuan, Alan mendengar suara Lilian yang terbawa angin mencapai pendengarannya, bahkan suara samar tawa serak wanita itu membuat detak jantungnya kian meningkat. Entah apa yang sedang Lilian tertawakan, mungkin bisa saja istri mungilnya itu tengah menertawakan dirinya. Karena saat ini kura-kura raksasa yang ditumpanginya tengah mengapai-gapai dengan sekuat tenaga saat dirinya harus bergerak maju di atas bebatuan. Sementara Alan berusaha menyesuaikan diri dengan berpegangan kedua sisi tempurung dengan sangat keras.Ia tidak ingin mengambil resiko dengan terjatuh dari tempurung tersebut dan berakhir dengan mengalami retakan di kepala. Ia ingin sampai ke sisi Lilian dengan selamat dan sehat, biarlah sedikit mual dan pusing ikut menyertai, setidaknya ia ingin tetap bisa bersikap rasional dan tidak memiliki luka serius di seluruh tubuh saat harus menghadapi istrinya setelah sekian lama berpisah.Saat jarak mereka semakin dekat, Alan mendengar Lilian tertawa lepas. Meskipun merasa dirinya tengah diolok-olok, tapi anehnya tawa wanita itu membuat dirinya ikut tersenyum. Lilian selalu memberikan efek luar biasa yang tidak pernah bisa diberikan oleh wanita manapun—kecuali ibunya—dan Lilian memiliki lebih banyak kuasa atas dirinya daripada ia sendiri. Bahkan Lady Morag Maclawry yang sangat Alan cintai dan hormati; tidak pernah bisa mengatur dirinya hingga sedemikian rupa. Dan Alan sangat yakin ia akan lebih menuruti perkataan Lilian, seperti yang dikatakan Lady Morag, sudah saatnya Alan memiliki seseorang yang akan menjaga dan bisa mengendalikan sikap playboy dalam dirinya.Aku harap kau tidak jatuh dari sana, komentar Lilian membuat Alan memiliki kekuatan dan mendongak untuk menatap tepat ke dalam mata istrinya. Lalu saat itulah ia menyadari hal yang selama ini tidak ia mengerti, Lilian adalah pusat dunianya. Wanita itu memberinya banyak kekuatan untuk memilih kembali ke dunia asing yang sebelumnya terasa mengerikan. Selama Lilian ada di sana bersamanya, Alan bersumpah hatinya sudah mengambil alih kewarasan logis yang selama ini ia miliki—sebelum dirinya terlempar ke masa tersebut. Ia bisa hidup dimanapun; meski dalam hutan dengan gubuk sekalipun. Selama ia bisa terus bersama Lilian. Maka segala keresahan lainnya menjadi tidak berarti lagi.Untuk beberapa saat Lilian hanya terus menatapnya, seolah tidak percaya dengan apa yang tengah dilihatnya saat ini. Setelah kebisuan yang terasa sangat menyiksa tersebut, hati Alan terasa seperti diremas saat melihat Lilian mulai menangis, air mata sialan itu membasahi wajah istrinya yang jauh lebih tirus sejak terakhir kali mereka bertemu.Alan menunggu dengan sabar, berharap Lilian akan kembali menatapnya dengan tangisan yang sudah mereda. Tapi setelah beberapa saat berlalu, telinganya hanya disambut oleh isak tangis menyayat hati. Bahkan Alan bisa melihat jika tubuh wanita mungil itu gemetar, dan demi segala yang ada di dunia, menyaksikan Lilian terisak seperti itu adalah hal yang tidak pernah ingin Alan bayangkan. Ia mencintai wanita itu, dan tidak menginginkan sedikitpun rasa pedih menyentuh perasaan istrinya.Peri kecilku yang malang. Alan bergumam dengan perasaan terluka. Tapi Lilian masih menunduk dan tidak mendongak seperti yang ia harapkan.Aku bahkan bisa mendengar suaranya, Lilian tertawa masam sambil terus menunduk dan menyelipkan wajah di antara kedua lututnya. Aku pasti sudah gila, Alan mendengar Lilian bicara pada diri sendiri saat ia mendengar seseorang memanggil namanya.Lilian, sayangku, manisku.Alan mengulurkan tangan dan menyentuhkan telapak tangan ke pundak Lilian, gerakan tersebut membuat Lilian tersentak dan nyaris jatuh telentang sementara sorot matanya berubah kosong saat mendongak dan menatapnya.Apa kau baik-baik saja? Alan bertanya dengan khawatir. Demi Tuhan ia bersumpah dalam hati akan memenggal semua petarung yang sudah membiarkan istrinya berkeliaran seorang diri seperti itu. Apa yang sedang kau lakukan di sini sendirian? Ia lanjut bertanya dengan nada menuntut. Alan merasa akan gila hanya dengan memikirkan Lilian berkeliaran seorang diri tanpa ditemani oleh siapapun. Sekalipun lokasi tersebut berada tidak jauh dari gerbang klan, tapi tetap saja rasa khawatir dalam dadanya tidak mau mereda.Pergi! Lilian menjawab sambil mengibaskan tangan. Aku mohon pergi! katanya sambil terus membuat gerakan menyuruh pergi dengan tangannya yang semakin kurus.Istri mungilnya itu telah kehilangan banyak berat badan, dan Alan merasa sangat menyesal karena menunggu terlalu lama untuk kembali. Ia tidak dapat memikirkan alasan lain kenapa Lilian terlihat jauh lebih kurus daripada yang diingatnya. Selain pengantin kecilnya itu berduka atas kepergiannya yang tiba-tiba.Maafkan aku karena datang terlambat, Alan berkata dengan nada menyesal. Ia menatap lekat istrinya sambil terus berharap jika Lilian akan percaya bahwa dirinya adalah sosok nyata.Tapi Lilian terus membantu dan menatapnya hingga beberapa saat. Aku pasti sudah gila, lalu wanita mungil itu menertawakan diri sendiri saat Alan yang sejak tadi berjongkok di sampingnya semakin mengikis jarak diantara mereka. Aku pasti sudah gila.Kenapa kau berpikir dirimu gila, manisku? Alan bertanya pelan, sementara sorot matanya terlihat khawatir, secara naluriah tangannya terulur untuk menyelipkan anak rambut yang jatuh dan menutupi  bagian samping wajah Lilian. Dan Alan bersyukur karena Lilian tidak mendorongnya menjauh saat ia melakukan hal tersebut.Suamiku sudah meninggal, bisikan lembut Lilian mencapai pendengaran Alan. Sementara matanya yang sembab terus menatap wajah Alan dengan tatapan yang tidak asing.Itu tatapan rindu. Dan Alan mengenali tatapan pedih penuh kerinduan itu, karena ia juga merasakan hal yang sama untuk Lilian.Tapi kalian tidak menemukan jasadnya bukan?Pertanyaan tersebut membuat Lilian duduk dalam posisi tegak. Pikirannya mulai tidak menentu, dan dengan sangat perlahan ia mulai mengulurkan tangan, berhenti sejenak saat jarinya hanya tersisa beberapa centi di hadapan wajah Alan.Kau bisa menyentuhku di manapun, Sayangku, Alan membawa telapak tangan Lilian untuk menyentuh dan meletakan jari-jari mungil tersebut ke pipinya. Tanpa diduga wajah Lilian berubah terkejut sambil diiringi kesiap, lalu detik berikutnya Lilian meledak dalam tangisan yang tidak dapat dibendung. Wanita mungil itu memeluknya dengan sangat kencang seolah takut  jika dirinya akan menguap seperti debu yang tertiup angin.Alan membiarkan Lilian meluapkan semua emosinya, ia akan membiarkan istrinya menangis untuk saat ini. Tapi setelah semua ini berlalu, Alan bersumpah tidak akan pernah membuat dirinya—atau siapapun—membuat Lilian kembali menangis dengan sengaja. Ia membelai punggung wanita itu dengan sayang sambil mengucapkan kata-kata penghiburan. Berharap jika tangisan memilukan tersebut akan segera mereda.Aku kembali sayang. Aku sudah kembali. Alan merasa sangat bersalah karena sudah membuat wanita mungil itu menderita. Maaf karena aku membutuhkan waktu lama untuk kembali.Lilian tidak mendengar semua permintaan Alan dengan baik, ia terlalu sibuk dengan perasaannya sendiri. Suaminya ternyata selamat, dan kembali dalam keadaan sehat. Dan kini laki-laki itu sudah berada dalam pelukannya. Sekalipun kenyataan tersebut masih terasa seperti mimpi, setidaknya Lilian ingin membiarkan dirinya percaya jika dirinya memang tengah berada dalam dekapan Alan.Seruan tidak percaya memenuhi pendengaran Alan, ia kembali ke kastel sambil membawa Lilian yang sempat pingsan dalam pelukannya. Wanita itu terlalu banyak menangis—dan mungkin—sangat terkejut atas kedatangannya yang tiba-tiba. Well, Alan cukup paham bagaimana perasaan Lilian, melihat orang yang telah dianggap mati dan hidup kembali bukanlah perkara mudah. Hal tersebut bukanlah hal remeh yang bisa dihadapi tanpa menbulkan kekalutan dalam pikiran.Setidaknya saat ini Lilian sudah kembali sadar dan mereka tengah dikelilingi oleh semua orang yang berada di bawah lindungan klan Maclawry. Semua sikap tidak percaya telah berubah menjadi seruan penyambutan. Semua orang bersorak setelah mengkonfirmasi pada Lilian apakah benar laki-laki yang datang bersamanya adalah sang Laird. Semua penduduk klan menerima kedatangan Alan dengan suka cita tanpa membutuhkan waktu lama.Tapi hal tersebut tidak berlaku untuk para petarung, sekalipun Alan melihat mereka semua—percaya jika yang berdiri saat ini—adalah Laird Maclawry. Tapi para petarung bersikeras untuk memanggil Peter serta Marcus dan Arnold untuk memeriksa dirinya lebih jauh. Begitu mereka sampai di kastel, Lilian langsung dijauhkan dari dirinya. Membuat tatapan wanita itu kembali buram oleh air mata.Aku tidak akan pergi, janji Alan saat melihat Lilian yang menolak untuk dibawa pergi oleh para pelayan.Aku tidak percaya itu, komentar Lilian sambil menatapnya dengan pandangan marah dengan pipi yang mulai basah. Kau meninggalkanku saat terakhir kali kita bertemu.Balasan Lilian membuat Alan mau tidak mau memaksakan diri untuk tertawa masam. Meskipun ia sendiri mendengar tawanya terdengar mengerikan. Sekuat apapun ia berusaha menutupi rasa nyeri di dalam dadanya, kenyataan dalam ucapan Lilian tetap membuat hatinya berdarah.Aku berjanji, aku akan tetap di sini. Alan berusaha menenangkan. Kau bisa meminta semua petarung agar tetap di sini dan mejagaku. Ia sudah akan mengulurkan tangan dan menyentuh istrinya, tapi tatapan para petarung tampak mengancam. Mereka melindungi wanita mungil itu dengan sangat baik.Jika kalian akan bersikap seperti ini kepadaku, Alan bergumam pelan sambil menatap langit-langit untuk menyembunyikan kekesalannya. Seharusnya kalian tidak membiarkan istriku berkeliaran seorang diri.Kami sudah melarangnya! Salah seorang petarung mendengar gerutuan Alan.Tapi aku tidak melihat siapapun pergi untuk mengawalnya, balas Alan dingin.Kami— salah seorang petarung sudah akan menjawab, namun ditahan oleh petarung lain dengan cara menahan lengannya. Bahasa isyarat tersebut membuat pembelaan apapun—mengenai ketiadaan seseorang untuk mengawal Lilian—kembali teredam.Itu bukan salah mereka, Lilian menjawab dari seberang ruangan. Ia masih duduk di atas kursi mahoni yang terlihat sudah tua, namun benda tersebut masih tampak kokoh dan kuat. Dan tentunya ia dikelilingi oleh para wanita dan beberapa petarung. Semua itu adalah salahku, aku tidak pernah mengijinkan siapapun untuk menemaniku berpegian. Air mata sialan itu untungnya sudah dibersihkan.Alan melirik Lilian dengan tatapan tidak senang, mengirimkan kata tidak terucap sebagai teguran. Dan ia dibalas dengan tatapan memohon di mata istrinya, wanita itu seolah tidak rela jika orang-orang Alan—yang kini sepertinya sudah menjadi abdi setia Lilian—mendapat teguran keras darinya.Kita akan membahas hal ini lagi, janji Alan dengan suara berat, sementara tatapannya masih mengunci wajah istrinya. Nanti, katanya dengan penuh tekad. Sementara suaranya terdengar tegas dan mengancam, Lilian hanya mampu mengangguk samar sambil mendesah lega. Setidaknya Alan tidak akan membuat kekacauan. Tidak ketika sebagian orang masih meragukan identitasnya.Tidak akan ada kata 'nanti' jika kau ternyata terbukti bukan Laird kami yang sesungguhnya, komentar salah satu petarung.Tentu saja akan ada nanti, dan seterusnya, jawab Alan jengkel.Sebelum para petarung dan Alan terlibat percekcokan lebih jauh, tubuh ringkih Nora yang baru memasuki ruangan sambil dipapah dua orang pelayan membuat semua mulut terkunci rapat. Wanita itu berdiri sejenak di ambang pintu, pandangannya menyapu sekitar, dan ketika ia sudah menemukan sosok Alan, Nora langsung mendekat dengan tergesa lalu menyentuh lengan Alan dengan sentuhan khas keibuan miliknya.Oh, Laird. Terima kasih karena sudah kembali, Nora berkata sambil menahan isak tangis yang nyaris meledak. Terima kasih karena sudah memilih untuk kembali ke sini.Tentu saja aku akan kembali, Alan berusaha menenangkan. Tapi baru beberapa detik ucapan tersebut terlontar, tubuh Nora berubah tegang dan ia bertanya dengan hati-hati.Apa kau akan membawa sang Lady pergi?Pertanyaan tersebut disambut suara kesiap dan rentetan pertanyaan menuntut dari semua orang.Tenang! Alan terpaksa meninggikan suaranya dan baru melanjutkan setelah suasana kembali hening, ia sempat melirik para petarung yang terlihat tidak suka saat ia bersikap seperti Laird mereka, padahal dirinya masih membutuhkan konfirmasi dari Peter dan juga Arnold. Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan Nora, tapi karena aku sudah ada di sini. Jadi aku sudah memutuskan untuk tetap tinggal bersama istriku, ia bersungguh-sungguh. Dan bersama kalian semua.Oh. Terima kasih Tuhan, tubuh Nora yang sejak tadi tegang langsung berubah rileks. Ia bahkan langsung duduk bersimpuh di atas lantai karena merasa lega sekaligus lelah karena sudah sakit selama berminggu-minggu terakhir. Ia hidup dengan belas kasih serta perhatian Lilian, Lady Maclawry memerintahkan seseorang untuk merawatnya setiap hari.Nora, Lilian sudah berada di sampingnya. Sebaiknya kau beristirahat. Kami akan tetap berjaga di sini untuk memastikan agar Laird Maclawry tidak kabur.Alan tertawa masa mendengar kata-kata istrinya tersebut. Memangnya aku akan melarikan diri kemana?Kami tidak mau mengambil resiko, jawab Lilian sengit. Sikap membangkang wanita mungil itu selalu berhasil membuat senyum Alan mengembang.Tapi kau kan sudah memercayaiku, Alan berkomentar santai.Tapi aku belum memberi persetujuan kepada semua anggota klan jika Kau, dengan berani Lilian menatap Alan dengan sikap menantang. Adalah benar-benar Laird Maclawry.Tapi kita sudah— Alan melirik sekitar saat teringat masih banyak petarung yang belum mempercayai ia sepenuhnya. Jadi yang ia lakukan selanjutnya adalah meminta Lilian agar mendekat, dan membisikan sesuatu yang membuat wajah wanita itu langsung merona.Jangan coba-coba mengarang sesuatu! bentak Lilian marah. Tapi Alan hanya mengedikan bahu dengan acuh sebagai jawaban. Kau-, ia kehabisan kata-kata, dan entah mengapa dirinya tidak sanggup untuk mengutuk lebih banyak atas sikap lancang laki-laki yang ia anggap sebagai suaminya itu.Pada akhirnya Lilian memaksakan diri untuk mengalah, memerintahkan Pelayan agar membawa Nora kembali ke kamarnya. Dan memastikan para pelayan yang harus berkerja kembali ke rutinitas mereka masing-masing. Dan hal terakhir yang dapat ia lakukan pada sosok suaminya yang baru muncul—entah dari mana—hanyalah memandangi wajah tampan, hidung mancung, bibir memesona serta garis rahang tegas yang sesuai dengan mata biru dan juga rambut pirang itu dengan seksama.Oh, Alan. Terima kasih karena sudah kembali ke dalam hidupku. Bab 5Keesokan paginya Alan dihadang tiga laki-laki dewasa berperawakan tegap. Sementara dirinya didudukan pada bangku mahoni yang sudah tua tanpa diberi perbekalan apapun. Alan dipaksa duduk dalam ruang pertemuan pribadi—yang seharusnya bangunan tersebut—adalah kastelnya sendiri, ia dikurung bersama Peter, Arnold dan juga Marcus yang datang tidak lama setelah saudara kandung dan sepupunya tiba.Apa kalian akan terus memelototiku seperti itu? Alan menatap ketiga wajah yang ada di hadapannya. Kerutan di dahi mereka nyaris sama, ketiga laki-laki itu berdiri dengan tatapan menelisik sambil melipat kedua tangan di depan dada. Berdiri berjejer tepat di hadapannya dengan sikap yang sama persis, dan satu-satunya yang beda dari mereka adalah tinggi badan serta wajah yang tidak serupa.Apa kau benar adikku? Peter bertanya dengan hati-hati. Mendengar kata 'adik' terlontar dari mulut Peter, tanpa sadar hal tersebut membuat Alan mengernyit. Tapi anehnya ia mulai terbiasa dengan kondisi absurd tersebut.Tentu saja ini aku, Alan menjawab ketus. Apa kau sudah buta sampai tidak mengenali saudaramu sendiri? Alan sengaja menghilangkan kata 'adik' dalam pembendaharaan katanya.Kau memang terlihat seperti dirinya, Peter menjawab datar. Sementara matanya terus fokus menelisik Alan dari ujung kepala hingga ke mata kaki, lalu beralih menelisik dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Peter seolah memiliki cahaya dalam tatapannya untuk memeriksa keaslian sosok Alan dan tatapan penuh selidik tersebut masih Alan dapatkan dari kedua laki-laki lain yang berada di sisi kiri dan kanan Peter.Ini memang aku, jawab Alan kesal. Demi Tuhan kalian bertiga duduklah! Ia sudah kesal karena hanya duduk di sana, sementara tiga orang tersebut mengelilingi tubuhnya dan memblokir cahaya lampu yang ada di sekitar mereka.Kenapa kami harus duduk? Arnold bertanya dengan wajah datar yang mampu membuat para petarung ketakutan. Tapi hal tersebut tidak berlaku bagi Alan.Karena kalian menghalangi cahaya, asal tahu saja aku sudah cukup lelah melakukan perjalanan yang mengerikan ini, Alan mulai merasa tidak tahan lagi dengan orang-orang yang akan mengintrogasinya itu. Aku sudah mempertaruhkan segalanya demi bisa kembali kesini, tapi setelah apa yang aku lalui, ia mencibir sambil menatap ketiga orang di hadapannya dengan tatapan sinis. Kalian malah menyambutku seperti ini.Alan mendorong tubuh-tubuh besar itu agar diberi jalan, dan ia bertekad untuk mengakhiri tatapan penuh selidik dari mereka. Setidaknya biarkan aku duduk santai dan memiliki makan malamku.Apa kau tidak takut padaku? tanya Arnold.Kenapa aku harus takut padamu? Alan balik bertanya, dan sebelum sempat Arnold menjawab perkataannya. Ia sudah terlebih dulu bicara dengan lelucon yang merendahkan. Apa karena tubuh besarmu, Arnold? Aku rasa sepertinya kalianlah yang mulai lupa seperti apa wajahku. Ia berdecak sambil menggelengkan kepala. Lagipula sejak kapan aku takut pasa postur tubuhmu, sepupu?Pertanyaan Alan membuat tubuh Arnold berubah rileks seraya berkata, “ah aku rasa ini memang dia."Sudah kubilang ini aku.Apa kau sudah tidur dengan adikku? Pertanyaan dari Marcus membuat Alan nyaris kehilangan pijakan.Pertanyaan macam apa itu? Alan merasa tersinggung sekaligus kesal dan ingin mencekik Marcus karena berani mengajukan pertanyaan pribadi—dan konyol—seperti itu. Kau menyakan sesuatu yang tidak ada hubungannya untuk mengkonfirmasi jati diriku.Tentu saja ada, Marcus terdengar yakin.Benarkah? Alan menyandarkan tubuhnya pada meja kayu mahoni yang biasa digunakan untuk menulis surat dan memeriksa serta membalas perkamen yang datang.Mungkin kau tidak tahu apa yang terjadi di sini setelah kepergianmu yang tiba-tiba itu. Tapi aku rasa kau pasti tahu jika sudah tidur dengan adikku atau belum, Marcus menatap tepat ke dalam mata Alan. Itupun jika kau memang benar-benar suami Lilian. Nada mencemooh dalam suara Marcus membuat Alan ingin menghajar kakak iparnya itu hingga babak belur. Alan berhasil melewati hari tersebut dengan meyakinkan tiga laki-laki yang terus mengintrogasinya. Ia berhasil berkelit untuk tidak menjawab pertanyaan Marcus mengenai malam pertamanya. Ia menceritakan semua hal mulai dari hari pertama saat pesta pernikahannya digelar—mengingat itu adalah—hal yang ia ketahui tentang Alan Maclawry yang hidup di era tersebut.Dia memang adikku, putus Peter setelah mereka beberapa jam bersama dan mencecar Alan dengan pertanyaan.Ya. Kurasa kau benar, timpal Arnold. Lagi pula dia mengingat semua detail hal apa saja yang kita bicarakan. Ia berkata dengan nada yakin. Orang lain pasti tidak mungkin ada yang bisa mengetahuinya sampai sedetail itu.Marcus yang sejak tadi lebih banyak diam ikut berkomentar. Lalu kenapa dia tidak ingat tentang malam pertamanya?Demi Tuhan, Campbell! Alan sedikit meninggikan suaranya. Itu masalah pribadi, dan jika aku tidak ingin, maka aku berhak untuk tidak menceritakannya kepadamu.Benarkah? Marcus terdengar tidak senang. Asal kau tahu saja ya, adikku mengalami kesulitan saat klan Macdonald datang dan nyaris menyeretnya dari sini. Ia mengenang kejadian beberapa bulan yang lalu. Hal mengerikan nyaris menimpa Lilian, ia bahkan tidak tahu cara untuk membela adiknya itu; mengingat kabar mengenai Alan yang belum menyempurnakan pernikahan membuat Marcus ketakutan setengah mati.Tapi Lilian berhasil menjaga dirinya dengan baik. Peter berkat dengan nada menenangkan pada Marcus.Adikmu adalah wanita yang hebat, Marcus. Arnold menimpali dengan suara beratnya yang khas. Setidaknya saat itu Tuhan bersikap baik dengan membiarkannya hamil. Meskipun kita semua tahu dan sangat sedih atas kehilangan si jabang bayi.Ketiga laki-laki itu tidak ada yang menyadari jika wajah Alan baru saja berubah pias. Hamil?Oh maaf, Peter terdengar menyesal sekaligus malu karena menceritakan hal seperti itu tanpa memberi peringatan terlebih dulu. Mereka sudah menceritakan penyerangan dan hal lainnya yang menimpa klan setelah Alan menghilang. Tapi mereka lupa jika hal yang sangat penting malah diceritakan tanpa sengaja seperti barusan.Apa Lilian benar-benar hamil? Alan merasa harus berpegangan pada sesuatu. Dimana anaknya sekarang? suaranya bergetar saat menanyakan hal tersebut. Ia langsung mendapat simpati dari tiga orang pria dewasa yang ada di hadapannya. Mereka mengira Alan terlalu terkejut untuk menerima berita tersebut, terlebih masalah anak adalah hal yang sangat penting bagi kepala Klan.Aku rasa kami melakukan kesalahan dengan menceritakan hal ini tanpa sengaja. Arnold terlihat muram. Bahkan wajah Marcus yang sejak tadi masih terlihat bermusuhan—untuk saat ini—sudah berubah menjadi raut muka bersalah.Aku tahu ini adalah sesuatu yang menyedihkan dan menyakitkan, Marcus bicara dengan hati-hati. Tapi kau harus menerimanya dengan baik. Karena kau sudah kembali, kau masih bisa terus berusaha untuk mendapatkan keturunan lain dan membuat adikku kembali hamil.Oh Tuhan, Alan mengerang dan menjambak rambut dengan frustasi. Ia baru teringat jika sepupunya—Arnold—tadi menyebut mengenai kehilangan si jabang bayi. Kapan dia kegugurannya. Apa kalian yakin jika dia benar-benar hamil? Pertanyaan tersebut terasa seperti racun yang memenuhi mulutnya.Ya Tuhan Lilian hamil. Itu terjadi bawah pengawasannya. Alan merasa kehilangan arah, dan tidak dapat memikirkan siapa orang yang sudah berani menyentuh istrinya.Prosesnya hanya berselang beberapa hari setelah klan Macdonald berusaha untuk membantai orang-orangmu, Peter merasa harus mengambil alih pembicaraan dan menjelaskan semuanya dengan hati-hati. Kami semua—karena laki-laki—tidak ada yang diijinkan untuk melihat keadaannya, bahkan pelayan juga hanya diijinkan berada sampai di luar pintu kamar.Livya dan Nora selalu ada di sana, menemani Lilian sampai sembuh. Arnold ikut menjelaskan saat melihat kilat bertanya dalam tatapan Alan. Nora membawa kain berisi gumpalan darah itu dan mengurusnya sendiri, wanita tua itu terlihat sangat sedih. Tapi ini bencana yang tidak bisa dihindari, Sepupu. Ia mendekat dan menepuk pundak Alan untuk menenangkan. Laird Maclawry itu terlihat sangat terguncang, dan Arnold bisa memahami jika sepupunya itu merasa sangat kehilangan atas anak yang belum pernah disentuhnya.Aku yakin Lilian sudah berusaha untuk menjaga anakmu sebaik mungkin, Marcus berkomentar dengan sedih. Tapi sepertinya rasa sakit atas kehilanganmu, ia menoleh dan menatap Alan dengan sorot mata berkabut. Membuat adikku tidak bisa menjaga kesehatannya sendiri. Kondisinya memburuk karena selalu menangis terus, ditambah ia nyaris tidak mau makan dan menolak untuk beristirahat. Aku rasa itu adalah hal yang menjadi penyebab dirinya mengalami keguguran.Alan berhasil mencapai kursi dengan tidak tersungkur ke lantai. Ia duduk di atas kursi tersebut dengan tubuh gemetar. Berita yang baru masuk ke dalam pendengarannya adalah hal yang tidak pernah ia bayangkan. Sama sekali tidak pernah terlintas dalam benaknya jika Lilian akan hamil. Mereka belum tidur bersama, bagaimana caranya wanita mungil itu bisa mengandung? Isi kepala Alan dipenuh oleh berbagai spekulasi, dan hal tersebut bercampur dengan rasa sakit akibat memikirkan—kemungkinan—adanya pengkhianatan dalam pernikahannya.Aku rasa kalian sudah percaya kan jika aku adalah Alan Maclawry? Alan menatap ketiga wajah di hadapannya itu persatu. Lalu ia melanjutkan sebelum salah satu dari mereka menjawab dan berusaha untuk berargumen dengannya lebih jauh lagi. Tolong tinggalkan aku sendiri. Aku butuh waktu untuk sendirian, ia memasukan nada memohon dalam suaranya. Hal tersebut berhasil, semua orang langsung pamit undur diri. Mereka berpikir Alan membutuhkan privasi untuk merenungkan kehilangan yang baru ia ketahui.Alan membiarkan mereka berpikir seperti itu, ia tidak ingin mempermalukan Lilian tanpa mengetahui kejadian pastinya seperti apa. Lagi pula jika memang Lilian berselingkuh darinya, Alan merasa dirinya tidak memiliki cukup banyak kekuatan untuk mempermalukan wanita itu di hadapan keluarga mereka. Dan hal tersebut membuat Alan sangat berduka, ia berduka atas perasaannya untuk Lilian. Hatinya telah ia berikan kepada Lilian seutuhnya, dan kini dirinya terancam untuk mengalami kehancuran hidup yang paling parah.Dimana dia—Alan? Lilian bertanya pada tiga laki-laki yang barusaja meninggalkan ruang kerja Alan. Ia berusaha menjulurkan kepala dan berharap bisa melihat apa yang ada di balik punggung Arnold yang lebar. Sungguh usaha yang sangat sia-sia mengingat postur tubuh ketiga laki-laki itu berdiri dalam kumpulan proposi tubuh yang tinggi besar.Dia ada di dalam, Marcus yang menjawab pertanyaannya.Apa kalian sudah percaya padaku sekarang? Lilian menatap mereka satu persatu. Sorot mata kesalnya membuat Peter dan Arnold mendesah berat. Hanya Marcus yang tidak terpengaruh oleh tatapan Lilian yang memojokan, mengingat ia sudah kebal karena telah hidup dengan wanita mungil itu sejak Lilian pertama kali hadir ke dunia.Kami bukannya tidak bisa mempercayaimu, Peter memilih perkataannya dengan hati-hati.Benar, timpal Arnold sebagai dukungan agar Peter menjadi perwakilan dirinya juga. Atau lebih tepatnya ia tidak tahan jika harus menghadapi wanita yang sedang merajuk. Kecuali Livya istrinya, wanita itu adalah satu-satunya wanita di dunia yang—mau tidak mau—membuat Arnold harus berhadapan dengan semua sikap aneh wanita yang sesekali membuatnya kewalahan. Perkataannya tersebut dijawab oleh lirikan membunuh dari Peter. Namun kakak kandung Alan itu tidak dapat menegurnya. Peter tidak akan bisa berkutik jika dirinya sendiri tengah disibukan dengan pertanyaan; atau lebih tepatnya keluhan dari Lilian.Begini, Peter mendekat dan meremas lengan Lilian dengan kasih sayang seorang kakak. Kami hanya tidak ingin bertindak gegabah dan membiarkan orang asing membohongimu.Tapi aku sudah yakin kalau laki-laki itu adalah Laird Maclawry. Suara Lilian masih terdengar kesal saat menjawab.Aku mengerti, Peter masih bersikap tenang dan mengangguk sambil menunjukan wajah penuh penyesalan yang sangat sempurna. Kami semua, ia sengaja melirik Arnold dan Marcus hanya untuk sekedar menyeret kedua laki-laki itu agar ikut merasa tidak nyaman seperti dirinya. Tidak meragukan penilaianmu, hanya saja kami tetap harus mengonfirmasinya sendiri, keselamatanmu lebih berharga dari apapun. Karena kita semua sudah menjadi keluarga, jadi sudah menjadi kewajiban aku dan Arnold untuk memastikan bahwa kau akan aman dan tidak jatuh pada perangkap.Apa kau pikir aku penipu? Suara Alan terdengar dari belakang mereka. Membuat semua orang langsung menoleh ke arah sumber suara.Kami hanya ingin memastikan keselamatan Istrimu, Arnold menjawab dengan wajah merengut.Aku tahu, jawab Alan datar. Ia sudah menerobos kumpulan kecil tersebut dan meraih lengan istrinya. Nah karena sekarang kalian sudah memeriksanya sendiri—kalau aku adalah Alan Maclawry. Bisakah kalian pergi dan memberikan kami yang sudah lama tidak bertemu ini sedikit privasi?Di tengah hari seperti ini? Marcus tidak menutup-nutupi rasa tidak sukanya atas gagasan tersebut.Kami sudah menikah, Alan sedang tidak ingin dibantah. Jadi ia sengaja memasukan sedikit nada kasar dalam suaranya. Dan demi Tuhan, apapun yang akan kami lakukan, ia sudah mendorong Lilian untuk melangkah ke sisi lain. Itu bukanlah urusan kalian.Kau— marcus sudah akan mendebat. Tapi dirinya sudah diapit oleh tubuh kekar Arnold di sebelah kanan, dan Peter yang ada di sebelah kiri sudah mencengkam lengannya dengan sangat kuat. Sialan kalian! Gerutu Marcus saat sadar jika dirinya tidak akan bisa mengejar Alan dan memberi pelajaran pada adik iparnya itu.Sudahlah, Arnold mendorong Marcus agar melangkah bersamanya. Mereka kan sudah menikah. Lagipula mereka sudah lama tida bertemu, jadi sebaiknya kita biarkan mereka untuk saling menyayangi.Kau mungkin tidak mengerti bagaimana rasanya merindukan seseorang yang kita cintai, Peter berkomentar datar. Namun perkataan tersebut terasa menyengat dalam pendengaran Marcus.Berhentilah meminta dia untuk mengerti, Arnold terdengar seperti tengah berusaha membela Marcus. Sebaiknya kau tidak meminta seorang pria yang belum pernah jatuh cinta untuk mengerti keadaan pria bahagia seperti kita.Senyuman samar yang semula akan muncul di wajah Marcus seketika kembali menghilang tanpa pernah terlihat. Brengsek kalian berdua! Marcus menggerutu sambil terus diapit berjalan menuju aula utama. Setelah kalian melepaskan tanganku nanti, janjinya dengan nada berapi-api. Akan kupastikan kalian berdua mati di tanganku.Ancaman tersebut diucapkan dengan lantang, bahkan didengar oleh semua petarung serta para wanita dan anak-anak yang sedang bermain di dekat mereka. Jika sebelum pernikahan Alan dan Lilian terjadi, ancaman seperti itu sudah pasti akan menimbulkan pertempuran penuh darah antar klan. Tapi kini semuanya berubah, karena tepat setelah Marcus mengumumkan anacamannya. Semua orang seketika tertawa, menertawakan tiga laki-laki yang kini sudah dekat—bahkan bersahabat—meskipun sebelumnya mereka adalah orang dari klan yang bermusuhan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan