Cerpen : Mama

0
0
Deskripsi

Setiap orang lahir dari sosok Ibu, tapi aku lahir dari Mama. Aku juga mau lahir dari seorang Ibu.

Sekumpulan anak SD yang sedang menunggu jemputan itu berbincang-bincang di depan kantin sekolah.

“Eh kemarin Ibu Bapakku ngajak aku nonton bioskop tauu!” ucap Selly.

“Wah, kalo aku diajak jalan-jalan ke mall sama Ibuku!” tambah Dillah.

“Kamu gimana?” tanya Selly.

“Aku nonton film yang dikasih Mamaku,” jawab Naura.

“Hah? Mama? Kamu gak punya Ibu?” ceplos Dillah.

“Mama itu kan sama aja dengan Ibu." Naura menjelaskan.

“Ih, beda! Ibu itu yang melahirkan kita, kalau Mama itu orang yang ngadopsi setelah dilahirkan Ibu. Berarti Ibunya Naura udah meninggal, terus diadopsi sama Mamanya. Iya gak, Selly?” Dillah bertingkah sok tau.

“Bener itu bener!! Ya ampun kasian banget Naura gak punya Ibu.”

“Yang sabar ya, Naura, mungkin Mamamu nggak sebaik Ibu kami, harap maklumi saja karena baginya kamu cuma anak adopsi.”

“Ih kalian kok gitu? Mama aku itu kan Ibu aku!” Naura tidak terima.

“Gak apa-apa Naura, mungkin kamu belum mengerti. Kami bakal jadi temenmu kok.”

“Karena Naura anak adopsi, pasti Mamanya Naura orang kaya ya?”

“Nggak kok, Mamaku biasa-biasa aja!”

Kemudian sebuah mobil datang, berhenti di depan mereka. Kaca pengemudi itu turun, menampilkan seorang wanita dengan gaya yang memesona.

“Naura, ayo pulang,” ucapnya.

“Temen-temen, aku pulang dulu ya,” pamit Naura.

“Itu Mamamu?” tanya Dillah dan Selly bersamaan.

“Iya.”

Dillah dan Selly tampak kaget melihat gayanya yang mewah. “Hati-hati ya, Naura! Daaah!”

Selama di perjalanan, Naura terus memikirkan kata-kata temannya tadi. “Mama,” panggil Naura.

“Iya?” sahutnya dengan mata fokus pada jalan.

“Mama sayang aku gak?”

“Sayang dong, masa nggak?”

“Apa buktinya?”

“Kalo Mama gak sayang sama Naura, gak bakal Mama rawat dari kecil sampe sekarang.”

“Mama rawat aku dari kecil?”

“Tentu saja.”

“Bukan sejak dalam kandungan?”

Mama tertawa pelan. “Kecil itu ya sejak dalam kandungan juga dong. Emangnya kamu di dalam perut langsung besar? Kan nggak.”

Naura terdiam. Ada benarnya juga jawaban Mamanya itu.

“Lagian kenapa kamu nanya itu?”

“Tadi teman-temanku bilang kalo Ibu dan Mama itu beda. Katanya aku gak punya Ibu.”

“Wah, anak jaman sekarang omongannya pedes-pedes ya. Emang apa kata mereka?”

“Katanya Ibu itu yang melahirkan, kalo Mama itu yang ngadopsi setelah Ibunya mati. Apa bener Ibuku udah mati?”

“Ngawur. Mama itu ya sama dengan Ibu, cuma beda panggilannya.”

“Tapi Mama jarang ada waktu main sama aku. Teman-temanku pada diajak main sama Ibunya. Apa jangan-jangan bener Mama ini cuma ngadopsi aku?”

“Naura sayang, Mama jarang ada waktu main sama kamu karena Mama sibuk kerja. Mama harus hidupin kamu.”

“Kenapa aku gak punya Ayah?”

“Ayahmu sudah dipanggil sama Tuhan.”

“Tuhan ada perlu apa sama Ayah? Lama banget urusannya gak kelar-kelar?”

“Sudahlah, nanti kamu tau kok.”

“Mama selalu gitu!”

Mobil berhenti, mereka sudah sampai di rumah. Mereka berdua pun turun dan memasuki rumah.

“Mama,” panggil Naura.

“Iyaa, Naura sayang?”

“Aku mau lahir dari Ibu, bukan Mama.”

“Ya udah, mulai sekarang kamu panggil Ibu aja, jangan Mama lagi.”

“Bukan! Aku mau dilahirkan lagi!”

“Loh, kalo itu mana bisa, Naura. Kamu jangan aneh-aneh.”

Naura memanyunkan bibirnya. Ia kesal. Lalu ia masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu. Ia menelusuri sesuatu dari ponsel pintarnya. Tak lama kemudian, Naura keluar kamar. Ia ke dapur mencari sesuatu, lalu ke kamar Mamanya.

“Mama.”

“Iya, Naura?”

“Naura mau lahir… dari seorang Ibu.”

“Kan Mama udah bilang itu gak mung--” Mama tersentak melihat putrinya memegang pisau di tangannya. “Na, kamu ngapain pegang pisau? Taro! Bahaya!!”

“Untuk bisa dilahirkan lagi, aku harus kembali dalam kandungan….”

“Na! Na! Naura! Aaaarrrgghhh!!!"

Yang Naura cari di ponsel pintarnya tadi adalah cara seseorang melahirkan secara sesar. Ia menontonnya dengan detail. Dan kini ia merobek perut Mamanya untuk kembali dalam kandungan.

TAMAT

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Quote Of The Day
0
0
Setelah ini, puisi & cerpen akan dikenakan biaya.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan