
Arya terlihat begitu sibuk dirumah ibunya yang sederhana. arya, syafa dan reyna memang memutuskan untuk mendekor rumah sendiri untuk peryaan ulang tahun reyna yang ke 7 tahun kali ini.
Gadis kecil kesayangan arya itu terlihat sangat bahagia, karena sedari tadi reyna terus saja mengoceh dan tersenyum pada arya.
"Mas arya mau balon warna pink itu." Tunjuk reyna ke arah balon balon yang baru saja di tiup oleh arya.
"Ini? Nih." Arya mengambil balon berwarna pink yang ditunjuk reyna dan memberikan nya pada sang adik.
Reyna menatap balon itu dengan mata berbinarnya, lalu.. dor...
"Wahhh..." Jerit arya karena terkejut ketika reyna memecahkan balonya.
"Hahahah mas kaget kan?" Tanya reyna dengan tawa puasnya karena berhasil mengerjai sang kakak.
"Oohh kamu mau ngerjain mas ya?" Tanya arya mengangukkan kepalanya..
"Iya abisnya mas muka nya dari tadi ga senyum senyum." Ucap reyna dengan memperagakan wajah arya yang memang datar sejak tadi.
Arya terkekeh, mungkin karena ia kurang tidur dan merasa sedikit lelah sehingga tak arya sadari sejak tadi ia tidak tersenyum.
Arya meraih tubuh reyna dan mendudukkannya di pangkuan arya.
"Happ.. ko berat sih?" Ledek arya menunjuk nunjuk lengan atas reyna dengan jari telunjuknya.
"Kan mas kasih makan enak terus makanya aku gendut." Jawab reyna dengan jujurnya. Arya akhirnya tertawa, ia menggelengkan kepalanya dengan gemas dan mencubit pipi reyna.
"Bagus, memang harus gendut adik mas ini ya." Balas arya yang tentu senang melihat tubuh reyna yang padat berisi, mirip sekali dengan postur tubuh manda.
Manda? Arya jadi teringat bahwa ia sempat mengundang wanita cantik itu. Tapi arya sedikit ragu manda akan datang kerumahnya, mengingat bagaimana sibuknya sosok manda itu.
"Mas.." panggil reyna ketika arya tiba-tiba termenung.
"Eh iya kenapa?!" Tanya arya balik dan langsung tersenyum lebar.
"Bengong lagi." Keluh reyna memasang wajah manjanya.
"Haha maaf maaf." Arya hanya tertawa dan memeluk tubuh reyna serta menggoyangkanya ke kiri dan ke kanan.
Lalu tiba-tiba saja sosok sang ibu keluar dari kamar nya dengan langkah lemah tentunya.
"Ibu..."
Arya langsung menurunkan reyna dari pangkuannya dan segera membantu sang ibu berjalan dan duduk di salah satu kursi.
"Kenapa keluar?" Tanya arya yang telah duduk di sisi sang ibu.
"Ibu bosan ya, apa ibu boleh bantu bantu?"
"Engga." Jawab arya dan reyna bersamaan.
Sang ibu seketika tersenyum kecil, walau jelas sekali bibirnya masih terlihat pucat.
"Kenapa kalian berdua kompak sekali sih?" Tanya sang ibu lagi mengelus kepala arya dan reyna bergantian.
"Karna reyna kan adiknya mas arya." Jawab reyna lebih dulu dengan semangatnya.
Sang ibu mengangguk bangga, ia sangat bahagia melihat kedekatan arya dan reyna. Walau pun keduanya bukan saudara kandung namun arya dan reyna selalu saling menyayangi seolah mereka tak ada perbedaan sama sekali.
Ia bahagia karena arya sangat menjaga dan merawat reyna dengan baik ketika dirinya tidak bisa melakukan peran sebagai ibu yang baik untuk anak perempuannya yang sebenarnya masih sangat kecil.
"Terus begini ya, reyna harus selalu sayang sama mas arya sampai kapanpun. Ingat mas arya selalu kasih apapun yang reyna mau kan?" Ujar sang ibu seolah memberi pengertian pada sang putri bungsu.
"Iya ibu, reyna tau." Jawab reyna dengan anggukkan kepalanya.
Arya meraih tangan sang ibu serta menepuknya dengan pelan. "Ibu tenang saja, sampai kapanpun aku dan reyna akan selalu saling meyayangi." Jelas arya yang membuat sang ibu semakin tenang saja.
"Terimakasih ya ya."
"Untuk?"
"Untuk semua nya nak." Balas sang ibu menepuk pelan pipi arya. "Ibu tau kamu bekerja dengan keras hanya untuk ibu dan reyna." Lanjut wanita yang terlihat semakin lemah saja.
"Ibu sudah banyak merepotkan kamu, maafkan ibu ya."
Arya menggelengkan kepalanya lagi, bagi arya ibu nya dan reyna tidak pernah merepotkannya sama sekali. Menjadi tulang punggung sudah menjadi tugasnya, memastikan sang ibu dan sanga adik bahagia adalah kewajibannya.
"Jangan ngomong gitu bu, aku ga merasa di repotin. Ibu dan reyna adalah anugerah yang besar untuk aku."
"Tapi jangan hanya memikirkan kami ya nak, pikirkan kebahagiaan kamu. Cari lah isteri, kamu sudah tua." Sang ibu terlihat tersenyum dengan begitu lebarnya ketika meledek sang putra.
"Secepatnya ibu akan punya menantu." Balas arya dengan yakinnya.
"Emang kamu udah punya pacar? Atau jangan jangan kamu sama syafa?" Tanya nya, namun sedikit mengecilkan nada suaranya di ujung kalimat.
"Ck, syafa itu udah kaya adik aku bu. Ga usah aneh-aneh, pokoknya ada deh." Ucap arya meyakinkan sang ibu.
"Bawa ketemu ibu segera ya." Pintanya lagi yang terlihat bersemangat sekali.
"Iya, udah ayo ibu istirahat dulu. Sini aku gendong."
Arya mengangkat tubuh kurus sang ibu dan menggendongnya menuju kamar.
"Nanti kalau acara udah mulai aku gendong ibu kedepan lagi." Ucap arya setelah membaringkan tubuh sang ibu yang sudah rentan.
"Iya."
***
Dirumah sakit tepatnya diruang ICU, adreena berdiri dibalik kaca pembatas ruangan dimana glenca masih terbaring dengan tenang disana.
"Glen." Panggil adreena dengan suara pelannya. Ia menyentuh kaca pembatas itu dengan lemah.
"Gw sama manda bertengkar." Adunya kemudian, seolah glenca bisa mendengarnya.
"Ya, gw tau mulut gw ini emang kadang ga tau diri. Tapi manda juga keterlaluan glen, kerjaannya marah-marah aja, kan gw capek jadi sasaran kemarahan dia terus." Lanjut adreena lagi masih terus bercerita.
"Lo cepet sadar ya, gw kangen..gw butuh pelukan glen." Adreena menitikan air matanya.
Benar-benar tak tahan melihat kondisi glenca saat ini. Biasanya wanita itu selalu terlihat bersemangat dan energik, namun beberapa hari ini adreena harus melihat glenca nya yang lemah dan juga tak berdaya yang hanya bisa berbaring di ranjangnya.
"Dree.."
Wanita berambut panjang itu membalikan tubuhnya dan cepat cepat menghapus air matanya.
"Gimana keadaan glenca ren?" Tanya adreena pada pria bernama rendi yang tak lain adalah suami glenca..
"Masih belum ada kemajuan." Jawab rendi yang terdengar lemah saja.
Penampilan pria yang biasanya terlihat rapih dan tampan itu namun beberapa hari ini begitu berantakan. Rendi seperti tak mengurusi tubuhnya sendiri semenjak glenca masuk ke ruang ICU. Ia benar-benar kehilangan sosok sandaran dan juga semangat hidupnya.
Adreena menghampiri rendi dan duduk di sisinya.
"Lo sama manda berantem?" Tanya rendi yang kebetulan mendengar ucapan adreena tadi.
Adreena menganggukkan kepalanya seraya memainkan jari jari tangannya.
"Huuhhh.." rendi menghela nafasnya sejenak. Lalu ia melirik adreena yang masih tertunduk di sisinya.
"Wajar ada pertengkaran, tapi jangan sampai berkelanjutan." Pesan rendi pada adreena
Bagaimanapun rendi sudah melihat bagaimana persahabatan antara sang isteri dengan adreena dan juga manda. Selama ini ia bisa melihat ketiganya selalu saja kompak dan juga saling mendukung satu sama lain, apalagi sang isteri memang yang selalu memiliki peran penting dalam ikatan persahabatan ketiganya..
"Lo mau cosplay jadi glenca? Yang selalu rujukin gw dan manda?" Tanya adreena dengan candaannya yang akhirnya membuat rendi tersenyum, walau terasa begitu miris.
"Dia paling dewasa diantara kalian kan." Tanya rendi yang telah menautkan jari-jari tangannya sendiri.
"Ya, dia yang paling dewasa dan cukup bijak." Jawab adreena dengan nada bergetar.
Terasa sekali rasanya dengan ketidakhadirannya glenca di sekitar mereka.
"Ren.." panggil adreena kemudian. Setelah rendi menatapnya adreena lagi-lagi menghela nafasnya sejenak. "Lo juga harus menjaga carren."
Wajah rendi seketika berubah keras, dan adreena cukup merasakan perubahan itu. Ia menepuk bahu rendi dengan lembut.
"Jangan bertindak tidak adil sama carren, gw yakin glenca akan marah kalau tau hal ini." Lanjut adreena lagi seolah ingin menyadarkan rendi bahwa apa yang dilakukannya pada carrena adalah salah.
Rendi terdiam, ia sendiri tidak tau mengapa ia bisa bersikap seperti ini..apalagi pada sang anak, darah dagingnya.
"Gw bingung dree." Jawab rendi akhirnya kembali bersuara.
"Setiap gw melihat dia, maka gw selalu keinget bahwa karena melahirkan dia glenca jadi seperti ini." Aku rendi akhirnya mengeluarkan apa yang menjadi pikirannya selama ini.
"Ck, goblok lo...!" Cela adreena yang memang selalu asal jika berbicara.
"Dia juga ga berharap semua ini terjadi ren, lo bayangin anak sekecil itu mana ngerti apa-apa. Dan jika bisa meminta dia juga ga akan mau dilahirkan dan membuat sang ibu seperti ini ren." Jelas adreena lagi dengan nada gemasnya.
"Kalo lo masih ga perhatiin carren gw akan aduin ini ke glenca pas dia sadar. Dan lo siap-siap aja jadi duda." Ancam adreena yang kembali membuat rendi terkekeh pelan.
"Sialan lo..!" Protes rendi masih terkekeh pelan.
"Setidaknya perhatiin carren sedikit ya ren. Kasihan dia." Ujar adreena lagi.
Setelah mengatakan itu adreena beranjak berdiri dari tempat duduknya. Ia meninggalkan rendi yang seketika merenungi semua ucapan adreena.
***
Manda memarkirkan mobilnya cukup jauh dari alamat yang dikirimkan arya kepadanya.
Pada akhirnya manda memutuskan untuk datang ke acara perayaan ulang tahun reyna, adik arya.
Namun saat masih berjarak cukup jauh dari rumah itu manda melihat kehadiran adreena disana..
Sahabatnya itu terlihat tengah memeluk anak kecil perempuan yang manda tebak pasti adalah reyna.
Keduanya terlihat sangat akrab dan juga dekat. Dan tentu hal itu mengingatkan manda atas kedekatan adreena dan juga arya.
Manda mengurungkan niatannya untuk datang ke acara ulang tahun reyna. Ia kembali ke mobilnya dan meletakkan bungkusan kado besar yang sebenarnya disiapkan aish, sesuai perintah manda.
Karena tak memiliki tujuan lain, manda memutuskan untuk pulang saja ke apartementnya. Walau pun pasti rasanya sepi, karena tak ada adreena disana.
Lalu manda teringat dengan carren. Ia memutar arah laju mobilnya menuju kediaman chysara.
Ia disambut hangat oleh ibu dari sahabatnya, glenca. Karena hubungan manda dengan keluarga chysara cukup dekat.
"Maaf ya tante aku ganggu malam-malam." Ucap manda merasa tak enak hati juga karena bertamu di jam seperti ini.
"Ehh ga apa-apa, ayo duduk dulu." Jawab wanita paruh baya berhijab itu dengan ramahnya.
"Oh iya tante ini untuk carren. Maaf aku baru menjenguk sekarang."
"Duh repot repot amat sih man, sebentar ya."
"Ehh itu dia datang, sini opaa ada aunty manda." Ujar ibu glenca memanggil sang suami yang tengah menggendong sang cucunya.
"Wahhh lihat dek, aunty manda tuh." Ujar pria paruh baya yang tak lain adalah ayah glenca.
"Om apa kabar?" Sapa manda dengan ramah pada pria yang terlihat begitu bahagia menggendong sang cucunya.
"Baik man, kamu bagaimana hmm?" Tanya nya balik pada manda.
"Aku juga baik om. Duuh carren cantik sekali ya, persis glenca." Puji manda menyentuh pipi carren dengan jari nya yang lembut.
"Iya man, dia mirip sekali dengan maminya." Balas ibunda glenca seolah teringat akan anak perempuan satu-satunya yang kini tengah berjuang di rumah sakit.
"Glen,segeralah bangun. Lihat, anak kamu menunggu kamu." Ucap manda dalam hatinya.
"Hmm om boleh aku gendong dia?" Tanya manda sedikit ragu. Namun keinginan manda untuk menggendong bayi cantik ini begitu besar.
"Tentu, ini pelan-pelan."
Om chysara menyerahkan sang cucu dengan sangat hati-hati ke dalam gendongan manda.
Manda menipiskan bibirnya, sungguh begitu cantik bayi kecil ini. Seluruh wajah seolah mengikuti wajah glenca sepenuhnya.
"Anak cantik." Bisik manda kemudian mendaratkan sebuah kecupan di kening carren yang sedikit menggeliat dalam dekapannya.
Manda berharpa glenca akan segera sadar, karena bagaimanapun carren masih sangat membutuhkannya. Carren harus merasakan kasih sayang dari ibu dan juga ayahnya. Karena bayi ini pantas mendapatkan itu semua.
"Oh ya man, om dan tante berencana membawa glenca berobat keluar negeri."
Manda menaikkan wajahnya menatap om chysara yang tiba-tiba mengatakan hal tersebut.
"Menurut info di luar negeri pengobatannya lebih baik, siapa tau dengan cara ini glenca bisa segera sadar." Lanjut pria paruh baya itu lagi.
Manda hanya mendengarkan saja, karena ia tau om chysarapun sekedar memberitahu manda saja. Bukan meminta izin ataupun hal lainnya.
"Lalu carren bagaimana om?" Tanya manda kembali menatap carren dengan sendu.
"Carren akan tetap di jakarta bersama tante, om dan rendi yang akan menemeni glenca." Jelasnya kemudian.
Manda menganggukkan kepalanya, ia kembali mencium kening carren dengan penuh kasih sayang.
"Aku akan membantu tante jaga carren..kita tunggu mami disini ya nak." Bisik manda pada carren yang lagi-lagi hanya menggeliat di dekapan manda.
"Semoga glenca bisa segera sadar ya." Harap sang ibu lagi yang tentunya ingin melihat putrinya kembali tersadar.
Manda akhirnya menikmati waktu nya bersama carren, ia sangat menyanyangi bayi kecil nan cantik itu karena manda tau betul glenca sangat menyayangi carren. Disaat glenca belum bisa mencurahkan kasih sayangnya maka manda akan berusaha memperhatikan dan memberi kasih sayang pada carren, sibayi cantik.

selamat pagi, terimakasih kepada 500 pembaca ku.
semoga kalian selalu terhibur ya dengan karyaku.
silahkan menikmati 3 part hari ini. (Walau aku harus berusaha keras tentunya)
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
