
"manda..!" Arya segera berlari ketika senter ponselnya menyorot ke arah manda yang tengah berbaring diatas tubuh seorang wanita hamil.
"To.lo.ng." lirih manda mengangkat tangannya yang mulai melemah.
"Ahhh sakit ya Allah." Jerit glenca yang semakin merasa sakit yang luar biasa di perutnya.
"Man, kamu baik baik saja?" Tanya arya yang telah berada di dekat manda dan juga glenca..
"To.lo.ng dia." Pinta manda menunjuk glenca.
Arya menyingkirkan kayu di tubuh manda, ia juga memindahkan tubuh manda agar berbaring di sisi glenca..
"Bawa dia kerumah sakit." Suruh manda dengan lemah.
Arya terpaku di tempatnya, ia segera berusaha meggendong tubuh glenca yang sungguh sangat berat dengan kondisi nya yang sedang hamil.
Namun arya harus segera bergerak cepat, ia berhasil mengangkat tubuh glenca dan membawanya keluar cafe.
"Glenca..!" Jerit adreena yang begitu histeris melihat kondisi glenca.
"Tolong yang membawa mobil bantu bawa dia kerumah sakit..!" Teriak arya dengan nyaring.
Beruntung salah seorang pengunjung cafe langsung menawarkan dirinya dan mobilnya. Arya membaringkan glenca dikursi belakang bersama adreena yang memangkunya.
"Manda?" Tanya adreena setelah keduanya berada di dalam mobil.
"Gw akan urus dia, lo bawa dia dulu." Suruh arya cukup tegas dan cepat. "Tolong bawa kerumah sakit terdekat." Lanjut arya pada sang empunya mobil.
Setelah mobil itu pergi arya kembali berlari, ia hendak menolong manda namun rupanya manda telah dibawa keluar oleh pria berseragam security.
"Manda.." teriak arya dengan wajah paniknya.
"Mas kenal mbanya?" Tanya sang security lebih dulu.
"Dia pacar saya, biar saya yang bawa pak."
Arya segera mengambil alih manda dari pria paruh baya itu dan membawanya cepat mencari taxi.
"Taxi tolong.." teriak arya.
Dan beruntung ada orang yang membantu arya mencari taxi. ia segera mambawa manda masuk ke dalam taxi serta menyuruh nya menuju rumah sakit terdekat.
"Bertahan ya, kita akan segera kerumah sakit." Pinta arya dengan gusarnya.
Ia amat cemas melihat kondisi manda yang telah hilang kesadarannya dengan kucuran darah di kepalanya.
"Tolong bertahan." Bisiknya lagi dengan wajah cemasnya.
***
Dengan kejadian gempa yang cukup besar tentu saja saat ini rumah sakit pun menjadi sibuk. Banyak gedung gedung yang rubuh dan membuat beberapa korban luka tentu nya seperti manda dan glenca.
"Tolong sus..!" Teriak arya yang telah membaringkan manda di atas brangkar rumah sakit.
Brangkar manda segera di dorong dan dimasukkan keruang pemeriksaan. Dan di depan ruangan tersebut juga terlihat adreena yang tengah menangis.
"Manda." Panggil adreena dengan lirih saat melihat satu sahabatnya lagi masuk ke dalam ruang UGD.
Setelah pintu ruang UGD tertutup adreena menatap arya. Ia segera berhambur memeluk tubuh kekar pria tampan tersebut, adreena sama sekali tak perduli dengan darah manda yang masih menempel di baju arya saat ini.
"Ya, gw takut." Adu adreena dengan isakan tangisannya.
Arya mengerti sekali perasaan adreena. ia mengangkat tangannya dan mengelus rambut adreena. "Tenang mereka pasti akan baik-baik saja." Ujar arya berusaha menenangkan adreena yang masih terus menangis.
Seharusnya malam ini menjadi malam yang menyenangkan untuk mereka bertiga. Namun sekarang apa yang terjadi? Manda dan glenca harus berakhir di ruang UGD dan jagan lupakan ada sosok lain yang turut ikut bersama mereka. Yaitu sosok calon anak glenca dan rendi.
"Kalian harus bertahan." Bisik adreena yang masih dalam pelukan arya.
Tak berapa lama rendi, suami dari glenca datang dengan wajah yang tak kalah paniknya.
"Dree glenca gimana?" Tanya rendi mengguncangkan bahu adreena.
"Mereka masih di dalam ren." Jawab adreena menyeka air matanya.
Rendi berlari menuju pintu kaca ruang UGD dan berusaha mencari keberadaan sang isteri di dalam sana.
"Jangan tinggalkan aku glen, aku mohon." Isak rendi yang benar-benar merasa cemas saat ini.
Dan saat pintu UGD terbuka rendi memundurkan tubuhnya dan melihat beberpaa suster keluar dan di susul seorang dokter.
"Apa disini ada keluarga dari pasien bernama glenca?" Tanya dokter melirik beberapa orang yang ada di depan ruang UGD.
"Saya suaminya dok." Aku rendi dengan cepat.
"Pak, kita harus segera mengeluarkan bayi dalam kandungan isteri bapak. Kami akan melangsungkan operasi dengan seijin bapak tentunya. Karena kondisi ibu cukup mengkhawatirkan." Jelas sang dokter memberi tahu, rendi dan adreena seketika melemas. Bahkan rendi hampir saja terjatuh, namun dengan cepat arya menahannya.
"Pak kami mohon kerjasamanya, saat ini kondisi ibu dan anak sangat mengkhawatirkan." Jelas sang dokter lagi. Ia tau pasti berita ini membuat keluarga sangat syok, namun mereka juga harus bertindak cepat saat ini jika ingin menyelamatkan ibu dan juga bayinya.
"Ren,ayo cepat kita urus administrasinya." Ajak adreena yang berusaha tegar saat ini.
Rendi pun menurut, dengan dibantu adreena ia berjalan mengikuti suster dan mengurusi beberapa prosedur sebelum menjalankan operasi tentunya.
Setelah administrasi selesai, kini brangkar glenca dibawa keluar dari ruang UGD dan akan dipindahkan menuju ruang operasi.
"Bertahan sayang, aku mohon." Isak rendi yang turut mengantarkan glenca menuju ruang operasi.
Adreena juga ikut mengantarkan glenca dan menemani rendi tentunya. Pria itu pasti sangat rapuh saat ini.
Sedang arya ia masih menunggu manda yang masih berada di dalam ruang pemeriksaan.
Dan beruntung akhirnya manda telah selesai diperiksa, namun manda akan menjalankan pemeriksaan lebih lanjut nantinya setelah dipindahkan keruang perawatan.
"Dok bagaimana kondisi nya?" Tanya arya pada dokter yang bertugas memeriksa manda.
"Ada luka di kepalanya, maka dari itu kami akan melangsunhkan CT scan untuk pasien sebentar lagi. namun biarkan pasien beristirahat saat ini." Jelas sang dokter dengan lembutnya.
Arya menganggukkan kepalanya, setelah dokter pergi arya menghampiri manda yang masih tertidur karena efek obat biusnya.
Entah gerakan dari mana arya meraih tangan manda serta menggenggamnya.
Ini adalah pertemuan ketiga mereka, namun hati arya selalu saja merasa bergetar setiap berada di dekat manda.
Ia memandangi wajah cantik manda yang hari ini terlihat pucat serta sebuah perban yang melingkar di bagian kepala atasnya.
"Kamu wanita kuat, aku tau itu." Bisik arya sambil tersenyum kecil.
Ia masih menggengam tangan manda, dan rasanya sangat menenangkan.
Bahkan ketika seseorang hendak masuk ke ruangan itu, ia menghentikan langkahnya dan mengurungkan niatannya tersebut karena melihat sosok arya di dalam sana sedang menggenggam tangan manda.
***
Sudah beberapa jam manda terlelap, dan akhirnya wanita cantik itu membuka matanya. Dan yang pertama kali dilihatnya adalah sosok arya yang rupanya masih menunggui dirinya.
"Kamu." Gumam manda. Dan saat dirinya sadar bahwa tangannya tengah di genggam ia segera menarik tangannya.
"Hay.."
Arya justeru menyapa manda dengan senyuman lebarnya.seolah tak ada hal besar yang terjadi beberapa jam lalu.
"Kamu, sedang apa disini?" Tanya manda dengan lemah namun tetap dingin.
"Jagain kamu.." jawab arya dengan polosnya.
Manda meringis, ia merasakan sakit di kepalanya. Dan seketika itu juga manda teringat akan kejadian beberapa jam lalu yang telah menimpanya dan kedua sahabatnya.
"Glenca.." ucap manda yang seketika teringat dengan sahabatnya yang tengah mengandung itu. "Bagaimana dia?" Tanya manda akhirnya pada arya.
Arya langsung merubah wajahnya, entah bagaimana cara arya menyampaikan kondisi ibu hamil itu. Karena yang arya tau adalah, terakhir glenca dibawa keruang operasi guna mengeluarkan bayinya.
"Bagaiamana glenca? Saya mau lihat dia."
Manda berusaha berdiri dari ranjangnya, namun baru berusaha saja tubuh manda hampir saja jatuh jika arya tak menangkapnya.
"Lepas..!" Lerai manda yang merasa tak mau di sentuh oleh arya.
"Kondisi kamu itu belum stabil jadi jangan keras kepala." Peringat arya yang masih memegangi tubuh manda.
"Lepas..! Saya harus melihat kondisi glenca." Teriak manda yang terus berontak melepaskan pegangan arya.
Arya kesal juga melihat betapa keras kepalanya manda ini. pria bertubuh tinggi itu akhirnya mengalah, ia melepaskan manda dan berjalan mundur menjauh dari tempat manda.
"Ayo silahkan turun, aku mau liat bagaimana ego kamu itu membantu kamu." Suruh arya dengan tatapan sebalnya.
Manda yang merasa diremehkan seketika mendelikkan matanya dengan tajam.perlahan ia mulai manjatuhkan kakinya di atas lantai rumah sakit. Namun belum juga berpijak tubuh manda kehilangan kestabilannya dan membuat manda terjatuh di atas lantai. Beruntung jarum infus manda tidak tertarik, bisa-bisa itu membahayakan manda nantinya.
"Dasar keras kepala." Omel arya yang telah berjongkok di hadapan manda yang meringis kesakitan.
"Perlu bantuan?" Tawar arya dengan tatapan jailnya.
Manda mendelik kesal, ia menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Tidak perlu.." balas manda lagi.
Ia berusaha lagi untuk berdiri dengan di pandangi oleh arya. Namun lagi manda terjatuh, tapi kali ini arya sudah lebih dulu menangkap tubuhnya.
Ia mengangkat tubuh manda serta membaringkan nya diatas ranjang.
"Teman kamu itu sedang melangsungkan operasi, aku ga tau sekarang sudah selesai apa belum." Jelas arya yang tentu membuat manda terkejut bukan main.
"Ada apa kenapa harus di operasi?" Tanya manda lagi dengan suara bergetarnya.
"Yang aku dengar kondisinya melemah, dan dokter harus segera mengeluarkan bayi dalam kandungannya."
Mata manda langsung berkaca-kaca menahan kesedihannya.
"Glenca..." Lirihnya yang langsung tertunduk sambil menitikan air matanya.
"Maafin aku glen, aku ga bisa jagain kamu." Ujar manda yang tentu merasa bersalah.
"Andai aku bisa menjaga kamu lebih baik lagi kamu, kamu..."
Tangisan manda yang sungguh kencang membuat arya tak tega juga. Ia berjalan mendekati manda dan mengelus punggung perempuan cantik itu.
"Aku sahabat yang ga berguna..!" Lanjutnya lagi masih menyalahkan dirinya.
"Kamu sudah menjaga dia dengan baik, lihat kepala kamu sampai terkena jatuhan balok." Arya berusaha menghibur manda.
Ya, arya yang melihat bagaimana perjuangan manda menjaga glenca bahkan perempuan itu rela mengorbakannya tubuhnya yang terkena jatuhan balok demi menjaga glenca.
"Tolong, bawa saya ke ruang operasi." Pinta manda akhirnya mengangkat wajahnya dan menggenggam tangan arya.
Melihat betapa hancur dan sedihnya manda, arya merasa tak tega juga. Namun arya juga tak berani membawa manda dengan asal tanpa seijin dokter ataupun suster.
"Begini saja, aku akan minta izin dokter atau suster sebentar ya. Kamu tunggu disini." Pesan arya dengan menunjuk wajah manda.
Setelah mendapat anggukkan dari manda baru lah arya keluar dari ruangan tersebut. Ia menemui dokter yang menangani manda serta meminta izin agar bisa membawa manda keruang operasi.
Awalnya arya harus berdebat dengan dokter, namun pada akhirnya arya berhasil. Dengan seizin dokter akhirnya ia diperbolehkan membawa manda, namun hanya beberapa menit saja.
Arya mendorong kursi roda kosong menuju ruangan manda yang sedikit berbinar. "apa dokter megijinkan?" Tanya manda yang sangat merasa bahagia.
"Hanya sebentar." Jawab arya menganggukkan kepalanya.
Arya sudah bersiap membantu manda untuk berpindah ke kursi roda. Namun bukan manda namanya jika ia tidak memulai perdebatan lebih dulu dengan arya. "Saya bisa sendiri." Ujar wanita cantik itu dengan angkuhnya.
Arya berdecak sebal, ia pikir manda akan mulai bersikap baik kepadanya karena ia telah membantu manda, namun rupanya wanita itu memang sulit ditebak.
"Silahkan." Balas arya memasang wajah kesalnya.
Manda perlahan lahan mulai menuruni ranjangnya dan akhirnya ia berhasil duduk di kursi roda dengan susah payah.
Ia sedikit kesusahan saat hendak menggerakan kursi rodanya, dan akhirnya iapun menatap arya. "Kenapa diam? Ayo dorong." Suruh manda masih terdengar angkuh.
Jelas saja arya tak mau menuruti manda yang menurutnya sangat seenak hatinya saja.
"Dorong aja sendiri." Jawab arya menyilangkan kedua tangannya didepan dada.
"Andai saya bisa, sudah saya dorong sendiri kursi roda ini." Balas manda masih dengan nada kesal nya.
"Baiklah, kalau begitu silahkan meminta tolong nona."
Manda terkejut, apa kata pria ini? Meminta tolong? Apakah ia begitu haus akan kata-kata tolong itu?
"Kalau tidak mau juga tidak masalah, aku mau pamit pulang sekalian. Ngapain juga disini."
Arya sudah membalikan tubuhnya dan bersiap melangkah pergi, namun beruntung manda lansung memanggil dirinya lagi.
"Hey tunggu..!"
Arya tersenyum puas, namun ia masih membelakangi tubuh manda.
"Nama aku arya." Ujarnya masih bersikap sok jual mahal.
Manda menggeram kesal, berani sekali pria ini mempermainkan manda. Sial sekali karena kondisinya yang seperti ini membuat manda seolah tak berdaya.
"Arya.." panggil manda akhirnya.
Arya tak bisa menyembunyikan senyuman kebahagiaannya. Entah mengapa ia suka sekali saat manda menyebut namanya, dan mungkin akan lebih suka lagi ketika manda menyebut namanya sambil mendesah.
Ah, otak arya sedang kacau sepertinya.
"Kenapa?" Tanya arya yang akhirnya membalikan tubuhnya.
"Tolong bawa saya keruang operasi." Pinta manda akhirnya menurunkan egonya.
Arya kembali tersenyum lebar, lalu ia mulai menyentuh pegangan kursi roda manda dan membawa manda ke ruang operasi dimana glenca mungkin masih di tangani.
To Be Continued
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
