Menjelang hari pernikahan rendi dan sisca tentu saja keluarga sangat sibuk. Begitu juga dengan arya dan manda yang jelas turun langsung dalam acara yang di gelar sangat mewah dan besar itu.

Bahkan bisa dibilang pernikahan rendi dan sisca ini lebih meriah dibanding acara pernikahan arya dan manda. Maklum saja saat itu kedua pasangan itu masih belum saling jatuh cinta. Sedang rendi dan sisca? Keduanya benar-benar mempersiapkan semua di acara bahagia mereka itu.

"Waww lebih keren dari acara kita ya mas." Ucap manda yang baru saja tiba di gedung acara ijab qabul dan juga resepsi nantinya.

"Mau di ulang lagi? Saya buatkan lebih besar deh." Jawab arya yang saat ini memeluk pinggang manda.

"Haha ga usah, nanti aja anniversarry kita yang ke 2 ya kita rayain. Sekalian kan sudah ada si baby love ini." Jelas manda mengelus perutnya yang sebenarnya masih tak terlihat.

Hari ini manda memang mengenakan pakaian adat jawa, namun sengaja manda membuatnya sedikit besar. Agar sang bayi tak tertekan dan juga tak memperlihatkan perutnya.

"Ya udah ayok masuk." Ajak arya lagi.

Keduanya segera masuk ke dalam gedung dimana keluarga telah berada di sana dan beberapa tamu pun mulai berdatangan.

"Mah." Sapa manda menyalami lina. "Papah mana?" Tanya manda ketika tak melihat sosok adiwijaya.

"Lagi sama rendi di kamar hotel." Jawab lina.

"Ya sudah saya temui papah dan rendi dulu ya. Kamu disini saja, duduk.!" Suruh arya memperingati manda. "Tan saya titip manda." Pinta arya pada sang ibu sambung.

"Iya ya." Jawab tante lina dengan lembutnya.

Setelah arya pergi lina mengajak manda duduk, dan menyuruh menantunya itu untuk minum lebih dulu.

Sedang arya segera ikut bergabung bersama sang ayah dan rendi yang tengah bersiap siap. Bahkan rendi juga meminta foto dengan kedua orang yang amat ia sayangi itu.

Lalu setelah selesai arya dan adiwijaya membawa rendi turun ke bawah. Karena acara ijab qabul akan segera di mulai.

"Ya, mantu papah dimana?" Tanya adiwijaya saat ketiganya berjalan turun ke ballrom.

"Ada pah, sedang dengan tante lina." Jawab arya. Sang ayah ini kadang-kadang lebih perhatian pada sang menantu dibanding dirinya yang jelas adalah putranya.

"Nanti segera kasih papah cucu ya ren, biar dapat bonus 2 cucu papah." Ujar adiwijaya menepuk lengan rendi yang hanya tersenyum malu-malu.

"Insyaallah pah." Jawab rendi menganggukkan kepalanya.

Arya dan tante lina segera menghampiri arya dan adiwijaya yang mendampingi rendi. Pria tampan itu terlihat sangat kaku, karena rasa tegangnya.

"Mukanya biasa aja pak rendi, senyum dikit." Ledek manda dengan kekehan kecilnya.

Rendi tersenyum kecil, jantungnya berdetak sangat cepat saat ini karena sebentar lagi ia akan menikahi wanita yang begitu luar biasa baiknya seperti sisca.

Sejenak rendi memperhatikan gedung tempat nya melaksaakan akad dan resepsi nanti. Para tamu undangan yang hanya dari keluarga sisca dan sebagian keluarga arya memang telah datang. Sedang rendi? Karena ia hanya sebatang kara di dunia ini. Ia hanya memiliki arya,adiwijaya, manda dan tante lina sebagai keluarga intinya tak ada lagi keluarga dari pihak orang tua kandungnya.

"Ayok duduk." Ajak arya menuntun rendi duduk di kursi yang telah di siapkan untuk kedua pengantin, wakil wali, dan juga saksi tentunya.

Rendi menghela nafasnya beberapa kali, rasanya benar-benar tegang sekali.

"Kita mulai ya." Ujar arya. Lalu ia melirik ke arah pembawa acara dan menganggukkan kepalanya.

Acarapun di mulai, dari doa bersama dan beberapa prosesi lainnya yang memang telah di atur sedemikian rupa.
Dan setelah prosesi itu semua, tiba saatnya rendi mengucapkan ijab qabul dengan wali yang di wakilkan karena mengingat sisca sudah tidak memiliki ayah yang telah meninggal dunia.

Arya pun turut tegang menunggu rendi mengucapkan ijab qabulnya. Ia seolah mengingat bagaimana rasanya duduk di posisi rendi saat ini.

"Dulu deg degan ga sih mas pas ijab qabul?" Bisik manda mendekatkan mulutnya ke telinga arya.

"Pastilah, apalagi pas tangan aku di remes. Kaya di kagetin gitu lah." Jelas arya tersenyum kecil.

"Haha sayang banget ya, waktu di masa itu ga bisa diulang. Andai bisa aku mau liatin muka kamu." Jelas manda dengan kekehan kecilnya.

"Kan ada videonya manda." Ujar arya mengingatkan..karena tentu saja acara pernikahan mereka memiliki beberapa dokumentasi, termasuk video.

"Masa sih? Ko aku baru tau?" Tanya manda yang sepertinya sangat tak memperhatikan saat itu.

"Ada, papah yang simpan..nanti aku mintakan soft copynya." Ujar arya. Lalu ia menyenggol tangan manda saat rendi akan mengucapkan ijab qabul nya.

Dan dalam satu tarikan nafas rendi berhasil mempersunting sisca sebagai isteri yang sah di mata agama mereka dan juga negara.
Setelah prosesi ijab qabul maka pengantin wanita kini sudah diijinkan keluar dari ruangannya.

Dengan di dampingi oleh sang ibunda tercinta sisca berjalan menuju kursi yang kosong di sisi rendi. Sisi pria yang telah berhasil mempersuntingnya, menjadikan sisca yang kini berubah status menjadi seorang isteri.

Setelah tiba si sisi rendi, sisca sejenak menatap sang suami. Rasa haru jelas sekali ia rasakan, karena rasanya tak percaya secepat ini ia dan rendi menjadi pasangan suami isteri.

Arya terlihat menitikan air matanya, namun dengan cepat pria itu menunduk serta menyeka air matanya. Rasa nya tidak menyangka bahwa kini ia dan rendi telah memiliki keluarga masing-masing.

Padahal rasanya dulu rendi dan arya baru saja bertemu, bermain bersama, belajar bersama serta bekerja bersama. waktu yang tidak singkat, dan semua itu jelas diingat oleh arya.

"Nangis aja mas." Ucap manda mengelus punggung arya.

Setelah menghapus air matanya, arya menaikkan wajahnya. Ia menatap manda dengan senyuman getirnya.

"Saya bahagia sekali man, karena melihat rendi menemukan pasangan yang tepat dan baik seperti sisca." Ujar arya setengah berbisik. Manda menatap ke arah rendi dan sisca yang kini terlihat tengah bertukar cincin nikah disana.

"Pak rendi adalah orang baik seperti kamu, maka dia pantas mendapatkan sisca." Jawab manda juga yang turut merasa bahagia.

"Semoga mereka segera diberi keturunan dan juga berbahagia selamanya." Doa arya yang segera di amini oleh manda. Ia menarik tangan sang suami dan mengangkatnya ke arah bibirnya dan mencium tangan arya dengan penuh cinta.

***

Sore harinya, dimana acara resepsi antara rendi dan sisca di adakan. Dan disini juga beberapa acara adat dari daerah jawa akan dilangsungkan, karena itulah permintaan tante rika. Orang yang paling bahagia atas pernikahan putri satu-satunya itu.

"Nok udah duduk dulu, pak bos lagi di depan. Nanti di omelin..!" Ujar cika yang melihat manda nampak tak mau diam dan menyapa beberapa teman teman dan tamu undangan lainnya.

"Ya ellah ci, gw kan tuan rumah juga." Ujar manda yang terlihat tak mau diam sama sekali. Mumpung sang pawang tengah sibuk di depan bersama adiwijaya maka manda memakai kesempatan ini.

"Manda.." sapa glenca yang baru saja tiba.

Kedua wanita cantik itu segera berpelukan dan berciuman khas seorang wanita.

"Diih perutnya udah mulai keliatan ya." Ucap glenca melirik gemas baby bump manda yang sedikit terlihat.

"Ssstt.." bisik manda meletakkan telunjuk di depan bibirnya.

"Yang lain belum datang? Sorry ya tadi ijab qabul gw ga bisa datang. Ada acara." Ujar glenca yang memang tak bisa hadir di acara sakral tersebut.

"It's okay, sisca juga pasti paham." Balas manda menganggukkan kepalanya.

Lalu tiba-tiba mata manda melihat sosok pak gio dan bu gio yang baru saja memasuki gedung.

"Bentar ya G." Pamit manda sejenak.

Ia lalu berjalan menghampiri kedua pasangan yang menjadi client besar suaminya itu. Dan cika, ia hanya mengikut manda dengan gemas. Karena itulah perintah yang diberikan arya, memastikan manda baik-baik saja.

"Selamat datang pak gio bu gio." Sapa manda yang langsung berpelukan dengan bu gio.

"Halo manda, duh cantik sekali ibu hamil ini.." ujar bu gio tanpa sengaja.

"Mi, jangan kencang kenceng..!" Bisik sang suami yang memperingati sang isteri. Karena ia ingat arya mengatakan bahwa kehamilan manda masih dirahasiakan dari publik.

"Oh ia sorry sorry." Ujar bu gio segera menutup mulutnya.

"Heheh it's okay bu. Itu lagi acara sebentar ya pak bu, sebentar lagi baru masuk acara salaman." Ucap manda memberi tahu.

"Ko manda ga di depan?" Tanya bu gio.

"Tadi udah sebentar, sekarang disuruh diem sama pak suami." Jelas manda dengan senyuman lebarnya.

"Ahh ia, pak arya emang perhatian luar biasa ya." Balas bu gio mengelus lengan manda dengan lembut.

"Posesive bu." Ujar manda setengah berbisik yang seketika mendapat tawa dari bu gio dan pak gio.

"Ayo pak gio dan bu gio makan dulu saja ya, sambil nikmati acaranya." Ajak manda mempersilahkan kedua tamunya.

"Iya manda, kami kesana dulu ya." Pamit bu gio kemudian.
Setelah kedua pasangan itu pergi cika segera mendekati manda lagi.

"Nok udah yuk duduk ya. Nanti pak bos marahin gw..!" Ujar cika yang begitu takut sang pak bos marah padanya.

"Bentaran ah ci." Balas manda yang nampak begitu bersemangat.

"Tapi.."

"Bentar, bentar itu temen gw tuh."

Manda berjalan menghampiri salah seorang teman nya, dan kembali mengobrol disana dengan di dampingi cika yang terus memperingati manda.

Namun bukan manda namanya jika tak kerasa kepala. Ia terus saja meladeni para tamu bahkan beberapa dari mereka meminta berfoto dengan manda yang cukup dikenali sebagai artis terkenal.

"Manda...!"

Manda menggigit lidah bagian dalamnya saat mendengar suara sang suami dibelakangnya. Dari suaranya saja manda bisa merasakan kemarahan sang suami.

"Mampus lah gw..!" Pekik cika yang merasa takut sendiri.

"Ehh mas." Manda membalikan tubuhnya. Ia menatap arya yang tengah menatapnya tajam.

"Apa tidak bisa duduk?" Tanya arya dengan nada dinginnya.

"Bisa ko mas, yuk deh." Manda segera menggandeng tangan sang suami, dan membawa arya ke meja bagian depan khusus keluarga.

"Apa kamu tidak bisa menjaga manda..!" Omel arya pada cika dengan tajamnya..

Cika tak membalas, karena memamg ia salah.

"Udah jangan dimarahin cika nya, kasian.."

"Kamu tuh selalu teledor..!" Omel arya yang merasa sangat kesal dengan manda yang tak menuruti perkataannya.

"Aku bosen dong mas, masa di tempat rame begini aku cuma duduk diem sedang yang lain sibuk." Protes manda dengan nada sebal juga.

"Saya tau..! Tapi kamu harus pikirkan anak kita manda..!" Omel arya lagi dengan nada tegas walau tetap rendah.

Cika yang berada di dekat mereka hanya terdiam serba salah. Ia tidak mungkin ikut campur dalam masalah ini, terlebih arya memang begitu posesive menjaga manda.

"Sudah lah mas, ini acara rame jangan buat keributan. Udah deh kamu sana lagi, aku disini aja..!" Kesal manda berusaha meredam amarahnya.

"Nah kan, ngambek." Ujar arya memelankan suara nya saat melihat manda mulai merajuk padanya.

"Pak arya dan isteri bisa ke depan sebentar, acara penyalaman tamu akan kita mulai." Ucap salah satu orang yang menjadi bagian dari EO.

"Mau ikut ke depan ga?" Ajak arya akhirnya.

"Boleh emang?" Tanya manda dengan nada sewotnya.

"Sebentar aja." Jawab arya yang seketika membuat manda menghela nafasnya.

Ya setidaknya manda bisa ikut dalam acara ini, walaupun hanya sebentar saja.

Lalu semua keluarga inti dan pengantin mulai berdiri di atas palaminan guna menerima ucapan selamat dari para undangan.

Saat sedang sibuk di atas pelaminan rupanya manda tak sadar bahwa dirinya kini sudah menjdi pusat perhatian para fansnya.

Karena ada salah seorang tamu yang meng upload foto bersama manda dan disana jelas sekali terlihat perut manda yang sedikit membucit karena hamil.

"Kayaknya hamil ya manda?" Coment salah seorang netizen.

"Iya tuh hamil, tapi ko ga dikasih tau ya? Malu ya suaminya jelek? Takut anaknya jelek juga?"

"Wehh hamidun sih itu mah."

"Pantes kalo syuting bajunya gede terus ya cin.."

"Terus kalo live pasti cuma mukanya aja. Ternyata ini tooh."

"Congratulation manda dan suami atas kehamilan manda. Sehat2 ya"

"Welcome baby, wah udh ga sabar pengen jadi ounty online."

Komentar demi komentar terus memenuhi foto tersebut. Memang bukan hanya komentar buruk saja, ada juga doa dan juga komentar yang positive yang di terima oleh manda dan juga calon anaknya.

Entah bagaimana menanggapi itu semua, karena manda sebenarnya malas sekali meladeni para netizen yang kebanyakan lebih suka menjudge nya.

•To Be Continued•

BERTAUT 39