Hamilin Aku Dong!

0
0
Deskripsi

Shanum kalah taruhan dengan Mazaya, hingga dia harus melakukan hal gila dan berurusan dengan manusia kutub Utara yang sangat dingin dan kaku

Bab 1

Apartemen.

Shanum sudah menunggu di dalam apartemen dengan gelisah, saat Adnan masuk ke dalam apartemen. Tidak ada pilihan baginya hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan keras.
"Kenapa kamu serendah ini?" cibirnya tersenyum miring penuh ejekkan saat masuk apartemen. Adnan tidak tahu jika Shanum sudah menunggunya.
Adnan berdiri dengan gagah tapi tetap saja terlihat jelas aura dingin yang disebarkan begitu terasa, meski wanita cantik di depannya terus menggoda dengan pose menantang.
Shanum berusaha untuk menarik dan mencari perhatian Adnan.
"Demi cinta, aku rela Adnan!" 
Shanum memandang wajah Adnan penuh cinta dan menghamba. Dara muda itu begitu tergila-gila dengan pesona Adnan. 
Wanita mana yang tidak terpesona dengan perawakan yang tinggi dan kulit putih bersih terawat. Sama halnya dengan Shanum, tapi malu-malu dan gengsi.
Shanum terus memandang wajah Adnan, terlihat jelas hidungnya bak perosotan, matanya setajam elang.
Adnan hanya melihat sekilas wajah Shanum dengan pandangan jijik dan permusuhan. Namun Shanum terus memasang muka bahagia dan tersenyum manis, tak peduli dengan sikap Adnan yang arogan dan tidak bersahabat.
Shanum semakin berani melepaskan bajunya sedikit demi sedikit, lalu melangkah dengan pelan hingga tubuhnya yang putih bagai batu pualam terekspos dengan baik. 
Tubuh Adnan sedikit menegang, melihat kegilaan yang dilakukan Shanum. Apa yang dilihatnya tentu mengotori matanya.
"Kamu sekarang sudah menjadi gadis cantik, tidak bisakah menjaga diri dan kehormatan! Harga diri dan kehormatanmu hanya seharga lima puluh juta! Cik cik ...."
Adnan terus mencibir, melihat kelakuan Shanum yang tidak tahu malu. Bahkan dia tidak tertarik sama sekali dengan aksi yang dilakukan oleh Shanum di depan matanya.
Hanya karena uang, anak orang kaya seperti shanum rela menukar dirinya pikiran Adnan berkecamuk.
"Aku tidak peduli soal uang Adnan, Asal kamu mau, aku rela melakukan apapun!" jawab Shanum manja, terus berlenggak-lenggok manja mendekat ke arah Adnan tanpa penutup yang utuh.
Adnan menelan ludah sendiri, saat melihat tubuh mulus Shanum.
Bajunya sudah mulai berceceran dilantai, hingga hanya bagian sensitif saja yang masih terbungkus rapih. 
Shanum berusaha menyentuh tubuh Adnan dan membelai wajahnya, memberikan sentuhan supaya Adana tertarik padanya. Bagi Shanum sudah kepalang tanggung, tidak mudah membawa seorang Adnan masuk ke apartemen yang sudah dipersiapkan dengan baik oleh temannya.
Shanum tahu siapa Adnan, bukan perkara mudah hingga dia bisa diculik ke apartemen ini. Salut buat temannya yang sanggup mengatur semuanya dengan baik.
"Apa aku kurang cantik dan seksi Adnan? Hingga kamu tidak merasa gerah melihat tubuhku yang mulus tanpa cela!" sindir Shanum, tersenyum miring lalu menarik tangan Adnan untuk menyentuh tubuhnya.
Adnan tidak suka, tangan Shanum ditepisnya dengan kasar. 
Adnan menggelengkan kepala dan  berdecak, lalu memasukan tangannya segara ke dalam saku celananya. Adnan berusaha menyembunyikan debaran jantungnya yang tidak karuan.
Bukan Shanum jika tidak punya banyak cara agar bisa menaklukkan Adnan!
"Sungguh kasihan, keluarga Abrata Manantang memiliki anak perempuan yang tidak tahu malu! Berani merendahkan diri dan keluarganya hanya karena seorang laki-laki sepertiku? Sudah berapa banyak laki-laki yang kamu perlakuan seperti ini Shanum Araya!" sergah Adnan tetap datar dan dingin. 
Tidak terpancing sama sekali dengan sikap Shanum. Wajah Shanum seketika berubah dan dia terdiam sejenak, memandang laki-laki dihadapannya dengan tatapan tajam.
Shanum menarik napas dalam, tentu akan mati berdiri jika ayahnya tahu akan hal ini. Adnan melihat perubahan wajah Shanum.
"Kenapa! Marah? Wajar bukan? Kamu seperti wanita murahan? Sudah terbiasa dengan hal seperti ini?" tuding
Adnan terus menebar kebencian dan menghina Shanum seenak hatinya. Tangan kanan Shanum mengepal dengan erat menahan emosi, dia mengatur amarahnya karena tidak terima. 
Napasnya dihembuskan dengan kasar.
"Aku tidak sehina itu Adnan! Tidak pernah ada yang berani menyentuh tubuhku," jawab Shanum sedikit bergetar. Sekuat tenaga air matanya dia tahan agar tidak jebol.
Adnan tertawa renyah, seolah lelucon apa yang diucapkan Shanum hingga membuatnya begitu bahagia. 
Shanum merasakan sesak dihatinya, namun dia tetap bertahan.
Kakinya sedikit bergetar menahan sakit apa yang diucapkan oleh Adnan.
"Katakan, berapa yang kamu butuhkan Shanum? Aku berikan bonus, karena kamu membuat tertawa dan aku merasa sangat bahagia meski tahu bahwa kamu sedang berbohong. Wanita baik-baik dan terhormat tidak akan merendahkan dirinya dihadapanku seperti ini!"
Adnan berjalan dengan angkuhnya dan melewati tubuh Shanum, kemudian duduk di sofa kecil di sudut kamar.
Shanum dengan susah payah menetralkan hatinya, lalu mampu menguasai dirinya kembali, dengan tenang dia berbalik melihat wajah Adnan yang sedang duduk dan melihat kearahnya.
Dia memasang gaya tubuh menantang bak model, karena Shanum yakin mampu menarik Adnan dalam pelukannya. Hanya Adnan laki-laki kutub Utara yang tidak pernah tertarik dengan dirinya bahkan Shanum tahu jika Adnan selalu menghindar dan menjauh dari keluarganya.
"Aku tidak ingin uangmu Adnan!" jawab Shanum santai, menyembunyikan kegugupan supaya Adnan tidak tahu.
"Lalu? Mau kamu apa?" 
Adnan mengerutkan keningnya tanda tidak paham, apa yang ada dipikiran wanita cantik dan seksi dihadapannya. 
Adnan terus berpikir.
"Hamili aku! Itu saja sudah cukup Adnan!"
Shanum mengiba di hadapan Adnan.
'Hukk'
Seketika Adnan terbatuk mendengar ucapan Shanum barusan. Lalu melotot melihat kearah Shanum tidak percaya, kedua matanya masih mencari kejujuran di dalam bola mata Shanum.
Hal gila apa yang diinginkannya.
"Aku seorang laki-laki normal, sangat mudah membuatmu hamil namun saat ini masih kamu terlalu muda dan aku ...," 
"Kenapa? Kamu tidak sanggup? Atau memang kamu tidak pernah tertarik pada wanita! Laki-laki normal mana yang tidak tergiur oleh tubuhku ha?" potong Shanum sedikit keras suaranya, memancing amarah dengan sengaja lalu membusungkan dadanya.
Adnan kembali tersenyum simpul.
Shanum tetap berdiri dengan percaya diri penuh, belum pernah ada laki-laki yang mampu menolak dirinya. 
Dadanya turun naik, gugup masih melanda Shanum karena Adnan tidak semudah yang dia bayangkan sebelumnya.
"Maaf! Bukan tidak sanggup Shanum! Aku tidak mau melakukannya apalagi bekas orang! Jijik ...!" tandasnya bergidik, lalu berdiri kemudian berjalan melewati Shanum yang masih terpaku.
"Tunggu Adnan!" Shanum menarik tangannya, "Aku sudah katakan, belum pernah ada yang menyentuh dan ini kali pertama bagiku!" sambungnya langsung merapatkan tubuhnya. 
Tidak ada jarak tubuhnya Shanum dengan Adnan. Bahkan hembusan napasnya saja sangat terasa.
"Cih ... siapa yang percaya? Melihat kamu seperti ini saja, aku sudah tahu. Kamu sudah bekas jamahan  orang!"
Adnan langsung bergidik, berusaha melepaskan pelukan Shanum.
Shanum memutar otaknya dengan cepat.
"Bilang saja, kamu tak pernah suka perempuan bukan?" Shanum terus menantang semakin berani,  "Jangan mengalihkan pembicaraan, soal bekas orang! Aku masih perawan bisa dibuktikan, jadi kamu tidak perlu takut! Bilang aja kamu sukanya main pedang-pedangan! Iyakan?"
Shanum terus merapatkan tubuhnya, dia mendengar debaran jantung Adnan yang lumayan kencang.
"Kamu ...," ucapan Adnan terhenti, ketika Shanum mengecup bibir. 
Adnan kaget lalu mendorong Shanum dengan keras hingga terlempar ke kasur.
"Perempuan gila!" makinya, Adnan marah tidak suka dengan kelakuan Shanum.
"Hahaha ...."
Shanum tertawa puas, melihat sikap Adnan.
Adnan terus menatap wajah Shanum dengan tajam dan membunuh.
"Kenapa? Tidak suka ya, aku perempuan lo! Seksi, cantik tapi tidak membuatmu gerah, heran."
Shanum terus mengejek dan pura-pura heran, dia menggelengkan kepala.
"Terserah kamu mau ngomong apa! Yang jelas, aku laki-laki normal. Ingat aku normal."
"Kalau normal, hamilin aku dong ... Hahaha ... aku tahu ko! Bahkan semua orang tahu kamu tidak doyan perempuan! Makanya aku berani!"
Kembali Shanum mengejek Adnan, semua rumor yang beredar berarti benar adanya. 
Adnan semakin melotot lalu berjalan mendekat kearah kasur, dimana Shanum sudah duduk.
Lalu menarik tubuh Shanum ke dalam pelukannya.
"Dengar baik-baik Shanum! Aku akan datang ke rumah orang tuamu, besok! Kita lihat siapa yang normal dan abnormal. Tunggu saja!" Shanum hanya bisa terpaku.
Adnan meninggalkan Shanum yang terdiam dan melihat tubuh tinggi besar itu pergi begitu saja lalu menghilang di balik pintu.

***

Bab 2

"Dengar baik-baik Shanum! Aku akan datang ke rumah orang tuamu, besok! Kita lihat siapa yang normal dan abnormal. Tunggu saja!" ujar Adnan.
Shanum hanya bisa terpaku, seolah tersihir mendengar ucapan Adnan.
"Tunggu! Apa maksudmu ha!" teriak Shanum berusaha menahannya. Namun Adnan sudah berjalan menjauh, tidak peduli meninggalkan Shanum begitu saja. 
"Memang dia tahu rumahku, dasar buaya buntung asal bicara!" oceh Shanum.
Shanum menggigit bibir bawahnya, merasa kecewa akan kepergian Adnan yang begitu cepat. Kali ini dia harus mengalami kekalahan, harga dirinya seolah runtuh ketika berhadapan dengan seorang Adnan.
Shanum hanya bisa melihat tubuh tinggi besar itu pergi berlalu, kemudian menghilang di balik pintu. 
Dia menarik napas panjang.
Lain halnya jika saat ini Shanum menggunakan baju lengkap, dia tentu akan mengejar Adnan sampai dapat meski harus ikut kemanapun.
Tidak peduli dengan semuanya, yang penting taruhan dengan Mazaya harus menang tapi kenyataannya tidak semudah bayangkan. 
"Sial! Sial ... kamu sekarang boleh mengacuhkan aku Adnan. Lihat saja suatu saat kamu akan mencintaiku lebih dari yang kamu lakukan hari ini, aku janji. Brengsek! Berasa menjadi wanita murahan, terus ga laku," keluh Shanum dengan muka yang memerah, dia menghentakkan kakinya berkali-kali gemas akan kelakuan Adnan tadi.
"Begini rasanya anjir, diacuhkan! Sakit tak berdarah!" lanjutnya marah pada diri sendiri.
Rasa malu dan kecewa menjadi satu akibat penolak Adnan. Baru kali ini dia tidak mampu menaklukkan laki-laki, rasanya percuma dengan gelar yang disandangnya. Bagi Adnan, Shanum tidak ada apa-apanya.
Shanum kembali mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai, lalu berjalan ke kamar mandi dan kembali mengenakan pakaian tadi.
Dia terus melihat tubuh dan wajahnya di cermin dengan seksama, mencari celah dari wajah juga tubuh seksinya. Tidak ada yang salah dari dirinya, masih tetap cantik dan mempesona, namun kenapa laki-laki kutub Utara itu tidak terhipnotis atau panas dingin melihat dirinya yang hampir telanjang.
Pasti ada yang salah dari Adnan!
Mungkin dia sakit jiwa!
"Apa yang kurang dari seorang Shanum ha? Kenapa aku begitu murahan hingga seorang Adnan tidak sedikit pun menoleh bahkan bergeming melihat tubuhku! Aku yakin Adnan gay, makanya tidak tertarik padaku!" keluhnya menunduk dalam, berusaha menyalahkan kondisi Adnan.
Shanum membasuh mukanya, kemudian melihat kembali wajah di cermin terlihat wajah cantik khas keturunan Indonesia Arab. 
"Aku akan mengalahkan kamu Adnan, aku janji! Sampai kiamat pun, aku akan terus mengejarmu! Sampai kamu bisa menghamiliku!" ujarnya penuh dendam.
Shanum bertekad akan menaklukkan hati kutub Utara, yang sangat dingin dan kesepian.
Rasa malu membuatnya mendendam dan tidak terima, akan perbuatan Adnan barusan.
Shanum meninggalkan kamar apartemen sendirian di penghujung malam.
***

Kampus

"Lo kalah Shanum!" serunya.
Shanum mendongak ke arah suara, mendapati Mazaya, sang sahabat sudah duduk di sampingnya dengan santai.
Saat itu, Shanum sedang menikmati secangkir capuccino hangat di kantin kampus.
"Sialan Lo!" sahut Shanum.
Dia memang sedang menunggu kedatangan Mazaya untuk membahas lebih lanjut bagaimana kelanjutan taruhan mereka.
Ya, Shanum dan Mazaya memang melakukan taruhan sebelumnya. Itulah sebabnya, tadi malam Shanum harus terdampar bersama lelaki berhati kulkas macam Adnan di dalam kamar apartemen.
Shanum melakukan semua itu demi memenangkan taruhannya bersama Mazaya karena dengan begitu Shanum mengukuhkan diri sebagai idola kampus dan uang lima puluh juta yang ditawarkan bisa digunakan untuk jalan-jalan ke Thailand.
Shanum tentu tertarik dengan uang yang ditawarkan, namun pengakuan idola kampus lebih menggodanya.
Sayangnya, kini Shanum kalah.
Mau tidak mau, dia harus menerima nasib buruknya untuk mendapatkan hukuman dari Mazaya.
"Sudah akui saja, kalau kalah! Jangan mengelak Shanum," ejek Mazaya sengaja.
"Dasar licik! Lelaki nggak punya nafsu macam Adnan lo kasih ke gue! Sialan! Lo emang mau ngerjain gue doangkan?" gerutu Shanum jengkel, lalu mendorong bahu Mazaya dengan kencang.
Mazaya tertawa geli. Di kepalanya terbayang bagaimana Shanum mempermalukan diri di hadapan Adnan tadi malam.
Adnan laki-laki yang tidak mudah jatuh cinta dan seperti kutub Utara meski yang disuguhkan wanita cantik seperti Shanum.
"Santuy, Bu. Jangan mendorong tubuh gue juga kali! Hahaha," Mazaya masih terus tertawa. "Gue cuma mau tau aja, kebenaran berita miring yang berseliweran di kampus selama ini tentang sosok Adnan. Kira-kira bener apa nggak kalau dia itu Gay yang nggak doyan sama cewek," ucap Mazaya mengungkap kebenaran dan terus melanjutkan tertawanya.
Mendengar hal itu, sontak kedua bola mata Shanum yang indah melotot. "Gila lo, serius Adnan Gay?" desaknya kesal. "Gila, bangke emang Lo. Temen ga ada akhlak!" serunya semakin kesal sendiri.
"Hahaha ... lo udah buktiin sendirikan tadi malam?" jawab Mazaya.
Kedua bahu Shanum seketika merosot lesu. Kepalanya mengangguk pelan, semalam dia ditolak mentah-mentah, tubuhnya tak memberikan reaksi apa pun buat Adnan.
"Iya, sih bener. Bahkan setelah gue hampir telanjang di depan tuh cowok, tapi Adnan malah ngatain gue murahan! Kan aneh tuh mahluk! Pengen gue remas tuh muka gantengnya!" ungkap Shanum penuh kecewa.
Lagi, Mazaya kembali tertawa sampai perutnya sakit. Dia tertawa terbahak-bahak, hingga orang di sekitar kantin melihat kearah mereka berdua.
"Cie ... ganteng tapi sayang ga nganu!"
"Sumpah sayang banget, gila memang semalam. Kecewa gue!" Shanum mengungkapkan perasaannya semalam.
"Oke-oke, berhubung lo udah kalah dan nggak bisa menaklukkan Adnan, sekarang lo harus terima hukuman dari gue, hahaha ... " Mazaya merasa menang di atas angin. 
"Apa? Anjir lo! Jadi gue harus ngapain lagi sekarang?" ucap Shanum ga percaya dan kesal bukan main. "Beneran lo ngerjain gue, sialan!" Shanum memukul lengan Mazaya.
Ekspresi Mazaya berubah serius, dia mendekatkan bibirnya ke telinga Shanum seraya berbisik.
"Besok, lo harus dateng ke kampus pakai bikini!" sahutnya.
Sontak, kedua mulut Shanum pun ternganga lebar mendengar kegilaan sahabatnya itu.
"Ah, gila lo ya! Nggak! Nggak! Gue nggak mau! Ga mau Mazaya, lo brengsek." Shanum mendorong Mazaya menjauhinya.
Shanum cemberut dan memonyongkan bibirnya ke depan.
"Semalem aja gue udah kena semprot bokap, gegara pulang jam dua malem, hampir pagi! Apa kata dunia kalau gue sampe ngelakuin hal konyol dengan dateng ke kampus pakai bikini? Bisa-bisa nama gue dicoret dari daftar keluarga dan dikeluarin dari kampus ini! Lo kalo becanda jangan kelewatan dong Mazaya Abdullah!" ucap Shanum panjang kali lebar. Dia benar-benar sewot.
Melihat Shanum yang mengoceh panjang lebar, Mazaya hanya bisa tertawa.
Dia benar-benar puas sudah berhasil mengerjai Shanum.
"Makanya, Bu, jadi cewek jangan kelewat sombong dan terlalu percaya diri! Lo sendirikan yang awalnya bilang kalau semua cowok di kampus ini bisa lo taklukin, termasuk Adnan! Kemakan omongan sendirikan lo sekarang? Mampus ga tuh!" seru Mazaya dengan muka licik.
Shanum kembali ngedumel. "Pokoknya, gue nggak mau ngelakuin hal gila yang tadi lo sebutin! Titik!"
"Yaudah kalau gitu, lo harus bisa taklukin Adnan sampai lelaki itu bener-bener bisa membuat lo hamil! Oke? Udah dulu ya, gue ada kelas, bye..."
"Eh tunggu ..."
Mazaya pun pergi tanpa memberi Shanum kesempatan bicara, dia pergi begitu saja.
Hingga setelahnya, Shanum yang masih kesal tetiba menerima telepon masuk dari sang Ibu di rumah.
Dengan cepat, Shanum pun mengangkat telepon itu.
"Halo, Ma? Ada apa?" tanya Shanum setengah malas, karena masih kesal dengan Mazaya yang berhasil membuatnya tidak berkutik.
"Halo? Kamu masih di kampus? Bisa pulang sekarang nggak? Ini, ada cowok dateng ke rumah, namanya Adnan, katanya temen kamu. Dia datang sama orang tuanya loh ke sini, katanya mau melamar kamu," jawab mama Vina.
"WHAT? NGELAMAR? Gila!" pekik Shanum tak percaya, seketika otak Shanum ngleg.

 

 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Sebelumnya Suami Dinginku Posesif
0
0
Gema tahu semua hal tentang Amelia, namun tidak pernah tahu siapa yang pernah ada di masa lalunya
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan