
Deskripsi
Jemari tangan Bara dengan lembut menyusuri wajah Inara yang memerah. Mata keduanya bertatapan, hanya dari tatapan mata, mereka seakan tau apa yang diinginkan.
"Kamu tau kamu cantik, ada banyak laki-laki yang suka kamu" Semenjak Inara mengejarnya, tanpa Inara sadari diam-diam Bara juga memperhatikan perempuan itu. Yang Bara lihat ada banyak sekali laki-laki yang berusaha mendekati Inara.
"Tapi, saya cuma mau Pak Bara" balas Inara, melingkarkan tangannya pada leher Bara, membawa wajah mereka semakin...
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
Kategori
Ba-Ra
Selanjutnya
Ba-Ra (Bara & Inara) - Bab 4
20
0
Bersama dengan Bara, kini Inara sedang menghadap kedua orangtuanya. Sejak tiba ia terus menunduk ketakutan, bersiap untuk menerima kemarahan sang Ayah. Namun, sejak tadi keadaan masih hening, belum ada yang membuka suara. Hanya terdengar hembusan nafas berat yang saling bersahutan.Inara sadar sejak tadi tatapan sang Ayah tak lepas padanya yang kini duduk bersebelahan dengan Bara. Inara meletakan tangannya dipangkuan, memilin jemarinya gugup.Inara! Tubuh Inara seketika menengang mendengar suara berat sang Ayah. Akhirnya tangisan yang sejak tadi coba ia tahan keluar juga. Tetesan air mata perlahan membanjiri wajahnya tapi Inara masih coba menahan suara isakkannya.Selama ini ia selalu berusaha untuk tak membuat kedua orangtuanya kecewa ataupun marah kepadanya, maka dari itu sejak dulu Inara sama sekali tak pernah menentang perintah keduanya. Sekarang saat rasa bersalah itu tiba-tiba muncul, ia pasti sudah sangat membuat kedua orangtuanya marah dan juga malu.Tak bisa menahannya lagi suara tangisan Inara mulai terdengar jelas. Perempuan itu bangkit mendekati sang Ayah, menangis sambil bersimpuh dibawah lutut Ayahnya.Maafin aku, Yah. Aku enggak mau tunangan sama Tristan. Aku enggak suka dia isak Inara, memeluk erat kedua kaki Ayahnya.Berdiri! Perintah Radi dengan suara tegas. Namun Inara masih bergeming ditempat.Ayah bilang berdiri Inara! Kali ini Radi mengatakannya lebih tegas. Dengan tubuh masih bergetar ketakutan Inara akhirnya berdiri, sambil memilin jemari tangannya ia masih terus menunduk tak berani bertatapan langsung dengan wajah sang Ayah.Kenapa enggak bilang dari awal, waktu itu kamu ngangguk-ngangguk terus setiap Ayah tanya ucap Radi, melembut. Tak tega melihat putrinya ketakutan karenanya.Aku takut, Yah cicit Inara.Selain tak mau membuat kedua orangtuanya kecewa, saat itu Inara berada di titik ia mulai putus asa untuk mendapatkan Bara. Awalnya ia kira dengan menerima perjodohan yang kedua orangtuanya siapkan ia bisa melupakan Bara namun ternyata tidak.Tak tega melihat Inara menangis tersedu-sedu seperti itu, Bara sudah bersiap berdiri mendekati Inara tapi ia kalah cepat dengan Ayah wanita itu. Radi meraih tangan Inara, lalu ia bawa Inara agar duduk disebelahnya. Dengan penuh kelembutan Radi mendekap erat tubuh Inara yang masih bergetar ketakutan. Radi pahan Inara itu sangat perasa.Dengar, Ayah dan Bunda sayang kamu, Nak. Ayah hanya ingin yang terbaik untuk kamu, Ayah sudah semakin tua, Ayah ingin ada laki-laki yang bisa Ayah percaya menjaga anak Ayah ujar Radi, mencoba memberi pengertian. Anita juga ikut merapat mendakati anak dan suaminya, tangan perempuan itu terulur mengelus lembut bahu putrinya. Semalaman Anita dibuat panik dengan kepergian putri manjanya, beruntungnya Inara kembali dengan selamat.Aku enggak mau sama Tristan, YahIya, sayang. Kak Rani yang akan menikah dengan Tristan ucap Anita, kini Inara berbalik memeluk erat tubuh Bundanya.Jadi, kamu yang sudah bawa kabur putri saya, Bara? Tanya Radi, menatap Bara tajam.Tentu Radi mengenal baik siapa Bara, ia juga tahu jika Bara adalah dosen putrinya di kampus namun yang tak Radi tahu adalah jika selama ini putrinya sendiri tergila-gila pada laki-laki itu.Iya! Balas Bara, tanpa elakan. Memang semalam ia yang sudah membawa Inara pergi.Apa maksud semua itu?Sebagai bentuk jika saya juga tidak setuju Inara bersama dengan laki-laki lain, selain sayaJadi, apa yang kamu mau? Kamu mau putri saya?Sambil menatap wajah Inara, Bara menganguk dengan pasti. Melihatnya Inara tak bisa menyembunyikan tangisnya. Perasaanya kini campur aduk, satu sisi ia bahagia karena cintanya akhirnya terbalaskan oleh Bara, namun di sisi lain ia juga masih takut jika Ayahnya tak bisa menerima Bara.Saya ingin Inara menjadi istri saya ucap Bara, kali ini beralih menatap wajah datar Radi.Secepatnya bawa orangtua kamu untuk lamar putri saya!Baik****Tanpa Inara sangka semuanya berjalan begitu cepat dan mudah. Minggu lalu Bara membawa keluarga untuk melamarnya secara langsung sekaligus untuk membahas perihal pernikahan. Namun, pernikahan baru bisa terjadi setelah dirinya lulus nanti, kurang lebih 2 tahun lagi. Tentu saja Inara protes tak terima. Godaan untuk Bara di luar sana sangat banyak, Inara takut Bara berubah pikiran setelah bertemu perempuan lain yang lebih baik darinya.Sudah beberapa hari ini juga Inara memaksa pada sang Ayah agar bisa mempercepat pernikahannya dengan Bara. Namun, usahanya lagi-lagi gagal. Setelah keluar dari ruangan sang Ayah, sambil menghentakan kakinya kesal Inara berjalan menuju kamar kakak kembarnya, Rania.Kak RaniMasuk!Inara masuk, lalu tanpa basa-basi langsung melemparkan tubuhnya ke atas kasur Rania. Ikut berbaring disebelah kembarannya.Kakak panggil Inara, meskipun mereka hanya berbeda 10 menit kedua orangtuanya sudah membiasakan Inara untuk memanggil kembarannya kakak. Inara masih memiliki satu lagi adik laki-laki namun di rumah ini ia yang berperan seperti anak bungsu, karena sejak dulu semua orang memanjakannya, termasuk Rania.Kakak nikahnya sekarang, kok aku setelah lulus protes Inara tak terima.Itu kemauan pacar kamu balas Rania, tanpa repot-repot menoleh pada Inara karena ia sedang sibuk dengan ponselnya.Jadi bukan Ayah yang minta?Bara yang mau itu****Tanpa semangat Inara berjalan menuju ruangan Bara, tadi lelaki itu mengirim pesan, meminta dirinya untuk kesana. Sampai di depan ruangan Bara, Inara mengetuk pintu beberapa kali, setelah terdengar sahutan dari dalam ia melangkah masuk.Kunci pintunya! Perintah Bara, yang tak Inara turuti. Wanita itu malah berjalan ke arah sofa lalu menghempaskan tubuhnya disana.Ada apa? Tanya Inara, tanpa basa basi. Untuk pertama kalinya ia malas melihat wajah Bara.Mana bekal untuk saya? Tanya Bara, ikut bergabung bersama Inara di sofa setelah sebelumnya mengunci pintu ruangannya.Enggak ada! Balas Inara, ia melipat tangannya di dada sambil mengalihkan wajahnya ke mana saja asal tak menatap Bara yang kini sudah duduk tepat disampingnya.Ngambek? Inara tak menjawab, tapi mata wanita itu mendelik sebal ke arah Bara.Tanpa bertanya, sepertinya Bara tahu apa yang membuat suasana hati Inara kini kurang baik. Ia memang menerima laporan dari calon Ibu mertuanya jika Inara masih belum terima dengan pernikahan mereka yang baru akan digelar setelah kelulusan perempuan itu.Soal pernikahan, hm? Tanya Bara, tangannya berulur menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah kekasih hatinya.Kamu tau menikah itu enggak mudah, saya mau kamu fokus dulu dengan kuliah kamu ujar Bara, mencoba memberikan Inara pengertian.Saya mau kamu nikmati dulu masa bebas kamu, gimanapun saya kasih kamu kebebasan nanti setelah kita menikah tentu enggak akan sama seperti sekarangSetelah meresapi penjelasan Bara, Inara mulai melunak. Ia mendongkak menatap Bara dengan mata berkaca-kaca.Takut... Cicit Inara.Takut kenapa? Tanya Bara, dengan lembut tangannya mengelus punggung kekasih hatinya itu.Takut kamu diambil orang aku Inara, jujur.Inara mencebikkan bibirnya kesal saat kini Bara malah menertawakannya. Bahkan tubuh laki itu sampai bergetar karena tawanya.Enggak lucu, ya, Pak! Dengan kesal Inara menepuk dada Bara.Enggak akan, pokoknya kamu fokus dengan kuliah kamu, saya selamanya milik kamuBeneran? Tanya Inara, memastikan. Jika tidak telat, ia bisa lulus kurang lebih 2 tahun lagi. Sekarang ia menyesal tidak bisa sepintar sang kembaran. Kini Inara iri dengan otak pintar kembarannya, karena berkat kepintaran Rania saudaranya itu bisa lulus lebih cepat darinya.Iya, sayang Wajah Inara memerah mendengarnya, untuk pertama kalinya Bara memanggilnya sayang.Melihat Inara yang terlihat tersipu malu-malu Bara tak tahan untuk tidak mendaratkan kecupan di bibir wanitanya itu.Kamu sudah makan? Tanya Bara, yang Inara balas dengan anggukan kepala. Inara melepaskan belitan tangan Bara pada pinggangnya lalu bangkit berdiri.Mau kemana?Bapak tunggu disini!Sekitar 5 menit kemudian Inara kembali sambil membawa sebuah lunch bag, Inara mengeluarkan sebuah kotak makan dari dalam. Setelah dibuka didalamnya terdapat dua potong sandwich tuna yang memang sengaja ia bawa untuk Bara. Meskipun tadi pagi ia sedang kesal kepada Bara, tapi ia masih ingat jika sandwich tuna adalah makanan kesukaan Bara.Untuk Bapak, tapi ini buatan Rani jelas Inara.Aku suapin, ya? Melihat Bara mengangguk Inara berseru kegirangan, wanita itu berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan lalu setelahnya kembali bergabung di sisi Bara. Mulai menyuapi laki-laki itu langsung dengan tangannya sendiri.Bara menerima suapan demi suapan yang Inara berikan, mengunyahnya dengan lamban sengaja agar bisa berlama-lama dekat dengan Inara. Jika tahu rasanya akan semenyenangkan ini bersama Inara, mungkin sudah berbalik ia yang akan lebih dulu mengejar Inara.Mendengar suara merdu Inara berbicara. Melihat bagaimana bibir Inara bergerak menceritakan perihal pernikahan impiannya membuat Bara merasa damai. Degupan dalam dadanya terasa tak normal namun rasanya menyenangkan. Dalam hati Bara berjanji untuk bisa mewujudkan semua impian penikahan kekasih hatinya itu.Sampai akhirnya tiba di suapan terakhir, dengan sengaja Bara sekilas mengulum dua jari Inara.Pak... Inara sampai menahan nafasnya.Saya mau lagi, boleh? Tentu Inara mengerti arti kata mau yang Bara ucapkan. Sedikit ragu Inara mengangguk.Kalo cium memek kamu lagi, boleh?Pak... Inara sampai menahan nafasnya, saat Bara menahan tangannya yang akan menjauh. Melihat bagaimana Bara mengulum jari-jari tangannya membuat tubuh Inara meremang.Inara melirik ke arah jam, sebentar lagi ia ada kelas.20 menit lagi aku masuk kelas balas Inara, menahan nafasnya saat bibir Bara mulai bergerak menyusuri tangannya.Oke, masih cukup buat saya bikin memek kamu banjir!Tapi, nanti enggak bisa gantian balas Inara dengan polosnya. Inara menahan tangan Bara yang mulai merambat masuk ke rok Inara, mengelus paha dalamnya dengan gerakan menggoda.Bara mendesah pasrah, benar juga ia tak bisa berhenti setelah memuaskan perempuannya ini, dirinya juga butuh dipuaskan.Mana kunci mobil kamu? Inara menyerahkan kunci mobil yang ia ambil dari dalam tas kepada Bara.Selesai kelas saya tunggu di mobilSaya mau kontolin memek kamu lagi kaya malam itu****Meskipun statusnya kini sudah naik menjadi tunangan Bara, nyatanya Inara tak ingin hubungan mereka diketahui publik.Itu semua keinginan Inara, biarlah ia dianggap perempuan gila yang terus mengejar cinta dosennya sendiri. Bara juga masih seperti dulu yang selalu terlihat cuek jika mereka sedang di kampus, tapi jangan tanyakan bagaimana jika mereka sudah berdua. Banyak hal gila yang sudah Bara ajari kepada Inara.Tak terasa waktu berjalan sangat cepat. Sampai akhirnya waktu kelulusan bagi Inara tiba. Hari ini wisudanya. Semua anggota keluarganya datang, termasuk keluarga Bara. Kedua keluarga mereka memang sudah sangat dekat bahkan sering mengabiskan waktu berlibur bersama.Inara sudah mendapat ucapan selamat dari orang-orang terdekatnya, kecuali Bara. Laki-laki itu sejak tadi terlihat sangat sibuk yang membuat Inara lumayan gondok karena Bara dengan ramahnya meladeni mahasiswi-mahasiswi centil yang mengajaknya berfoto. Meski sejak tadi Bara terus menatapnya seolah meminta pengertian. Bara memang susah diajak berfoto maka di momen seperti ini banyak orang yang mencari kesempatan untuk bisa mengambil gambar bersama Bara.Namun, saat Inara sedang berfoto bersama keluarga, jantung Inara dibuat berdetak tak karuan saat dari kejauan ia melihat Bara berjalan mendekat sambil membawa sebuket besar bunga mawar merah kesukaanya. Sudah terdengar bisik-bisik mahasiswi lain yang Inara dengar, samar menanyakan untuk siapa bunga yang Bara bawa.Hingga akhirnya Bara berdiri tepat dihadapan Inara, dengan wajah penuh senyum Bara mengulurkan bunga yang dibawanya kepada Inara. Tertular senyuman Bara, Inara menerima uluran bunga itu dengan senyuman lebar di wajahnya.Selamat, sayang Setelah memberikan bunga itu Bara membawa Inara masuk dalam dekapannya, Inara sempat mendengar pekikan beberapa wanita di sekitarnya. Mungkin mereka tak percaya dengan apa yang dilihat. Inara tak memperdulikan itu, ia balas mendekap erat tubuh Bara seakan memberitahu kepada setiap orang jika Bara adalah miliknya. Calon suaminya, laki-laki yang sebentar lagi akan memperistrinya.Persiapan pernikahan memang sudah 99 persen siap, karena saat ia sedang pusing mengurus skripsi dan lainnya, keluarganya dan Bara mempersiapkan pernikahan sudah mereka. Sesuai kesepakatan pernikahan akan dilakukan setelah kelulusan Inara, lebih tepatnya satu minggu setelah kelulusan Inara.Udah siap jadi istri aku?Banget! Balas Inara, mengangguk semangat sambil memekik kegirangan.****
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan