Gamer vs Idol: Cinta di Balik Skandal - Episode 17

1
0
Deskripsi

Mereka berpikir telah menang.

Mereka berpikir kebenaran akan membebaskan mereka.

Tapi mereka salah.

“Sekarang, kita bukan hanya melawan Hajime Kurogane.”

“Kita melawan seluruh sistem yang sudah dia kendalikan.”

Dalam semalam, Ryuji, Akari, dan Rei berubah dari pahlawan menjadi buronan.

📢 “Pihak berwenang telah mengeluarkan perintah penangkapan.”

📢 “Media mulai menyebarkan propaganda untuk menjatuhkan mereka.”

📢 “Mereka dicap sebagai teroris, ancaman bagi masyarakat!”

Dunia berbalik melawan mereka.

“Kita...

Menjadi Buronan

“BREAKING NEWS: Pihak berwenang telah mengeluarkan perintah penangkapan terhadap tiga individu yang diduga menyebarkan informasi palsu!” 

“Mereka dicap sebagai teroris digital yang mengancam kestabilan negara!”

“Setiap orang yang mengetahui keberadaan mereka diminta segera melapor!”

Ryuji, Akari, dan Rei berlari di lorong sempit, napas mereka memburu. Malam yang dingin tak mampu meredam ketegangan yang mengelilingi mereka.

Rei mengumpat. “Gue gak nyangka dia bakal bertindak secepat ini!”

Pria tua itu berbicara cepat melalui earpiece mereka. “Jangan panik. Gue udah siapkan jalur keluar.”

Akari menatap sekitar dengan waspada. Di setiap layar jalanan, wajah mereka terpampang jelas.

“Jika Anda melihat orang-orang ini, segera hubungi pihak berwenang.”

Ryuji mengepalkan tangannya. “Sekarang dunia benar-benar melawan kita.” 

“Unit kepolisian telah dikerahkan untuk menangkap mereka.” 

“Hajime Kurogane mengumumkan hadiah besar bagi siapa pun yang bisa memberi informasi tentang keberadaan mereka.”

Akari menggigit bibirnya. “Kita gak bisa tetap di sini. Mereka akan menemukan kita.”

Rei menatap jam tangannya. “Kita harus sampai ke titik aman sebelum patroli menyebar lebih luas.”

Pria tua itu berbicara lagi. “Gue punya tempat persembunyian. Tapi kalian harus keluar dari pusat kota SEBELUM pagi.”

Ryuji menatap langit malam yang mulai memudar. “Kalau gitu, kita harus lari lebih cepat.”

Mereka kini bukan hanya pengejar kebenaran. Mereka buronan yang harus bertahan hidup.

“Unit kepolisian telah dikerahkan ke seluruh penjuru kota untuk menangkap tiga buronan berbahaya!” 

“Siapa pun yang membantu mereka akan dianggap sebagai kaki tangan teroris digital!”

Ryuji, Akari, dan Rei terus berlari di antara gang-gang gelap kota. Nafas mereka berat, kaki mereka terasa semakin lelah, tapi mereka tidak punya pilihan.

Akari menoleh ke belakang. “Kita gak bisa terus lari kayak gini! Kita harus cari tempat buat sembunyi!”

Rei menatap layar kecil di pergelangan tangannya. “Gue lagi cari rute yang aman, tapi hampir semua titik kota udah ditutup!” 

“Sinyal kalian sedang dilacak. Cepat keluar dari area terbuka.”

Suara pria tua itu terdengar di earpiece mereka.

Ryuji menyipitkan mata. “Gue lihat satu tempat.”

Dia menunjuk sebuah gedung tua di ujung gang. Bangunan tak terpakai, jendelanya pecah, papan-papan kayu menutupi pintu depannya.

Akari menatap bangunan itu. “Itu tempat apa?”

Rei mengetik cepat di perangkatnya. “Gudang lama. Ditutup bertahun-tahun lalu.”

Ryuji langsung melangkah cepat. “Kalau gitu, kita sembunyi di sana.” 

“Pasukan keamanan bergerak ke distrik utama!”

Mereka mendengar suara kendaraan di kejauhan. Tanpa membuang waktu, mereka bergegas masuk ke dalam gudang.

Di dalam, semuanya berdebu. Rak-rak kosong, bau kayu lapuk, dan suara langkah kaki mereka menggema.

Pria tua itu berbicara lagi. “Kalian punya waktu beberapa menit sebelum mereka sampai ke area itu.”

Akari menatap sekeliling. “Kita harus cari jalan keluar darurat.”

Rei memeriksa dinding. “Gue coba cek apakah ada akses bawah tanah.” 

“Unit kepolisian memasuki distrik kalian!”

Ryuji mengepalkan tangannya. Mereka terjebak. 

"Dengar baik-baik," suara pria tua itu semakin mendesak. “Kalau kalian gak bisa keluar dari sana dalam waktu lima menit… kalian akan tertangkap.”

“Unit kepolisian telah memasuki distrik kalian!” 

“Seluruh area telah dikelilingi!”

Ryuji menekan punggungnya ke dinding, mencoba menenangkan napasnya. Akari berdiri di sampingnya, tangannya mengepal erat. Sementara itu, Rei mengetik cepat di perangkatnya, mencoba mencari jalur keluar. 

"Dengar baik-baik," suara pria tua itu terdengar lagi di earpiece mereka. “Satu-satunya jalan keluar kalian… adalah ke bawah.”

Ryuji melirik ke lantai. “Lo bercanda?”

Rei langsung memahami maksudnya dan menyorotkan lampu kecil ke lantai gudang. Di salah satu sudut, ada pintu besi yang tertutup dengan rantai karatan.

Akari menggertakkan giginya. “Itu apa?”

Pria tua itu menjelaskan dengan cepat. “Lorong bawah tanah. Dulunya dipakai sebagai jalur distribusi barang saat gudang ini masih aktif. Tapi sekarang… hanya orang yang benar-benar putus asa yang berani masuk ke sana.” 

“Pasukan keamanan akan memasuki lokasi dalam waktu kurang dari dua menit!”

Ryuji langsung menarik rantai yang menutupi pintu. Besi tua itu berderit keras.

Rei ikut membantu, sementara Akari berjaga di dekat pintu utama, mendengar langkah kaki di luar. 

“Pintu masuk utama akan segera dijebol!”

Rei akhirnya berhasil membuka kunci terakhir. “Kita gak punya pilihan lain!”

Akari langsung berlari ke arah mereka. “Cepat turun!” 

BRAK!

Pintu utama gudang dihantam dengan keras!

Ryuji langsung masuk ke lorong bawah tanah, diikuti oleh Rei dan Akari. Begitu mereka semua berada di dalam, Ryuji menarik pintu besi di atas mereka dan menutupnya tepat sebelum pasukan keamanan menerobos masuk ke dalam gudang. 

“Area aman. Target tidak terlihat.”

Di atas mereka, suara sepatu bot menghantam lantai, pasukan keamanan mulai menggeledah ruangan.

Akari menahan napasnya.

Ryuji berbisik pelan. “Kita berhasil lolos… untuk sekarang.”

Tapi saat mereka mulai melangkah ke dalam lorong bawah tanah, Rei menyalakan lampu kecilnya.

Dan apa yang mereka lihat… membuat mereka semua terdiam.

Jalur di depan mereka dipenuhi simbol-simbol aneh, pintu-pintu tua, dan tanda-tanda bahwa mereka… tidak sendirian.

Lorong di bawah gudang tua itu gelap, lembap, dan berbau aneh. Cahaya dari lampu kecil di tangan Rei hanya cukup untuk menerangi beberapa langkah ke depan. 

"Pasukan keamanan masih menggeledah area di atas kalian," suara pria tua itu terdengar melalui earpiece. “Jangan keluarkan suara.”

Ryuji mengangguk pelan. Mereka mungkin selamat dari kejaran polisi, tapi kini mereka menghadapi sesuatu yang tidak mereka duga.

Di dinding lorong, simbol-simbol aneh terukir dalam batu. Beberapa di antaranya tampak seperti tulisan kuno, sementara yang lain lebih menyerupai tanda peringatan.

Akari menyentuh salah satu simbol. “Apa ini?”

Rei mengarahkan lampunya ke tanda itu. “Kayaknya ini bukan sekadar lorong biasa.”

Pria tua itu terdiam beberapa detik sebelum akhirnya berbicara. “Lorong ini dulu digunakan untuk penyelundupan… tapi tidak hanya barang.”

Ryuji menyipitkan matanya. “Maksud lo?” 

“Ada rumor bahwa tempat ini pernah digunakan untuk sesuatu yang lebih gelap.”

Akari merinding. “Jangan bilang ini—” 

“Eksperimen ilegal. Orang-orang yang menghilang tanpa jejak… ada kemungkinan mereka dibawa ke sini.”

Ruangan menjadi sunyi.

Ryuji mengalihkan pandangannya ke depan. Jalan di hadapan mereka bercabang. 

"Gue gak punya peta untuk bagian ini," pria tua itu berkata. “Kalian harus memilih sendiri jalannya.”

Rei melihat ke dua lorong yang terbuka. Satu tampak lebih bersih dan lurus, sementara yang lain lebih gelap dan terlihat tidak terawat.

Akari menggigit bibirnya. “Yang mana?”

Ryuji menarik napas dalam. “Kita gak bisa berhenti di sini.” 

“Hati-hati… dan jangan sampai tersesat.”

Lorong di depan mereka masih bercabang, satu tampak lebih bersih, yang lain lebih gelap dan terlihat tak terawat.

Ryuji menatap kedua jalur itu dengan serius. “Kita gak punya banyak waktu buat mikir. Kita harus pilih sekarang.”

Rei mengamati lorong dengan senter kecilnya. “Jalur yang lebih bersih mungkin lebih sering dipakai, tapi juga bisa jadi lebih berbahaya.”

Akari menatap jalur yang gelap. “Yang ini jelas gak dipakai selama bertahun-tahun. Tapi bisa aja ada sesuatu di dalamnya.”

Pria tua itu berbicara di earpiece mereka. “Gue gak bisa kasih saran karena gak ada data tentang lorong ini. Apapun pilihan kalian, bersiaplah.”

Ryuji mengepalkan tangannya. “Kita ambil jalur gelap. Kalau jalur bersih sering dipakai, ada kemungkinan mereka udah pasang jebakan di sana.”

Mereka mulai berjalan dengan hati-hati ke lorong gelap. Udara semakin dingin, dindingnya terasa lembap. Langkah kaki mereka menggema di dalamnya.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan, sampai akhirnya Rei berhenti. “Tunggu.”

Mereka melihat sesuatu di lantai. Sebuah bekas goresan panjang di batu, seolah sesuatu telah diseret melewati sini.

Akari merinding. “Apa ini?”

Ryuji menatap bekas itu dengan serius. “Apapun itu, kita gak bisa berhenti sekarang.”

Mereka terus berjalan, hingga akhirnya menemukan pintu besi tua di ujung lorong.

Pria tua itu berbicara lagi. “Kalau ada pintu di sana, itu berarti ada jalan keluar… atau tempat yang lebih buruk.”

Rei mendekati pintu itu dan meraba kuncinya. “Terkunci.”

Ryuji menghela napas. “Kita gak punya pilihan lain.”

Dengan satu hentakan keras, mereka berhasil membuka pintu.

Begitu pintu terbuka, mereka membeku.

Di hadapan mereka terbentang ruangan besar yang dipenuhi dengan peralatan usang, file-file berserakan, dan jejak-jejak aktivitas yang belum sepenuhnya ditinggalkan.

Akari menelan ludah. “Tempat ini…”

Rei mengambil salah satu file yang jatuh di lantai dan membacanya.

Matanya melebar. “Ini… eksperimen manusia?”

Ryuji menatap sekeliling dengan rahang mengeras. “Kita baru saja menemukan sesuatu yang lebih besar dari yang kita kira.”

Pria tua itu mendengar suara mereka dan bertanya. “Apa yang kalian lihat?”

Ryuji mengepalkan tangannya. “Bukti. Bukti kalau sistem ini lebih kejam dari yang kita duga.”

Mereka akhirnya menemukan sesuatu yang bisa mengubah segalanya.

Tapi sekarang, pertanyaannya adalah… apakah mereka bisa keluar dari sini dengan membawa kebenaran ini?

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Gamer vs Idol: Cinta di Balik Skandal - Episode 18
0
0
Mereka pikir mereka hanya melarikan diri.Mereka pikir lorong bawah tanah ini hanyalah jalan keluar.Tapi ternyata… mereka menemukan sesuatu yang jauh lebih besar.“Ini bukan sekadar tempat persembunyian.”“Ini adalah bukti bahwa mereka telah melakukan sesuatu yang lebih gelap dari yang kita bayangkan.”Di depan mereka, dokumen-dokumen berserakan. Nama-nama yang pernah menghilang tanpa jejak. Data eksperimen yang tidak seharusnya ada.“Sistem ini gak cuma mengendalikan dunia hiburan.”“Mereka mengendalikan manusia.”Kini, mereka tidak hanya membawa bukti korupsi.Mereka membawa bukti bahwa sistem ini telah melanggar batas yang seharusnya tidak pernah dilanggar.Tapi pertanyaannya…Apakah mereka bisa keluar dari sini hidup-hidup sebelum sistem menyadari apa yang telah mereka temukan?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan