NONA BOSS. [Part 11 - 15]

0
0
Deskripsi

***Spoiler :

Rasanya aku jadi anak paling egois sedunia.

“Inggrid, selamat, ya, Nak. Sudah jadi istri orang sekarang.” Aku merasa usapan pelan kuterima di bahu. Nada suara Ibu gemetar dan saat aku menoleh, air matanya sudah membasahi pipi.

“Kok Ibu yang nangis?” Aku menyeka pipi Ibu dengan ibu jari. Lamat kuperhatikan tatapan wanita yang kuagungkan ini, binar bahagianya membuncah nyata. Aku makin kelu dibuatnya.

Apa ... pernikahanku memang membuat mereka bahagia?

“Ayo ... Ibu antar ke Andrew.” Ibu menuntunku...

***Spoiler :

Rasanya aku jadi anak paling egois sedunia.

“Inggrid, selamat, ya, Nak. Sudah jadi istri orang sekarang.” Aku merasa usapan pelan kuterima di bahu. Nada suara Ibu gemetar dan saat aku menoleh, air matanya sudah membasahi pipi.

“Kok Ibu yang nangis?” Aku menyeka pipi Ibu dengan ibu jari. Lamat kuperhatikan tatapan wanita yang kuagungkan ini, binar bahagianya membuncah nyata. Aku makin kelu dibuatnya.

Apa ... pernikahanku memang membuat mereka bahagia?

“Ayo ... Ibu antar ke Andrew.” Ibu menuntunku agar bangkit. Di dalam ruang rawat Kakek, Papa, Andrew, Kakek, Rendra, serta penghulu dan beberapa saksi—bahkan dokter yang merawat Kakek dengan senang hati menjadi saksi nikah kami—melangsungkan akad nikah. Sementara aku, Ibu, Yaya, dan juga Bu Puri ada di ruang sebelah. Dari semua yang ada, hanya wanita paruh baya yang dibalut batik lengan panjang anggun, yang tatapannya mengganjal berat.

Memang hanya dirinya saja? 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
Nona Boss
Selanjutnya NONA BOSS. [Part 16 - 20]
1
0
*** Spoiler :“Drew,” panggilku pelan. Ada ragu yang menyergap ketika tanganku ingin menyentuh bahunya. “Drew, bangun.” Mau bagaimana lagi. Kuguncang pelan sisi tubuhnya agar ia membuka mata. Entah sudah berapa kali aku membangunkannya, ia masih bergeming. Menyebalkan!Saat mata cokelat itu perlahan terbuka, aku agak terkejut dan memberi jarak. “Bangunin saya pakai cium, kek. Jangan cuma diteriaki aja.”Aku turun dari ranjang membiarkan Andrew yang tertawa dengan suara parau. Tak butuh waktu lama untukku menggunakan kamar mandi. Membiarkan Andrew bergantian denganku sementara kali ini, aku yang menyiapkan keperluan shalat.“Makasih, Istri,” katanya menyambut uluran peci untuknya. Aku merotasi bola mata jengah tapi menahan senyum saat dirinya bersiap di depanku. Tubuh tegapnya kunikmati sesaat sebelum tenggelam dalam ritual kami yang sepertinya akan terus berjalan menjadi aktifitas baru.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan