
"Selamat Ulang Tahun ya Kak," Mama memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku saat setelah kami baru saja menyelesaikan memasak makan malam. Rencana siang tadi batal karna Mama ada urusan mendadak dikampus, dan baru pulang sehabis magrib. Setelah itu Mama mengajakku untuk masak bersama. Padahal janjinya Mama lho yang kasi makanan spesial.
"Makasi ya, Ma"
Aku memeluk Mama lagi, Mama itu sosweet banget deh sama anak anaknya. Menurut Mama memberikan kasih sayang itu banyak banget caranya. Love language gak melulu hanya physical touch. Kata Mama seorang Ibu itu harus bisa memberikan bentuk kasih sayang semuanya. Physical touch itu perlu untuk menunjukan bentuk kasih sayang secara nyata, tapi memberikan word of affirmation juga sangat dibutuhkan. Karna menurut Mama seorang anak itu membutuhkan validasi dari orang tuanya. Anak akan merasa dirinya berharga kalau orang tuanya secara nyata memberitahukan secara langsung betapa sangat berharganya anak tersebut untuk orang tuanya.
"Maaf ya kak, Ini malah kakak yang bantuin Mama masak" Mama membeberkan rasa bersalahnya, aku tersenyum tulus seraya menggeleng.
"Aku malah seneng banget bisa masak bareng Mama lagi"
"Dulu kakak gasuka kalau diajak masak"
Aku tertawa nyengir, memang benar sih. Waktu masih gadis aku jarang banget mau diajak Mama masak bareng. Giliran mau nikah baru mikir gabisa masak, jadi buru buru belajar masak. Walau emang ujungnya aku juga jarang masak dirumah, tapi setidaknya sudah punya ilmu memasak.
"Pikiran aku waktu itu masi dangkal, Ma. Mana ada aku mikirin masakan selain gofood" Aku ku kemudian. Mama geleng geleng kepala tak habis pikir.
"Makan sekarang aja kali ya Kak?" Mama bertanya sambil menata piring piring dimeja makan. Mama menyusun empat piring berjejer dan berhadapan.
"Mas Eganya dibangunin dulu, Kak" Mama kembali melanjutkan perkataannya tanpa repot repot menoleh kearahku. Jujur aku males banget lho harus ketemu Ega, masi kesel aja bawaannya. Dia selalu semena mena dan aku gak suka itu.
"Iya"
Mama menoleh, "Yaudah sana, Kak."
Menghela nafas dan dengan berat hati aku melakukan perintah Mama.
Sejak sore tadi memang Ega sudah masuk kekamarku untuk tidur dan emangnya belum bangun apa sampai sekarang?
Tiba dikamarku aku disuguhi pemandangan Ega yang masi tertidur pulas. Capek banget kayanya dia, kemarin juga gak pulang kerumah. Pulang baru tadi pagi dan sudah ngajak ribut. Kaya kenapa sih susah banget gitu aku sama Ega adem ayemnya? Padahal kita jarang banget lho ketemu, sekalinya ketemu pasti berdebat. Ujungnya marahan, yaudah gitu aja terus.
"Ga..."
Aku memukul pelan lengan Ega, berharap dia langsung tersadar kemudian terbangun. Namun sampai beberapa kali aku memukul lengannya ia tak juga kunjung bangun.
Aku memutuskan untuk duduk disebelah Ega, dan memperhatikan wajahnya yang sedang tertidur. Orang kalau lagi tidur tuh kelihatan banget ya gak berdayanya. Kelihatan banget wajah lugunya. Apalagi Ega tuh kalau lagi tidur gini anteng dan cakep banget.
"Ga..."
Astaga! Susah banget deh bangunnya. Akhirnya aku memutuskan memukul mukul pipinya. Bulu disekitar rahangnya sudah lama belum dicukur. Geli banget kalau dipegang.
"Bangun"
Ega membuka matanya perlahan, kemudian menatapku diam. Mungkin dia sedang mengumpulkan nyawanya sehabis tidur. Aku juga kembali diam dan memperhatikannya.
"Jam berapa, Na?"
Ega bertanya kepadaku, kemudian buru buru bangun dan mengecek hapenya.
"Astaga, aku ada apel sore Na!" Ega berseru panik sambil mengotak atik hapenya. "Kok aku gak bangun sih!" Gerutunya lagi. Kemudian selanjutnya Ega kembali mengotak atik hapenya. "Apel sore ini kedatengan kapolres pusat, Na" Ega memberitaku lagi dengan wajah paniknya yang tak kunjung hilang. "Kamu gak bangunin aku, Na..."
Aku menyerngit tak suka mendengar tuduhannya, "Kamu gak bilang ke aku ya, Ga!" Belaku kemudian. Ega menatapku sebentar kemudian menaruh hapenya kembali dikabinet.
Kemudian beranjak dari kasur dan berniat berdiri. "Aku langsung ke kantor ajalah, Na"
Gila!
Ini weekend lho?
Udah malem juga?
"Ini weekend, Ga"
"Kerjaan aku gamerhatiin weekdays atau weekend, Na"
"Udah malem, bahkan kamu belum makan."
Ega kembali menyahut cepat, "Nanti makan dikantor." Kemudian beranjak dari kasur, "Handuk kamu dimana, Na?"
Aku diam menatapnya tak percaya, serius ini dia bener bener mau kekantor dimalam hari begini?
"Lemari" Jawabku cepat.
Ega mengangguk dan menuruti ucapanku sambil membuka lemari, "Warna pink ini, Na?"
"Ya.."
Ega menyadari perubahan ekspresiku, dengan tenang ia berjalan menghampiriku.
"Aku ke kantor cuma sebentar, gak enak ada tamu dari pusat kalau aku gak dateng, Na."
"Yaa... Terserah kamu." Balasku dengan malas.
"Na, kamu tau kan memang gini pekerjaan aku?"
Astaga.
Suka banget sih bikin orang naik pitam, dibilang iya kok masih aja cari ribut.
"Iyaaa, Ga! Kan aku udah bilang iya!"
Ega menarik nafasnya kasar, menatapku lagi. "Kamu tahu Na gimana rasanya dicuekin istri seharian cuma karena pekerjaan. Gak enak banget liat muka kamu seharian kecut banget liatin aku."
Memangnya ada ya orang yang seneng kalau suaminya gila kerja? Gaada waktu buat pasangan. Ada yang suka begitu?
"Sebutin semua hal yang gak kamu sukain dari aku ga, biar aku langsung perbaiki." Kataku sarkas.
"Na,"
"Kenapa, terlalu banyak ya?"
"Na, aku udah sabar banget lho selama ini ngadepin kamu. Tolong jangan ngebuat aku emosi, Na. Kamu gatahu gimana rasanya jadi aku yang menahan emosi."
Sungguh, aku tak percaya dengan ucapannya. Nahan emosi? Sakit hati gak sih kalian dibilang kaya gitu?
"Gausah ditahan, Ga. Lepasin aja emosi kamu. Aku juga kesel selama ini liat kamu yang diem aja disaat kita lagi ada masalah. Enteng banget kan buat kamu ngelupain masalah kita kemarin?"
"Masalah apa lagi, Na?" Ega meraup wajahnya cepat, kelihatan banget dia lagi nahan emosinya. "Astaga, bahkan ini dirumah Mama, Na." Desisnya marah.
"Ayok pulang kalau gitu, Ga. Kita selesein masalah kita kemarin. " Tantangku berani, dibilang aku tuh bukan orang yang suka gitu aja anggep enteng sebuah masalah.
"Na!" Ega membentakku dengan suara pelan, dia kelihatan banget lho ekspresi marahnya. "Masalah apalagi sih, Na?" Tanyanya berkali kali. "Masalah anak? Memangnya apa yang harus dibahas, Na? Kita belum punya anak? Terus kamu mau bagaimana? Mau sampai kapan sih, Na kita terus terusan ngebahas hal yang sama. Aku gak pernah lho mempermasalahkan anak dalam hubungan kita. Memang belum rezeki, Na. Mau bagaimana lagi?"
"Kamu gak mempermasalahin tapi keluarga kamu mempermasalahin Ega!" Bentakku keras, "Tahu gak kamu Ga. Tiap kumpul keluarga Eyang kamu selalu sindir aku yang belum bisa kasi kamu anak. Eyang kamu tiap hari chat aku, Ga! Tanya kapan aku hamil? Kamu pikir aku gak capek digituin terus? Bahkan eyang dengan jahatnya kirim kirim artikel bagaimana cara biar bisa punya anak. Kamu oke aja selama ini karna kamu gak ngerasain jadi aku. Tekanan keluarga kamu, Ga. Aku bisa apa selain mengiyakan perkataan eyang, hah?" Kali ini aku menangis hebat, aku sampai luruh duduk diatas kasur dengan wajah yang berceceran air mata. Sumpah ya rasanya tuh sakit banget.
Ega terlihat kaget mendengar penjelasanku, beberapa kali hendak mengucapkan sesuatu namun kembali ia urungkan.
Dia memang gak pernah tahu gimana sikap eyang selama ini kepadaku, dia gak pernah tahu gimana eyang yang selalu memojokkanku. Ega gak pernah tahu gimana rasanya merasa sendiri, karna tiap kali pertemuan keluarga Ega jarang sekali hadir. Cuma aku yang ngerasain gimana susahnya bertahan dari tatapan mengejek yang keluarga Ega berikan.
"Eyang ngelakuin hal itu ke kamu, Na?" Ega berjalan mendekatiku, duduk bersimpuh dihadapanku. "Eyang bener bener ngelakuin hal itu ke kamu, Na?" Ega kembali mengulang pertanyaan yang sama.
"Astaga." Desisnya, "Bahkan aku gatau harus ngelakuin hal apa ke eyang." Ucapnya prustasi, Ega mengambil tanganku yang sedang menghapus air mata.
"Na... Kenapa gak pernah cerita?" Tanyanya sehalus dan Ega mengelus pipiku dengan sayang. "Aku suami yang buruk ya, Na?" Ucapnya getir, dan kami bertatap tatapan cukup lama. "Bahkan ribuan maaf yang aku ucapkan gaakan pernah bisa ngehapus sakit hati kamu, Na. Maafin aku." Ega mengucapkannya tepat saat aku melihat sudah matanya berair. Dia menangis. Tersedu sedu sambil memelukku. Ega menangis hebat didepan perutku. Wajahnya ia tenggelamkan begitu dalam sampai aku bisa merasakan air matanya menembus melewati baju tidurku.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
