
Menurut kalian rasa cinta dan kasih sayang yang baik buat pasangan itu yang gimana sih? Yang selalu ada disaat membutuhkan, selalu mensupport dikala kesulitan atau selalu hadir disetiap momen hidupnya? Bagiku mencintai pasangan itu gak melulu soal rasa, seperti halnya membiarkan dia menekuni hobinya juga merupakah bentuk dari cinta.
Aku sedari dulu selalu beranggapan bahwa sekalipun aku memiliki pasangan dan menikah, ruang yang kuberikan untuk diri sendiri itu harus selalu ada. Kita tuh menikah atau memiliki pasangan tidak serta merta harus kehilangan jati diri kita kan? Walau memang beberapa hal dalam diri kita harus ada yang berubah, tetapi kita tetap kita kan?
Kadang tuh aku selalu bilang ke Ega, bahwa ruang individu dalam diri kita masing masing tuh sama besarnya dengan ruang kita bersama. Maksudnya begini, disaat kita membutuhkan waktu sendiri maka salah satu dari kita harus menghormati. Seperti aku yang pengen jalan jalan sendiri maka ya kenapa memangnya? Apa jalan jalan harus melulu bersama pasangan?
Dulu aku pernah liburan ke Spanyol sendiri tanpa Ega. Ada aja tuh yang komentar negatif tentang aku. Aku sebenernya gak berpengaruh tentang semua itu, cuma rasanya sedikit kesel aja dengan stigma bebas yang dibuat orang orang untukku.
Padahal memangnya kenapa kalau aku memutuskan berlibur sendiri? Apa menandakan hubunganku dengan pasanganku sedang tidak baik baik saja? Enggak kan?
Dan ngomongin hubungan, orang orang tuh tau apa sih tentang kita? Mereka tuh cuma mengetahui hal yang memang kita izinkan untuk tahu. Orang orang akan tahu aku suka buah apel kalau aku terus terusan membuat status media sosial tentang apel kan? Dan emang benar, mereka tuh hanya mengetahui tentang kita melalui hal yang memang kita sengaja izinkan mereka untuk mengetahuinya.
Mereka gak akan pernah tau masalah yang kita alami karna memang kita gak menunjukannya. Dan semua orang aku yakin memiliki masalah masing masing dan gak semua orang menunjukannya kan?
Makanya jangan heran kalau melihat orang yang memiliki hubungan baik baik saja tiba tiba bercerai. Atau jangan heran melihat teman kita yang tiba tiba menjauhi dan meninggalkan kita. Karna memanh kita gaakan pernah tahu masalah orang orang tuh gimana.
Sekalipun dalam suatu hubungan pernikahan, aku gaakan pernah tau masalah atau hal hal apa saja yang sedang Ega alami kalau dia gak pernah cerita ke aku kan?
Makanya menurutku kunci sebuah hubungan adalah komunikasi. Semua bakalan hancur dan rumit kalau gaada komunikasi. Ujungnya apa? Ya terjadi kesalahpahaman. Kadang aja orang masi suka salah paham dengan apa yang kita bicarakan. Apalagi dengan hal yang gak pernah kita bicarakan kan?
Ujungnya kesalapahaman itu yang membuatnya semakin rumit. Seperti yang sedang aku alami bersama Ega dan Eyang. Aku tahu semua orang tua gak mungkin gak mengingkan yanh terbaik buat anak anaknya. Begitupun yang Eyang rasakan melihat cucu laki lakinya yang tak kunjung memiliki buah hati. Aku mengerti eyang tuh khawatir, cuman yang ngebuat aku kesel tuh eyang seakan akan menyalahkan aku.
Memang benar aku yang akan mengandung dan melahirkan, tapi tuh masalahnya gak melulu ada di aku kan? Kalau eyang bisa menerorku dengan pertanyaan atau pernyataan kapan aku hamil, kenapa gak melakukan hal yang sama ke Ega? Apa karna aku sebagai wanita yang akan mengandung?
Hal itu juga sih yang ngebuat aku kesel sama Ega. Dia bisa langsung ngomong ke eyangnya tanpa diskusi dulu ke aku. Emang bener dia tuh belain aku, cuma kenapa aku gak dilibatkan gitu lo? Kan aku pihak pertamanya.
Makanya aku kesel banget sama dia, dari semalem juga udah kesel. Ujungnya aku tidur bersama Anya karna Ega mengunci pintu kamarnya. Kayanya memang ketiduran. Tapi bisa bisanya tidur nyenyak tanpa mengabari aku gitu lo? Emangnya dia izin ke aku mau menginap dirumah bunda? Enggak kan? Dia tuh suka banget bertindak semau maunya, ini aja aku tahu karna divanya. Coba kalau aku gatau, aku pasti lagi kalut sambil menghubungi Ega terus terusan.
Pukul tujuh pagi aku menyelesaikan masakanku bersama bunda. Kami memasak sup ayam dan juga beberapa lauk untuk disantap pagi ini. Kata bunda dia lupa belanja jadi hanya ada beberapa bahan dikulkas. Berhubung cuman untuk sarapan dan aku buru buru juga karna harus balik lagi kekantor sedangkan dari rumah bunda ke kantor butuh waktu sekitar satu setengah jam mau tak mau membuatku memasak masakan seadanya.
"Gak izin aja Mba kerjanya? Udah jam tujuh sampai sana mau jam berapa?"
Bunda memang sedari tadi sedang membujukku untuk tinggal lebih lama. Memang sudah sekitar satu bulanan aku tidak bertemu bunda karna memang jam kerja yang lagi padat dan waktu yang tak ada.
"Gak papa bun, aku udah izin telat. Kalau mau izin gak masuk tapi nanti siang aku ada janji rapat sama anak anak kantor" Aku memberi alasan yang cukup meyakinkan bunda.
"Bunda pikir bisa lama disininya"
Aku meringis tak enak hati, jujur aku juga mau banget tinggal disini beberapa hari gitu. Cuman kan aku juga punya tanggungan pekerjaan. Weekend kemarin kemarin juga cukup mengambil habis waktuku.
"Weekend ya bun"
"Dari dulu weekend weekend terus, giliran weekend ada aja alasannya"
Kali ini aku tertawa, memang begitu sih garis besarnya.
"Maapin ya bun. Weekend kali ini aku beneran janji" Sekali lagi aku meyakinkan bunda. Bunda masih memasang ekspresi cemberutnya.
"Bunda minta dibawain apa?" Tanyaku lagi.
"Bawain waktu kamu sama Mas Ega biar sering sering nengokin bundanya"
Aku tertawa lebar, "Siap bun" Lanjutku lagi sambil merangkul lengan bunda sebelah kanan.
"Ini orang orang belum pada bangun maksudnya gimana sih Mba? Coba bangunin Mas Ega biar bunda bangunin Anya."
Aku langsung mengiyakan, perasaan bukan weekend kok pada pede banget bangun kesiangan. Si Anya juga tuh gak berubah kelakuannya, suka banget bangun siang.
Aku mengetuk kamar Ega sekali, dan langsung terdengar sahutan dari dalam. Gak lama pintu terbuka menampilkan Ega yang sudah rapih dengan seragamnya dan juga raut terkejut diwajahnya.
"Loh, ngapain disini Na?"
Kan! Ngelindur ni orang.
Aku mendorong Ega masuk kamar agar tak menghalangi jalanku. "Baru sadar kamu ada aku disini?" Tanyaku sinis.
Ega masih menatapku heran, "Kapan kesini? Naik apa, Na? Kok gak ngabarin aku?" Tanyanya cukup banyak.
Aku menggeleng sambil terkekeh tak habis pikir. "Hape kamu aktif?"
Ega meringis, "Aku lupa belum isi daya" akunya kemudian. Aku kembali menatapnya tajam sambil bersedekap dada.
"Harusnya tuh aku yang tanya kamu, bisa ya kamu ga gak pulang dan gak ngabarin aku sama sekali?"
Ega terlihat pias, "Aku bener bener lupa, Na. Aku ketiduran."
"Dan apa alasan itu bisa mewakilin kesalahan kamu? Coba deh kamu bayangin, gak usah dibayangin" Aku kembali meralat perkataanku, "Coba kalau kita bertukar peran, kalau aku yang gak pulang dan gak ngabarin kamu sedikitpun? Apa yang bakal kamu lakuin? Bahkan aku lupa gak bilang kamu kalau pergi ada acara aja kamu ngomel, Ga."
Ega mengambil lenganku, aku menepisnya. "Gak usah cari cari alasan lagi."
"Na, denger dulu penjelasan aku."
"Memang!" Selaku cepat, "Aku butuh penjalasan dari kamu. Gimana kamu bisa sespontan itu samperin dan marah ke eyang tanpa kasi tau aku?"
"Tuhkan! Kamu tuh aneh Na. Kamu marah ke aku karna aku gak tahu apa apa tentang masalah kamu ke eyang. Giliran aku ngambil tindakan kamu juga marah."
"Astaga. Mikir lah Ga. Gimana coba pendapat eyang ke aku setelah ngebuat cucu laki lakinya marahin dia?"
"Aku gak marahin eyang! Aku cuma tanya."
Aku tersenyum remeh, "Tanya tapi sampe ngebuat Eyang pergi kerumah tante?"
Ega menyugar rambutnya kasar, membuat rambutnya yang tadi terlihat sangat rapi karna sudah disisir kembali terlihat sedikit acak acakan. Tapi malah hal itu yang ngebuat Ega tambah keren.
"Terus mau kamu gimana?" Ega balik bertanya kepadaku.
Aku berjalan melewatinya kemudian berbalik gusar. "Seenggaknya kamu tanya ke aku dulu gabisa, Ga? Aku nahan gak cerita ke kamu karna memang aku gak mau masalahnya jadi sebesar ini. Dan kamu dengan entengnya ngebuat masalah ini kian besar. Mikir gak kamu, Ga kalau ternyata hal ini yang ngebuat Eyang makin gak suka sama aku?"
"Terus kamu maunya aku diem aja?"
Aku berdesis menahan emosi, "Seenggaknya libatin aku Ga! Kamu tuh ngelakuin semua hal sesuka suka kamu!" Aku kembali menyemburkan amarahku.
"Ini nih, Na. Yang ngebuat aku ngerasa jadi laki laki gak berguna buat kamu." Ega mengucapkannya pelan, tapi berhasil membuat detak jantungnya berdetak sepuluh kali lebih cepat.
"Semua yang aku lakukan tuh selalu salah dimata kamu. Seakan akan aku memang gak berguna buat kamu."
Setelah mengucapkan itu, Ega keluar dari kamar dan membanting pintu dengan kasar.
Sialan.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐ฅฐ
