
Halo, Lovelies. Part ini cukup menguras emosi, jadi baca di saat kalian benar-benar sedang bersantai ya ^^ Cukup panjang dan semoga nggak bikin bosan. Selamat membaca ^^
SPOILER :
Vanilla mendongakkan wajahnya hingga membuat mereka saling beradu tatap. Vanilla bisa melihat dengan jelas mata Aryan yang basah penuh penyesalan.
“Dengan apa kamu mau memperbaikinya, Aryan? Dengan apa?”
“Aku akan menikahimu,” terang Aryan yang membuat Vanilla tidak berkutik. Aryan menatap Vanilla dengan lekat. Nada bicara...
CEO adalah MAUT
274
53
43
Selesai
Kehidupan tenang Vanilla kembali terusik karena pertemuan dengan Aryan Aditama, CEO sekaligus mantan pacar yang ditinggalkannya 4 tahun yang lalu. Aryan yang merasa harga dirinya jatuh karena dicampakkan seorang wanita ingin balas dendam terhadap wanita yang ternyata sudah memiliki putra berusia 3 tahun itu. Aryan tidak tahu jika selama ini Vanilla menyembunyikan bayi rahasia mereka. Namun, sekarang Vanilla akan membangun kehidupan baru dengan pria lain. Akankah Vanilla akan melepaskan rasa sakit hatinya kepada Aryan dan membangun hidup baru dengan pria lain? Atau justru kembali luluh kepada CEO yang merupakan sebuah maut bagi kehidupan masa lalunya?
4,414 kata
Dukung suporter dengan membuka akses karya
Pilih Tipe Dukunganmu
Sudah mendukung?
Login untuk mengakses

Selanjutnya
How to Deal with Bastard CEO (Chapter 39 & 40) 21+
4
0
Halo, Lovelies. Sebelumnya aku mau minta maaf karena kemarin ada kesalahan penulisan nama. Harusnya Sarah tapi aku tulis Sandra. Mohon maaf sebesar-besarnya yak ^^ Part ini harusnya upload besok. Tapi mau aku upload sekarang aja biar kepanasan, hihihi Selamat membaca ^^ SPOILER : Tangan Aryan terulur spontan menyentuh permukaan kulit punggung tangan Vanilla. “Terima kasih masih mencintaiku hingga detik ini, Vanilla.”“Kamu jangan terlalu percaya diri, Aryan!” Vanilla melepaskan pegangan tangan Aryan. Ia memang bodoh, karena sempat lemah akan ciuman panas Aryan di lift tadi. Well, otak Vanilla sulit sependapat dengan isi hatinya.Tangan Aryan kembali menarik pergelangan tangan Vanilla hingga hidung mereka bertabrakan. Nyaris saja bibir Aryan menyentuh bibir merah jambu Vanilla.“Sekuat apapun kamu menolak, aku bisa merasakan debaran jantungmu seperti dulu, Van. Kamu hanya menahannya saja,” ucap Aryan dengan tatapan yang mendamba.Suara gemericik air hujan yang terjatuh di atas kaca mobil menemani deru napas Vanilla yang semakin memburu. Ia mencebik dalam hati sebab detak jantungnya yang sulit dikendalikan. Tatapan Aryan seperti sihir yang membuat Vanilla tidak berkutik. Seolah membuai dalam mimpi yang menjanjikan kebahagiaan abadi.“Kamu tahu dulu aku sangat ambisius, Vanilla. Apa yang aku inginkan harus terpenuhi dengan cara apapun,” ucap Aryan sambil memindai wajah Vanilla, melihat mata dan bibir wanita itu secara bergantian.“Apa sekarang tidak?” tanya Vanilla dengan suara yang kelewat lembut. Membuang bulu kuduk Aryan meremang seketika.“Masih.” Aryan menjeda ucapannya sebentar, sekarang jarak kedua bibir mereka hanya beberapa mili. Satu gerakan saja, maka Aryan bisa langsung melahap bibir Vanilla. “Aku masih se-ambisius itu. Bahkan sekarang aku sangat menginginkanmu Vanilla. Sangat.”
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai
syarat dan persetujuan?
Laporkan