END UP WITH EVIL YAKUZA - CHAPTER 7

10
0
Deskripsi

Dark romance, Adult 20+

Haelyn Brier mengidap Amnesia disosiatif yang membuatnya melupakan penyebab kematian orang tuanya. Terlahir sebagai nona muda yang terbiasa hidup dalam kemewahan, Haelyn harus menderita ketika keluarganya bangkrut dan kedua orang tuanya tiada.

Saat bekerja sebagai penjaga toko buku, bertemu dengan pria tampan bersetelan jas bernama Yuu Akuma yang mengaku kekasihnya, kemudian melamarnya secara tiba-tiba. Haelyn yang selalu melupakan segala hal pun menerima lamarannya, dengan...

Setelah rombongan Gubernur Fukui pergi, Haelyn masih bertahan di sana dengan malas. Ruangan besar itu hanya berisi para pelayan yang sedang membereskan meja, sedangkan Yuu telah pergi untuk mengantar gubernur.

“Kenapa dia lama sekali,” kata Haelyn. Dia pun berbalik sambil meluruskan kedua kakinya di atas tatami. Dia menatap Tatsuya yang sedang menundukkan kepalanya dan tak berani melihatnya. “Tatsuya, kenapa setiap berhadapan denganku kau selalu menunduk?”

Tatsuya masih bergeming, kemudian mengangkat wajah sambil membenarkan letak kacamatanya. “Saya hanya menjalankan tugas,” jawabnya.

“Kau takut aku menggodamu?” Haelyn bertanya dengan jahil. “Kau takut Yuu akan mencongkel matamu ya? Memang sudah berapa lama kau bekerja dengannya?”

“Tiga belas tahun,” jawabnya.

“Wow! itu waktu yang cukup lama. Bagaimana kau bisa bertemu dengannya?”

Tatsuya tetap bungkam dan tak mengatakan apa pun, dan hal itu membuat Haelyn heran. Haelyn memiringkan kepalanya, menatap wajah Tatsuya yang begitu tenang dan terkendali.

Haelyn mengedikkan kedua bahunya dan tak mau bertanya lagi jika Tatsuya tak ingin menjawab segala pertanyaannya. Dia pun bangun sambil merapikan bagian rok kimononya sambil berjalan ke pintu. Tatusya dengan sigap menggeser pintu untuknya.

Haelyn berhenti sejenak ketika Tatsuya membuka pintu untuknya. Dia menoleh dan Tatsuya pun sedang menatapnya hingga tatapan keduanya tak sengaja bertaut. Tatsuya memalingkan wajahnya dengan segera.

“Kau tak perlu membuka pintu untukku,” kata Haelyn.

“Itu salah satu tugas saya,” balas Tatsuya.

“Ya sudah, jadi aku tidak repot-repot menggeser pintu.”

Haelyn keluar dan berjalan di koridor. Langkah kakinya terdengar di atas lantai kayu itu. Dia hendak mencari Yuu dan mengajaknya pulang, tapi langkahnya terhenti ketika dia berbelok di ujung koridor dan menemukan sosok tinggi Yuu sedang memeluk seorang wanita.

Tubuh wanita itu gemetar karena menangis, dan Yuu memeluknya dengan begitu erat. Pria itu bahkan beberapa kali mencium kepalanya. Melihat bagaimana perlakuan Yuu padanya dan wanita itu sangat berbeda, membuat seluruh darah di tubuh Haelyn bergolak karena marah. Dia sudah begitu yakin ketika Yuu menatap wanita itu dengan aneh, dan kebenarannya terungkap saat ini.

Ketika akan menyerbu ke depan, langkah Haelyn lagi-lagi terhenti karena sesuatu yang tak pasti. Dia merasakan ketakutan pada kemarahan Yuu. Dia juga merasa takut ditendang oleh pria itu dari rumahnya ke jalanan. Hidup di jalanan membuatnya ketakutan, dan Haelyn tak mau hal itu terjadi lagi. Jadi, dia memilih menahan diri dan mundur.

Punggungnya membentur bidang datar dan hangat. Dia berbalik dan berhadapan dengan Tatsuya yang sedang berdiri menatapnya.

Haelyn mendongak, menatap Tatsuya dengan kesal. “Siapa itu?”

“Ruriko Wakayagi,” jawab Tatsuya.

Haelyn menoleh lagi dan kali ini meliat Yuu dan wanita bernama Ruriko sedang menatap mereka, dan saat itulah Tatsuya melepaskan tubuh Haelyn seraya mundur.

Bukannya pergi, Haelyn justru berjalan ke arah Yuu dan Ruriko hingga berdiri di depan mereka. Dengan senyum cerah Haelyn menatap Ruriko.

“Di sini kalian rupanya. Aku sudah lelah dan ingin pulang,” kata Haelyn. Dia mendekati Yuu dan segera memeluk lengannya. Tak ada penolakan dan Ruriko segera mundur dengan sopan.

“Nyonya Akuma––”

Haelyn mengulurkan telunjuknya pada Ruriko untuk menghentikannya berbicara. “Panggil saja Haelyn Brier. Hanya Haelyn tidak masalah.”

Ruriko mengangguk sopan. “Haelyn-san, apakah Anda menikmati makan malamnya?”

Haelyn mengangguk sambil mengelus perutnya dan hal itu ditangkap oleh Ruriko. “Tentu saja, aku sampai kenyang. Sayangnya aku tidak suka salmon, dan Yuu tidak mengatakannya. Apakah kau juga menikmatinya, Ruriko-san?”

“saya menikmatinya,” jawab ruriko.

Ketika Haelyn akan berbicara lagi, Yuu menghentikannya dan meraih tangannya. “Ayo kita pulang,” katanya.

Haelyn tidak protes, dia hanya tersenyum sambil menatap Yuu dengan lembut. Keduanya pun akan pergi, tapi Haelyn segera memegangi perutnya sambil meringis.

“Aduh, perutku,” ringisnya.

Yuu menatapnya dengan wajah malas. “Kau ingin aku menggendongmu?”

Dengan jujur Haelyn mengangguk.

Yuu justru melepaskan tangannya sambil berdecih. “Kau masih punya kaki. Jalan sendiri.”

Haelyn masih meringis sambil memegangi perutnya ketika Yuu berjalan ke depan, dan tanpa diduga dari arah lain Tatsuya segera mendekati Haelyn.

“Anda baik-baik saja?” tanya Tatsuya.

“Perutku sakit. Sepertinya aku kekenyangan, atau salah makan sesuatu.”

“Saya akan menggendong Anda,” kata Tatsuya lagi.

Haelyn mengangguk dan siap merentangkan tangannya ketika Yuu datang kembali sambil mendorong tubuh Tatusya ke belakang. dia berdiri di depan Haelyn dengan aura mengintimidasi dan kesal, kemudian meraih tangan Haelyn dan menggendongnya di depan.

Tentu saja Haelyn ingin bersorak ketika Yuu menggendongnya di depan Ruriko. Tanpa mengatakan apa pun Yuu pun mulai melangkah, dan Haelyn menoleh ke belakang di mana Ruriko masih berdiri di sana menatap mereka.

Sambil melambaikan tangannya, Haelyn berbicara pada Ruriko, “Oyasumi nasai, Ruriko-san.”

Dengan gembira Haelyn memeluk leher Yuu dan menyusupkan wajahnya ke dada pria itu, mendengarkan detak jantungnya yang normal. Dia mendongak dan menatap Yuu yang juga sedang menatapnya.

“Apa kau sangat senang kugendong?” tanya Yuu.

“Hanya trik untuk menghemat energi,” jawab Haelyn. “Aku tahu kau dan wanita itu ada sesuatu. Kalian berpelukan di tempat seperti ini, dan orang lain bisa melihatnya.”

Yuu menaikkan sebelah alisnya. “Apa kau merasa cemburu?”

Haelyn tertawa pelan dengan nada mengejek. “Cemburu? Aku hanya takut orang-orang akan prihatin padaku, dan Ruriko-san akan digunjing.”

“Apa kau takut jika dia gunjing?”

“Aku tidak peduli, malah lebih senang itu terjadi,” balas Haelyn dengan wajah yang pura-pura dibuat lugu.

Tanpa diduga Yuu melepaskan kedua tangannya dari tubuh Haelyn hingga Haelyn kini bergelantungan di leher Yuu. Pria itu tinggi, dan jika dia melepaskan tangannya maka dia akan terjatuh ke lantai begitu Yuu melepaskan pelukannya.

Dengan kesal dan perasaan ingin menghajar wajah tampan dan menyebalkan ini, Haelyn pun melepaskan tangannya ketika kedua kakinya mencapai lantai. Tak sengaja bagian depan yukata Yuu tertarik hingga menyingkap sebagian dadanya.

“Ops, aku tidak sengaja,” kata Haelyn.

Yuu menggertakkan giginya pelan. “Kau jelas sekali sengaja melakukannya,” desisnya diantara giginya.

Haelyn tersenyum nakal, membawa satu tangannya ke dada Yuu yang agak terbuka lalu meraih kain yukata dan berniat membenarkannya kembali. Ketika dia melihat Tatsuya dan Ruriko masih ada di sana, dia pun dengan sengaja membelai tato-tato di dada Yuu.

“Aku juga memiliki satu tato,” katanya. Dia pun mengerutkan dahinya ketika merasakan sebuah perasaan muncul. “Sepertinya aku pernah membuatnya dengan seseorang.”

Yuu masih menatapnya, meraih pergelangan tangan Haelyn kemudian mencengkeramnya membuat Haelyn meringis pelan.

“Sakit,” keluh Haelyn.

Tanpa mengatakan apa pun, Yuu melepaskan tangannya, berjalan melewatinya dan tanpa menoleh lagi. Haelyn ditinggalkan, berdiri di sana dengan Tatsuya dan ruriko yang masih menatapnya. Untuk kali ini, dia merasa begitu marah.

Dengan wajah merengut, Haelyn meneruskan langkahnya sambil menahan perasaan gelisah.

 

🎎🎎🎎

 

Di sebuah ruangan yang begitu terang, Haelyn berbaring tengkurap di atas sofa dengan hanya mengenakan tank top, dan rok sekolah. Bagian punggung bawahnya tersingkap hingga memperlihatkan sebagian kulit punggungnya yang terbuka. Di samping sofa ada meja dengan berbagai macam alat pembuatan tato.

“Kau sudah yakin?” suara seorang pria terdengar, agak samar-samar dan tidak begitu jelas.

Haelyn menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat seorang pria duduk di belakangnya dengan lengan kemejanya yang digulung sampai siku dan memperlihatkan tato yang samar di kedua lengannya. Dia menengadah dan melihat wajah itu tidak begitu jelas karena terhalangi dengan poni rambutnya yang menjuntai ke dahi hingga menutupi dahi dan matanya, serta masker yang menutupi sebagian wajahnya.

“Aku sudah yakin, ayo kita lakukan,’ katanya, kemudian kembali berbaring dengan pipi di bantal.

“Ini akan sakit,” kata pria itu lagi.

“Aku bisa menahannya,” balas Haelyn lagi.

Suara mesin tato pun terdengar dan rasa dingin mendarat di bagian bawah punggungnya, tepat di atas tulang punggung bawahnya.

“Gigit ini,” kata pria itu. dia mengulurkan sebuah dasi ke mulut Haelyn, menggulungnya dan menyumpalkan ke mulutnya.

Haelyn hanya menurut, mencium wangi menenangkan dari dasi itu. mesin terdengar kembali dan ujung jarum menyentuh kulitnya.

“Akh!” Dia terkejut ketika ujung jarum menusuk kulitnya. Sensasi rasa sakit, panas dan pedih merambatinya bersama dengan dengungan suara mesin.

Usapan hangat dan lembut dirasakannya dari tangan besar itu di kulit punggungnya yang terbuka.

“Kau bisa santai,” katanya. “Sakit?”

“Hm,” gumam Haelyn sambil menggigit dasi pria itu.

“Katakan jika sakit,” kata pria itu lagi. Suaranya bagai menghipnotis Haelyn dan dia segera tenang.

Suara dengungan mesin tato masih terdengar, dan Haelyn mencengkeram bantal dengan erat sampai proses tato selesai dan pria itu mengoleskan salep serta perban. Kemudian tubuh tinggi itu membungkuk di atas punggung Haelyn. Maskernya telah dilepas, dan tangannya mengambil dasi di mulut Haelyn.

“Sudah selesai,” katanya.

Haelyn masih menutup matanya, hanya menoleh ke samping ketika pria itu mengecup bibirnya. Dia akan bergerak, tapi rasa sakit masih dirasakan di bagian tubuhnya yang baru saja diukir sebuah tato.

“Jangan sampai orang-orang di sekolah melihatnya, kau akan bermasalah.”

“Tidak akan, karena aku tidak suka sembarangan membuka pakaian,” balas Haelyn dengan malas.

“Bagus,” kata pria itu lagi, kemudian mengecup bibir Haelyn. Ketika dia akan menarik tubuhnya, Haelyn meraih lehernya dan menyesap bibirnya. Keduanya pun berciuman.

Haelyn membuka matanya lagi dengan napas agak menderu, dan yang dilihatnya adalah sebuah ruangan yang hanya diterangi oleh lampu tidur. Dia mengerutkan dahinya dalam-dalam, kemudian menatap ke samping dan menyadari bahwa dia ada di tempat tidur.

“Hanya mimpi ...,” katanya.

Malam semakin larut, dan suara serangga-serangga terdengar di luar sana bagai nyanyian di musim semi. Haelyn menarik selimutnya sambil menatap langit-langit kamarnya.

Tato.

Mimpi itu tentang dirinya yang membuat tato, dan dia ingat memiliki satu tato di tubuhnya, tapi dia tak pernah mengingat bagaimana tato itu bisa muncul dan dimilikinya. Kini setelah mimpi itu muncul, mungkin dia memiliki gambaran bagaimana tato itu dibuat, tapi dia sama sekali tak mengingat siapa pria yang membuatnya. Terlebih, pria itu menciumnya!

Dia menyingkap selimutnya dan turun dari tempat tidur, berdiri di depan cermin sambil menaikkan gaun tidurnya. Dia berbalik dan melihat punggungnya dari cermin. Di punggung bawahnya, tepat di tulang belakang ada tato kupu-kupu yang membentangkan sayapnya.

“Kapan aku pernah membuatnya? Aku tidak ingat,” keluhnya dengan wajah merengut.

Dia hendak kembali ke tempat tidurnya, tapi segera berhenti ketika melihat jam sudah menunjukkan pukul 01.30. Dia pun tersenyum dengan penuh arti sambil berlari ke pintu kamarnya dan keluar. kondisi rumah itu sangat sepi, bahkan jika jarum jatuh pun akan terdengar sangat nyaring.

Haelyn berjalan meninggalkan kamarnya ke arah lain, melewati lorong pendek hingga tiba di depan sebuah kamar berpintu kayu hitam dengan gambar seekor naga yang dibuat dari plat emas. Tanpa takut dia mendorong pintunya yang segera terbuka dan senyumannya semakin terkembang.

Hal lainnya yang Haelyn tahu tentang Yuu; pria itu tak pernah mengunci kamarnya jika keluar dan akan menguncinya jika dia ada di dalamnya.

Kamar itu pun memang dalam keadaan kosong, dan Haelyn segera pergi ke arah lainnya di mana ada pintu yang menuju bagian samping dari bangunan rumah itu. Bangunan modern bercampur gaya tradisional yang begitu khas. Dia pun keluar dari pintu kaca itu, dan berjalan melewati koridor samping menuju sebuah ruangan dengan pintu berwarna cokelat dengan lambang keluarga Sendai berupa seekor naga memegang bunga mawar terbakar.

“Lambang yang aneh,” komentar Haelyn begitu melihatnya.

Dia mendorong pintu itu tanpa mengetuknya, tapi dikunci dari dalam yang menandakan bahwa Yuu benar-benar ada di ruang kerjanya. Pada akhirnya Haelyn mengetuk pintunya, tapi tak ada jawaban. Dia tak menyerah dan terus mengetuknya dengan santai tidak santai.

Sekali, dia mengetuk dengan sopan. Kedua kalinya, dia mengetuk dengan sabar. Ketiga kali, dia mulai tidak sabar. Masih tak ada jawaban sampai keempat kalinya dia mengetuk terus menerus tanpa jeda yang cukup untuk membangunkan seisi rumah.

Sayangnya, masih tak ada jawaban.

“Aku tahu kau di dalam,” kata Haelyn. Dia bersandar di pintu sambil melipat kedua tangannya karena rasa dingin. “Kenapa? Apa kau menyembunyikan wanita di dalam?”

Masih tak ada jawaban, dan Haelyn mulai jengkel. Dia memutar otak untuk memancing Yuu keluar dari kandangnya. Sebuah gagasan melintas di benaknya.

“Tatsuya-san, kau di sini? Apakah bosmu ada di dalam?” Haelyn berbicara dengan senang, meski yang menjawabnya hanya keheningan. “Sial, dia tidak terpancing,” gerutunya.

Mempermainkan Yuu adalah hal yang menyenangkan dan justru dialah yang terkadang dipermainkannya. Karena bosan, Haelyn pun memutuskan untuk pergi dan mencari sesuatu di toko online untuk membunuh rasa bosannya.

Tanpa diduga dari ujung koridor muncul satu sosok yang mengenakan pakaian santai sedang membawa sebuah berkas di tangannya.

“Tatusya?” tanya Haelyn.

Tatusya terkejut sejenak menemeukan Haelyn berada di depan pintu ruangan kerja Yuu.

“Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Haelyn lagi begitu Tatusya mendekat.

Pria itu menaikkan kacamatanya. “Saya mengantarkan berkas,” jawabnya.

Haelyn melirik berkas di tangan Tatsuya, kemudian menatap Tatsuya dengan heran. “Dia masih mempekerjakanmu di tengah malam? Apa dia gila?”

“Kami bisa bekerja di waktu apa pun,” jawab Tatsuya dengan sopan.

“Bekerja itu ada waktunya. Kalian juga membutuhkan istirahat.”

Tatsuya hanya tersenyum kecil sebagai tanggapan. Dia pun bertanya, “Apa yang sedang Haelyn-san lakukan di sini?”

“Aku bosan,” jawab Haelyn. “Aku kesepian, butuh belaian dan ingin bercinta, tapi bosmu mengurung diri. Apa dia sedang mengerami telur di dalam?”

Tatsuya nyaris tersedak mendengar penuturan blak-blakan Haelyn. Wajahnya memerah separuh, tapi Haelyn tak menyadarinya.

Klak. Kunci pintu diputar bersamaan dengan suara derit pintu di belakang keduanya. Sosok Yuu muncul dalam balutan yukata sederhana berwarna gelap dengan bagian dada terbuka dan ikatan yang longgar. Wajahnya terlihat dengan bayang-bayang lampu dari atas kepala serta rambutnya yang terurai dan membayangi wajahnya.

“Aniki,” sapa Tatsuya dengan hormat dan mendekati Yuu, kemudian menyodorkan berkasnya.

Yuu meraihnya, dengan wajah yang masih dibayangi rambutnya. Kemudian tatapannya mengarah pada Haelyn.

Haelyn berdiri ngeri melihat wajah Yuu yang terlihat gelap karena membelakangi lampu. Matanya bahkan terhalangi oleh helaian rambut-rambutnya yang berjatuhan di wajahnya.

Dengan bibir yang masih terkatup rapat, Yuu memandang Tatsuya kemudian Haelyn lalu masuk tanpa menutup pintu. Tentu saja itu kesempatan Haelyn untuk menggodanya.

Haelyn menatap ke dalam tanpa berniat masuk. “Ah, betapa kesepiannya aku,” keluhnya.

“Anda tidak masuk?” tanya Tatsuya.

“Aku tidak mau di usir. Sore tadi aku melihat ada brand yang mengelurkan peralatan nail art. Tatsuya, ayo temani aku memilihnya.”

Tatusya bergeming, dia bahkan tidak menatap Haelyn. Sebelum Tatsuya menjawabnya, Yuu muncul kembali di ambang pintu dengan wajah dingin, kemudian menyugar rambutnya ke belakang hingga memperlihatkan wajahnya yang rupawan dan seksi.

Sial, kapan dia tidak terlihat seksi! Gerutu Haelyn dalam hati.

Satu tangan Yuu memegang kusen pintu, dan satu tangan lainnya memegang rambutnya. Dia menatap Haelyn dengan malas, kemudian menyeringai.

“Apa kau sangat membutuhkan belaian, baby girl?” tanya Yuu dengan mata yang menelusuri tubuh Haelyn yang hanya mengenakan gaun tidur selutut.

Sebelum Haelyn menjawab, Yuu menarik tangannya dan tubuh keduanya berbenturan. Haelyn berjengit dan hampir mengerang.

“Sial, payudaraku membentur dadamu, dan ini sakit!” desis Haelyn.

Yuu menunduk menatapnya dengan sebelah alis terangkat. “Bukankah kau senang?”

“Senang pantatmu! Ini sakit.”

“Mau kuobati agar tidak sakit lagi?” tanya Yuu lagi.

Haelyn mengembangkan senyumannya sambil mendongak, kemudian menjawab, “Boleh.”

Suara debuman pintu ditutup pun terdengar ketika Yuu menarik Haelyn masuk dan pintu terbanting di depan Tatsuya yang masih berdiri di sana. Kepala pria itu menunduk, kemudian berjalan meninggalkan tempat itu di lorong yang sepi dan malam yang sunyi.

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya END UP WITH EVIL YAKUZA - CHAPTER 8.1
11
0
Dark romance, Adult 20+Haelyn Brier mengidap Amnesia disosiatif yang membuatnya melupakan penyebab kematian orang tuanya. Terlahir sebagai nona muda yang terbiasa hidup dalam kemewahan, Haelyn harus menderita ketika keluarganya bangkrut dan kedua orang tuanya tiada.Saat bekerja sebagai penjaga toko buku, bertemu dengan pria tampan bersetelan jas bernama Yuu Akuma yang mengaku kekasihnya, kemudian melamarnya secara tiba-tiba. Haelyn yang selalu melupakan segala hal pun menerima lamarannya, dengan harapan untuk mengembalikan kembali kehidupan mewahnya.Yuu Akuma, ketua Yakuza paling berbahaya di Jepang! Tanpa belas kasih, kejam dan seperti iblis. Menikahi Haelyn seperti memiliki coller coster emosi dalam hidupnya.Haelyn yang mengidap amnesia disosiatif adalah keuntungan bagi Yuu Akuma, yang bermain-main dengan hidup dan ingatannya, seperti mempermainkan kelinci dalam kandang gelap.  
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan