END UP WITH EVIL YAKUZA - CHAPTER 1 (Free)

20
0
Deskripsi

Dark romance, 20+

Haelyn Brier mengidap Amnesia disosiatif yang membuatnya melupakan penyebab kematian orang tuanya. Terlahir sebagai nona muda yang terbiasa hidup dalam kemewahan, Haelyn harus menderita ketika keluarganya bangkrut dan kedua orang tuanya tiada.

Saat bekerja sebagai penjaga toko buku, bertemu dengan pria tampan bersetelan jas bernama Yuu Akuma yang mengaku kekasihnya, kemudian melamarnya secara tiba-tiba. Haelyn yang selalu melupakan segala hal pun menerima lamarannya, dengan harapan...

Haelyn berlari setelah keluar dari taksi sambil menyeret kopernya di dalam bandara. Dia mengedarkan pandangannya ke segala arah di mana keadaan begitu ramai dengan orang-orang yang hilir mudik di sekitarnya. Dia merasakan tengkuknya meremang, debar jantungnya berdebum-debum tak karuan. Perasaan diawasi dan diikuti menggelayut di hatinya.

Ketika pandangannya mengedar, dia tak menemukan satu pun orang mencurigakan. Mereka yang keluar dari pintu kedatangan kebanyakan orang-orang dalam perjalanan bisnis dan turis. Haelyn terus mencari-cari jika sekiranya ada pria-pria kekar dan garang dalam setelan jas dan bertato mengikutinya.

Setelah dirasa dirinya tidak diikuti sampai bandara, dia pun mulai mengembuskan napas pelan meski sepenuhnya masih meningkatkan kewaspadaannya. Dia pun mulai membenarkan gaun musim panasnya dengan topi lebar dan kacamata hitam besar yang bertengger di hidungnya. Dia melenggang menarik kopernya dengan cara yang anggun dan cantik.

Tanpa diduga seseorang menabraknya dari depan membuat langkah Haelyn goyah dan terjatuh. Dia meringis pelan karena tidak melihat seseorang sedang terburu-buru di depannya.

Sumimasen,” kata orang yang menabraknya dalam bahasa Jepang. Tangan orang itu terulur ke arahnya.

Haelyn membulatkan matanya dengan jantung berdentum semakin keras ketika mendengar suara itu. dia agak mengenal suaranya yang tidak terlalu asing. Ketika mendongak, wajah seorang pria Jepang yang sedang tersenyum manis padanya yang dilihatnya. Pria itu mengenakan setelah jas, dan jelas sekali ada tato yang menyembul dari balik kerahnya.

“Ta-tatsuya ...,” bisik Haelyn seraya mundur. Dia mencengkeram pegangan kopernya dengan erat dan terus mundur meski hak sepatunya yang tinggi terasa goyah.

Dengan jantung yang berpacu cepat, Haelyn juga memperhitungkan jaraknya melarikan diri dari Tatsuya. Dia terus mundur ketika Tatsuya terus maju, sampai punggungnya menabrak sebuah bidang keras dan kokoh. Dia pikir di tengah bandaran tidak akan ada tembok yang menghalanginya, kecuali seseorang berdiri di belakangnya.

Debaran di jantungnya seperti akan meledak dalam sekejap, bahkan kengerian dan ketakutan kini tak hanya menyerangnya, tapi juga berhasil meringkus seluruh tubuhnya.

Sebelum Haelyn berbalik untuk melihat siapa yang ada di belakangnya, seseorang sudah berbicara terlebih dahulu padanya.

Kimi wa doko ni ikimasu ka?”* Suaranya rendah, agak serak dan tajam. Bahkan disusul dengan aura intimidasi mengerikan yang tidak main-main.

*Kau mau pergi ke mana?

Haelyn berdiam diri seakan ada paku besar yang memaku kakinya dengan lantai bandara. Dia merasakan keremangan menghantamnya bersama kengerian di hatinya. Sebuah tangan besar meraih sikunya, satu tangan lainnya berada di pinggulnya. Dia bahkan bisa merasakan embusan hangat napas seseorang berada di telinganya. Haelyn menahan napas tajam dan berat sambil menggigit bibir dan tangan mencengkeram pegangan koper.

Where’re you going, hm?” Orang itu mengulang pertanyaan tadi dalam bahasa Inggris.

Haelyn masih menutup mulut, antara menatap Tatsuya di depannya dan dua tangan yang memegang tubuhnya dari belakang. Aroma maskulin dari belakangnya menusuk hidungnya, dan begitu orang-orang melintasi area itu mereka tak bisa menahan diri untuk melirik Haelyn dengan kasihan seakan dia korban intimidasi. Namun mereka pun memilih untuk berlalu begitu saja dan mengabaikannya.

Persis, dia seperti gadis asing yang polos dan sedang digertak oleh para gangster saat ini.

“Aku bertanya, sayang.” Orang itu semakin merundukkan kepalanya tepat ke leher Haelyn. “Kenapa tidak menjawab?”

Bagaimana aku mau menjawab kalau kau bertanya seperti malaikat maut yang akan mencabut nyawaku! Haelyn menjerit dalam hati dengan putus asa.

Kata ‘sayang’ yang dia dengar tidak manis sama sekali, lebih terdengar seperti cambuk petir mengerikan yang menghantamnya. Dia melepaskan pegangan kopernya, kemudian hendak maju tapi dua tangan besar itu masih memegang siku dan pinggangnya.

“Lepaskan aku,” desis Haelyn dengan susah payah dan keberanian yang dikumpulkannya.

Bukan melepaskan tubuhnya, pria di belakangnya kembali bertanya dalam bahasa Jepang, “Doko ni ikimasu ka.”

Dia tidak terlalu sering berbicara bahasa Jepang jika sedang bersamanya, dia akan berbicara dalam bahasa Inggris meski Haelyn memahami bahasa mereka. Satu hal yang Haelyn tahu, dia akan berbicara bahasa Jepang padanya jika sedang marah.

“Lepaskan aku,” balasnya.

Haelyn memperkirakan jaraknya dari pria ini dan Tatsuya, jika dia cermat dan ketika tubuhnya dilepaskan, dia bisa segera berlari ke pihak keamanan dan meminta bantuan mereka.

“Tatsuya.” Pria di belakangnya memanggil Tatsuya dan pria itu segera mengangguk, dia mendekat dan meraih koper Haelyn lalu membawanya.

“Tatsuya berhenti!” teriak haelyn, “kembalikan koperku!”

Saat dia akan merangsek maju untuk mengejar Tatsuya, pinggul dan sikunya semakin dicengkeram erat hingga ia meringis pelan dan berhenti memberontak. Tubuhnya pun dibalikkan hingga kini dia berhadapan dengan tubuh tinggi, berotot dengan setelah jas hitam yang membungkus pas tubuhnya yang indah dan seksi.

Haelyn menolak untuk mendongak, dia tidak mau melihat jenis kemarahan apa yang sedang ditampilkan sosok di depannya ini.

“Mendongak,” perintahnya dengan suara rendah.

Haelyn masih menolak, dia hanya menatap dada bidangnya, dan pria itu melonggarkan dasinya kemudian melepaskan simpulnya dan menariknya hingga terlihat tato menyembul dari balik kerahnya. Haelyn membulatkan mata dengan panik, dia mendongak seraya memberontak dalam cengkeraman pria itu.

“Lepaskan, lepaskan aku!”

Pria itu hanya menahan lengan Haelyn dengan satu tangan tapi dia memberontak sangat kuat dan masih tidak bisa lepas. Kekuatan pria ini terlalu kuat dan tak bisa diremehkan. Satu tangan mencengkeram lengan Haelyn, dan satu tangan lain memegang dasi. Haelyn tentu panik, terus memberontak sekuat tenaga seperti orang gila.

“Jangan macam-macam denganku, aku akan berteriak,” ancam Haelyn.

Mata tajam itu hanya memandangnya tanpa arti, dan orang-orang yang melintas di sekeliling mereka tak berani mendekat atau berurusan dengan seseorang yang tidak seharusnya mereka usik. Hanya dengan melihat tampilan pria itu dan beberapa pria di sekitarnya, semua orang merasa takut.

Haelyn memandang pria itu dengan sengit dan marah. Pria itu tidaklah mengerikan yang terlihat, dia justru begitu tampan, dengan aura gelap dan mengintimidasi. Tubuhnya kekar dan tinggi, lengan-lengannya sangat kuat, dengan bahu lebar dan dada bidang yang kokoh. Rahangnya tegas, dengan hidung bangir dan alis agak tebal berwarna hitam. Matanya agak sempit dan tajam, dengan bibir sensual dan kulit agak kecokelatan. Rambutnya hitam, dipotong pendek dan agak berantakan.

Dengan satu tangan memegang dasi, dia bergerak cepat memutar tubuh Haelyn hingga bersandar ke dadanya kemudian menyatukan kedua tangan Haelyn dan mengikatnya dengan dasi, dengan cara yang agak sadis dan tanpa perasaan.

Haelyn terus berteriak dengan panik dan kesal, bahkan air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. dia menggigit tangan pria itu tapi tak berarti apa pun.

“Tolong! Siapa pun tolong aku, seorang anggota yakuza menculikku!” teriak Haelyn dengan membabi buta.

Teriakan sangat nyaring di dalam bandara tapi seperti tak berarti bagi siapa pun, dan semua orang tidak berani mendekat ketika melihat para pria bertubuh kekar dan berwajah garang dengan tato menghalangi mereka. Bagaimana pun, penculikan heboh seperti ini tidak mungkin dilakukan di bandara. Seharusnya korban sudah dibius terlebih dahulu untuk menekan keributan.

Orang-orang yang tergugah untuk membantu Haelyn pun tidak jadi dan tetap meneruskan urusan mereka.

Merasa teriakannya tak berarti, Haelyn pun berhenti berteriak dan memutar otak untuk mencari cara lain ketika tubuhnya diangkat dan dipanggul di pundak pria itu. Dia merasakan rasa pening menerjang kepalanya dengan tangan terikat, kepala terbalik dan kaki ditahan serta bokong dicengkeram.

Haelyn menatap bagian belakang pria itu sambil mendesis, “Fuck you.”

With pleasure,” balas pria itu.

Haelyn memberengut dengan suara “hmp” sambil membiarkan pria itu meremas bokongnya dan membawanya keluar dari bandara. Dia akan membuat perhitungan dan menyusun rencana melarikan diri lainnya.

Terutama dengan Tatsuya, dia akan membuat perhitungan juga dengan pria itu!

Ketika mereka tiba di mobil, para pria sangar itu membuka pintu mobil dan tubuh Haelyn dilempar ke bagian belakang dengan kasar, membuat kepalanya membentur pintu mobil dan dia meringis pelan. Dia beringsut mundur sambil membuang wajah ketika pria itu masuk dan duduk di sampingnya dengan wajah dingin dan mata tajam seperti akan membunuh seseorang.

Siapa pria ini? Haelyn ingin mengutuknya, tapi juga dia ingin membenturkan kepalanya ke jendela keras-keras agar otaknya jernih. Dia bahkan ingin menemukan mesin waktu agar bisa membawanya ke masa beberapa bulan lalu sebelum orang tuanya meninggal dan dia hidup luntang lantung sebagai yatim piatu di Tokyo.

Dia mengulurkan tangannya yang diikat ke hadapan pria itu. “Lepaskan,” katanya.

Pria itu hanya meliriknya sejenak, kemudian menumpangkan kaki sambil bersandar dan menatap ke arah lain, sepenuhnya mengabaikan keberadaan Haelyn yang berantakan. Bahkan topi lebar dan kacamata hitamnya sudah menghilang entah ke mana.

Jenis kejahatan buruk apa yang dia lakukan di kehidupan lampaunya hingga kini dia menjalani kehidupan mengerikan seperti ini?

Bertemu dengan pria tampan tapi mengerikan yang merupakan ketua yakuza paling meresahkan dan ditakuti.

Pria ini sendiri, memang sangat meresahkan dan berbahaya!

“Bos, apa kita akan pulang?” Sopir di depan bertanya. Pria itu pun bertubuh bebas dan kekar, dengan kepala plontos dan separuh wajah ditato.

“Tidak,” jawabnya dengan suara datar.

Sopir itu seakan sudah tahu ke mana mereka akan pergi dan segera membawa mobil meninggalkan bandara diikuti beberapa mobil sedan lainnya yang menjadi iring-iringan.

Haelyn menoleh dengan cepat dan jantung berdebar semakin keras. Dia menatap fitur samping wajah pria itu dengan mata membulat ketakutan. Di kepalanya, dia sudah membayangkan berbagai macam skenario terburuk yang bisa dia bayangkan.

Kali ini, dia ketahuan melarikan diri untuk pertama kalinya sejauh ini setelah beberapa kali dia melarikan diri tapi selalu tertangkap dalam jarak dekat. Terakhir kali ketika dia baru saja sampai lampu merah, diseret pulang dan dimandikan di kamar mandi oleh pria ini. Kali ini, dia sudah melarikan diri sejauh ini dan nyaris saja naik pesawat.

Tak terbayangkan hukuman apa lagi yang akan dia terima kali ini. Mungkin lebih parah dari dilempar ke kolam renang atau dimandikan di kamar mandi.

Dia pun panik dan berusaha melepaskan ikatan dasi di kedua tangannya yang ternyata begitu sulit. Dia memberi punggung dan terus berusaha sampai menaikkan sebelah kakinya untuk mengambil sepatunya dan menggunakan haknya yang runcing untuk melepaskannya, tapi tetap tak bisa.

“Tidak ada yang pernah bisa melepaskan diri dari ikatan bos.” Suara sopir di depan terdengar melayang sampai ke telinga Haelyn, matanya melirik melalui spion atas.

Dia terperanjat dan buru-buru menoleh ke belakang di mana sang bos sedang menatapnya dengan sebelah alis terangkat, mata tajam dan bibir terkatup rapat. Tato mengerikan menyembul dari balik kerah kemejanya.

“Mereka akan memberontak sampai kulitnya terkelupas karena bergesekan dengan tali. Menyeret seseorang yang diikat itu cukup menyenangkan, benar kan, bos?” Si sopir masih mengoceh.

Wajah Haelyn semakin pucat, dia melirik spion dan bertatapan dengan sopir kemudian memelototinya agar diam. Ketakutan jelas semakin meremas kuat jantungnya.

“Menggantung talinya di langit-langit, ketika tubuh mereka tergantung, sangat mudah melepaskan semua pakaian mereka. Apa lagi wanita, bos biasanya suka bermain kasar dengan tali temali. Beberapa wanita suka digantung dengan tali di tubuhnya, dan beberapa tidak suka dan terus menjerit. Biasanya bos akan memberikan mereka pada kami jika dia sudah bosan.”

Ocehan si sopir jelas menambah kadar ketakutan Haelyn, kedua tangannya mencengkeram pakaiannya dengan kuat. Dia menatap pria di sampingnya dengan wajah pucat pasi, dan membayangkan segala macam hal buruk yang dikatakan sopir.

Bagus, dia akan diumpankan hidup-hidup ke kandang singa kali ini!

Shine,” umpat Haelyn. Dia semakin panik dan terus berusaha melepaskan ikatannya, tapi tanpa diduga tubuhnya didorong dan dihimpit ke sandaran kursi.

Kesiap tajam meluncur dari bibir mungilnya, dia menatap pria di atasnya sambil menahan napas. Jantungnya jelas berdebar semakin tak karuan. Napasnya seperti tersendat dan tubuhnya memberat. Rahangnya sakit ketika tangan besar pria itu mencengkeramnya kuat, dan dahinya mengernyit kesakitan.

“Katakan sekali lagi,” desis pria itu di atasnya.

Haelyn mengernyitkan dahi dengan sebelah mata menyipit dan kedua tangan terikat. Dia menutup bibirnya rapat dan tak mau berbicara setelah berhasil memprovokasinya.

Pria itu menekan rahangnya kuat hingga bibir Haelyn agak terbuka. Mata tajamnya semakin tajam dengan suara semakin rendah. “Katakan sekali lagi,” desisnya.

Haelyn masih bungkam sambil berusaha melepaskan ikatannya.

Pria itu sendiri masih mendesak tubuhnya di kursi, dan berbicara pada sopirnya tanpa menoleh, “Kembali ke rumah.”

“Baik, bos!” jawab si sopir cepat.

Haelyn menelan ludah berat seakan menelan paku beracun. Bagus, kali ini dia berhasil memprovokasinya lagi.

Pria itu melepaskan cengkeraman di rahangnya, kemudian duduk kembali di kursinya dan menatap lurus ke depan.

Haelyn di sisinya menggerakkan rahang dan mulutnya karena ngilu, dia menatap sengit pria di sampingnya.

“Dasar iblis,” desis Haelyn lagi, dan tanpa diduga pria itu bergerak cepat dan kali ini mencengkeram leher belakangnya dan menariknya kuat hingga wajah mereka nyaris bertubrukan. “Ah, sakit, brengsek!”

Dia merasakan kulit kepalanya terasa panas dan sakit karena beberapa rambutnya terjambak dan leher belakangnya dicengkeram kuat.

“Katakan lagi.”

Dengan berani Haelyn balas menatapnya. “Kau iblis, brengsek, sialan. Persetan denganmu! Aku ingin cerai.”

Setelah segala macam umpatan Haelyn meluncur dari bibirnya, pria itu masih diam menatapnya tanpa bereaksi. Tiba-tiba dia melepaskan kancing-kancing kemejanya tanpa melepaskan leher Haelyn. Tato lainnya yang lebih banyak dengan berbagai macam bentuk mulai terlihat di dada dan bahunya yang bidang. Tato-tato itu hampir menutupi seluruh dadanya.

“Menceburkanmu ke kolam dan memandikanmu tidak memberikan efek jera. Apa kau ingin dihukum dengan lebih berat?”

Haelyn mengerut ketakutan di hatinya, tapi dia berusaha tidak menangis ketakutan saat ini. Dia balas menatapnya dengan berani. “Aku menyesal menikah denganmu, dengar itu? Aku menyesal, Yuu Akuma.”

Pria itu menyeringai dengan tajam. “Dan aku tidak peduli dengan semua penyesalanmu, sayangku.”

“Kau brengsek,” umpat Haelyn, suaranya semakin rendah dan mengecil, pada akhirnya air mata terjatuh di pipinya. “Apa menyenangkan menggertakku yang yatim piatu? Aku hanya ingin pulang ke Dublin.”

Pria itu tidak tergugah dengan air mata Haelyn, seakan hatinya sudah sekeras batu. “Aku akan menemanimu jika kau ingin pulang ke kampung halamanmu.”

Haelyn tidak mengatakan apa pun lagi, dia hanya memalingkan wajahnya dengan air mata berlinangan. Sampai pria itu melepaskan lehernya barulah dia bisa bersandar dan meringkuk sambil menangis dengan tangan terikat dan rambut berantakan.

Dia meratapi hidupnya yang buruk ini.

Semua ini berawal dari satu bulan lalu, seharusnya dia tidak menerima lamaran pria ini yang datang dan mengaku sebagai kekasihnya. Kekasih macam apa yang bertingkah seperti iblis.

Menyesal pun terlambat, menjalaninya pun terasa begitu berat. Apa yang harus dia lakukan? Dia bahkan baru saja masuk kuliah, dia masih terlalu muda untuk mengatasi semuanya sendirian. Gadis asing yang tersesat sendirian di Tokyo, seperti kucing terlantar yang tercebur ke dalam got, dia pikir seseorang yang baik datang menyelamatkannya setelah mengangkatnya dari got dan memberinya selimut hangat dan tempat tidur serta makanan.

Pada kenyataannya, dia masuk ke kandang besi yang dipenuhi singa! Salah melangkah sedikit saja, tenggorokkannya akan dirobek. 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya END UP WITH EVIL YAKUZA - CHAPTER 2 (Free)
13
0
DARK ROMANCE, 20+Haelyn Brier mengidap Amnesia disosiatif yang membuatnya melupakan penyebab kematian orang tuanya. Terlahir sebagai nona muda yang terbiasa hidup dalam kemewahan, Haelyn harus menderita ketika keluarganya bangkrut dan kedua orang tuanya tiada.Saat bekerja sebagai penjaga toko buku, bertemu dengan pria tampan bersetelan jas bernama Yuu Akuma yang mengaku kekasihnya, kemudian melamarnya secara tiba-tiba. Haelyn yang selalu melupakan segala hal pun menerima lamarannya, dengan harapan untuk mengembalikan kembali kehidupan mewahnya.Yuu Akuma, ketua Yakuza paling berbahaya di Jepang! Tanpa belas kasih, kejam dan seperti iblis. Menikahi Haelyn seperti memiliki coller coster emosi dalam hidupnya.Haelyn yang mengidap amnesia disosiatif adalah keuntungan bagi Yuu Akuma, yang bermain-main dengan hidup dan ingatannya, seperti mempermainkan kelinci dalam kandang gelap.  
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan