Damn! He's My Husband - Part 8 (FREE)

22
2
Deskripsi

(Romance 18+)

Lara datang ke stadion, membuat kehebohan dengan memberikan air dan roti untuk Luan!

Suara riuh ramai memenuhi seantero penjuru stadion besar itu. Arena lapangan begitu terang dan bersinar oleh para bintang lapangan, di bawah langit gelap dan pekat kota Madrid. Semua suara dukungan, seruan, bahkan yel-yel dari para pendukung dan penonton tak ada hentinya barang sedetik pun. Stadion Wanda Metropolitan terlihat sangat megah, dengan lampu-lampu yang menerangi seluruh lapangan. Layar besar terletak di setiap ujung lapangan, menyiarkan pertandingan yang saat ini berlangsung dalam babak enam belas besar leg pertama liga Champion Eropa, antara Chelsea FC dan Atletico Madrid.

Chelsea FC melakukan laga tandang di kandang Atletico Madrid untuk pertandingan leg pertama. Tim Chelsea FC dengan seragam laga tandangnya yang berwarna putih dengan aksen garis biru dan merah, sedangkan Atletico Madrid dengan jersey garis merah dan putih.

Pertandingan sudah setengah jalan, dan mulai memasuki babak kedua setelah istirahat. Kedua tim kembali memasuki lapangan dan sorakan-sorakan riuh semakin terdengar keras dan bergemuruh seakan hendak meruntuhkan seisi stadion. Masing-masing tim bersiap dengan babak kedua, saling berhadapan sampai wasit meniup peluit dimulainya pertandingan dan bola bergulir ke atas, kemudian menjadi rebutan.

Di tribun, suara gemuruh memekakkan telinga, tapi tak ada satu pun yang merasa terganggu dan justru semakin bersemangat untuk meneriakkan dukungan mereka untuk tim kesayangan masing-masing sampai suara tak lagi keluar. Di tribun paling depan, yang sangat dekat dengan lapangan, Lara duduk sambil memeluk satu tas penuh berisi makanan yang sudah dimakannya separuh. Dia masih asyik memakan keripik kentang, sambil menonton pertandingan.

Dia mengeluarkan ponselnya dan memotret jalannya pertandingan dari jarak dekat, kemudian mengunggahnya di sosial media dengan caption, ‘Apa serunya sepak bola? Bola satu direbutkan oleh banyak orang’ dan tak berapa lama dia di-bully oleh para pengguna sosial media dan pecinta sepak bola. Melihat laman komentarnya penuh bully, Lara buru-buru menghapus kembali postingannya sambil bergidik ngeri.

Netizen lebih mengerikan dari tatapan Luan,” gumamnya dan kembali mengambil bungkus keripik kentang lainnya.

Pertandingan masih berlangsung semakin menggemparkan dan menegangkan, ketika kedua tim sama-sama memiliki skor seri, yaitu 1-1. Permainan kedua tim sangat bagus, kekompakan mereka tak terelakan lagi. Lara mencari-cari keberadaan Luan yang malam ini pun sukses mencuri perhatian semua orang karena aksi memukaunya yang luar biasa ketika melakukan tendangan langsung dari jarak yang sangat jauh dan berhasil membobol gawang lawan di babak pertama.

Karena melihat Luan yang sepertinya menjadi bintang paling bersinar malam ini, Lara pun ingin fokus sesaat untuk melihatnya karena di babak pertama dia sibuk makan dan main game di ponselnya tanpa memperhatikan jalannya pertandingan. Dari jarak tempatnya duduk, dia bisa melihat Luan terlihat cukup tampan dengan keringat yang mulai membasahi pelipisnya hingga rambutnya yang berantakan menempel di dahinya. Pria itu pun mengangkat kaosnya hingga memperlihatkan kulit perutnya yang agak kecokelatan dan berotot, kemudian mengusap keringat di wajahnya dengan ujung kaos. Para penonton wanita tak henti-hentinya menjerit melihat otot perutnya.

Lara mendumal dalam hati, “Dia suamiku, oke.”

Meski Atletico Madrid merupakan tuan rumah, tapi lawan mereka pun tidak kalah memukau dan mencuri perhatian. Masing-masing tim memiliki pemain bintang dan kebanggaan, saling menunjukan kemampuan dan bakat mereka yang hebat, dan berusaha mengalahkan satu sama lain.

Ketika bola datang dari arah belakang, gelandang Chelsea FC melakukan passing dan Luan segera berlari ke depan untuk menerima umpan, ia membawa bolanya ke gawang lawan dengan beberapa kali di hadang dan berhasil membawanya kemudian melakukan tendangan langsung. Bola melambung dengan keras dan menukik ke arah gawang lawan, di mana kiper bersiap dengan kedua tangan terentang. Semua pendukung Chelsea FC bersorak dan pendukung Atletico Madrid menahan napas. Sampai pada akhirnya bola membentur mistar gawang dan memantul ke rumput kemudian berhasil ditahan kiper. Sorakan kembali bergemuruh seakan menggetarkan jiwa, membuat Lara harus menutup kedua telinga dengan wajah cemberut.

Kiper Atletico Madrid passing ball dan lawan berhasil melakukan serangan balik terhadap Chelsea FC, dan giliran untuk bagian gelandang dan bek yang merapat ke wilayah mereka untuk menghadang dan merebut bola. Pertandingan semakin menegangkan dengan beberapa kali terjadinya serangan-serangan mematikan dan kesempatan-kesempatan gol untuk kedua belah pihak.

Waktu terus bergulir, dan para pemain mulai banjir oleh keringat, beberapa kali terjatuh, beberapa kali melakukan pelanggaran dan sebagainya. Di menit ke-70, permainan semakin menegangkan dan emosi-emosi pemain mulai terlihat terpancing oleh satu sama lain karena kelelahan dan selalu gagal dalam menambah skor.

Luan berdiri di sisi lapangan kanan dengan kedua tangan di pinggang dan napas yang tersengal, dia menatap ke kejauhan di mana rekan-rekan timnya berusaha merebut bola dari lawan dan menggiringnya kembali ke daerah lawan sebagai serangan balik. Ketika bola melambung ke tengah lapangan, Luan berlari kembali ke tengah dan menunggu sampai umpan tiba. Gelandang Chelsea FC membawa bolanya dan melakukan crossing ke arah Luan, bola melambung tinggi ke daerah kotak penalti lawan, di mana Luan sudah bersiap dan melompat ke udara untuk melakukan heading. Ketika dia melakukan heading, bek lawan pun melakukan hal sama untuk menahan serangan, dan kepala mereka berbenturan.

Jeritan dan sorakan kembali bergemuruh dengan drum-drum yang terus dipukul. Wasit meniup peluit sebagai pelanggaran dan para pemain dari kedua kubu berbondong-bondong mendekat, di mana Luan sedang berbaring dengan sebelah tangan menutupi kepalanya, dan bek lawan yang berbenturan dengannya melakukan hal sama. Tim medis segera berlarian ke lapangan untuk menangani kedua pemain yang kemungkinan mengalami cidera di kepala.

Diaz––yang merupakan gelandang dari Chelsea FC––mulai tersulut emosi dan menudingkan telunjuknya. “Kau mendorongnya, bagaimana bisa kau mendorong dadanya sampai dia terjatuh ketika kepalanya membentur kepalamu.”

Salah satu pemain Atletico Madrid maju dan menepis tangan Diaz. “Kau pikir hanya Luan yang terluka, Idra juga terluka di kepala.”

“Itu jelas pelanggaran di kotak penalti.”

“Tidak ada penalti.”

Begitu keributan mulai terjadi, dan wasit beserta asisten wasit harus turun tangan dan memisahkan dua pemain yang cekcok hingga terjadinya drama lapangan yang mengundang perhatian penonton.

Lara yang menyaksikan di tribun bawah pun tak bisa lagi tenang melihat Luan yang sepertinya terluka di bagian kepala. Dia melihat dengan jelas, kedua kepala mereka beradu dengan keras demi memperebutkan bola, meski pada akhirnya bola itu keluar dari lapangan. Dia melupakan keripik kentangnya untuk sesaat dan berdiri untuk menyaksikan lebih jelas.

“Kalau dia terluka di kepala, lalu gegar otak, bagaimana? Kalau dia hilang ingatan, lalu melupakanku, bagaimana?” gumam Lara.

Seorang wanita cantik bergaya sosialitas di sampingnya melotot ke arah Lara. “Heh, kau ini mendoakan yang buruk untuk Luan ya!”

Lara menatap wanita itu dengan dahi mengerut dan wajah cemberut. “Siapa kau? Aku tidak kenal. Jangan sok kenal.”

Wanita itu terlihat ingin menelan Lara hidup-hidup, tapi melihat Lara yang kembali meraih keripik kentangnya, sambil makan dia pun diam.

Di lapangan, tim medis membawa Luan ke pinggir lapangan. Pelipisnya robek dan mengeluarkan darah, hingga pertandingan harus break selama beberapa menit sampai coach memutuskan untuk mengganti pemain atau meneruskannya.

Coach mendekati Luan yang sedang dibersihkan lukanya agar tidak infeksi. “Kau baik-baik saja? Kau tidak masalah out?”

Luan menggelengkan kepalanya, dia bangun dan menatap Coach dengan wajah datar meski darah baru saja mengucur di pelipisnya dan masih merembes di kain kasa. “Aku tidak masalah,” jawabnya. Dia kembali ke lapangan setelah dibalut lukanya, kemudian berdiri di depan Diaz dan mendorong dadanya. “Sudah, sudah. Pelanggaran atau bukan, kita akan tahu nanti.”

Wasit masih belum memutuskan apakah pelanggaran atau bukan. Setelah layar besar di kedua ujung lapangan memutar kembali tayangan tadi, selama beberapa kali dari yang mode normal sampai slow motion, dimana terungkap di layar bahwa bek Atletico Madrid melakukan pelanggaran dengan mendorong leher Luan ke samping sebelum membenturkan kepala mereka ketika melompat. Wasit pun memutuskan bahwa itu pelanggaran di kotak penalti.

Luan berdiri di garis lengkung penalti, bersiap dengan bola di kakinya dan kiper lawan di depan gawangnya. Wasit berada tak jauh dari mereka, untuk menyaksikannya. Keadaan di stadion berubah tegang, dan sesaat suara-suara riuh hening dan digantikan dengan tarikan napas baik dari pendukung mana pun.

Setelah bersiap dengan posisinya, Luan melakukan gerakan crossing ke kiri dengan kaki kanan dan kiper nyaris melompat ke kiri, tapi dalam sepersekian detik dia melakukan crossing ke kanan dengan kaki kiri hingga kiper benar-benar melompat ke kiri dan bola membobol gawang dari kanan.

Sorakan riuh kembali pecah dan tak terbendung lagi, bendera-bendera Chelsea FC pun berkibar dan para pendukung Chelsea saling berpelukan untuk melakukan selebrasi. Untuk pendukung Atletico Madrid hanya bisa menghela napas sambil mengusap wajah mereka––antara kesal dan tak berdaya, meski ini adalah rumah mereka. Meski begitu, pertandingan harus berjalan dengan fair, jadi mereka menerima Atletico Madrid harus kebobolan lagi untuk kedua kalinya.

Sedangkan Luan sendiri hanya berdiri dan rekan-rekan timnya menyerbu dari belakang kemudian memeluknya dan mengangkat tubuhnya ke atas dan melemparnya ke udara. Luan berlari ke arah pinggir lapangan, dekat tribun di mana seseorang sedang menonton sambil makan keripik kentang yang tak ada habisnya. Semua wanita di sana menjerit-jerit tak karuan ketika Luan tersenyum kecil, tapi luar biasa memikat.

Lara yang melihat Luan tersenyum ke arah tribun di mana dia duduk hanya menolehkan kepala ke sana-sini dan mencari, kepada siapakah Luan tersenyum?

“Luan Diego sangat jarang tersenyum, dia bahkan hanya tersenyum pada rekan-rekan timnya jika melakukan gol,” kata penonton wanita di dekat Lara.

“Dia benar-benar tersenyum ke arah penonton, dan ke arah kita!” sambung yang lainnya.

Lara yang mendengar mereka membicarakan Luan pun hanya mengorek telinganya, kemudian membalikkan bungkus keripik kentangnya yang habis. Dia kembali meraih minuman kaleng, menenggaknya sampai habis kemudian melanjutkan makan cookies.

“Lihat dia, jorok sekali. Sejak tadi hanya makan terus,” komentar wanita yang tadi.

“Kulihat juga dia hanya makan, tidak menonton sama sekali. Mungkin dia hanya mendapat tiket VIP gratis.”

Lara yang digosipkan pun semakin mengorek telinganya dengan wajah cemberut. “Ha! Kalian benar, aku hanya dapat tiket gratis. Kalian menggosipkanku karena tidak kubagi makanan, kan?” gerutunya dengan sebal.

Sementara semua orang kembali fokus dengan pertandingan, Lara masih sibuk menghabiskan sisa makanannya. Sampai di menit ke-90 dan penambahan waktu lima menit pun skor masih dengan 2-1 untuk Chelsea FC vs Atletico Madrid. Wasit meniup peluit panjang pertanda berakhirnya pertandingan, dan semua pendukung Chelsea FC saling bersorak dalam sukacita, dan pendukung Atletico Madrid pun tetap memberikan dukungan semangat untuk para pemain kesayangan mereka. Para pemain kedua kubu saling berpelukan sebelum mereka meninggalkan lapangan.

Berbeda dengan Luan, dia justru berjalan ke pinggir lapangan dengan wajah datar seakan tak terjadi apa pun kemudian duduk dan merebahkan tubuhnya. Dia memejamkan matanya dengan kedua tangan terentang.

Lara yang melihat Luan sendirian pun segera turun mendekati pagar dan melambaikan tangannya sambil berteriak, “Luan! Luan! Luan! Aku di sini!”

Luan membuka matanya dan menoleh ke arah tribun, kemudian bangun dan mendudukkan diri.

“Luan, Luan, Luan, Luan!” teriaknya terus, membuat orang-orang di dekatnya sebal karena risih. “Ini! Ambil ini!” teriak Lara lagi sambil mengacungkan botol minuman di tangannya.

Tanpa mengatakan apa pun, Luan benar-benar bangun dan berjalan ke arah Lara tanpa ekspresi. Semua orang yang melihatnya merasa heran dan tercengang, karena ini pertama kalinya Luan mau mendekati tribun penonton, terlebih karena ada seorang gadis yang terlihat manis dan lugu memanggilnya. Semua orang nampaknya terkejut, terkecuali rekan-rekan tim, staff dan coach yang sudah tahu bahwa Lara adalah asisten pribadi Luan.

Mendapat pemandangan langka ini, semua kamera tertuju padanya dan menangkap gambar Luan yang berjalan ke pagar tribun dan Lara yang melambaikan tangannya yang memegang roti juga botol air.

Lara mengulurkan sebungkus roti keju dan botol air. “Ini! karena kau sudah bekerja keras, aku bagi roti dan minumanku.”

Luan menatap Lara dengan dingin dan tanpa kata.

“Tenang saja, ini masih baru! Ayo ambil, sebelum aku mengambilnya kembali.”

Luan mengambil roti dan botolnya, kemudian berjalan kembali menjauhinya. Ketika membuka tutup botolnya, dia justru mengguyurkan isi airnya ke kepala hingga basah dan menetes kemudian meneguknya sampai habis.

“Duh!” Lara menggerutu sebal, melihat Luan yang membuang-buang air minum. Namun hanya sesaat, sebelum dia memasang senyum ketika melihat Diaz yang hendak merebut rotinya tapi Luan menjauhkannya dan tetap memegangnya sampai dia tiba di hadapan pelatih dan staff.

⚽⚽⚽

Semoga kalian masih mau melihat kelanjutannya yaaaa…

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Damn! He's My Husband - Part 9 (FREE)
21
1
(Romance 18+) Luan dan Lara berjalan-jalan malam di kota Madrid. Luan yang selalu menyogoknya dengan makanan dan game, apakah Lara akan luluh?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan