Takdir Cinta Amara--Bab 1

44
0
Deskripsi

‘Aku hanya perempuan biasa, wajar jika Kak Ray memilih Kak Nania menjadi pendamping hidup, shalehah, cantik, pintar, ia jelas lebih baik dibandingkan aku.’ Amara berbicara dalam hati dan tersenyum getir melihat undangan yang kini berada ditangannya.

 

 

 

Bab 1--Hati yang patah

 

“Aku hanya ingin memberikan ini padamu,” ucap pria bernama Rayyan Alfarizi biasa di panggil Kak Ray oleh Amara dan teman kampusnya.

 

Perempuan cantik nan anggun bernama Amara Althafunnisa anak perempuan Amanda dan Rama, kini tengah duduk bersama salah satu mahasiswa yang merupakan kakak tingkatnya menempuh pendidikan di salah satu fakultas kedokteran di Jakarta, ia tidak sendiri melainkan di temani Frida teman satu kelasnya di sebuah kafe dekat kampus mereka.

 

“Kak Ray, nikah?” tanya Frida yang kaget melihat undangan bertuliskan nama Rayyan Alfarizi, dan yang lebih mengagetkan ketika nama mempelai wanita adalah seseorang yang mereka kenal di kampusnya, ia adalah Nania Putri yang merupakan seorang aktivis di kampusnya.

 

“Selamat, Kak ...,” ucap Amara yang matanya sudah terlihat berkaca-kaca, hatinya berdenyut nyeri.

 

‘Aku hanya perempuan biasa, wajar jika Kak Ray memilih Kak Nania menjadi pendamping hidup, shalehah, cantik, pintar, ia jelas lebih baik dibandingkan aku.’ Amara berbicara dalam hati dan tersenyum getir melihat undangan yang kini berada ditangannya.

 

“Terimakasih,” ucap Ray datar, tidak terlihat sama sekali kebahagiaan pria yang akan melepas masa lajangnya itu.

 

“Adakalanya Allah memberikan jalan berliku untuk bisa bertemu kekasih hati, pilihan sang Khalik yang memang menunggu saling bertemu, saling melabuhkan hati dan saling menerima. Dan pria untukku bukanlah Kak Ray, karena nyatanya Kak Ray telah menemukan jodoh terbaik pilihan Allah.”

 

Ray di buat bungkam oleh ucapan Amara, teringat kembali janjinya saat itu pada Amara di awal mereka saling mengenal.

 

****

 

“Amara, jaga hatimu, kelak kita lulus kuliah, segera mendatangi keluargamu untuk mengkhitbah agar kamu menjadi pendamping hidupku,” pinta Rayyan saat mereka tengah makan bersama di kantin kampus.

 

“Aku tidak ingin berpacaran, Kak. Jadi selama menunggu kelulusan kita hanya sebagai teman biasa saja,” jawab Amara sambil meremas tangannya karena gugup.


 

Siapa yang tidak kenal Rayyan, mahasiswa aktif di kampus dalam semua kegiatan. Banyak perempuan yang mengejar-ngejar cintanya, mendekati Rayyan untuk mendapatkan perhatian dan cintanya.

 

Waktu berlalu begitu cepat, sejak acara wisuda Rayyan tidak menampakkan dirinya, Amara sudah menghubungi lewat sosial media tapi tidak mendapatkan jawaban apa pun dari Rayyan, ia seperti hilang tertelan bumi selama beberapa bulan lamanya.

 

“Dek, katanya Rayyan akan menikah, informasi dari teman Kakak,” ucap Tama yang merupakan saudara kembarnya.

 

“Hanya gosip mungkin, Kak. Kan Amara pernah bilang sama Kakak kalau Kak Ray akan mengkhitbah Amara selepas ia wisuda,” jawab Amara penuh keyakinan.

 

“Jika dia mempermainkanmu, jangan salahkan kakak jika salah satu tulangnya akan patah,” ucap Tama pada sang adik.

 

Seketika Amara mencubit perut sang Kakak agar tidak berniat buruk seperti itu pada Kak Ray.

 

[Assalamu’alaikum, Ra. Kita ketemu di kafe dekat kampus siang ini.]

 

Pesan dari Rayyan membuat Amara meloncat senang memeluk sang Kakak yang tepat berada disampingnya.

 

[Wa’alaikumsalam, Iya Kak, aku akan menemuimu bersama Frida.]

 

“Tuh lihat, Kak.” Amara menunjukkan pesan dari Rayyan pada Tama. “Pasti Kak Ray merencanakan waktu untuk pertemuan keluarga kita, Kak,” ucap Amara penuh percaya diri.

 

Melihat tingkah sang adik, Tama hanya menggelengkan kepalanya.

 

“Yang penting kamu bahagialah, Dek,” ucap Tama. “Kakak duluan pulang, ya ....” Pamit Tama pada Amara yang langsung mendapat acungan jempol.

 

Amara pun bersiap untuk menemui Rayyan ditemani temannya bernama Frida yang kebetulan siang itu berencana pulang bersama.

 

****

 

Tujuh bulan lamanya Amara menata hati, tapi urung membuatnya lupa akan rasa cinta yang telah hadir untuk seorang Rayyan Alfarizi. Ia membuka aplikasi akun Instagram melihat status teman-temannya.

 

Nania Putri, mengunggah sebuah fotonya, pose menyentuh perut yang sedikit membuncit dengan senyum bahagia.


 

❤️1,544 Likes

 

Nania.putri


 

Bahagia di dalam rahim Ummah ya sayang, sehat terus sampai waktunya . Abi dan Ummah menyayangimu. ❤️

 

@Nisa


 

Sehat selalu ya Mbak

 

@Gina_Gina


 

Masyaallah, bahagia selalu untuk Om Ray dan Tante  Nania.

 

Segera ia menutup aplikasi di ponsel miliknya dengan perasaan sedih, nyatanya pria yang ia harapkan telah bahagia dengan pasangannya saat ini bahkan akan memiliki keturunan, berulang kali ia mengucapkan istighfar, mengenyahkan perasaan iri melihat kebahagiaan orang lain.

 

Amara kemudian turun ke lantai bawah, sekarang waktunya sarapan bersama keluarga di ruang makan, setelah duduk di tengah-tengah keluarganya, akhirnya ia memutuskan sesuatu untuk bisa menenangkan diri.

 

“Ma ... Pa ... Kak ...,” ucap Amara Althafunnisa ragu untuk berbicara di depan orang tua dan kedua kakaknya, sebelum melanjutkan ucapannya ia menarik nafas panjang. “Amara meminta ijin untuk beberapa minggu menginap di rumah Mbok Tarsih, ingin melepaskan penat di desa tempat si Mbok,” sambungnya.

 

Rama, Amanda, Atma dan Tama hanya bisa membulatkan mata, menatap tidak percaya ke arah Amara yang kini menampilkan senyuman ke arah mereka. Ini pertama kali Amara berniat pergi sendiri tanpa didampingi salah satu anggota keluarganya.

 

“Kalau Kakak sih terserah kamu aja,” jawab Atma santai sambil mengoleskan selai kacang di atas roti yang ingin ia makan.

 

“Aku nggak setuju, Kak. Nanti siapa yang bisa aku ajak berantem lagi, nggak seru kalau Amara jauh dari kita walaupun untuk beberapa hari atau minggu,” sahut Tama yang merupakan saudara kembarnya dengan cengiran khas sambil membentuk jari V ke arah Amara.

 

“Kalau Papa terserah kamu, yang penting bisa jaga diri.” Kali ini Rama yang berbicara sambil menggenggam tangan anak perempuan satu-satunya di keluarga itu.

 

Sementara Amanda hanya diam tanpa memberikan keputusan, sesungguhnya ia keberatan atas keinginan Amara, ia tidak bisa jauh dari anak perempuannya.

 

“Sayang, jangan manyun seperti itu, kasih keputusan atas keinginan Amara.” Rama menegur Amanda dengan senyum hangatnya, ia yakin istrinya itu merasa keberatan tapi Rama juga tidak ingin sang anak kecewa.

 

“Mas, kamu tahu kan aku paling nggak bisa jauh dari Amara, dia anak perempuan satu-satunya kita, kalau Atma dan Tama sih nggak masalah dia pergi jauh kemana pun.” Amanda menyampaikan keberatan atas keinginan Amara.

 

“Ohh ... Jadi yang di sayang cuma Amara, iya, Ma?” Nada protes terlontar dari mulut Tama yang memang ceplas-ceplos saat berbicara, Amara juga tidak jauh beda karakternya dari Tama hanya Atma yang terlihat diam dan juga irit berbicara persis mirip dengan Rama.

 

Atma hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan Tama sedangkan Amara malah terkekeh geli dan menjulurkan lidahnya karena senang merasa paling di sayang oleh Amanda.

 

“Bukan gitu maksud Mama sayang, kalian kan lelaki yang bisa melindungi diri sendiri jika terjadi sesuatu, sedangkan perempuan berbeda, kami kaum hawa membutuhkan lelaki yang bisa melindungi kami. Seperti halnya Papa kalian yang selalu melindungi Mama, ya 'kan, Mas?” tanya Amanda mengedipkan matanya ke arah Rama yang membuat Rama tersedak saat sedang menengguk air.

 

“Papa itu bukan melindungi tapi posesif sama Mama, kalau kata anak ABG masa kini, Papa itu bucin level akut,” timpal Tama.

 

Akhirnya tawa Amanda dan ketiga anaknya pecah, sedangkan Rama memberikan tatapan tajam kearah Tama.

 

“Betul apa yang dibilang Tama, masa setiap jam Mama harus kasih kabar tentang aktivitasnya, setengah hari aja nggak dapat kabar dari Mama, semua orang di kantor bakal kena omel, Mama itu obat penenang untuk Papa kayaknya.” Kini Atma ikut menimpali ucapan Tama.

 

Amanda tertawa mendengar ucapan Atma dan Tama, hingga sudut matanya mengeluarkan bulir bening.

 

“Tertawalah sayang ... sehabis sarapan akan mas berikan hukuman untukmu, mas jamin siang ini kamu akan mengambil cuti bertugas di rumah sakit.” Rama menatap Amanda yang baru saja berhenti tertawa setelah mendengar ucapan Rama yang sambil menaik turunkan alis dan mengedipkan matanya

 

“Mas!!!” seru Amanda protes dengan ucapan Rama, akhirnya Rama tersenyum puas sedangkan Atma dan Tama masih menahan tawa. “Ingat umur, Mas ... menyebalkan!” ucap kesal Amanda.

 

“Umur boleh tua, tapi jiwa Mas selalu muda, sayang ...,” sahut Rama yang tetap santai menjadi pusat perhatian ketiga anaknya.

 

“Duh, kenapa Mama Papa malah menunjukkan kebucinan kalian sih? Gimana nih nasib aku? Boleh ya, Ma? Please ... Amara janji akan baik-baik di sana, Amara hanya ingin menenangkan diri, kali aja nanti Amara bisa menjadi muslimah sejati, bukan hanya memakai hijab dan gamis seperti apa yang aku dan Mama pakai sekarang, tapi lebih memahami ilmu agama walaupun hanya sedikit karena paling satu atau dua minggu di sana,” kata Amara.

 

Ya ... Amanda sekarang sudah menutup auratnya, gamis dan hijab melekat ditubuhnya, semua atas dukungan suami beserta keluarga saat Amanda memutuskan untuk berhijrah.

 

“Sudahlah sayang, biarkan Amara kali ini menenangkan diri di tempat Mbok Tarsih.”

 

“Iya, Ma ... kali aja kan jodoh Amara seorang ustadz, dari pada mengharapkan pria yang udah nikah sama perempuan lain, ya 'kan?” Dukungan sekaligus ledekan Tama untuk saudara kembarnya yang membuat mata Amara menatap kesal saudara kembarnya itu.

 

“Aamiin,” ucap Atma mengaminkan perkataan Tama.

 

Amara tersenyum lebar melihat semua mendukung keinginannya terkecuali Amanda yang masih terlihat berpikir, Amara memandang Amanda dengan penuh harap, berharap mamanya itu akan menyetujui juga.

 

“Baiklah, Mama memperbolehkan Amara liburan di tempat si Mbok, dengan catatan kamu harus kasih kabar ke Mama.”

 

Amara langsung berdiri dan memeluk erat Amanda dengan perasaan bahagia, “Terimakasih, Ma, love you mom.”

 

Setelah mendapatkan ijin Amara bergegas menyiapkan pakaian dan keperluan lain yang akan ia bawa, berharap liburannya kali ini bisa membuatnya bahagia dan melupakan segala kesedihan.

 

Baju sudah tersusun rapi dalam satu koper, Amara merebahkan kembali tubuhnya yang terasa lelah, baru saja membuka aplikasi Instagram, status seseorang yang ia cintai terlihat di beranda teratas instagram miliknya.

 

❤️ 3.614 likes

 

Rayyan.Alfarizi Maaf, mungkin saat ini membuatmu bersedih, tapi percayalah ini sudah menjadi bagian skenario takdir-Nya. Berpeganglah pada perasaanmu sendiri hingga kamu kuat menerima sebuah kenyataan.

 

@adi sabar Bro

 

@kevin kuatkan diri

 

@tifan pasti akan menemukan jalan

 

Mata Amara terasa panas, bulir bening luruh dari sudut matanya, ia terenyuh setelah membaca caption dari Rayyan yang rasanya status ditujukan untuk dirinya.

 

“Ayolah Amara jangan larut dalam kesedihan, lelaki bukan hanya dia, perjalanan masih panjang, ingatlah Kak Ray sudah bahagia sekarang, saatnya kamu menemukan kebahagiaan juga.” Amara bergumam, menyemangati dirinya sendiri sambil sesekali menarik nafas panjang.

 

 

 

~Bersambung~

 

Takdir Cinta Amara adalah sequel dari Usai Talak, ada baiknya baca Usai Talak lebih dulu. Tapi, bisa kok langsung baca cerita ini karena menceritakan kehidupan 3 bersaudara yang bikin baper. 

 

Love story' in hospital, happy reading ❤️



 

 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Takdir Cinta Amara--Bab 2
29
0
“Kakinya berdarah, Mas.” Amara merendahkan posisi tubuhnya berusaha menyentuh kaki pria itu tapi dengan cepat pria itu melangkah mundur.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan