
"Katanya, sesuatu yang buruk itu pasti akan pergi dan diganti dengan yang baik. Tapi, gimana kalau ternyata sesuatu yang buruk itu aku sendiri?"
"Ruqa."
"Ya, Ilo?"
"Tahu 'kan, kita nggak bisa memiliki semua yang kita mau?"
"Ya, Ilo. Allah nggak akan bikin hambaNya merugi."
"Dan nggak ada hal yang nggak bisa kita syukuri di dunia ini. Sekalipun itu menyakitkan, pasti akan ada hal baiknya."
"Iya, Ilo."
"Jangan khawatir, ya. Kisah kita ditulis langsung oleh Sang Pencipta dan Dia nggak akan salah menentukan...
Ruqa tidak mengikuti acara penutupan yang selalu digelar kru saat proses syuting film selesai. Sebab ia tidak tahan melihat bagaimana sebagian orang yang akan mengagung-agungkan si Cantik Elia nanti. Posisi Elia sebagai pemeran utama dengan bakat akting yang luar biasa pasti akan menjadi bahan pembicaraan utama di sana.
Membayangkan saja sudah membuat Ruqa memutar malas bola matanya. Bukan karena iri, lebih tepatnya dengki sekali mendengar hal tersebut.
Media sosialnya juga masih dipenuhi komentar dari hatters. Baik postingan pribadi, endorse, promo drama dan apapun itu bentuk komentarnya tetap menyudutkan Ruqa sebagai pelakor. Termasuk postingan terakhir dia yang sedang menunjukkan jika dia akan menghabiskan waktu liburannya di Jogja. Banyak yang memberi komentar agar dia tidak kembali ke Ibu Kota dan menghilang saja di sana.
Duit-duitku, ngapa kalian yang atur? komennya. Namun dalam hati. Jika tidak, Mbak Rae akan marah.
"Hati-hati ya, Ru. Aktifin notifikasi WA kamu. Jangan sampai telat balas pesan yang Mas kirim," pesan Rasya pada adik sepupunya yang sudah siap masuk ke pintu keberangkatan stasiun.
"Udaaah ini loooh." Ruqa menunjukkan ponselnya.
"Billal udah bisa dihubungin? Nanti lupa kalau harus jemput kamu?" tanya Pakdhe saat Ruqa pamit dan mencium tangan pria paruh baya itu.
"Masih centang satu WA-nya, Pakdhe. Tapi Abang udah tahu kok kalau Ruqa nyampe jam berapa."
"Iya udah kalau gitu."
"Hati-hati, ya, Ru. Jangan sembarangan ngobrol sama orang. Apalagi cowok. Mau ganteng mau pendiem, jangan deket-deket!" Kali ini Rae yang berpesan.
"Aduh! Mas nggak tega, deh! Udah Mas anter aja, ya! Lama perjalanannya, loh!" Rasya terlihat resah dan tidak ikhlas melepas kepergian Ruqa.
"Nggak mau, ih! Kan aku sendirian, nggak sama cowok! Nggak janjian juga. Mas juga udah periksa semua chatku 'kan semalam." Wajah Ruqa berubah kesal seketika.
"Biarin Ruqa belajar mandiri, Sya. Coba percaya sama adikmu. Billal juga sudah oke, 'kan?" ujar Pakdhe.
"Billal setuju karena dia naik pesawat, Pak. Bukan kereta. Siapa juga yang suruh pesan tiket kereta," gumam Rasya melirik kesal adiknya.
Karena tidak mau mendapat omelan lebih panjang, Ruqa pamit pada keluarganya. Tidak lupa pada keempat sahabatnya yang juga ikut mengantar. Kemudian ia bergegas masuk dengan diiringi banyak pesan dari Rasya.
Memang bukan pertama kalinya Ruqa pulang sendiri ke Yogyakarta. Yang membuat Rasya khawatir karena menggunakan kereta api, sedangkan biasanya Ruqa memakai pesawat. Bosan adalah alasan tertingginya. Ruqa lebih suka melihat langit dari bawah dibanding berada di atas. Membosankan.
Di kereta banyak hal yang bisa Ruqa lakukan. Salah satunya memotret pemandangan di luar jendela. Mulai dari padatnya bangunan di pinggiran rel di perkotaan, maupun pemandangan hijau jika melewat perdesaan.
Ia duduk di gerbong eksekutif. Karena bukan waktu liburan, terdapat banyak bangku kosong di gerbang itu. Termasuk di sebelah Ruqa. Namun, beberapa penumpang menyadari siapa dia. Ada yang mau meminta foto ada yang bersikap dan menatap sinis padanya.
"Sabar ... nggak boleh bikin keributan. Lagi sendiri, nggak punya temen."
Sekitar enam jam perjalanan, akhirnya Ruqa tiba di stasiun Yogyakarta. Tepat waktu. Ia menggunakan jasa porter untuk membawa satu koper dan tas jinjingnya. Selain karena malas membawa barang, ia juga ingin menyalurkan rezeki yang Allah titipkan padanya untuk orang lain.
Sambil berjalan ke pintu keluar, Ruqa melihat ponselnya untuk menghubungi Billal. Ternyata pria itu sudah mengiriminya pesan.
-----------
BangBil
----------
BangBil:

bang udah di sini.
Ruqa:
Ngapain?
Bangbil:
JEMPUT KAMU!
Ruqa:
Iya tahu. Tapi itu di Bandara, 'kan?
Bangbil:
Emang di Bandara. Emang harusnya dimana?
Ruqa:

Ruqa di sini, Abang!
Bangbil:
ASTAGHFIRULLAH, RUQA!
KENAPA NGGAK NGOMONG KALO NAEK KERETA!
Ruqa:
Kan Abang nggak tanya.
BangBil:
Pulang sendiri aja kamu!
Ruqa:
Ya buruan jemput! Putar balik ke sini 'kan nggak jauh.
BangBil:
Bodo amat! Abang capek baru turun gunung, Jauh2 ke Bandara malah kamu di stasiun. Terserah kamu mau kemana, Abang ada perlu!
Ruqa:
Terus aku pulang sama siapa, Bang? Mbak Rae nggak ikut, 'kan?
BangBil:
Orang.
----------
Chat itu berakhir begitu saja. Ruqa tidak terlalu ambil pusing. Yang penting, ia tidak perlu sibuk cari taksi online untuk pulang ke rumah.
Menunggu beberapa saat di dekat pintu kedatangan, ia mendapat telepon dari Pak Djoko, bapak-bapak yang dipekerjakan Pakdhe untuk menjaga rumah ayah dan bunda di Jogja bersama istrinya, Bi Warni namanya. Sepasang suami istri yang ditolong Pakdhe, daripada tidak punya tempat tinggal, di suruh ngerawat rumah.
Setelah Pak Djoko bisa menemukan keberadaan Ruqa, mereka segera ke mobil dan berangkat menuju rumah.
"Bang Billal sibuk apa sih, Pak?"
"Nggak tau, Mbak! Tadi pulang sebentar sama temen-temennya. Naroh carier terus pergi lagi."
"Dih! Main sama temen sampe lupa ama adeknya," gerutu Ruqa.
Ia tidak lagi bicara dengan Pak Djoko karena sibuk membalas pesan dan telepon dari keluarga dan sahabatnya.
Sekitar dua puluh menit perjalanan, mereka tiba di sebuah perkampungan. Rumah-rumah di sana kebanyakan mempunyai halaman yang luas-luas. Sama seperti rumah Ruqa. Tempat tinggalnya dikelilingi dinding dengan bata merah mengitari halaman tersebut.
Kediaman mereka cukup rindang. Banyak pohon-pohon pada di sekitar bangunan rumah yang cukup luas. Saat Ruqa turun, hal pertama yang dia lakukan pergi ke pohon alpukat. Bukan untuk mencari buah, melainkan menghampiri penghuninya. Ulat-ulat hijau yang biasa disebut ulat keket.
Entah kenapa, wanita muda itu mempunyai kesukaan yang tidak wajar. Jika orang lain menganggap ulat itu hewan yang menggelikan, berbeda dengan Ruqa. Katanya, ulat keket itu 'gemoy', menggemaskan. Punya tanduk kecil dan corak pada mata yang seperti anime. Lucu, berkaca-kaca. Seperti minta disayang, katanya.
Bukan hanya ulat, tapi dia memang penyayang pada apapun. Hatinya begitu lembut, mudah tersentuh dan mudah pula untuk dibodohi manusia licik di luaran sana. Tidak arang jika niatnya menolong malah berakhir dengan sebuah luka. Marah jelas, tapi dia tidak pernah kapok menolong siapapun.
🌱
Menjelang petang, Billal belum juga menampakkan batang hidungnya di rumah. Sempat Ruqa hubungi dan ternyata ada urusan di salah satu proyek yang dia kerjakan. Karena bosan di rumah, ia berniat untuk pergi jalan-jalan. Sekalian, mencari jodoh yang mungkin terselip di antara ratusan ribu penduduk Yogyakarta.
Niatnya menunggu Billal pulang, tetapi ternyata pria itu masih ada urusan dengan teman-temannya. Meski jengkel, tapi Ruqa tidak bisa marah. Jika sampai mengesampingkan urusan Ruqa, berarti ada hal yang benar-benar penting yang berhubungan dengan bisnis atau investasi.
Akhirnya Ruqa pergi bersama Djoko dan Warni. Sesuai dengan syarat Billal, jika mau keluar harus ditemani oleh pasangan suami istri itu.
"Ru! Abang nganter temen-temen ke stasiun dulu. Buruan pulang! Udah malem!"
Ruqa mendapat voice note tersebut dari Billal saat dia baru sampai di rumah.
Jika melihat bekas cangkir-cangkir kopi di meja ruang tamu, sepertinya Abang dan teman-temannya sempat mampir kemari. Ia pun pergi ke kamar dan segera beristirahat.
Sayangnya, mata Ruqa enggan terpejam meski malam sudah terlalu larut. Seharian ia pulang tapi belum ketemu Billal.
-----------
BangBil
-----------
Ruqa:
Abang kok belum pulang?
BangBil:
Kamu belum tidur.
Ruqa:
Nungguin Abang.
BangBil:
Ban mobil Abang pecah, masih Abang benerin.
Tidur duluan aja, ya. Hp Abang lowbat nih, nggak bisa balesin lama2.
Ruqa:
Ish! Adiknya pulang malah nggak ditemuin sama sekali.
BangBil:
Abang salah. Maaf, ya.
Ruqa:
Iya
----------
Ruqa mengakhiri chat tersebut dan beranjak tidur.
Sayangnya, ia tidak terlalu lama terlelap. Hanya sekitar satu jam dari terakhir chat dengan Billal.
Karena penasaran, ia pergi ke kamar Billal. Mencari tahu apa kakaknya sudah pulang atau belum. Dan ternyata sudah. Dalam terbatasnya pengelihatan di kamar yang remang, Ruqa bisa melihat Billal tidur meringkuk membelakanginya.
Ia pun berbaring di sana dengan hati-hati. Ponsel tidak dilepaskan dari tangan. Berniat jika nanti Billal bangun, akan dipotret dan menyebarkan foto pria yang awut-awutan itu. Lumayan, bisa dijadikan bahan untuk mengancam Billal agar mau menuruti kemauannya.
Perlahan ia memejamkan mata dengan memeluk guling yang tidak digunakan pria tersebut. Tumben, pikirnya. Karena Billal adalah laki-laki kesepian yang tidur harus memeluk guling.
Jangan-jangan Bang Billal udah punya cewek? batinnya. Tapi, apa ada cewek yang mau sama dia?
Tidak banyak berpikir, Ruqa pun melanjutkan tidurnya yang terjeda. Di sini lebih nyaman dan tenang.
🌱
Samar-samar Ruqa mendengar deru mesin mobil berhenti di halaman rumah. Tidurnya kembali terganggu. Ia juga merasakan pergerakan dari samping tempat tidur. Abang bangun! batinnyya.
Masih dengan terlelap ia meraba ponselnya, mengintip layar ponsel dan mencari kamera. Tidak lupa menyalakan blitz dan ....
Cekrek!
"Hah!"
Seketika Ruqa bangun seiring dengan pria yang ada di hadapannya.
"Kamu siapa! Kenapa bisa tidur di sini!" seru pria itu membuat Ruqa naik pitam.
Ruqa menyalakan senter dan mengarahkan ke pria itu.
"Kamu sendiri siapa? Kenapa tidur di kasur Abangku?"
"Jauh jauh dari saya!" usir pria berambut gondrong itu.
"Kamu lah yang pergi! Ini rumahku!"
"Billal mengizinkan saya tidur di sini! Seharusnya kamu berhati-hati masuk ke kamar orang lain. Apalagi ada laki-laki di dalamnya! Kamu bisa menyentuh saya!"
"Heh! Yang ada juga kamu yang menyentuhku!" seru Ruqa tidak terima. "Mana ada cewek yang berani sentuh duluan!"
"Dalam kondisi tidak sadar, banyak kemungkinannya kamu menyentuh saya atau saya menyentuh kamu! Harusnya—"
"Kamu menodaiku!" Ruqa menyilangkan tangan di dada.
"Jangan ngomong sembarangan!"
Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan lampu menyala. Saat menoleh, Ruqa melihat Billal terbelak tidak menyangka.
"Abaaaaang! Adikmu dinodai."
"Hah!"
"Hei!"
🌱tbc🌱
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
