1. BaRania

76
29
Deskripsi

Bara, si playboy sang petualang ranjang, setelah satu tahun masa pernikahan, akhirnya mendapatkan alasan untuk menceraikan Rania—wanita yang dulu dijodohkan dengannya.

Rania setuju untuk menandatangani surat cerai mereka jika Bara bersedia memenuhi satu syarat yang ia berikan.

“Aku mau hakku dipenuhi sebelum bercerai,” kata Rania dengan tenang.

“Jangan bilang … lo minta gue tiduri,” tebak Bara lirih.

Bara tak pernah menyangka, wanita itu lebih menakutkan daripada kelihatannya. Rania dan segala misteri dalam kepalanya, tenang namun menenggelamkan.

#BaRania #LinaDianita #pdf

Desahan terdengar jelas, keluar dari mulut seorang wanita, yang sibuk bergerak mendaki kenikmatan dari laki-laki di bawahnya.

"Faster, Baby!" perintah si laki-laki, menikmati pemandangan di atasnya. Tersenyum puas saat perintahnya dituruti dan ia rasakan lebih nikmat selanjutnya.

Laki-laki itu baru saja ingin bangkit untuk merubah posisi, saat dering ponselnya terdengar. Ia raih benda itu dari meja, berjaga seandainya telepon penting dari klien atau sebagainya. Jadi muak dan kesal mendapati nama ‘Rania’ yang tertera di sana. 

Sempat terpikir untuk tidak mengacuhkan atau langsung menolak saja. Namun, teringat akan selembar surat yang ia layangkan beberapa hari yang lalu pada wanita berstatus istrinya itu, Bara berubah pikiran. Akhirnya memberi isyarat pada wanita di depannya untuk menurunkan tempo. 

Bukan ... Bara tidak takut ketahuan oleh istrinya. Ia hanya tak rela kalau wanita itu mendengar desahannya yang berharga.

"Apa?" tanya Bara ketus saat menjawab teleponnya.

"Sudah aku putuskan," jawab Rania dengan suara tenang khas miliknya, "akan aku tanda tangani."

"Keputusan tepat," komentar Bara tersenyum puas.

"Tapi, dengan satu syarat," tambah Rania.

"Yang bener aja," gumam Bara tertawa pelan. "Oke, kasih tahu gue syaratnya!"

"Aku kasih tahu, waktu kamu sudah sampai di sini," ucap Rania.

"Ok, gue ke sana besok pagi—"

"Sekarang," potong Rania masih dengan suara tenang, tidak tergesa.

Bara berdecak kesal mendengarnya. Dia sedang bercinta, apa harus ia sudahi hanya karena wanita satu itu? Dasar pengganggu.

"Gue sibuk, gue ke sana besok pagi."

"Ke sini sekarang atau aku buat ini jadi sulit, Bara," ucap Rania sebelum memutuskan sambungan telepon mereka begitu saja.

Bara kesal mendengar ada penekanan yang kentara pada ucapan wanita itu. Selama ini wanita itu diam tak pernah berulah. Tiba-tiba berlagak punya kuasa atas dirinya begini.

Bara bangkit dan mengejutkan wanita di atasnya. 

"Maaf, Sayang, aku harus pergi," kata Bara memberi wanita itu pengertian. "Aku balik begitu urusan ini selesai, ok?" sambungnya mengusap pipi wanita itu dengan lembut. Cukup untuk membuat wanita itu menurut dan turun dari pangkuannya.

"Aku tunggu," kata si wanita saat Bara turun dari ranjang dan membenahi pakaiannya.

Bara tersenyum, mengangguk menyetujuinya. Ia keluar setelah pakaiannya kembali rapi. Bara melajukan mobil secepat yang ia bisa. Ia ingin urusan itu cepat selesai dan kembali pada wanitanya. Urusan yang ia maksud adalah perceraiannya dengan Rania—wanita yang setahun lalu dijodohkan dengannya.

Bara ingat saat pertama kali mamanya memperkenalkan wanita itu padanya. Tak ada sedikit pun yang bisa menarik perhatiannya dari seorang Rania. Wanita itu memang cantik, tapi Bara punya lebih banyak wanita yang jauh lebih cantik dari Rania di daftar koleksinya. 

Ya, koleksi. Bara adalah seorang petualang ranjang. Satu minggu, ia bisa saja berganti wanita tujuh kali. Wajah tampan, tubuh atletis dan harta melimpah jelas bukan hal yang mudah untuk wanita-wanita itu tolak. Mungkin itulah yang menjadi alasan mamanya membawa Rania masuk dalam hidupnya—ingin dirinya berhenti pada satu wanita.

Namun Bara rasa, sang ibu tak mengenal anaknya dengan cukup baik. Rania bahkan bukan tipe Bara. Bara menyukai wanita seksi yang memiliki payudara sintal dan pantat berisi. Milik Rania? Biasa saja menurut Bara. 

Bagaimana mungkin Bara akan berhenti pada satu wanita sedangkan wanita itu seperti Rania. Rania adalah wanita baik-baik, ia sopan, lemah lembut, dan penurut. Tidak buruk, tapi jelas bukan selera Bara. 

Bara menyukai tantangan. Ia lebih suka wanita agresif daripada wanita penurut seperti Rania. Ia butuh seseorang yang menantang, seseorang yang bisa benar-benar memuaskannya di ranjang, sesuatu yang ia yakin tak bisa ia dapatkan dari seorang Rania. 

Meski begitu, Bara turuti keinginan ibunya untuk menikahi Rania. Karena ia rasa wanita itu juga tidak akan bertahan lama. Ia tebak Rania akan segera melayangkan gugatan cerai kepadanya begitu menikah. Namun cukup mengejutkan, setelah satu tahun, wanita itu masih bertahan.

Luar biasa. 

Satu tahun terbaik dalam hidup Bara sebenarnya karena ia masih bisa bersenang-senang semaunya tanpa ocehan tak jelas dari mamanya. Sedangkan si Lemah Lembut Rania tidak bisa atau bahkan tidak mungkin berani melarangnya. Bara hanya perlu menjawab 'bukan urusanmu' dengan ketus,  dan wanita itu akan bungkam tak lagi melanjutkan pertanyaannya. Ya, kalau dipikir-pikir sepertinya memang tipe seperti Rania-lah yang cocok menjadi istrinya. Wanita tidak banyak tanya dan penurut, hingga Bara masih bebas melanjutkan petualangannya.

Bara menghela napas pelan, menunggu lampu lalu lintas di jalanan sepi tengah malam ini berubah warna. Berpikir, sayang sekali masa-masa itu harus berakhir sebentar lagi. Bara akhirnya mendapatkan alasan untuk menceraikan Rania, dan wanita itu akhirnya bersedia untuk menandatangani surat cerainya. 

Bara tersenyum sinis, mengingat apa yang ia lihat beberapa hari yang lalu. Wanita yang dibangga-banggakan oleh ibunya sebagai wanita baik-baik itu, berselingkuh di belakangnya. Bara melihatnya keluar dari hotel dengan seorang laki-laki. 

Jelas wanita itu tak sepolos kelihatannya. Rania adalah wanita ular bermuka dua, yang sungguh jago akting, hingga ibunya dan bahkan Bara sendiri, tertipu dengan tingkah kalem dan lemah lembut itu. Sulit dipercaya, namun begitulah adanya.

Bara sampai, menghentikan mobil di depan pintu utama rumahnya. Rumahnya sendiri, namun belum tentu seminggu satu kali ia datangi. Bara tak punya niat berlama-lama, jadi tidak ia parkirkan mobilnya di garasi.

Melangkah dengan cepat, Bara naiki undakan lalu mendorong pintu. Terkunci. Bara menghela napas kasar menghampiri bel pintu, lalu menekannya beberapa kali dengan tak sabaran. 

"Nyuruh pulang tapi pintu dikunci, maunya apa sih, ini cewek?" gumam Bara geram. Melipat tangan di dada menunggu pintu terbuka. 

Baru beberapa detik, Bara sudah benar-benar kesal dibuat menunggu. Hendak menekan kembali bel itu saat pintu akhirnya terbuka. Rania muncul dari sana mengenakan kemeja kebesaran dan celana sepanjang satu jengkal.

"Lelet," kesal Bara masuk melewatinya.

"Aku ke sini secepat yang aku bisa," ucap Rania menutup pintu kembali. 

"Kenapa juga pakai dikunci? Lo sendiri yang nyuruh gue pulang," lanjut Bara, bicara bersama emosinya.

"Aku gak nyangka kamu benar-benar pulang," jawab Rania.

"Apa?" tanya Bara meradang. "Lo mainin gue, ya?" Bara bicara lebih pelan, namun terlihat jelas ia lebih geram.

Mata mereka beradu beberapa saat. Tatapan mata Rania, yang teduh dan dalam itu, tak menggoyahkan tatapan tajam penuh amarah milik Bara.

"Aku enggak ...," jawab Rania lirih, tak menyelesaikan kata-katanya.

"Kalau gitu langsung aja! Mana suratnya?" tuntut Bara.

"Di kamarmu," jawab Rania tenang.

Bara segera berbalik dan menuju kamarnya dengan langkah lebar. Rania mengikuti di belakangnya. Mereka segera sampai dan mata Bara menangkap keberadaan selembar kertas di atas meja dekat jendela. Ia hampiri dan jadi murka melihat belum ada tanda tangan Rania di sana.

"Belum lo tanda tangani, Raniaaa," gusar Bara, memanggil nama Rania panjang.

"Aku sudah bilang, aku punya satu syarat."

"Ya udah, bilang! Apa syaratnya?" kesal Bara setengah membentak.

"Aku mau hakku dipenuhi sebelum bercerai," kata Rania pelan. Tangan yang meremas kuat bajunya sendiri itu menyiratkan sesuatu. Suatu keraguan.

"Hak apa? Gue transfer uangnya tiap bulan ke rekening lo. Jumlahnya gak sedikit—"

"Bukan yang itu," potong Rania lirih.

Bara terdiam, otaknya berputar untuk sesaat dan ia tercengang saat menangkap maksud istrinya. "Jangan bilang, lo minta gue tiduri," tebak Bara pelan.

***

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
BaraniaGratis
Selanjutnya 2. BaRania
63
0
2. Hadiah Terakhir
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan