
Hai, XD
Kasih like dan komentar yang banyak sebagai bentuk penyemangat
Jangan lupa follow untuk info lebih lanjut
Selamat membaca👻
Ayo kasih sarang buaya dulu:v
Jangan skip karena ada kejutan di akhir bab
..
Apa yang pertama kali kalian pikirkan mengenai Jawa.
Tradisi? Budaya? Bahasa? Pamali? Atau ... mitos?
Tradisi dan budaya Jawa memang terkenal unik dan menakjubkan hingga menjadi ikon tersendiri. Tutur bahasanya pun halus begitu enak didengar dan nyaman di hati, tak diragukan lagi bahkan ras-ras lain pasti akan mengakui. Namun bagaimana menurutmu dengan pamali dan mitos ….
Orang jawa selalu memiliki pantangan di setiap apapun yang mereka lakukan. Walau saat ini mayoritas menganggap keduanya adalah takhayul dan tidak logis, tetap saja akan ada satu kumpulan masyarakat yang tetap memegang teguh kepercayaan leluhurnya. Mereka akan selalu mengedepankan dan menjunjung tinggi kalimat 'leluhur paling tau'.
Jadi bagaimana menghadapi situasi tersebut?
Kita lihat saja reaksi gadis Jawa di pagi hari ini.
Beberapa saat lalu gadis itu berpamitan kepada orang tuanya dalam rangka mencari kado ulang tahun untuk Adam--tunangannya. Niat hati ingin menciumi tangan ibunya, malah tangannya ditarik dan dipaksa untuk duduk. Selanjutnya, terjadilah kegiatan memberikan wejangan. Ibunya mewanti-wanti anak gadisnya perihal larangan apa saja dalam memberikan kado.
Seperti ...
Jangan membelikan hadiah berupa jam tangan--katanya--takut akan berumur pendek. Dengan hal itu sudah dipastikan bahwa waktu bersama juga akan berakhir. Bagaimana, apakah masuk akal?
Pun sapu tangan. Katanya, agar hubungan yang sudah terjalin tidak terhapus. Unik, tapi bagaimana konsep dan cara kerjanya?
Tidak boleh memberikan baju. Seiring warnanya yang pudar karena terus dicuci, begitulah cinta mereka juga akan ikut memudar. Semakin ke sini semakin aneh rasanya.
Adalagi sepatu. Menurut mereka, jika memberikan barang tersebut maka sama artinya dengan kamu membiarkan pasangan kamu pergi dan mencari pasangan lain. Konyol sekali, bukan? Jika memang ingin berselingkuh, modal tampang, modus, dan tipuan saja sudah cukup memadai.
Dan ... masih banyak pasal larangan lainnya.
Oke, cukup membuat gadis itu pusing.
"Dan satu lagi...,"
Oh, masih ada lagi.
"... Ivy, anakku. Juga, jangan sampai kamu ngasih kado minyak wangi. Nggak boleh, ya."
Ivy mengangkat pandangannya. Bagaimana mengatakannya ….
”Vy, walau kamu sekarang sudah punya toko minyak wangi sendiri, kamu tetep nggak bisa ngasih itu.”
Ivy sebenarnya sudah menyiapkan berbagai cara dari jauh-jauh hari untuk situasi ini. Jadi ia berusaha senyum selembut mungkin. “Ibu, Ivy paham korelasi antara keduanya. Ivy sudah mencari tau dengan betul-betul, walau ada sisi negatifnya tapi juga ada sisi positifnya.” Ivy melirik ponselnya sekejap sebelum kembali fokus ke wanita tersayang dengan segala mitosnya. “Ibu bisa tenang. Ivy pastikan akan membuat minyak wangi yang bisa memperkuat ikatan dan meningkatkan hubungan kami berdua.”
Terdengar tidak masuk akal memang.
“Vy, siapa yang lebih tua dan berpengalaman di sini? Ibu yang sudah menghabiskan separuh hidupnya ini atau kamu yang baru menginjak usia dua puluh?” Helaan napas terdengar di antara keduanya. “Ibu lebih tau. Ini juga ajaran dari nenek moyangmu, leluhur keluarga kita. Nggak mungkin ajaran leluhur kita salah.”
Ivy menyerah, ia akhirnya mengangguk kecil. Selalu seperti ini pada akhirnya. Leluhur benar dan ia salah.
Setelah beberapa kata lagi, ia akhirnya bisa keluar rumah menghampiri Putri yang sedari tadi mengiriminya pesan agar segera keluar. Ivy tersenyum kecil--merasa terhibur melihat tangan aktif Putri dibawah menekan tombol sedangkan matanya melemparkan senyum kepada sosok lelaki di depannya.
"Bapak, Ivy pergi dulu, ya."
Putri sigap menoleh, matanya melotot memberikan teguran.
"Oh, ya sudah hati-hati," balas Bapak. "Inget kata Bapak yang tadi itu, Put."
"Hah?" Putri kaget. Pasalnya, ia kira sudah selesai. "Iya, Bapak, siap. Kalau gitu, Putri pamit dulu."
Mereka mencium tangan Bapak sebelum bergegas pergi.
"Dikasih wejangan apa sama Bapak tadi?"
"Gue ke-gap makan sambil berdiri." Pipi Putri menggembung mengingat yang tadi.
Ivy terkikik. Pasti Bapaknya mengomeli Putri agar tidak makan sambil berdiri. Karena katanya akan membuat orang tidak akan memiliki tempat tinggal. Dan yang lebih menggelikan, katanya akan membuat betis semakin besar.
"Gue angkat tangan sama keluarga lo."
Ya, Putri kerap kali mengeluh sakit kepala dengan kepercayaan kuno dari keluarga Ivy. Ia juga sering merasa tertekan berlebihan ketika berada di sana. Namun setelahnya, ia akan merasa iba pada Ivy. Bagaimana Ivy bisa hidup sehat dengan keluarga seperti itu.
Putri membawa sepedanya menyeberang. Ia bertanya, "tetap ke toko, Vy?"
“Iyalah.”
Di balik Putri yang mengangguk puas, Ivy meminta maaf di dalam hatinya karena tidak menuruti ajaran keluarganya.
♪♪♪♪♪
Malam harinya, Ivy merayakan ulang tahun bersama Adam. Kali ini, tempat yang mereka pilih untuk menjadi saksi bisu cinta mereka adalah pantai Bohay.
Pantai ini memang begitu digemari oleh banyak orang--baik di kalangan anak muda maupun keluarga. Tempat ini selalu rame karena bukan hanya pantainya yang indah menyejukkan mata, spot-spot yang tersedia dengan segala hiasannya memberikan kesan hangat kepada para pengunjung. Makanan laut yang tidak membosankan. Ditambah lagi dengan spot-spot foto yang menarik.
Ivy dan Adam baru selesai menyusuri sekitar pinggir pantai. Bunyi ombak menemani langkah kaki mereka. Mereka naik kembali dan memilih duduk di tengah antara panggung dan kios makanan.
Lagu romantis mengalun dengan petikan gitar menjadi pengiring membuat suasana semakin termanjakan.
Beberapa saat kemudian Adam kembali membawa makanan beserta minuman. Ketika itu, Ivy mengeluarkan sebuah kotak dengan pita hitam dari dalam paper bag yang dibawanya.
"Apa ini?"
"Aku … nggak punya hadiah bagus,” kata Ivy dengan sikap malu. “Jadi, aku cuma buatin kamu minyak wangi.”
Adam mengendus baunya merasakan sesuatu yang baru. Bibirnya tidak bisa untuk tidak terangkat. “Sayang, apanya yang nggak bagus. Ini kamu buat khusus buat aku, kan?”
Ivy mengangguk.
”Jadi ini artinya, di antara semua minyak wangi yang kamu buat dan yang kamu jual, untuk wangi ini cuma aku yang punya.” Adam menggenggam tangan Ivy, matanya menatap penuh kehangatan.
Seperti yang disebutkan sebelumnya. Ivy memiliki toko parfum—di mana toko itu bukan hanya menjual tapi juga membuat. Ivy sudah memeras otaknya sekian lama untuk hadiah ini, jadi inilah alasannya kenapa ia malah melanggar aturan keluarga.
“Tangan lembut ini udah kerja keras cuma untuk aku. Gimana bisa aku nggak bahagia. Terima kasih, Sayang.”
Kasih sayang seperti itu lengkap dengan cuuman ringan di tangannya, sukses membuat Ivy tersipu. Memang ... hati perempuan.
"Makan dulu, ah. Nanti dingin," kata Ivy seraya menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.
Adam hanya tersenyum dengan peralihan topik ini. "Oh, ya. Isi rumah kita sudah lengkap, tadi siang barang-barangnya datang."
"Wah, serius? Kok nggak nelpon aku?"
"Tadi masih berantakan. Nanti tolong liatin ya, mana yang nggak cocok kamu bisa bilang ke aku."
Ivy mengangguk. "Habis ini kita ke sana, boleh?"
Dan benar saja. Setelah menyelesaikan makan, Adam menuruti permintaan kekasih hatinya.
Setelah kurang lebih 20 menit, mereka akhirnya sampai. Adam turun dari sepeda motor dan membuka helm Ivy.
Ivy memandang rumah yang memenuhi pandangannya. Rumah ini adalah rumah yang akan mereka tempati setelah resmi menikah. Rumah sederhana dengan satu lantai. Tempat tinggal yang nyaman, asri kesan pedesaan.
Berjalan melalui pintu masuk, ada 2 set sofa kiri kanan yang menghias ruang tamu. Melihat bagaimana penempatannya, Ivy mengangguk puas.
Ia kemudian melihat dinding, mengernyit bingung karena masih bersih.
Seakan Adam mengerti, ia mendekat lalu berbisik ke telinga Ivy, "nanti kita hias sama foto pernikahan kita. Momen-momen keseharian kita sampai anak kita nanti."
Ivy mengulum bibirnya sembari mengangguk. Setelahnya ia menyikut perut Adam agar tidak terus menggodanya.
Setelah ruang tamu, ada ruang keluarga dan kamar utama. Ivy kembali memindai, tidak ada masalah juga. Akhirnya ia hanya murni melihat-lihat dan percaya pada penataan yang dilakukan Adam.
Mereka akhirnya memasuki bagian dapur. Ivy memutar, membuka dan menutup kabinet. Mengecek kitchen sink. Namun sayangnya, ketika memutar kran, tidak ada air yang keluar.
"Kok nggak nyala, Mas?"
"Masa, sih?" Adam ikut mencoba. Dan benar saja, tidak ada satu tetes pun air yang jatuh.
"Saklarnya sudah nyala?"
"Sudah,kok."
"Tapi kok nggak bisa, ya? Apa kita tunggu aja, mungkin airnya lambat yang mau naik."
"Hmm boleh," balasnya. Lantas ia mundur.
Merasakan sepasang lengan melingkari perutnya, Ivy menggigit bibir dan tidak berani bergerak sedikit pun.
Kepala lelaki itu mulai menyeruak ke leher Ivy, mengendus baunya yang wangi. Ia berbisik pelan, “Sayang, daripada mikirin itu … ada lho kegiatan lain yang menyenangkan.”
Ada rasa gugup yang mulai menghampiri. Apalagi merasakan kecupan dingin yang mendarat ringan begitu saja di telinganya. Ia tahu betul bagaimana situasi yang sedang dihadapinya saat ini. Seharusnya ia juga melepaskan tangan Adam lalu menghentikan semuanya sebelum semakin jauh.
“Apa?" Walau sudah tahu ke mana arahnya, Ivy malah tetap bertanya.
Ada hening sejenak. Lantas Adam memutar tubuh Ivy. Tangannya bertengger di pinggang. Cukup lama seperti itu hingga mendatangkan perasaan tidak sabar dalam diri gadis itu. Ia mengulang pertanyaan dengan suara yang nyaris tak terdengar, "apa?"
Sudut bibir Adam terangkat melihat ketidaksabaran tunangannya. Ivy sendiri diam-diam menelan salivanya setelah menangkap tatapan nakal dari dua mata Adam.
"Ivy... aku nggak pernah minta apapun sama kamu yang melebihi batasku. Tapi di hari ulang tahun aku, apa aku boleh dapat kado itu?"
Ivy diam.
"Hm?" Ia mengendus leher Ivy lagi dan menciumnya ringan. "Lagian pernikahan kita sebentar lagi dan itu pasti terjadi. Kamu percaya kan, sama aku?"
Jantung Ivy sudah tidak aman sejak tadi, dan ketika dihadapkan dengan godaan nyata seperti ini ... pikirannya tidak lagi jernih. Setitik kesadarannya menyuruh untuk berhenti. Dan ketika tangan yang terangkat itu seharusnya mendorong Adam menjauh, namun naas ... tangan itu malah meremas baju tersebut dengan tak berdaya.
Melihat bagaimana respons Ivy ... sebuah senyuman cerah seketika tercetak di sudut bibir Adam.
♪♪♪♪♪
Cogan Cecan 1080p
Ivy Mesya Putranza

Eh, salah kirim
Putri Syafira
Cantik... review perawannya, dong
Diah Putri Cahyu
Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan
Tolong Yang jomblo nggak usah buka grup
Dandi Evander
Wah wah hitam putih
Gue zoom cuma pake tanktop doang lagi
Hertanto Prayoga
Di hotel remang-remang perempatan yang gue bilang nggak sih, Vy?
Dandi Evander
Yang mana?
Hertanto Prayoga
Yang tiap malam ngadain bonus alas triplek plus cashback lateks 12 pcs
Putri Syafira
Kok
Nggak bangkrut apa?
Hertanto Paryoga
Nggak, lah.
Kan ada peluang lateks bocor no complain, haha
Diah Putri Cahyu
Nyesel banget nyimak pelanggan vip ini
Iqbal Akhtar
Vy, gue tau lo nggak pinter.
Tapi jangan goblok amet lah bohongnya
Ivy Mesya Putranza
Heleh
Salah siapa nama grupnya plagiat kontak Mas Adam
Iqbal Akhtar
Iya, deh.
Mas Adam doang yang ganteng. Dandi sama Yoga yang buruk rupa.
Dandi Evander
Nyet
Hertanto Prayoga
Ngapa dah. Daging waras yang tak berdosa ini diseret-seret
Arsyila Regina
Wih ngegas banget, Vy
Kado ulang tahun buat Adam ya?
Iqbal Akhtar
Oh, Mas Adam ulang tahun
Salamin dong, Vy
Dandi Evander
Coba, Sayang. Gimana salamnya?
Iqbal Akhtar
🖕🏻🥰
Jangan lupa kasih aah aah Vy di belakang
.
TBC
Kalian punya temen julid macem Iqbal?
Atau punya temen gila macem Yoga?
😭😭😭
Tentunya mereka sama Dean 11 12🥱
Coba tebak 11 siapa 12 siapa wkwk
Oh satu lagi, kira-kira gimana nasib Ivy setelah diajak maen wkwk
Salam, Liahchuu😘
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
