JODOHKU BOS TAMPAN (Bab 1)

0
0
Deskripsi

Dimutasi ke daerah kukira bakal dapat bos gendut pemarah, ternyata malah dapat bos tampan dermawan. 

Hasna dimutasi ke kantor cabang yang lokasinya dekat dengan rumah neneknya di Blitar. Ia senang sekali akhirnya bisa tinggal di rumah neneknya yang sudah lama tak terawat. Ibunya sudah meninggal dunia dan ia hanya cucu satu-satunya. 

Ketika sedang membereskan rumah neneknya, Hasna menemukan buku harian neneknya. Ia pun membaca buku itu yang ternyata menceritakan kisah cinta neneknya kepada seorang...

Bab 1: Dimutasi 

 

"Dimutasi ke Blitar, Pak?" Hasna memastikan lagi ucapan bosnya barusan. 

 

"Iya. Kamu akan bekerja di kantor cabang di Blitar. Di sana kekurangan tenaga pemasaran," jawab bosnya, memandang Hasna tanpa berkedip.

 

Bibir gadis berusia 30 tahun itu terasa kaku. Di saat mencari kerja sangatlah susah, ia tak bisa begitu saja menolak penugasan itu karena bisa diPHK. 

"Bagaimana? Kamu tak keberatan, bukan?" Bosnya bertanya lagi. "Toh, kamu belum berkeluarga. Daripada saya menugaskan pegawai yang sudah berkeluarga. Pasti repot mengurusi pindahannya. Kasihan juga kalau mereka harus meninggalkan keluarga." 

Hasna menggigit bibir, kesal. Ya, ya. Gara-gara belum menikah, ia harus rela dimutasi ke mana saja. Sebenarnya tak masalah dimutasi ke Blitar, karena itu adalah kampung halaman neneknya. Tapi siapa yang akan ia temui di sana? Sudah tak ada siapa-siapa lagi. 

 

"Saya tidak bisa mempertimbangkannya lagi ya Pak?" Ia mencoba bertanya kembali.

 

Bosnya menghela napas berat. "Tidak ada orang lain lagi yang bisa menggantikanmu. Jadi, kamu hanya tinggal menjawab "Ya" atau "Tidak." Kalau kamu jawab "Tidak" berarti…." 

 

"Baiklah, Pak! Saya bersedia!" Hasna buru-buru menjawab. Bosnya tersenyum penuh kemenangan. 

 

"Jangan kamu anggap ini sebagai tekanan, tapi anggaplah sebagai kesempatan menambah pengalaman. Kamu bisa bertemu orang baru di tempat baru. Siapa tahu kamu bisa dapat jodoh juga." Ucapan bosnya seolah meringankan permasalahan.

 

"Iya, Pak. Saya akan siap-siap pindah." Hasna mengalah. Di usianya yang sekarang ini, ia sudah malas mencari pekerjaan lain. Ia lekas meninggalkan kantor bosnya daripada mendengar bosnya menyinggung soal jodoh. 

 

"Hah? Jadi kamu terima aja dimutasi ke Blitar?" tanya Rieke, teman semejanya. 

 

"Iya, apa boleh buat. Alasannya karena cuma aku yang masih lajang. Jadi nggak ada beban kalau pindah-pindah." Hasna memanyunkan bibir. 

 

Rieke menahan tawa. Ia sendiri baru menikah beberapa bulan lalu. Kalau belum, mungkin ia bisa dapat giliran mutasi juga.

 

"Semoga nanti di sana kamu dapat jodoh ya." Ia menepuk bahu Hasna, tapi gadis itu mengelak.

 

"Siapa yang mau cari jodoh? Lebih enak jadi single gini, nggak perlu nyiapin sarapan buat suami." Hasna mencibir.

"Hush! Jangan gitu. Nanti kalau beneran ketemu jodoh di sana, gimana?" 

 

"Ah, udahlah stop ngomongin jodoh." Hasna menutup telinga tapi masih mendengar suara tawa Rieke.

 

Bukan jodoh yang jadi pikirannya, tapi adaptasi di tempat baru. Apalagi Blitar sangat jauh dari Jakarta. Yah, walaupun ia pernah berkunjung ke Blitar sewaktu neneknya masih hidup. Ketika usianya masih kecil. Setelah Nenek meninggal, ia tak pernah lagi ke kota itu. 

 

Masih seminggu lagi waktunya untuk berkemas. Ketika sedang memilih barang yang akan dibawanya, ia teringat sesuatu. Rumah neneknya di Blitar. Apakah rumah itu masih bisa ditempati? Rumah itu ditinggalkan begitu saja setelah neneknya meninggal. Tak berpenghuni. Warisannya jatuh kepadanya karena tak ada saudara lagi.

Neneknya hanya punya satu anak yaitu ibunya dan ibunya juga hanya punya satu anak yaitu Hasna. Setelah Nenek dan Ibu meninggal, otomatis semua warisan jatuh ke tangan Hasna. Akan tetapi, Hasna tak sempat merawat rumah Nenek karena sibuk dengan pekerjaan dan rumah ibunya di Jakarta. 

"Ah ya… aku tengok saja dulu rumah Nenek. Siapa tahu masih bagus," gumam Hasna. Ia melanjutkan berkemasnya. Tak banyak barang yang dibawanya, karena masih akan melihat situasi dan kondisi. 

 

Seminggu kemudian, Hasna sudah berdiri di depan rumah neneknya yang terlihat menyeramkan dengan rumput yang tinggi dan pagar berkarat. Mendadak tubuh Hasna menggigil. Rasanya lebih baik mencari rumah kos daripada tinggal di rumah neneknya. 

 

"Mau apa melihat ke rumah itu terus?" tanya seorang wanita yang memergoki Hasna berdiri mematung di depan rumah neneknya. 

 

"Ah… ini rumah nenek saya," jawab Hasna, cepat. 

 

"Oalah… ini rumah nenekmu? Kok ndak ditengokin Nak? Sampai panjang-panjang rumputnya?" Wanita itu geleng-geleng kepala.

 

"Iya, ini baru sekarang saya tengok Bu." 

 

"Kamu mau tinggal di sini toh?" 

 

Hasna memandang rumah itu lagi. "Hm… rencananya sih begitu." 

 

"Apa ndak takut ada hantunya?" 

 

Hasna membelalak. Hantu? Ah, ia tak berpikir sampai ke sana. Apa mungkin zaman sekarang masih ada hantu? 

 

Wanita itu tertawa. "Ndak usah pikirin soal hantu. Kalau mau tinggal di sana, cari orang buat bersih-bersih dulu." 

Hasna mengangguk. Ya memang itu maksudnya. "Apa Ibu tahu orang yang bisa dimintai tolong untuk bersih-bersih?" tanyanya. 

 

"Oh tentu saja. Saya dan anak saya siap membantu." Wanita itu tersenyum lebar. 

 

Hasna langsung paham. Pantas wanita itu begitu ramah. Rupanya mau menawarkan pekerjaan membersihkan rumah. 

 

"Baiklah Bu. Saya serahkan rumah ini ke Ibu untuk dibersihkan. Nanti saya datang lagi. Hubungi saya di nomor ini kalau sudah ya. Sementara bersihkan di luar saja dulu. Kalau sudah, nanti bersihkan di dalam bersama saya." Hasna memberikan kunci pagar rumah neneknya kepada wanita itu. Mereka juga bertukar nomor kontak. 

 

"Lho kamu tinggal di mana?" tanya wanita itu.

 

"Saya tinggal di rumah kos dekat sini. Sekarang saya harus ke kantor dulu." Hasna bergegas meninggalkan rumah neneknya setelah wanita itu tak bertanya lagi. 

 

Kondisi di sekitar tempat tinggal neneknya sudah berbeda jauh dengan saat terakhir kali ia datangi. Jalannya sudah mulus dan ramai dan di kanan kiri jalan pun sudah berjejalan warung-warung makan serta minimarket. 

 

Rumah neneknya pasti memberikan pemandangan yang menyesakkan mata, karena tak terawat. Apakah ini salah satu hikmah di balik mutasinya ke Blitar? Agar ia memperhatikan rumah neneknya?  

 

Hasna benar-benar harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Termasuk kantor baru. Ia berharap bos barunya tidak seperti bosnya yang lama. Seorang lelaki umur 40-an dengan perut buncit dan rambut setengah botak. Setiap hari marah-marah karena pekerjaan dan urusan keluarganya. Ah, semoga saja tidak. 

 

"Selamat pagi. Perkenalkan, saya Hasna Hanalia, karyawan pindahan dari kantor pusat." Hasna memperkenalkan diri ketika masuk ke kantor barunya. Tepuk tangan riuh rendah membahana di seantero ruangan. Hasna jadi tak enak hati. Eit, tapi… mana bos barunya? Sudah hampir siang dan bos barunya itu belum nampak. 

 

Semua orang yang ada di ruangan itu juga memperkenalkan dirinya kepada Hasna tapi belum ada seorang pun yang mengaku sebagai bos. Ia kira akan disambut dan diperkenalkan oleh bosnya. 

"Ehm, Ratmi, omong-omong bos kita yang mana ya?" Hasna bertanya dengan berbisik kepada teman semejanya. 

"Oh ya memang Pak Bos belum datang," jawab Ratmi. "Biasa, dia memang suka datang siang karena lebih banyak kerja di luar," jawab Ratmi.

 

Hasna memicingkan mata. Hm, pasti tipikal bos bapak-bapak yang sibuk urus anak pagi-pagi juga seperti bosnya yang dulu. Pupus sudah harapannya mendapatkan bos yang berbeda. 

 

"Halo, selamat pagi!" 

 

Sebuah suara dari pintu masuk ruangan, membuat Hasna dan semua karyawan menengok ke arah datangnya suara. 

 

"Pagi, Pak!" sahut mereka, serempak.

 

"Saya dengar hari ini ada karyawan pindahan dari pusat. Maaf, saya datang terlambat. Mana orangnya?" tanya lelaki itu. 

 

Hasna ternganga dibuatnya. Seorang lelaki muda dengan perawakan tinggi dan gagah. Rambutnya lurus dibelah pinggir. Wajah lonjong dengan mata oriental dan hidung mancung. Kulitnya sawo matang tapi bersih dan cerah. Jantung Hasna langsung berdebar dibuatnya. 

"Itu dia bos kita, Na," bisik Ratmi, membuat Hasna tercekat.

Itu… bosnya…?


 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Kategori
NovelPernikahan
Selanjutnya JODOHKU BOS TAMPAN (Bab 2)
0
0
Dimutasi ke daerah kukira bakal dapat bos gendut pemarah, ternyata malah dapat bos tampan dermawan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan