Chapter 19 : Jealous

1
0
Terkunci
Deskripsi

Matahari baru saja terbit di balik pegunungan, sinarnya menyelinap masuk melalui jendela kamar mereka yang besar. Suasana rumah terasa hangat, namun di dalam hati Jungkook ada gejolak yang sulit dia kendalikan. Di sisi ranjang, Lisa masih terlihat terlelap dengan bayi mereka, Hyunbin, yang tertidur pulas dalam dekapan ibunya. Pemandangan yang seharusnya menenangkan hati Jungkook justru membuatnya merasa gelisah.

Sudah beberapa minggu sejak Hyunbin lahir, dan sejak itu, perhatian Lisa sepenuhnya tertuju...

Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
19 konten
Akses seumur hidup
250
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
55
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya 12. ILHS
0
0
Beberapa Jam KemudianLisa mulai sadar dari pengaruh obat penenang yang disuntikkan Jungkook. Kepalanya terasa berat, matanya perlahan terbuka, menangkap bayangan kabur dari seseorang yang duduk di sampingnya. Dia mengenali wajah itu—Jungkook, dengan tatapan intens yang mengawasi setiap gerakannya.Jungkook... bisik Lisa, suaranya lemah namun dipenuhi dengan emosi. Tubuhnya terasa berat, dan kesadaran yang perlahan kembali membangkitkan kemarahannya. Apa... yang kamu lakukan padaku?Jungkook tidak segera menjawab. Dia hanya menatap Lisa, seolah mencari kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan pikirannya. Namun, ekspresi di wajahnya menunjukkan betapa ia merasa bertanggung jawab sekaligus tidak menyesal.Aku nggak punya pilihan, Lisa, ucapnya akhirnya, nadanya lembut tapi terkesan mendesak. Kamu terlalu marah, terlalu... keras kepala untuk mengerti apa yang aku rasakan.Lisa mencoba duduk, namun tubuhnya masih lemah. Dia menggertakkan giginya, menahan amarah yang mulai membuncah lagi. Jadi, solusinya adalah membuatku tidak berdaya? Memaksaku dengan cara seperti ini? Kamu nggak sadar seberapa salahnya ini, Jungkook!Ini karena aku nggak mau kehilangan kamu, jawab Jungkook cepat, suaranya meninggi untuk pertama kalinya. Dia berdiri, tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Kamu nggak tahu gimana rasanya hidup tanpa kamu. Aku nggak bisa, Lisa. Aku nggak akan biarkan kamu pergi!Lisa memejamkan mata, berusaha menenangkan dirinya yang semakin kesal. Cinta yang kamu rasakan itu salah, Jungkook. Cinta itu bukan tentang mengurung, bukan tentang membuat seseorang merasa seperti tahanan di rumahnya sendiri.Tapi aku melakukannya untuk kita, Jungkook membalas cepat, suaranya sedikit serak. Dia kembali duduk di tepi ranjang, mendekatkan wajahnya ke Lisa. Kamu nggak lihat? Aku cuma ingin memastikan kamu aman. Kamu milikku, Lisa. Hanya milikku.Kata-kata itu membuat Lisa bergidik. Dia menatap Jungkook dengan mata yang berkaca-kaca, berusaha mencari sisa-sisa pria yang dulu ia kenal sebelum semua ini berubah menjadi mimpi buruk. Kalau kamu benar-benar mencintaiku, kamu harus membebaskanku, Jungkook. Bukan mengekangku seperti ini.Jungkook menggeleng pelan, senyumnya pahit. Aku nggak bisa, Lisa. Kamu nggak mengerti. Dunia di luar sana terlalu berbahaya. Aku nggak mau ada orang lain yang menyakitimu atau bahkan merebutmu dariku.Lisa menghela napas panjang, mencoba menenangkan amarah yang terus membara. Kalau kamu terus seperti ini, kamu bukan melindungiku, Jungkook. Kamu menghancurkanku. Aku bahkan nggak tahu siapa kamu lagi.Jungkook terdiam mendengar itu. Ada luka di matanya, tapi dia menutupi itu dengan ekspresi dingin. Dia mengalihkan pandangannya, tidak ingin Lisa melihat kelemahannya.Hening menyelimuti ruangan selama beberapa saat. Lisa masih berusaha menguatkan dirinya, sementara Jungkook tenggelam dalam pikirannya sendiri. Ketika dia akhirnya berbicara, suaranya nyaris seperti bisikan.Lisa, apa kamu tahu bagaimana rasanya kehilangan semua yang penting dalam hidupmu?Lisa mengerutkan kening, bingung dengan arah pembicaraan ini. Namun, dia tidak menjawab, membiarkan Jungkook melanjutkan.Aku kehilangan semuanya sejak aku kecil, kata Jungkook pelan, nadanya sarat dengan rasa sakit yang terpendam. Aku dibesarkan dengan segala kemewahan, tapi itu semua nggak berarti apa-apa. Orang tuaku sibuk dengan pekerjaan, dan aku... aku cuma punya diriku sendiri.Lisa memandang Jungkook, perasaan campur aduk menguasainya. Dia tidak menyangka ada sisi rapuh di balik pria yang selama ini terlihat begitu kuat dan penuh kendali.Dan ketika kamu datang, Jungkook melanjutkan, suaranya sedikit bergetar, Aku merasa hidupku akhirnya punya arti. Aku nggak bisa membiarkan itu hilang, Lisa. Aku nggak bisa membiarkan kamu pergi.Lisa menghela napas berat, mengusap wajahnya yang basah oleh air mata. “Jungkook, aku mengerti kamu merasa kehilangan, tapi aku bukan solusi untuk semua rasa sakitmu. Kamu harus belajar melepaskan dan mempercayai aku.”Jungkook menggeleng keras. Nggak! Aku nggak percaya sama siapa pun. Dunia ini terlalu kejam, terlalu banyak orang yang ingin memanfaatkanmu. Kalau aku nggak menjagamu, siapa yang akan melakukannya?Aku bisa menjaga diriku sendiri, jawab Lisa tegas. Aku bukan gadis kecil yang perlu diselamatkan setiap saat. Aku ingin kebebasan, Jungkook. Aku ingin hidupku kembali.Jungkook mendekat lagi, menatap Lisa dengan intens. Kamu bebas, Lisa. Tapi kebebasan itu ada di bawah perlindunganku. Aku nggak akan pernah membiarkanmu keluar dari hidupku.Lisa menelan ludah, tubuhnya bergetar oleh emosi yang bercampur aduk. Kalau kamu benar-benar mencintaiku, Jungkook, biarkan aku memilih jalan hidupku sendiri. Jangan paksa aku untuk tetap di sisimu.Namun, Jungkook tidak menjawab. Sebaliknya, dia hanya menatap Lisa dengan mata yang penuh dengan campuran emosi—kemarahan, cinta, dan rasa takut yang mendalam.**********Beberapa saat kemudian, Jungkook akhirnya berdiri, membelakangi Lisa. Tangannya mengepal, seolah mencoba menahan sesuatu yang besar di dalam dirinya.Lisa... suaranya nyaris tak terdengar, namun ada nada lelah di sana. Apa aku begitu buruk sampai kamu ingin pergi dariku?Pertanyaan itu membuat Lisa tertegun. Dia tidak pernah melihat Jungkook seperti ini sebelumnya—rentan dan dipenuhi keraguan. Untuk pertama kalinya, dia merasa mungkin ada harapan kecil untuk mengubah pria ini.Kamu bukan buruk, Jungkook, jawab Lisa pelan. Tapi caramu mencintaiku yang salah. Aku ingin bersamamu karena aku mencintaimu, bukan karena aku dipaksa.Jungkook terdiam, memproses kata-kata Lisa. Dia menoleh perlahan, tatapannya tidak lagi penuh dengan kemarahan atau keposesifan. Ada keraguan di matanya, seolah-olah dia sedang berjuang melawan sisi gelap dirinya sendiri.Apa kamu benar-benar mencintaiku, Lisa? tanya Jungkook akhirnya, suaranya nyaris seperti bisikan.Lisa mengangguk pelan. “Aku mencintaimu, Jungkook. Tapi aku gak bisa hidup kayak gini. Aku nggak bisa mencintai kamu kalau kamu terus memaksakan kehendakmu padaku.”Kata-kata itu menggantung di udara, mengisi ruangan dengan ketegangan yang sulit dijelaskan. Jungkook akhirnya kembali duduk di tepi ranjang, wajahnya tampak lelah. Dia menunduk, tangannya bermain dengan ujung kemejanya seolah mencari pelarian dari pikirannya yang kacau.Kalau aku melepaskanmu... kamu janji nggak akan pergi jauh dariku? tanya Jungkook pelan, hampir seperti anak kecil yang takut kehilangan mainannya.Lisa menatap pria itu dengan perasaan iba bercampur harapan. Aku nggak akan pergi jauh, Jungkook. Aku akan tetap ada di sini, selama kamu belajar untuk mempercayai aku.Jungkook mengangguk pelan, meski masih ada keraguan di wajahnya. Aku akan mencoba, Lisa. Tapi jangan tinggalkan aku... aku mohon.Lisa tersenyum tipis, meski hatinya masih penuh luka. “Aku ga akan ninggalin kamu, Jungkook. Tapi kamu harus berubah. Kita harus berubah.”Malam itu berlalu dengan keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Untuk pertama kalinya, ada secercah harapan di antara mereka—meski kecil, namun cukup untuk menjadi awal perubahan.Lisa tahu perjalanan ini tidak akan mudah, tapi dia bertekad untuk mencoba, untuk membantu Jungkook melepaskan sisi gelap yang selama ini menguasainya. Dan bagi Jungkook, meski berat, dia sadar bahwa cinta sejati bukan tentang kepemilikan, melainkan tentang kepercayaan dan kebebasan.***Malam itu, ruangan terasa sunyi. Lisa masih terbaring dengan wajah pucat, tubuhnya terkulai lemas di atas ranjang. Jungkook tidak bergeming dari tempatnya duduk. Pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Lisa. Dia menggenggam tangan wanita itu dengan erat, seolah takut jika melepasnya, Lisa akan menghilang.Beberapa jam berlalu, namun Jungkook tetap terjaga. Matanya yang biasanya tajam kini memancarkan rasa bersalah, meski hanya sedikit. Dia tidak menyesali tindakannya, tetapi perasaan bersalah karena membuat Lisa terluka tetap menghantui pikirannya. Baginya, semua ini dilakukan demi cinta. Cinta yang terlalu besar hingga menguasai dirinya.Tiba-tiba, Lisa menggerakkan jemarinya. Perlahan, dia membuka matanya yang terasa berat. Tubuhnya masih terasa lemas, dan kepalanya sedikit pusing.“Jungkook…?” Lisa berusaha memanggil namanya dengan suara yang sangat lemah.Jungkook segera merespons. Dia mencondongkan tubuhnya, memastikan bahwa Lisa benar-benar sadar. “Aku di sini, Sayang. Kamu baik-baik saja?”Mendengar suara Jungkook, amarah dan kepedihan Lisa yang sempat tertidur dalam pengaruh obat mulai kembali muncul. Dia mencoba bangkit, tetapi tubuhnya masih terlalu lemah. “Apa… apa yang kamu lakukan padaku?” tanyanya dengan suara bergetar.Jungkook menggenggam kedua tangan Lisa, menahan gerakannya. “Aku hanya ingin kamu tenang. Aku nggak mau lihat kamu menyakiti diri sendiri dengan emosi yang nggak terkendali.”Mata Lisa kembali dipenuhi dengan air mata. “Ini salah, Jungkook! Kamu nggak punya hak untuk melakukan ini padaku!”Jungkook menggeleng, suaranya tetap tenang namun sarat dengan keputusasaan. “Aku nggak punya pilihan lain, Lisa. Aku nggak mau kehilangan kamu. Kamu segalanya buat aku.”Lisa menatap Jungkook dengan tatapan penuh luka. “Apa kamu nggak sadar? Cara kamu memperlakukan aku ini justru yang akan membuat aku pergi! Kamu bilang kamu cinta, tapi yang kamu tunjukkan adalah penguasaan, bukan cinta!”Kata-kata itu menusuk Jungkook seperti belati. Dia terdiam, mencoba mencari jawaban, tetapi hanya ada satu pemikiran yang menguasai dirinya: Lisa tidak mengerti. Dia tidak mengerti betapa besar ketakutannya akan kehilangan.“Aku tahu aku salah, Lisa,” katanya akhirnya, suaranya merendah. “Tapi aku nggak tahu cara lain untuk melindungi kamu, untuk memastikan kamu tetap di sisiku.”Lisa tertawa kecil, getir. “Melindungi? Dari apa, Jungkook? Dari dirimu sendiri?”Pertanyaan itu menggema di benak Jungkook. Dia tidak bisa menjawabnya. Mungkin benar, pikirnya. Mungkin dia adalah ancaman terbesar bagi kebahagiaan Lisa. Tapi bagaimana dia bisa melepaskan wanita yang sudah menjadi pusat dari segala yang dia lakukan?Lisa mencoba menarik tangannya dari genggaman Jungkook, tetapi pria itu tidak melepaskannya. “Lepaskan aku, Jungkook. Kalau kamu benar-benar cinta sama aku, biarkan aku pergi. Biarkan aku memilih jalanku sendiri.”Wajah Jungkook mengeras. “Aku nggak bisa. Aku nggak akan biarkan kamu pergi, Lisa. Kamu milikku.”“Milikmu?” Lisa menatapnya dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. “Aku bukan barang, Jungkook. Aku punya hak atas hidupku sendiri.”Jungkook bangkit dari tempat duduknya. Tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. “Lisa, kamu nggak paham. Dunia di luar sana nggak aman. Aku cuma mau memastikan kamu aman.”Lisa tertawa lagi, kali ini lebih keras meski terdengar getir. “Jangan bodoh, Jungkook. Dunia di luar sana mungkin nggak aman, tapi berada di dekatmu jauh lebih menakutkan.”Pernyataan itu menghancurkan hati Jungkook. Dia berjalan ke arah jendela, membelakangi Lisa. Matanya menatap ke luar, tetapi pikirannya sibuk memutarbalikkan kata-kata Lisa. Apakah benar dia adalah ancaman terbesar bagi wanita yang dicintainya?Setelah beberapa saat, dia berbalik, wajahnya kembali tenang meski ada jejak kesedihan di sana. “Lisa, aku tahu aku nggak sempurna. Tapi aku akan berusaha berubah. Aku janji.”Lisa menggeleng lemah. “Aku sudah mendengar janji itu berkali-kali, Jungkook. Tapi apa yang berubah? Kamu tetap sama. Kamu tetap memaksakan kehendakmu padaku.”“Kali ini akan berbeda,” Jungkook bersikeras. “Aku akan membuktikannya.”“Buktikan dengan melepaskanku,” desak Lisa.Jungkook menatapnya, matanya menunjukkan konflik yang begitu dalam. Dia mencintai Lisa, tetapi gagasan untuk melepaskannya terasa seperti bunuh diri. Akhirnya, dia menghela napas panjang. “Aku nggak bisa, Lisa. Aku nggak bisa hidup tanpamu.”Lisa memalingkan wajah, air matanya jatuh lagi. “Maka kamu tidak benar-benar mencintaiku, Jungkook. Cinta seharusnya membebaskan, bukan mengikat.”Ruangan itu kembali sunyi. Kata-kata Lisa menggantung di udara seperti beban yang tak terlihat. Jungkook tetap berdiri di tempatnya, sementara Lisa terbaring di ranjang, menangis dalam keheningan.Lisa berjalan mondar-mandir di kamar yang kini terasa seperti penjara baginya. Jungkook masih bersikap posesif, tetapi dia mulai menunjukkan tanda-tanda perubahan. Dia tidak lagi mengurung Lisa sepenuhnya, meski tetap memberikan batasan yang ketat.Pintu kamar terbuka, dan Jungkook masuk dengan membawa nampan berisi makanan. Dia meletakkannya di atas meja kecil di dekat ranjang, lalu menatap Lisa. “Aku bawakan makanan. Kamu pasti lapar.”Lisa tidak merespons. Dia hanya berdiri di dekat jendela, menatap keluar dengan tatapan kosong.Jungkook mendekat, mencoba menyentuh bahunya, tetapi Lisa menjauh. “Lisa, aku tahu aku salah. Aku tahu kamu butuh waktu, tapi tolong… jangan abaikan aku.”Lisa akhirnya menoleh, matanya masih menunjukkan rasa sakit. “Aku tidak bisa memaafkanmu, Jungkook. Tidak sekarang.”“Aku nggak minta kamu memaafkanku sekarang,” jawab Jungkook dengan suara pelan. “Aku cuma minta kamu kasih aku kesempatan untuk membuktikan bahwa aku bisa berubah.”Lisa menatapnya lama, mencoba mencari kejujuran dalam kata-katanya. “Aku nggak tahu, Jungkook. Aku nggak tahu apakah aku bisa mempercayaimu lagi.”Jungkook mengangguk pelan. “Aku paham. Tapi aku akan terus mencoba, Lisa. Aku nggak akan menyerah.”Lisa tidak menjawab. Dia kembali memandang ke luar jendela, membiarkan suasana hening mengambil alih ruangan.  Malam ituLisa terbangun dari tidurnya karena suara keras dari luar kamar. Dia bangkit dengan hati-hati, mencoba mencari tahu apa yang terjadi. Pintu kamar tiba-tiba terbuka, dan Jungkook muncul dengan wajah panik.“Ada apa?” tanya Lisa, suaranya penuh kekhawatiran meski dia masih marah pada Jungkook.“Orang-orang yang aku takutkan akhirnya datang,” jawab Jungkook dengan nada tegang. “Kita harus pergi sekarang.”Lisa bingung, tetapi dia tidak punya waktu untuk bertanya lebih banyak. Jungkook meraih tangannya, menariknya keluar dari kamar. Di luar, terdengar suara langkah kaki berat dan teriakan yang tidak jelas.“Siapa mereka?” Lisa akhirnya bertanya saat mereka berlari menuruni tangga.“Orang-orang yang ingin menyakitimu,” jawab Jungkook singkat.Lisa tidak tahu apakah dia harus mempercayai Jungkook atau tidak, tetapi saat ini, dia tidak punya pilihan lain. Dia mengikuti Jungkook keluar dari rumah, memasuki malam yang dingin dan gelap.Dalam perjalanan, Lisa merasa perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia masih marah pada Jungkook. Di sisi lain, rasa takut yang kini menguasainya membuat dia bergantung pada pria itu.“Jungkook, apa semua ini karena kamu?” tanyanya pelan, mencoba menyembunyikan rasa takutnya.Jungkook menoleh sebentar, tatapannya penuh rasa bersalah. “Aku cuma ingin melindungimu, Lisa. Itu saja.”Lisa terdiam, hatinya berdebar kencang. Dia tahu hidupnya tidak akan pernah sama lagi.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan