Chapter 13 : Lelah

0
0
Terkunci
Deskripsi

Lisa duduk di kursi ruang tamu rumah Sehun, tatapannya kosong menatap jendela yang terbuka, membiarkan angin sepoi-sepoi masuk. Keputusan Jungkook untuk membawanya kembali ke rumah membuat perasaannya campur aduk. Di satu sisi, ada kerinduan mendalam akan cinta yang pernah mereka bagi. Di sisi lain, rasa sakit dan luka yang masih membekas dari masa lalu membuatnya enggan untuk kembali ke kehidupan yang penuh ketidakpastian.

68747470733a2f2f73332e616d617a6f6e6177732e636f6d2f776174747061642d6d656469612d736572766963652f53746f7279496d6167652f6f597376527a304d4932754c79413d3d2d313438363231343936342e313830306164303863386332346465323838363639333034393431392e6a7067

Suara pintu dibuka menarik perhatian Lisa. Yoona, mertuanya, datang untuk...

Post ini tidak mengandung file untuk diunggah/baca ataupun tulisan panjang.

Dukung suporter dengan membuka akses karya

Pilih Tipe Dukunganmu

Paket
19 konten
Akses seumur hidup
250
Karya
1 konten
Akses seumur hidup
30
Sudah mendukung? Login untuk mengakses
Selanjutnya Chapter 14 : Accident
0
0
Hujan turun rintik-rintik ketika Jungkook berdiri di depan pintu rumah keluarga Lisa, sekali lagi. Ini bukan pertama kalinya dia berada di sana dalam beberapa minggu terakhir, tapi entah mengapa, setiap kali dia datang, rasanya seperti dunia semakin menolak kehadirannya. Hari ini tidak berbeda—udara dingin yang menusuk kulit seolah mencerminkan suasana hatinya yang penuh dengan kesedihan dan penyesalan.Di dalam rumah itu, Lisa, wanita yang pernah menjadi pusat dari dunianya, kini menjadi orang yang paling sulit ia temui. Jungkook menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatan yang tersisa. Dia tahu bahwa datang ke sini adalah tindakan terakhirnya untuk mencoba membawa Lisa kembali, meskipun dia sudah tahu jawabannya.Pintu terbuka dengan suara pelan, dan di ambang pintu berdiri Sehun, dengan tatapan tajam dan dingin. Apa lagi yang kau inginkan, Jungkook? suaranya penuh dengan kebencian yang tidak bisa ditutupi.Aku di sini untuk Lisa, jawab Jungkook, suaranya tegar meskipun dalam hatinya ada kepedihan yang tak tertahankan. Aku ingin bicara dengannya.Sehun menatapnya lama sebelum akhirnya membuka pintu lebih lebar. Dia ada di dalam, tapi aku yakin kau tahu jawabannya tidak akan berbeda dari sebelumnya.Jungkook tidak merespons. Dia hanya melangkah masuk ke dalam rumah yang dulu pernah terasa seperti tempat yang hangat dan penuh kasih, namun sekarang tampak dingin dan jauh dari jangkauannya. Setiap sudut rumah itu mengingatkannya pada kenangan bersama Lisa, saat-saat indah yang kini terasa begitu jauh.Lisa duduk di ruang tamu, mengenakan gaun sederhana namun anggun. Rambutnya tergerai, wajahnya tegas namun tidak lagi menyiratkan kelembutan yang pernah ia kenal. Jungkook berdiri di ambang ruangan, memandangi wanita yang pernah ia sebut sebagai istrinya, dan hatinya teriris.Lisa, panggil Jungkook, suaranya lembut namun penuh keputusasaan. Aku ingin kita bicara.Lisa menatapnya, matanya penuh dengan ketegasan. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Jungkook.Aku minta maaf, Jungkook mulai, langkahnya mendekat. Aku tahu aku telah banyak salah. Aku tahu aku sudah menyakitimu, tapi aku tidak bisa menyerah begitu saja. Aku mencintaimu, Lisa.Lisa berdiri, dan untuk sesaat, Jungkook melihat kilasan kesedihan di mata wanita itu, tetapi itu dengan cepat tergantikan oleh kekerasan hati yang sudah terbentuk selama berbulan-bulan terakhir.Kau tidak mengerti, Jungkook, suara Lisa terdengar dingin. Ini bukan lagi tentang cinta atau maaf. Aku tidak bisa kembali ke hidup yang kau tawarkan. Aku sudah berubah, dan aku tidak akan pernah menjadi wanita yang kau kenal dulu.Aku bisa berubah, Jungkook bersikeras, perasaan putus asa mulai menyeruak. Aku akan melakukan apa saja agar kita bisa bersama lagi. Aku—Tidak ada yang bisa kau lakukan! Lisa memotongnya, suaranya meninggi. Ini bukan tentangmu lagi. Aku tidak akan kembali, Jungkook. Kau harus menerima itu.Kata-kata Lisa menghantam Jungkook seperti palu. Dia berdiri terpaku di tempatnya, matanya menatap kosong ke arah wanita yang pernah ia cintai lebih dari segalanya. Tidak ada kata-kata yang bisa ia ucapkan untuk membalas itu. Lisa telah membuat keputusannya, dan sekeras apa pun dia berusaha, dia tidak bisa mengubahnya.Sekarang, pergilah, kata Lisa dingin, suaranya berubah menjadi bisikan. Jangan pernah kembali.***Hujan semakin deras saat Jungkook keluar dari rumah keluarga Lisa. Dia merasa hampa, seperti seseorang yang kehilangan arah. Lisa benar-benar telah menutup pintu untuknya, dan tidak ada yang bisa ia lakukan untuk membukanya kembali. Ketika Sehun muncul di ambang pintu lagi, kali ini tatapannya penuh kemenangan.Jangan kembali lagi ke sini, Jungkook, Sehun memperingatkan dengan nada dingin. Biarkan Lisa menjalani hidupnya. Kau sudah cukup menyakiti dia.Tanpa kata-kata, Jungkook hanya melangkah pergi. Setiap langkah yang ia ambil terasa seperti membawa beban yang lebih berat di bahunya. Dunia di sekelilingnya terasa seakan-akan ambruk, runtuh menjadi kepingan yang tak bisa ia perbaiki lagi.***Saat Jungkook memasuki mobilnya, kesedihan yang ia tahan sejak tadi akhirnya meledak. Dadanya terasa sesak, seolah-olah ada sesuatu yang berat menghimpitnya, menghalangi dia untuk bernapas. Amarah, kesedihan, dan rasa bersalah berputar menjadi satu dalam dirinya, membentuk badai emosional yang tak terkendali.Tanpa berpikir panjang, dia menginjak pedal gas, dan mobil melesat cepat meninggalkan rumah besar keluarga Lisa. Jalanan yang licin oleh hujan menambah intensitas dari setiap perasaan yang menguasai pikirannya. Jungkook tidak peduli. Yang dia tahu hanyalah bahwa dia harus pergi dari tempat itu—pergi dari kenyataan yang tidak bisa dia hadapi.Dia melaju dengan kecepatan tinggi, melewati jalanan yang lengang, sementara pikirannya terus dipenuhi oleh wajah Lisa dan kata-kata terakhir yang diucapkannya. Aku tidak akan kembali, Jungkook. Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di telinganya, menghantui setiap detik yang berlalu.Kepalanya terasa berat, dan matanya kabur oleh air mata yang entah sejak kapan mulai mengalir. Hatinya berdenyut-denyut, seolah-olah akan meledak kapan saja. Dan saat dia membelok di sebuah tikungan tajam, sebuah mobil lain muncul dari arah berlawanan.Jungkook memutar kemudi secepat mungkin, mencoba menghindari tabrakan. Tapi semuanya terjadi terlalu cepat. Mobilnya kehilangan kendali, ban-ban tergelincir di aspal basah. Sebuah dentuman keras terdengar ketika mobilnya menabrak pembatas jalan. Kaca depan pecah, suara logam berderak memenuhi udara, dan tubuh Jungkook terhempas ke arah setir.Segala sesuatu di sekitarnya berubah menjadi kekacauan. Detik-detik terakhir sebelum semuanya menjadi gelap terasa seperti mimpi buruk yang tak bisa dihindari.Di rumah sakit, ruangan itu penuh dengan suara mesin-mesin medis yang monoton. Di sebuah ranjang putih, tubuh Jungkook terbaring tak bergerak. Wajahnya pucat, dan beberapa luka menghiasi kulitnya yang dulu selalu tampak sempurna. Dia dikelilingi oleh alat-alat medis yang memantau setiap detak jantung dan napasnya yang lemah.Para dokter sudah melakukan yang terbaik, tapi kondisinya sangat kritis. Koma adalah satu-satunya kata yang bisa menggambarkan keadaannya sekarang.Yoona, ibu Jungkook, duduk di samping ranjangnya dengan air mata yang terus mengalir. Dia memegang tangan putranya dengan erat, berdoa agar anaknya bisa bangun dari tidur panjang yang tidak pasti ini.Jungkook, tolong bangun, Yoona berbisik dengan suara parau. Mama mohon, jangan tinggalkan kami...Di luar ruangan, para dokter berbicara dengan bisikan, mencoba menjelaskan situasi kepada Siwon, ayah Jungkook, yang berdiri dengan wajah penuh ketegangan. Kami tidak tahu kapan atau apakah dia akan sadar, Tuan. Kondisinya sangat parah.Siwon hanya mengangguk pelan, sementara hatinya tenggelam dalam rasa khawatir yang mendalam.Lisa belum tahu tentang apa yang terjadi pada Jungkook. Dan mungkin, saat dia mengetahuinya, rasa sakit yang lain akan muncul dalam hatinya—rasa bersalah yang mungkin tak pernah bisa terhapuskan.***Pagi itu, langit di luar rumah Sehun begitu kelabu, seakan menyiratkan firasat buruk yang akan datang. Di dalam rumah, Lisa duduk di sofa ruang tamu dengan tangan melingkar di cangkir teh yang sudah mulai mendingin. Pikiran Lisa terombang-ambing, terjebak antara kelelahan emosional dan ketidakpastian yang terus menghantuinya. Sudah berhari-hari sejak terakhir kali Jungkook datang ke rumah untuk menjemputnya, dan semua interaksi mereka hanya meninggalkan luka yang semakin dalam.Suara pintu depan berderit pelan saat Sehun masuk ke dalam rumah. Langkahnya berat dan wajahnya tampak tegang, seolah-olah ada sesuatu yang ingin dia sampaikan namun dia ragu-ragu. Dia memandang Lisa yang masih terdiam di sofa, seakan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tanpa menunggu lebih lama, Sehun melangkah mendekat dan duduk di samping adiknya.Lisa, panggil Sehun pelan, suaranya sedikit bergetar.Lisa mengangkat pandangannya, menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Mata Sehun memancarkan kekhawatiran yang tidak bisa disembunyikan. Ada apa? tanya Lisa, suaranya terdengar kaku, mungkin karena perasaan yang selama ini dia tahan.Sehun menarik napas dalam sebelum akhirnya berkata, Jungkook mengalami kecelakaan.Lisa terdiam sejenak, berusaha mencerna informasi yang baru saja dia dengar. Apa maksudmu, kecelakaan? tanyanya dengan suara yang hampir berbisik.Kemarin malam, setelah dia meninggalkan rumah, mobilnya menabrak pembatas jalan. Kondisinya sekarang... parah, Lisa. Dia koma, jawab Sehun, matanya menatap Lisa dengan penuh belas kasih.Kata-kata Sehun seperti palu yang menghantam dada Lisa. Detak jantungnya terasa semakin cepat, dan tiba-tiba, dunia seakan berhenti. Koma? Kata itu bergema di kepalanya, membawa rasa takut yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Meskipun rasa sakit dan kemarahan masih mengisi hatinya terhadap Jungkook, mendengar bahwa dia dalam kondisi sekarat membuat hatinya hancur.Di mana dia sekarang? Lisa akhirnya bertanya setelah beberapa detik terdiam, suaranya nyaris tak terdengar.Di rumah sakit, jawab Sehun singkat. Mereka belum tahu kapan dia akan sadar. Kondisinya sangat kritis.Lisa menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata yang mendesak keluar. Sejujurnya, dia masih marah pada Jungkook—marah atas semua hal yang telah terjadi di antara mereka. Namun, mendengar bahwa pria yang pernah ia cintai berada di ambang maut, membuat segalanya terasa lebih rumit. Dia bingung dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi, dia ingin tetap tegar, tapi di sisi lain, hatinya terasa rapuh dan tidak berdaya.Lisa, kau harus tahu, lanjut Sehun pelan, Aku tidak memberitahumu ini agar kau merasa bersalah. Tapi kau punya hak untuk tahu. Aku tahu kau masih peduli padanya, meskipun kau tidak mau mengakuinya.Lisa mengangguk pelan, tanpa berkata apa-apa. Dia meremas jemarinya dengan kuat, seakan mencari cara untuk meredam badai emosi yang mulai menguasainya. Sehun memandang Lisa dengan cemas, tidak yakin apakah memberitahunya tentang kondisi Jungkook adalah keputusan yang benar. Namun, dia tahu bahwa Lisa berhak mengetahui kebenarannya, dan tidak peduli seberapa keras Lisa berusaha menahan diri, perasaan di antara dia dan Jungkook tidak bisa sepenuhnya dihapus begitu saja.Kalau kau ingin ke rumah sakit, aku bisa mengantarmu, tawar Sehun, meskipun dia tahu betapa beratnya keputusan itu bagi Lisa.Lisa menggelengkan kepalanya perlahan. Aku... aku belum siap, Sehun, bisiknya. Aku bahkan tidak tahu harus bagaimana.Sehun menepuk bahu Lisa pelan, memberinya waktu untuk memproses semua ini. Tidak apa-apa, Lisa. Ambil waktu yang kau butuhkan.***Malam itu, Lisa duduk di kamarnya dengan lampu temaram yang menyala lembut di sudut ruangan. Pikiran tentang Jungkook terus berputar di benaknya, membawanya kembali ke setiap momen yang pernah mereka lalui bersama. Sejak awal pernikahan mereka, dari saat Lisa masih naif dan penuh cinta, hingga hari-hari terakhir di mana hubungan mereka mulai retak.Kenangan-kenangan itu seperti film yang diputar ulang, dan setiap adegannya membuat Lisa semakin sadar betapa banyak yang telah berubah. Jungkook pernah menjadi pria yang dia kagumi—tegas, ambisius, namun hangat ketika mereka berdua bersama. Namun, seiring berjalannya waktu, sikap Jungkook yang semakin posesif dan penuh kemarahan perlahan menghancurkan semua hal baik yang pernah ada di antara mereka.Lisa menarik napas dalam, menatap langit-langit kamarnya. Rasa sakit itu masih ada, jelas dan tak terelakkan. Tapi sekarang, ada perasaan baru yang tumbuh di dalam dirinya—sebuah rasa kasihan, atau mungkin simpati, terhadap pria yang dulu sangat berarti baginya. Jungkook memang telah menyakitinya, tapi dia tidak bisa menghilangkan kenyataan bahwa mereka pernah saling mencintai.Apa aku harus memaafkannya? bisik Lisa pada dirinya sendiri, mencoba mencari jawaban di dalam hatinya. Bagaimanapun, Jungkook adalah ayah dari anak yang ada di dalam rahimnya, dan meskipun mereka telah melalui begitu banyak konflik, Lisa tidak bisa menyangkal bahwa perasaan itu masih ada, tersembunyi di balik segala kemarahan dan kekecewaan.Malam semakin larut, dan Lisa tetap terjaga. Dia menghabiskan waktu dengan berdoa, memohon kepada Tuhan agar memberikan kekuatan kepada Jungkook untuk bertahan hidup. Meskipun hatinya belum sepenuhnya siap untuk memaafkan, dia tidak bisa menyangkal bahwa dia peduli akan keselamatannya.Hari-hari berikutnya, Lisa menghabiskan waktunya di rumah, merenung dan berdoa untuk Jungkook. Dia tidak pernah ke rumah sakit, tidak pernah melihat Jungkook dalam keadaan koma. Baginya, pergi ke sana akan menjadi pengakuan bahwa dia masih terikat dengan pria itu, dan dia belum siap untuk mengakui hal tersebut, bahkan pada dirinya sendiri.Setiap kali Sehun pulang dari rumah sakit, dia akan memberi tahu Lisa tentang perkembangan kondisi Jungkook. Kadang-kadang, tidak ada yang berubah—keadaannya masih tetap sama, tak ada tanda-tanda kesadaran. Namun, setiap kali mendengar laporan tersebut, Lisa merasa seolah-olah ada sesuatu yang kosong di dalam dirinya.Dia kuat, Lisa, kata Sehun suatu malam saat mereka duduk bersama di ruang tamu. Dokter bilang dia berjuang, meskipun kondisinya belum membaik. Aku tahu ini tidak mudah bagimu, tapi aku yakin kau tahu bahwa Jungkook membutuhkan dukunganmu, meskipun dari jauh.Lisa tidak menjawab. Dia hanya memandang ke luar jendela, ke arah hujan yang mulai turun lagi di luar. Di dalam hatinya, dia tahu bahwa ada sebagian dari dirinya yang berharap Jungkook bisa bangun, bisa sembuh. Namun, dia juga tahu bahwa mereka tidak bisa kembali ke keadaan seperti dulu. Terlalu banyak yang telah rusak, dan meskipun Jungkook bangun, dia tidak yakin apakah mereka bisa memperbaiki semua yang telah hancur.Namun, satu hal yang pasti—Lisa tidak akan pernah berhenti berdoa untuk Jungkook, karena meskipun dia telah menyakitinya, cinta itu, seberapa pun kecilnya, masih ada. Dan di tengah semua kekacauan yang terjadi, doa-doa itu adalah satu-satunya cara Lisa untuk tetap terhubung dengan pria yang pernah menjadi bagian dari hidupnya.Di malam yang hening itu, Lisa berdoa sekali lagi, berharap bahwa di suatu tempat, Jungkook bisa mendengar hatinya yang masih rapuh tapi penuh harapan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan