
(25+) Harap Bijak dalam memilih bacaan.
Setiap 1000 tahun, akan lahir para pure blood, dan terbangunnya sang Friktos.
Kemunculan Friktos memperok-porandakan apapun yang dilihatnya.
Satu-satunya cara untuk menghentikan si mengerikan Friktos adalah kerja sama antara pure blood elemen angin, api, air dan tanah, dengan bantuan half blood.
Pure Blood © Laverna
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning: Action, typo
Hinata bersandar di tembok belakangnya, sedangkan Sasuke mengurung Hinata dengan tubuhnya sendiri, membuat pergerakan Hinata terbatas.
Sasuke menunduk, bibirnya ia dekatkan ke telingan Hinata, dan berbisik.
Hinata membelalakkan matanya mendengar perkataan Sasuke, kemudian laki-laki itu pergi begitu saja meninggalkannya.
Tangan Hinata terkepal. Ia harus mulai menyusun rencana baru.
Identitasnya telah terbongkar, kecurigaan Naruto, Sasuke dan Gaara awalnya tidak terlalu yakin jika ia adalah pure blood elemen air, tapi sejak ia tanpa sengaja menggunakan purotekuta dan mengeluarkan energinya cukup berlebihan, membuat ketiganya yakin.
Energi yang dikeluarkannya tanpa sengaja ‘berkomunikasi’ dengan energi ketiganya.
Sasuke baru saja mengancamnya, dan jika ia ingin Sasuke tetap menutup mulutnya, maka ia harus menerima perjodohan keduanya.
Hinata yakin, jika Sasuke pasti ingin memanfaatkannya.
Hinata memutuskan untuk masuk, dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, ia dan Gaara belum akrab, tentunya laki-laki itu tidak akan ikut mengancamnya sebagaimana yang dilakukan oleh Sasuke dan Naruto, bukan?
“Aku memiliki kesepakatan yang menarik,” Hinata menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Gaara.
“Sekarang apa lagi,” batin Hinata lelah.
Hinata berbalik dan melihat Gaara yang berjalan mendekat ke arahnya, Hinata siap-siap membuat benteng, jikalau Gaara ingin mengancamnya juga.
“Berhenti mengeluarkan energimu, itu akan memancing Naruto dan Sasuke datang kemarin,” ucap Gaara datar.
Hinata memutar matanya, “Apa maumu?” tanya Hinata langsung.
Gaara terkekeh, sepertinya benar ucapan orang-orang di luar sana jika klan Hyuuga berisikan manusia-manusia bermuka dua.
Gaara memperhatikan Hinata dari atas hingga bawah, awal perkenalan mereka, Hinata adalah gadis yang cuek dan cukup lembut, serta takut melukai orang bahkan monster sekalipun, tapi lihat sekarang ini.
Seorang gadis muda cantik yang berdiri menantangnya, dan tentunya siap melukainya kapan saja.
“Sepertinya benar ucapan Naruto, kaulah yang membunuh Saara,” bisik Gaara tapi cukup untuk di dengar Hinata.
Hinata mengepalkan tangannya kembali, berusaha mengendalikan energinya agar tidak memancing pure blood lainnya.
“Aku tidak menerima tuduhan tak mendasar seperti ucapanmu, tarik kembali kata-katamu!” ucap Hinata ketus, Gaara sedikit tertegun, Hinata yang biasanya berbicara lembut kini memperlihatkan taringnya.
“Oke, gomen. Tapi seperti yang kukatakan, aku memiliki tawaran yang menarik,” ucap Gaara, ia masa bodoh dengan kematian Saara.
Hinata menarik nafas, mencoba menenangkan perasaannya sejak menerima ancaman dari Sasuke sebelumnya, “Apa?” tanya Hinata akhirnya.
“Aku akan membantumu aman dari rencana Sasuke dan Naruto, tapi sebagai gantinya bantu aku untuk memiliki akses masuk ke Konoha kapan saja,” ucap Gaara.
Hinata memandang sangsi kepada Gaara, apakah sesederhana itu keinginan Gaara?
Memang benar, Konoha meningkatkan pengawasan dan keamanan desa akhir-akhir ini, sehingga orang dari luar Konoha harus mengurus beberapa hal yang cukup merepotkan sebelum bisa memasuki wilayah Konoha, itupun mereka akan di jaga ketat selama di Konoha oleh para half blood terlatih.
“Dan tentunya untuk memasuki perpustakaan Konoha,” tambah Gaara, sekarang Hinata cukup mengerti.
“Hanya itu?” tanya Hinata memastikan, dan Gaara mengangguk.
Oke, Hinata mungkin dapat mengimbangi Naruto ataupun Sasuke, tapi jika keduanya menyerangnya secara bersamaan, tentu saja Hinata akan kalah dan tak berdaya.
Hinata butuh bantuan, dan Gaara menawarkannya dengan syarat yang tidak terlalu sulit.
Lagipula, hanya Gaara yang dapat ia percaya, karena mereka sama-sama pure blood.
“Simbiosis mutualisme,” seringai Gaara, Hinata menerima jabatan tangan Gaara, sekarang ia dan Gaara adalah sekutu.
“Jangan coba-coba mengkhianatiku,” desis Hinata memperingati Gaara, membuat laki-laki bersurai merah darah itu terkekeh sekali lagi.
“Harusnya aku yang berkata seperti itu,” setelah mengatakannya, Gaara pergi meninggalkannya begitu saja.
*
*
Saat Hinata memasuki ruang tamu dari penginapan yang di tempati mereka, ia melihat semuanya terlah berkumpul, mendiskusikan sesuatu.
“Akhirnya kalian datang juga,” ucap Kakashi dengan nada dibuat seantusias mungkin. Ketika melihat kedatangan Gaara dan Hinata.
Hinata mengambil tempat di samping Sakura, sedangkan Gaara duduk di samping Naruto.
“Karena semuanya sudah berkumpul, kita mulai saja,” kata Kakashi, Half blood yang menjadi pimpinan kelompok menggantikan Shikamaru.
“Kita sudah tidak dapat membuang waktu lagi, semua petunjuk yang warga desa berikan hanya membuang waktu kita, kurasa pure blood elemen air sudah meninggalkan desa sejak lama,” ucap Kakashi, matanya yang sayu memandang satu persatu anggota kelompoknya.
Kakashi menghelah nafas, “Kita akan melanjutkan perjalanan untuk mencari sarang Friktos, dan berdoalah di tengah perjalanan kita dapat berjumpa dengan pure blood elemen air,”
“Tapi Ketua, menghadapi Friktos tanpa pure blood elemen air, sama saja dengan bunuh diri,” ucap Ino sedikit takut. Walaupun sejak menandatangani kesepakatan mengikuti misi ini, ia harus—mau tidak mau—siap untuk gugur.
“Tapi membuang waktu lebih lama, maka kita akan membahayakan banyak nyawa,” kali ini Shikamaru yang berkata.
“Aku tahu, tapi tidak bisakah kita mencari pure blood elemen air lebih lama lagi?” nego Ino pelan.
“Kita akan mencarinya selama di perjalanan,” ucap Naruto, matanya memandang satu persatu anggota kelompoknya, hingga matanya sampai pada Hinata, ia tersenyum kecil.
“Aku setuju dengan Naruto,” Sasuke ikut memandang ke arah Hinata yang lebih memilih memandang Kakashi.
“Bagaimana dengan yang lainnya?” tanya Kakashi.
“Aku setuju dengan Naruto,” mendengar ucapan Gaara, Hinata mengepalkan tangannya, bukankah pria itu berada di pihaknya?
“Kurasa apa yang di katakan Ketua dan Naruto ada benarnya, kita tidak bisa membuang waktu lebih lama lagi, dan kita bisa mencari pure blood elemen air selama diperjalanan,” ucap Sakura pada akhirnya, dan mereka semua memandang Hinata yang sedari tadi hanya diam.
Tahu jika mereka semua menunggu responnya, mau tidak mau Hinata ikut bersuara, “Aku ikut dengan keputusan ketua,” ucap Hinata pada akhirnya.
Ino yang merasa tidak ada seorang pun di pihaknya hanya menghelah nafas dan mengangguk, “Baiklah, mau bagaimana lagi,”
“Kalau begitu, hari ini kalian beristrahatlah, kita akan melanjutkan perjalanan ke arah utara besok pagi,” ucap Kakashi, ia kemudian berdiri dan meninggalkan ruang tamu.
*
*
Apakah Hinata pernah mengatakan jika Naruto adalah satu-satunya orang yang tidak dapat ia kendalikan?
Kalau tidak, maka Hinata akan mengatakannya sekarang, musuh utamanya adalah Naruto.
Seperti saat ini, tekanan di sekitarnya sangat berat, Hinata tidak dapat menggerakkan apapun, bahkan jari-jarinya pun ikut kaku.
Naruto di depannya hanya terkekeh, pria itu mengeluarkan taring-nya sekarang, “Sebanyak apapun kau mencoba, itu hanya akan berakhir sia-sia Hinata,” bisik Naruto.
Tangan besarnya menyentuh pipi Hinata, sedangkan Hinata hanya bisa berdiri kaku melihat bagaimana laki-laki itu berbuat seenaknya, bahkan kali ini Naruto tidak mengijinkannya mengeluarkan sedikitpun suara.
Hinata memejamkan matanya ketika ibu jari Naruto tengah mengusap bibirnya, ia ingin bersuara untuk mengeluarkan ketidak sukaannya tapi Hinata benar-benar tidak dapat melakukan apapun.
“Kau sangat cantik ketika penurut seperti ini,” bisik Naruto, Hinata menggeram dalam hati, “Kau gila!” Hinata ingin berteriak tapi suaranya tertahan.
“Sebaiknya kau menerima tawaranku, bersamaku kau tidak perlu melahirkan seorang monster,” bisik Naruto, sedangkan Hinata tidak akan pernah sudi memilih Naruto ataupun Sasuke!
“Aku tidak akan melahirkan monster, karena kaulah monster itu!” pekik Hinata ketika ia sudah dapat mengeluarkan suaranya.
Naruto terkekeh, tangannya dengan lancang menyentuh pinggang Hinata, membuat perempuan itu langsung berteriak keras, ia tidak pernah di lecehkan seperti ini!
“Kau akan mati!” emosi Hinata telah sampai di ubun-ubunnya, ia berusaha mengeluarkan kekuatannya, tapi tetap saja ia tidak bisa, seakan kekuatannya telah di segel. Ia seakan menjadi manusia biasa.
“Tidak sebelum kau melahirkan anakku!” respon Naruto datar.
Hinata mengepalkan tangannya, tidak Naruto ataupun Sasuke, mereka ingin ia melahirkan anak mereka.
Hinata tahu, ketika dua pure blood memutuskan untuk bersama, maka ia akan melahirkan seorang anak yang luar biasa, anak tersebut dapat menguasai dua elemen kedua orang tuanya, dan tentunya menjadi sejata pembunuh yang mengerikan.
Syarat menjadi penguasa adalah memiliki pengikut setia yang mengerikan, dan beberapa orang tua yang berambisi demikian mengubah keturunnya menjadi mesin pembunuh.
Dan Hinata pun sempat merasakannya, ketika para tetua melihat potensi yang dimilikinya, ia di paksa berlatih mati-matian, selain untuk menjadi pimpinan klan, juga untuk menjadi icon klan yang di takuti.
Bahkan ia pernah di paksa untuk menghabisi Neji dan Hanabi menggunakan tangannya sendiri.
Hal itu menyakiti perasaannya ketika harus melihat Hanabi memohon ampun padanya, adik kecilnya yang manis hampir kehilangan nyawanya karena keegoisan para tetua yang tamak.
Jika Hinata tidak menemukan buku Naga Putih di ruang Hokage, mungkin ia benar-benar akan menjadi mesin pembunuh untuk klannya.
Hinata memandang laki-laki di depannya nyalang, tidak Naruto, Sasuke dan para tetua tamak itu, semuanya hanya ingin menjadi Penguasa Otoriter!
Dengan Naruto mungkin ia akan melahirkan seorang pembunuh yang mengerikan, tapi dengan Sasuke maka Hinata akan benar-benar melahirkan seorang monster.
Dan Hinata yakin, ketika ia telah berhasil melahirkan anaknya, maka siapapun ayahnya pasti akan menghabisinya saat itu juga.
“Jangan memandangkan seperti itu Hinata,” bisik Naruto di telingannya.
“Kau membuatku aneh,” Naruto terkekeh setelah mengatakannya.
Pria itu kemudian mengecup sudut bibirnya, Hinata merasa air matanya mengalir begitu saja, ia tidak pernah merasa rendah seperti saat ini.
“Kumohon, lepaskan aku...” lirih Hinata lelah.
“Aku akan dengan sukarela mengandung anakmu, jika kau bisa membuatku jatuh cinta padamu,” Final Hinata, hanya ini yang dapat ia tawarkan pada Naruto untuk menghentikan semua kegilaan pria itu.
Hinata sadar, ia tidak akan bisa mengalahkan Naruto, entah bagaimana cara pria itu berlatih, hingga rasanya semua yang ada di sekitar Naruto tunduk patuh padanya.
Ia dapat menghancurkan apapun tanpa melihatnya.
“Kau percaya cinta?” tanya Naruto terkejut, “Kau masih mempercayai adanya cinta di kehidupan yang seperti ini?” tanya ulang Naruto, ia kemudian terkekeh.
“Cinta hanyalah omong kosong,” kata Naruto datar.
“Kalau begitu, aku lebih baik mati daripada mengandung seorang anak dari laki-laki yang tidak kucintai,” balas Hinata, ia tersenyum pongah, karena ia pun sama dengan Naruto.
Tidak mempercayai adanya cinta.
*
*
Gerimis membuat topi yang digunakan Hinata menjadi sedikit basah.
Mereka berdelapan berjalan berurutan, dengan Kakashi di depan dan Gaara yang berjaga di belakang.
Mereka berjalan menuju ke atas gunung, jalan pintas yang mereka pilih untuk sampai ke desa Iwagakure.

“Aku rasa ada yang aneh,” ucap Gaara, membuat semuanya berhenti melangkah dan melihat Gaara.
“Ada apa Gaara?” tanya Kakashi, sebagai half blood elemen tanah, ia juga merasakan ada yang tidak beres.
Gaara memandang anggota kelompoknya satu persatu, “Jika ini monster, aku mungkin akan lebih mudah merasakannya, tapi ini tidak ada hubungannya sama sekali,” ucap Gaara, tangannya ia letakkan di atas tanah.
Kemudian semuanya merasakan getaran dari tanah, dan pohon di depan satu persatu tumbang dan air bah mengalir deras dari atas.
“Ini bencana alam, kita harus berlindung,” ucap Kakashi cepat, semuanya kemudian berlari ke arah kanan dengan cepat.
Bencana alam, adalah sesuatu yang tidak bisa mereka ‘beres’-kan. Bencana alam adalah kehendak alam itu sendiri, mereka hanya mampu berlindung.
“Ini gawat,” desis Gaara, kemudian salah satu pohon hampir menghantam Ino dan Sakura, sebelum Gaara menahannya dengan tembok dari tanah, tapi tidak lama kemudian tembok itu runtuh bagaikan pasir yang jatuh dari genggaman tangan.
“Kita harus berlindung cepat!” Kakashi berteriak, ketika air besar sudah di depan mata, tidak ada waktu, mereka harus melakukan sesuatu jika tidak mereka akan hanyut bersama pohon-pohon.
Hinata dengan cepat membuat pelindung berbentuk bulat, mengurung mereka bagaikan di dalam bola transparan.
Pelindung buatan Hinata bagaikan embun.

Mereka berdelapan berdempetan, karena Hinata tidak siap ketika membuat pelindung, sehingga pelindung buatannya tidak sebesar perkiraannya.
Naruto memeluk Hinata yang ada di depannya, sedangkan Gaara menekan punggunnya. Mereka hanyut bersama pelindung buatan Hinata, bagaikan bola yang hanyut di derasnya air sungai.
Kadang kepala mereka di bawah dan kaki mereka di atas, membuat mereka pusing.
Karena tidak siap, membuat mereka tidak sempat mengatur posisi mereka, seharusnya mereka dapat berdiri berurutan, tapi malah memeluk satu sama lainnya.
Sayangnya Hinata harus menahan nafas, ketika Naruto yang berada di depannya, membuat ia harus rela berdempetan dengan Naruto untuk memberikan ruang bagi yang lainnya, begitupun dengan Naruto.
Sedangkan punggung Gaara menekan punggung Naruto dengan punggung Kakashi di depannya, ia pun mau tidak mau memeluk Kakashi dari belakang, sedikit membuatnya mual.
Sakura dan Ino bernafas lega ketika mereka memeluk satu sama lain, begitupun dengan Sasuke dan Shikamaru.
Pelindung buatan Hinata berbentuk bulat di bagian luar, sedangkan di bagian dalam berbentuk kotak persegi, sehingga mereka harus berdiri dan mengisi setiap sudut.
Sakura merasa punggungnya sakit, ketika di tekan oleh punggung Sasuke.
Sakura ingin protes, tapi ia menahannya sekuat tenaga, karena keadaan mereka seperti di aduk-aduk di dalam pelindung Hinata.
Arus air yang masih sangat kuat membuat bola berputar, sehingga saat ini Hinata dan Ino adalah pihak paling di rugikan, Hinata dan Ino berada di bawah, sehingga mereka harus merasakan tekanan dari orang-orang di atasnya.
Sakura sekuat tenaga menahan Sasuke dengan punggungnya agar tidak menindih Ino lebih jauh lagi, walaupun sulit karena selain Sasuke ia juga harus menahan berat Shikamaru.
Sedangkan posisi Hinata, seharusnya Hinata bisa bernafas lebih lega, karena dengan tubuh besarnya mudah bagi Naruto menahan Gaara dan Kakashi, sayangnya laki-laki itu malah membiarkan Gaara dan Kakashi menekan punggungnya sehingga membuatnya lebih dekat dengan Hinata.
“Menjauhlah,” Hinata berusaha mendorong Naruto, tapi sulit karena Gaara dan Kakashi yang menekan mereka.
Saat keadaan berbalik, Hinata tidak siap saat menindih Naruto di bawahnya, sedangkan Ino di sampingnya langsung bernafas lega.
Kakashi kali ini pihak paling di rugikan, karena harus menahan berat badan Naruto dan Gaara yang besar, jika hanya Hinata, itu bukanlah masalah.
Hinata ingin membuat dinding pemisah, tapi karena keadaan yang sering membuat kepalanya di bawah dan kakinya di atas, membuatnya tidak fokus, dan dia tidak ingin memutilasi anggotanya, mungkin jika hanya Naruto dan Sasuke dengan senang hati Hinata akan melakukannya.
Bola pelindung tersebut menabrak pohon yang ikut hanyut, mengguncang mereka berdelapan, sebelum tersangkut oleh akar pohon yang besar.
Mereka bernafas lega secara bersamaan, Hinata kemudian menambah ukuran dari bola pelindung buatannya, dan kemudian membuat dinding pemisah sehingga mereka memiliki ruangan sendiri-sendiri.
Hinata pun merantai pelindungnya dengan pohon-pohon yang masih berdiri kokoh, hujan turun dengan deras, air bah yang keruh membuat mereka tidak dapat melihat apa-apa.
Hinata duduk, diantara dinding pemisah yang dibuatnya, hanya dinding pemisah miliknya dan Naruto yang ia full kan hingga atas, dia terlalu malas berinteraksi dengan pria itu, sedangkan dinding pemisah lainnya ia buat hanya sebatas dada.
Mereka kini bergantung pada kekuatan pohon yang menahan mereka.
Kakashi menghelah nafas, hampir saja mereka semua celaka, untunglah ada Hinata yang dengan cepat melindungi mereka, walaupun pada awalnya mereka harus tindih-tindihan.
Kakashi memandang Naruto dan Gaara yang duduk, sambil berdecak Kakashi ikut duduk, harusnya diantara mereka semua ia yang paling lelah, bahkan Kakashi masih tidak yakin ia dapat menahan berat Naruto dan Gaara melihat bagaimana besarnya tubuh keduanya.
Selain Kakashi, Sakura juga langsung duduk, membelakangi Sasuke dan menghadap Ino yang menutup matanya dan mengumpulkan tenaganya.
Bagaimana tidak! Ia menahan berat Sasuke dan Shikamaru agar tidak menimpa mereka berdua—khususnya Ino, tentunya Ino harus berterima kasih padanya nanti.
Pelindung Hinata kembali berguncang karena di tabrak satu pohon yang hanyut, mereka tidak dapat melihat dengan jelas walaupun pelindung buatan Hinata transparan, karena derasnya air hujan saat ini.
Hinata sempat mencoba menahan air bah, tapi hanya seperkian detik, air tersebut kembali mengalir, kali ini alam tidak membiarkan mereka dapat mengendalikannya. Sama seperti tembok Gaara yang runtuh, begitupun dengan air yang di tahannya, yang kembali menyatu mencari dataran rendah.
Mereka kali ini hanya dapat menunggu, hingga badai ini cepat berlalu.
*
*
*
Mungkin bakalan ada yang bertanya, kenapa kalau Sasuke dan Hinata punya anak malah jadi monster, monster disini bukan monster yang seperti mereka hadapi..
Tapi kiasan untuk anak keduanya nanti yang akan seperti monster, berbahayaa..
Dan tujuan Naruto dan Sasuke sama, mereka berdua mau jadi penguasa, dan untuk mewujudkan itu, mereka perlu bawahan “setia” yang tidak akan menentang mereka dan tentunya yang kuat..
Salah satu cara yang mereka gunakan adalah dengan memanfaatkan anak mereka nantinya, makanya mereka perlu “wadah” yang kompeten.
Dan pernikahan dua pure blood akan melahirkan anak yang akan menguasai dua kekuatan alam kedua orang tuanya, lebih dari cukup untuk menjadikannya mesin pembunuh massal.
Tentunya dengan monster (anak yang memiliki kekuatan luar biasa) di sisi mereka, semuanya akan tunduk sama kekuasaan mereka, dan tidak berani melawan.
Kembali lagi, kenapa anak Sasuhina nantinya bisa jadi “monster” sedangkan anak Naruhina malah menjadi mesin pembunuh, semuanya sama2 berbahaya yaa, tapi anak Sasuhina (kalau mereka punya anak) bakalan lebih “parah” dari anak Naruhina ataupun Gaarahina, makanya kenapa Sasuke sangat mengincar Hinata supaya menerima perjodohan mereka.
Itulah dulu, semoga jelas yaa
Salam hangat, Laverna
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
