
(25+) Mohon bijaksana dalam memilih bacaan.
Hinata merupakan putri angkat dari Walikota Tokyo.
Lahir dari keluarga sederhana dengan kecantikan murni, membuat Hinata mengalami banyak kesulitan, hal itu membuatnya memutuskan untuk menyembunyikan penampilan aslinya.
Tapi, bagaimana jika Sasuke Uchiha mengetahui penampilan aslinya?
Bagaimana Hinata harus menghadapi Sasuke?
Doll © Laverna
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning: Drama, Typo, Ooc.
Baru seminggu Hinata mengiyakan kata Sasuke, kini ia merasa begitu menderita, bagaimana tidak, tiap hari Sasuke selalu saja merecokinya, bahkan pertunangan mereka sudah di depan mata.
Hinata duduk melamun di atas kasurnya, sedangkan di luar sana ibunya sedang berbicara serius dengan ibu Sasuke.
Sekarang ia berada di kediaman orang tua angkatnya.
Pertunangannya dengan Sasuke dipercepat, padahal Hinata yakin jika ibu Sasuke tidak akan menyukainya.
Bahkan kali ini bukan hanya ibu Sasuke yang hadir, ayah Sasuke pun turut hadir.
Pintu yang terbuka menampilkan sosok Naruto, “Kau dipanggil.”
Hinata berdiri dan mengikuti Naruto dari belakang, keduanya turun dari lantai dua dan berjalan ke arah ruang tamu.
Setelahnya Hinata duduk di samping ibunya, bahkan ayah angkatnya pun hadir saat ini.
“Ibu dan ayahmu di desa menyerahkan semua keputusan padamu Hinata,” ucap Kushina mengusap lengan Hinata lembut.
Minato tersenyum dan mengusap rambut Hinata lembut, “Ayah berharap kau menerimanya.”
Hinata memandang ayah angkatnya, pandangan matanya kabur karena air mata.
Ia ingin menolak, tapi tatapan ibu dan ayah angkatnya yang memandangnya penuh harap membuat Hinata sulit memutuskan apapun saat ini.
Jika ia menolak, maka ia akan mempermalukan orang tua angkatnya, bahkan kedua orang tua Sasuke pun pasti akan malu.
Hinata hanya dapat mengangguk pasrah, di usapnya air mata kemudian berusaha menampilkan senyum simpul.
“Hinata begitu terharu hingga menangis seperti ini,” ucap Minato sambil terkekeh, mereka semua kemudian berdiri, Fugaku berjalan mendekat ke arah Hinata.
Mata hitamnya memperhatikan Hinata dari atas hingga bawah, tangannya kemudian terulur mengusap rambut halus Hinata. Sedangkan Mikoto sedari tadi menahan nafas, takut jika Fugaku mengatakan sesuatu yang akan menjadi masalah kedepannya.
Mikoto bukannya tidak menyukai Hinata, ia hanya berharap ada perempuan lain yang disukai si bungsu Uchiha, sayangnya Sasuke seakan sudah cinta mati kepada anak angkat Walikota Tokyo tersebut.
Bahkan Mikoto tidak mengetahui apa yang Sasuke dan Fugaku bicarakan hingga Fugaku setuju dengan pilihan Sasuke.
Keduanya kemudian pamit undur diri, Minato dan Kushina mengantar hingga pintu depan, sedangkan Hinata langsung jatuh terduduk, Naruto yang melihatnya menghelah nafas.
Naruto berjalan mendekat ke arah Hinata, kemudian membawa perempuan itu ke pelukannya. Sambil mengusap punggung Hinata, Naruto berbisik menenangkan.
“Ayah tidak tahu jika Hinata dan Sasuke adalah sepasang kekasih,” ucap Minato senang.
“Ayah mengenal Fugaku dengan baik, ia tidak akan sembarangan dalam memilih menantu,” Minato mengusap rambut Hinata dengan sayang.
Hinata berusaha tersenyum, walau air matanya tetap jatuh sedari tadi.
Hinata tidak tahu mengenai perasaannya saat ini, jujur ia tidak membenci Sasuke tapi ia pun tidak mencintai pria itu.
Kushina mendekat, menggantikan Naruto menenangkan Hinata.
“Untuk sekarang, Hinata tinggal disini dulu ya sayang, hingga hari pertunangan kalian,” ucap Kushina, Hinata hanya mengangguk pasrah.
Kushina mengusap air mata Hinata, kemudian tersenyum hangat.
*
*
*
Hinata membaca buku di atas kasur Sasuke, sejak dua jam yang lalu, Sasuke mengurungnya di kamar hotel pria itu.
Tidak memperbolehkannya ke mana pun, bahkan Hinata tidak menggunakan make up apapun, karena ancaman pria itu.
Pintu terbuka mengalihkan pandangan Hinata, dilihatnya Sasuke yang baru datang, pria itu melempar tasnya ke sofa sebelum bergabung dengannya.
Sasuke memeluk Hinata, menghirup bau vanila yang sangat adiktif.
Hinata berusaha menjauh, tapi Sasuke terus saja menahannya.
“Kita makan di luar,” ucap Sasuke kemudian berdiri, Hinata pun hanya menurut, saat ini ia berperan menjadi perempuan penurut yang membosankan, ia akan mengiayakan apapun keinginan Sasuke.
Sasuke menahan Hinata yang membuka pintu, mata hitamnya memandang wajah putih Hinata, “Pakai make up-mu,” ucap Sasuke, Hinata mengeryitkan keningnya, dan baru menyadari jika ia tidak memakai apapun di wajahnya saat ini.
“Kenapa?” tanya Hinata, “Kau tidak malu?” Hinata hanya ingin mengetes Sasuke.
“Pakai saja, aku tunggu di luar,” Sasuke melangkah keluar kamar, Hinata mencibir melihat kepergian Sasuke, harusnya dirinya yang bersikeras untuk memakai make up-nya kenapa sekarang malah Sasuke yang menyuruhnya?
Hinata kemudian melangkah ke arah meja Sasuke, mulai mengeluarkan make up dari tasnya, dan memakainya pelan-pelan, ia akan membuat Sasuke menunggu hingga bosan.
10 menit kemudian Sasuke datang untuk mengecek, tapi Hinata baru saja memakai pelembab, membuat Sasuke menggerutu dan kembali keluar, 5 menit kemudian Sasuke kembali mengecek, dan mulai mengumpat sebelum menutup pintu.
Hinata sendiri hanya bersenandung kecil, mulai memakai fondation tipis-tipis, mengabaikan ancaman Sasuke.
30 menit terlewat, tapi Hinata belum selesai juga, perempuan itu mengoleskan foundation di lehernya, dan punggung tangannya.
Sasuke menarik Hinata berdiri, “Kau sengaja membuatku menunggu lama?”
“Kamu kenapa sih? Kamu pikir memakai make up itu sebentar?” Hinata berusaha melepaskan tangan Sasuke di bahunya.
Sasuke mencibir, kemudian mendorong Hinata ke kasurnya, membuat perempuan itu berbaring.
Hinata meringis, kemudian memeluk dirinya sendiri, jaga-jaga jika Sasuke kembali melakukan sesuatu sesuka hatinya.
Sasuke mendekat, “Kita makan disini saja,” ucap Sasuke, tangannya kemudian meraih ponselnya dan mulai memesan makanan via online.
Hinata menipiskan bibirnya, dan berusaha untuk duduk, mengabaikan Sasuke yang mulai dongkol, diraihnya kembali buku bacaannya dan mulai membaca, mengabaikan Sasuke di sampingnya.
“Kau sangat suka membaca ya?” tanya Sasuke mendekat, ia sandarkan kepalanya di bahu Hinata, sedangkan Hinata hanya menjawab dengan gumanan.
Sasuke mulai memeluk perut Hinata, matanya ikut melihat buku bacaan Hinata, tapi ia tidak mengerti, isinya seperti tulisan Rusia.
“Kau tahu artinya?” tanya Sasuke, Hinata mengangguk, mengabaikan usapan Sasuke di perutnya.
“Apa artinya ini?” tunjuk Sasuke pada paragraf terakhir, Hinata melihat arah tunjukan Sasuke.
“Artinya, jangan memaksakan kehendakmu pada orang lain,” jawab Hinata lugas, Sasuke yang mendengarnya terkekeh, jelas sekali jika Hinata mengarangnya, perempuan itu sedang menyindirnya ya?
Suara bell mengalihkan keduanya, Sasuke kemudian berdiri dan berjalan keluar kamar, setelah melewati ruang tamu, Sasuke membuka pintu, matanya bertemu pandang dengan mata Itachi.
Itachi tersenyum kecil dan mengangkat bungkusan makan di tangannya, “Pesananmu.”
“Mau apa kau? Pergi sana,” usir Sasuke dan berusaha merebut pesanannya.
Itachi menghindar, kemudian masuk begitu saja ke dalam kamar hotel milik Sasuke, sepasangan sendal perempuan membuat Itachi mengangkat alisnya.
“Kau membawa perempuan?” tanya Itachi cukup terkejut, karena Sasuke tidak pernah membawa mantan-mantan kekasihnya ke kamar hotel pribadinya, Sasuke memilih memesan kamar lain.
“Bukan urusanmu, pergi kau,” Sasuke kembali berusaha mengusir kakaknya itu.
Itachi mengabaikan Sasuke, di letakkannya pesanan Sasuke di meja makan, kemudian berbalik untuk memeriksa kamar adiknya, ia ingin tahu perempuan mana yang berhasil menembus batas pribadi adiknya yang galak itu.
Tapi, sebelum sampai di kamar Sasuke, pintu kamar itu sudah terbuka sepenuhya, dan perempuan yang merupakan kekasih adiknya itu keluar dari sana.
“Hinata?” panggil Itachi, Hinata yang merasa namanya di panggil kemudian mengalihkan pandangan ke sumber suara, dan melihat Itachi yang berdiri kaget melihatnya.
Sebelum Hinata sempat bersuara, Sasuke sudah menariknya untuk memasuki kamar kembali.
Itachi bersiul, Sasuke sudah sampai di tahap ini rupanya.
Ketika Sasuke keluar, Itachi terkekeh, ia menepuk pundak Sasuke berulang kali.
“Aku tidak tahu jika kau seserius ini,” Itachi kemudian tertawa, “Kau sudah move on ya sepenuhnya dari Izumi?”
“Pergi,” geram Sasuke, Itachi mengangkat tangannya tanda menyerah, “Kau dan Ayah sama-sama sinting,” Itachi kemudian keluar, meninggalkan adiknya itu.
Ia masih tidak habis pikir, bagaimana bisa Sasuke menyukai Hinata, sedangkan ayah mereka biasa-biasa saja atas pilihan Sasuke, maksudnya tidak ada yang aneh dari perempuan itu, hanya saja apakah mereka berdua tidak menyadari jika penampilan Hinata bisa mempermalukan keluarga Uchiha?
“Oh ya Sasuke,” panggil Itachi, Sasuke memandang datar kakaknya itu, “Aku punya kenalan dokter bedah di Korea, kau bisa membawa Hinata ke sana, setidaknya buatlah penampilan kekasihmu itu tidak mempermalukan nama Uchiha.”
Sasuke mengepalkan tangannya.
“Bukan urusanmu sialan,” umpat Sasuke, Itachi hanya terkekeh, kemudian meninggalkan kamar hotel adiknya itu.
Sasuke menutup pintu cukup keras setelah kepergian Itachi, sialan dia akan membuat Itachi menjilat ludahnya sendiri setelah apa yang ia katakan tentang Hinata.
Yang terpenting baginya adalah bagaimana menjinakkan perempuan itu, agar Hinata menuruti semua perintahnya.
Satu-satunya cara adalah membuat Hinata mencintainya, maka dengan suka rela perempuan itu akan menuruti perintahnya tanpa perlu ia ancam.
Tapi, membuat Hinata jatuh cinta sangatlah sulit, seminggu ia berusaha, tapi Hinata hanya menganggap angin lalu semua perjuangannya.
Makan malam romantis, hadiah branded, semuanya itu seakan hal biasa bagi Hinata, dan membuat Sasuke mulai frustasi, bagaimana cara membuat gadis kampung itu jatuh cinta?!
Bahkan ia pun memperlakukan Hinata dengan lembut, ia tidak memaksa menyentuh Hinata, karena ia ingin jika Hinata tahu ia menghargainya, walaupun sudah terlambat mengingat ia selalu mencium paksa perempuan itu bahkan ia keluar karena tangan lentik itu.
Sasuke kemudian kembali ke kamar, dan memanggil Hinata untuk keluar.
Hinata melihat kedatangan Sasuke dengan cemberut, ia bahkan belum menyapa Itachi ketika Sasuke menariknya, padahalkan dia sudah memakai make up, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Hinata mengekor di belakang Sasuke, keduanya melangkah ke arah dapur mewah kamar hotel Sasuke.
Jujur saja, mengetahui jika hotel bintang lima ini adalah milik Sasuke, membuat Hinata gigit jari, oke dia tahu bahwa Sasuke adalah anak konglomerat, tapi ia tidak mengetahui jika hotel ini atas nama Sasuke.
Bahkan kamar pribadi hotel ini, milik Sasuke sepenuhnya, tidak ada penghuni lain selain Sasuke di lantai 7 ini, bahkan ia memiliki lift pribadi hanya untuk dirinya dan keluarganya.
Sasuke duduk di kursi, sedangkan Hinata pun mulai mengambil tempat di seberang, tapi Sasuke memberi isyarat agar ia mendekat, dengan langkah di seret Hinata mendekat.
Sasuke kemudian memberi Hinata isyarat untuk duduk di atas meja, mau tidak mau Hinata kembali menurut, mereka berdua mulai makan, Sasuke memperhatikan Hinata dari bawah.
Sedangkan Hinata mengabaikan tatapan Sasuke, oke Hinata akui Sasuke itu tampan, di tambah dia kaya, selain itu Sasuke juga tinggi, jangan lupa atletis, dan tipe-tipe dingin—cuek.
Tipe ideal perempuan-perempuan generasi Z, yang hanya ada di drama.
Tapi Tuhan dengan baik hati, mengirim satu untuk Hinata, yang sayangnya Hinata belum menyadari semua pesona Sasuke.
Karisma pria itu tenggelam karena pribadinya yang kurang ajar—menurut Hinata.
“Kau sangat cantik,” ucap Sasuke spontan, Hinata yang sedang minum jadi tersedak.
“Tuhan apakah mata Sasuke benar-benar sudah rusak?” batin Hinata miris.
“Pelan-pelan sayang,” Sasuke mengambil tisu dan mulai mengelap pinggir bibir Hinata.
Hinata hanya mengguman dan kembali melanjutkan makannya, mengabaikan kehadiran Sasuke.
Sasuke sendiri kembali duduk, dan memperhatikan kembali Hinata yang makan dari bawah.
Mata hitam Sasuke melihat bagaimana jari-jari lentik Hinata memasukkan roti lapis isi cream itu ke mulutnya, meninggalkan sedikit sisa cream di sudut bibirnya yang gelap.
Tangan Sasuke menahan tangan Hinata yang hendak mengelap sisa cream itu, Sasuke kemudian berdiri, dan entah bagaimana jantung Hinata berdetak kencang.
Oke, dua minggu ini sikap Sasuke sangat manis, bahkan Sasuke tidak pernah menciumnya atau menyentuhnya, sangat kentara pria itu ingin membuatnya nyaman, tapi Hinata tidak akan terperangkap ke dalam perhatian palsu Sasuke.
Sasuke mendekat, Hinata alihkan pandangan matanya, “Kenapa Sasuke sangat tampan saat ini?” jerit Hinata dalam hati.
Wajah Sasuke mendekat, Hinata dengan refleks menjauhkan wajahnya, sehingga wajah Sasuke berada di sisi wajah Hinata.
Ibu jari Sasuke kemudian mengusap sudut bibir Hinata, entah kenapa tangan Hinata menjadi dingin karena perlakuan lembut Sasuke.
Jantungnya pun berdetak kencang, “Sangat manis,” bisik Sasuke setelah membersihkan ibu jarinya dengan bibirnya sendiri.
“Tuhan tolong aku!”
Sasuke kembali duduk, sedangkan wajah Hinata sudah sangat memerah, begitu pun dengan telinganya.
Sasuke terkekeh kecil ketika melihat Hinata menjadi salah tingkah.
*
*
*
Hinata sedang berbelanja dengan ibu Sasuke saat ini, mereka berada di mall pribadi milik keluarga Uchiha, dan mall 9 lantai ini atas nama Sasuke—kembali.
Hinata jadi membayangkan, jika ia benar-benar menjadi istri Sasuke, maka ia akan mendapatkan banyak warisan dari keluarga Sasuke—Hinata tersenyum jahat membayangkannya.
Hinata kemudian menggeleng dan memukul kecil kepalanya—mengenyahkan pikiran jahat yang sempat merasukinya beberapa detik yang lalu.
“Ada apa?” tanya Mikoto, Hinata kemudian menggeleng cepat dan tersenyum canggung.
“Tidak apa-apa, Bibi.”
Keduanya kembali melangkah ke arah lift untuk menuju lantai dua, sebelumnya Hinata sudah melakukan pengukuran untuk gaun yang akan ia gunakan di acara pertunangannya yang tinggal sebulan lagi.
Sebenarnya Hinata bingung dengan Sasuke, untuk apa mereka bertunangan jika hanya bertahan selama sebulan?
Setelah perhitungan Hinata, ia dan Sasuke akan bersama hanya sebulan sebagai tunangan, setelahnya Sasuke tidak akan mengganggunya lagi—Hinata berusaha untuk tidak menyukai Sasuke, sesuai perjanjian mereka.
Ia hanya perlu bertahan dua bulan lagi.
Hinata dan Mikoto melangkah ke arah cafe untuk makan siang, keduanya duduk di sudut.
Hinata berdiri dan membungkuk ketika melihat ayah Sasuke yang mendekat bersama seorang pria asing, Mikoto pun ikut berdiri menyambut sang suami dan tamunya.
“Perkenalkan, dia istriku dan calon menantuku,” ucap Fugaku, kemudian wanita yang berada di samping sang konglomerat menyampaikan kepada si pria asing dalam bahasa Rusia.
Hinata cukup terkejut, kemudian dia memperkanlkan diri dalam bahasa Rusia dengan lancar—ini kesempatannya untuk menguji bahasa Rusia-nya.
Asisten Fugaku dan pria asing itu terkejut, begitu pun dengan Fugaku sendiri dan Mikoto.
Menyadari jika ia menjadi pusat perhatian, Hinata menjadi canggung sendiri, sifat antusiasnya ketika bertemu dengan orang asing—apalagi jika orang tersebut berasal dari negara di mana ia mempelajari bahasanya membuat Hinata bersemangat.
Mereka berlima kemudian duduk, dengan penerjemah berada di sisi sang pria asing.
“Namaku Czar Dorofey Petrov,” si pria asing memperkalkan diri kepada Hinata dan Mikoto.
Mikoto pun ikut memperkenalkan diri, sang penerjemah kembali melakukan tugasnya.
Karena kemampuan Hinata yang dapat berbicara dengan bahasa Rusia sebelumnya, membuat Czar tertarik pada gadis berkulit gelap itu.
Czar mulai bertanya bagaimana Hinata bisa berbicara dalam bahasa Rusia dengan fasih, Hinata kemudian mulai menceritakan jika ia mengikuti les bahasa, bahkan Hinata juga menyampaikan jika bukan hanya bahasa Rusia yang dia kuasai sekarang ini.
Pembawaan Czar yang menyenangkan membuat Hinata nyaman, bahkan untuk beberapa saat Hinata melupakan kehadiran Fugaku dan Mikoto yang memperhatikan mereka.
Hingga pesanan mereka datang, semuanya makan dengan tenang.
Hinata bersorak dalam hati, kini ia bisa menguji bahasa Rusia langsung ke orang Rusia asli.
Bahkan beberapa kali Czar memuji bakatnya, dan bahkan menawarkan untuk magang di perusahaannya selama ia berada di Jepang, Hinata menolak dengan halus, dan menjelaskan jika ia akan melanjutkan studi-nya ke Harvard dalam waktu dekat ini.
Czar mengangguk mengerti, bukan hanya kemampan bahasa Rusia Hinata yang membuatnya kagum, tapi juga wawasan yang dimiliki gadis belia itu, seakan gadis itu sudah tinggal lama di Rusia.
“Kalau kau belum bertunangan dengan putra Fugaku, tentu aku akan memperkenalkan kau dengan keponakanku,” ucap Czar jenaka.
Hinata tertawa canggung.
Czar kemudian melihat jam tangannya, ia kemudian berpamitan kepada pasangan Uchiha itu dan Hinata.
Czar mulai meninggalkan area cafe, bersama beberapa pria yang mengawasi dari luar cafe.
“Apa yang ia katakan sebelumnya?” tanya Fugaku ketika Czar sudah mengjauh.
Sang penerjemah kemudian menjelaskan, Fugaku mengangguk kemudian menepuk pundak Hinata lembut.
“Sasuke pasti akan mengamuk jika mendengar ucapannya,” kekeh Fugaku, sedangkan Hinata hanya bisa tertawa canggung—lagi.
Mikoto sedari tadi menahan nafas, oke sepertinya Sasuke benar-benar telah berhasil meyakinkan Fugaku untuk menerima Hinata, melihat bagaimana Fugaku menerima Hinata dengan tangan terbuka.
“Anata, apakah kau akan pulang makan malam nanti?” tanya Mikoto, Fugaku mengangguk kemudian kembali menghadap Hinata.
“Aku ingin mencoba masakan buatanmu, kata Sasuke masakanmu sangat enak,” Hinata kembali tertawa canggung sebelum mengangguk—ragu.
“Tidak seenak itu, paman,” cicit Hinata malu.
Fugaku kembali terkekeh, “Datanglah ke rumah, aku berharap malam ini bisa mencicipi masakan Hinata-chan.”
Hinata merasa giginya kering karena sedari tadi tersenyum canggung, “Baik paman.”
Fugaku kemudian melangkah meninggalkan Mikoto dan Hinata.
Membuat keduanya—baik Mikoto maupun Hinata bernafas lega.
“Suamiku sangat menyukai masakan tradisional,” Hinata mengangguk mengerti, “Bibi kalau begitu aku akan berbelanja.”
Mikoto menggeleng, “Tidak perlu, semua bahannya sudah tersedia di rumah, kau tinggal membuatnya.”
Hinata kembali mengangguk, keduanya kemudian memutuskan untuk pulang, dan mempersiapkan makanan malam untuk Fugaku Uchiha.
Hinata rasa kepalanya mulai pening.
*
*
*
Hinata memutuskan untuk membuat shusi, tempura, onigiri, sashimi, ramen, takoyaki, serta makanan penutup dango, dorayaki, taiyaki, dan amitsu.
Hinata membuatnya seorang diri, Mikoto dan chef—yang bertugas membuat makanan hanya memperhatikan Hinata.
Hinata mengikat tinggi rambutnya, lengan bajunya ia gulung dan memperlihatkan kulit tangannya yang putih kontras dengan wajah dan lehernya yang gelap, Hinata hanya tertawa canggung dan menjelaskan jika ia menginap penyakit vitiligo.
Setelah memakai sarung tangan, Hinata mulai meracik semua bahan-bahannya.
“Hinata-san, kamu pernah belajar membuat makanan tradisional?” tanya sang chef, rasa penasarannya tidak dapat ia sembunyikan melihat bagaimana Hinata dengan lincah mencampur semua bahan makanan tanpa bertanya padanya.
Hinata mengangguk, “Aku belajar kepada Mito-baasan,” jawab Hinata, ia mulai mendiamkan adonan untuk membuat makanan penutup.
“Pantas saja,” siapa yang tidak mengenal Mito Uzumaki atau lebih di kenal dengan nama Mito Senju? Seorang ahli kuliner tradisional pemilik restoran tradisional bintang 5 serta istri dari mantan Perdana Menteri Jepang pertama.
Betuh empat jam bagi Hinata untuk menyelesaikan semuanya, untungnya sang chef dan beberapa pelayan membantu, tentunya dengan arahan Hinata, bahkan sang chef mengikuti arahan Hinata tanpa protes.
Apakah gadis berkulit gelap ini akan menggantikannya? Sang chef khawatir dalam hati, untungnya Mikoto sudah menjelaskan sebelumnya jika gadis yang sedang memasak adalah calon tunangan dari Sasuke, dan Fugaku ingin mencoba masakan buatannya.
Sebentar lagi waktu makan malam, Hinata dan beberapa pelayan mulai menata semua hasil masakan Hinata di atas meja, Mikoto masih memakan taiyaki buatan Hinata, makanan tradisional berbentuk ikan itu membuat Mikoto jatuh cinta dan tak ingin berhenti memakannya.
Kacang merah yang lembut benar-benar sangat pas di lidahnya.
Setelah selesai, Hinata bernafas lega, akhirnya.
“Bersihkan dirimu di kamar tamu, pelayan sudah menyiapkan baju ganti,” ucap Mikoto, Hinata mengangguk dan mulai berjalan ke arah ruang tamu dengan beberapa pelayan yang membimbingnya.
Mikoto sendiri pun juga akan mandi, dia terlalu serius memperhatikan Hinata hingga lupa membersihkan dirinya juga.
Hinata dan Mikoto terkejut, ketika mereka kembali di ruang makan, Itachi telah duduk dengan dango di depannya yang tinggal sedikit.
“Tumben Chef Juna membuat makanan penutup tradisional,” ucap Itachi, karena chef yang bekerja untuk mereka lebih sering membuat makanan penutup ala eropa, “Itachi! Itu untuk ayahmu!”
Itachi berhenti mengunyah, memandang ibunya heran, Mikoto mengehelah nafas, “Hinata yang membuatnya, ayahmu ingin mencoba masakan buatannya.”
Itachi mengangguk mengerti, ternyata Hinata pintar memasak juga, “Dia yang membuat semuanya?” tanya Itachi, Mikoto mengangguk, “Sudah, sekarang cepat bersihkan dirimu, sebelum ayahmu pulang.”
Itachi mengambil satu tusuk dango, sebelum melangkah ke arah kamarnya.
Bersamaan dengan selesainya Itachi membersihkan diri, Fugaku dan Sasuke baru saja datang, keduanya bergabung ke arah meja makan, tapi selain ayah dan anak itu, juga terdapat satu tamu yang datang berkunjung.
“Saara,” sambut Mikoto antusias, ia berpelukan dengan Saara sebelum menyuruh perempuan berambut merah itu untuk ikut bergabung bersama mereka.
Mereka berenam mulai menyantap makanan buatan Hinata, sedangkan Hinata sedari tadi menahan nafas jika saja masakan buatannya tidak sesuai ekspektasi ayah Sasuke.
Hinata merutuki dirinya, harusnya itu bagus! Dengan begitu maka Fugaku akan berpikir ulang untuk menerimanya sebagai calon menantu, astaga! Terlalu takut untuk gagal membuat Hinata tidak menyadari jika kegagalannya kali ini bisa menyelamatkannya.
Semenjak berhubungan dengan Sasuke, Hinata rasa kinerja otaknya mulai menurun.
Dia benar-benar bodoh.
Hinata dapat melihat bagaimana Fugaku mengangguk-anggukkan kepalanya selama menelan semua masakan Hinata, kemudian mereka mulai menikmati makanan penutup, kembali Fugaku menganggukkan kepalanya, sedangkan baik Mikoto, Itachi dan Sasuke memakan makanan mereka dengan santai.
Hinata mengalihkan pandangannya, dan mata abu-abunya melihat Saara yang juga melihatnya, aa, Hinata punya ide, dia bisa memanfaatkan mantan Sasuke itu.
“Aku seperti memakan masakan Mito Senju,” ucap Fugaku, sambil membersihkan sudut bibirnya dengan serbet.
“Hinata belajar memasak dari beliau,” Mikoto langsung menjawab, Fugaku kembali menganggukkan kepalanya.
“Masakan buatanmu sangat enak Hinata, setelah menikah dengan Sasuke restourant milik kami bisa kamu kelola,” Fugaku berdiri berjalan ke arah Hinata yang sudah berdiri, kemudian memeluk perempuan itu.
Hinata hanya tersenyum canggung, astaga dia benar-benar berhasil menggali lubang penderitaannya seorang diri.
Sasuke diam mengamati ayah dan kekasihnya itu, mata hitamnya terus mengawasi Fugaku yang masih memeluk Hinata, ia kemudian berdecak dan berdiri, ia harus memisahkan mereka.
“Ayah, aku ingin bicara dengan Hinata,” Sasuke berjalan ke arah Hinata dan memegang tangan perempuan itu.
Itachi mengumpati Sasuke pelan, adiknya itu sangat posesif.
Fugaku tertawa kecil, kemudian mengusap kepala Hinata dan melangkah ke arah kamarnya, Mikoto sendiri langsung berdiri dan menyusul sang suami.
Sasuke membawa Hinata ke halaman belakang kediaman Uchiha, keduanya duduk di bangku taman.
Hinata meremas jari-jarinya, dua bulan lagi, dia hanya perlu bersabar selama dua bulan, maka ia akan bebas.
Sasuke kemudian membawa Hinata ke dalam pelukannya, saat hendak mencium perempuan itu, keduanya mendengar Saara yang memanggil Sasuke.
“Sasuke,” panggil Saara pelan, ia ditinggalkan begitu saja di ruang makan, sehingga ia memilih menyusul Sasuke.
Sasuke memutar bola matanya, sedangkan Hinata dengan antusias menyambut kehadiran Saara yang menyelematkannya.
Saara menghelah nafas, matanya kemudian memandang Sasuke yakin, “Ada yang ingin aku bicarakan.”
‘Katakan saja,” jawab Sasuke cuek.
Saara mengambil nafas sebelum membuangnya pelan, “A-aku hamil.”
*
*
*
Bang gondrong Tanggung jawab!!
padahal ortu Sasu sudah setuju, ortu Hinata juga, lampu hijau untuk hubungan mereka, tapiiii kepana Saara muncul disaat yang tidak tepat!!!
Salam hangat, Laverna.



Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
