
(25+) Harap Bijak memilih bacaan.
Hubungan Toxic itu yang seperti apa?
Apakah benar, jika Hinata terjebak dalam hubungan toxic dengan sahabat masa kecilnya, ataukah bersama pria yang baru saja dikenalnya?
Apakah hanya Hinata?
Bagaimana dengan Ino dan Sakura?
Choose Me © Laverna
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning: Drama, Typo
Naruto akhir-akhir ini sibuk dengan berbagai jurnal yang harus ia selesaikan, beberapa yang harus ia kerjakan seorang diri, dan beberapa yang harus ia kerjakan bersama dengan dosen lainnya.
Dan Naruto paling benci dengan keterlambatan, sehingga kali ini ia begitu ingin mengamuk pada Anko-sensei yang selalu menunda-nunda mengerjakan jurnal mereka.
Sehingga Naruto memilih turun tangan dan mengerjakannya seorang diri, walaupun Anko-sensei lebih tua darinya, tapi bagi Naruto tidak ada toleransi bagi orang yang tidak profesional, sehingga ia akan memberikan peringatan kepada dosen Statistik tersebut.
Naruto masih sibuk membaca isi jurnalnya ketika notifikasi ponselnya berbunyi.
Ia membuka dan melihat Hinata yang baru-baru saja mengupload konten baru, ia kembali menyimpan ponselnya di atas meja, dan fokus pada jurnalnya. Ia akan melihat konten terbaru Hinata nanti.
Sedangkan di sisi lain, Hinata sedang senyum-senyum sendiri melihat isi kontennya yang langsung memiliki banyak views dan komentar—yang untungnya masih positif.
Well, sepertinya collab-nya dengan Sasuke benar-benar membuatnya ikut terkenal—walaupun tak seterkenal pria itu.
Banyak yang memuji suara mereka di konten Sasuke, bahkan meminta mereka untuk collab kembali, sedangkan di konten miliknya yang baru ia upload 15 menit yang lalu, sudah ada yang berkomentar dan mengapresiasi isi kontennya yang membahas buku tentang sejarah musik tradisional Jepang.
Sasuke begitu lugas menceritakan dari sisinya, bagaimana ia antusias dengan buku tersebut dan merekomendasikannya, bahkan mereka beberapa kali memberikan bocoran mengenai jilid kedua dari buku tersebut.
Karena Sasuke yang mengatakan jika cetakan kedua buku tersebut lebih menarik, mau tidak mau Hinata membelinya dan membaca—tapi mereka tidak akan membahas isi buku tersebut secara lebih banyak, karena itu akan menjadi konten selanjutnya.
Hinata tiduran sambil membaca komentar-komentar di konten terbarunya, rasanya sangat menyenangkan ketika usaha kamu di apresiasi oleh orang lain.
Walaupun ada juga yang berdebat mengenai isi buku itu yang tidak cocok dengan pemahamannya, Hinata hanya membiarkan karena setiap orang memiliki pendapat yang berbeda-beda.
Hinata tertawa ketika ada satu komentar lucu, bersamaan dengan pintu kamarnya yang terbuka, Naruto menatapnya dengan wajah yang marah.
“Kenapa kau tidak memberitahuku?” tanya Naruto langsung.
Hinata kemudian duduk, “Kamu sibuk, aku tidak mau mengganggu,” jawab Hinata polos.
“Kau menemui orang asing dan masih bisa berkata—tidak mau menggangguku?” tanya Naruto tajam.
“Kau lupa Hinata, ayahmu dan Neji mempercayakan kau padaku!”
“Kamu kenapa sih? Aku pergi dengan Sakura, bahkan di konten aku itu selain Sakura juga ada Ino,” balas Hinata jengkel dengan sifat posesif Naruto.
“Lagipula, Sasuke bukan orang asing—dia temanku,” sambung Hinata cepat.
“Kau sudah mulai melawanku?” tanya Naruto tidak percaya.
“Naru please, aku bukan anak-anak lagi, aku tahu apa yang baik dan apa yang tidak baik, aku bisa menjaga diriku sendiri,” kata Hinata, ia palingkan wajahnya tidak ingin melihat jika Naruto bisa saja kecewa dengan ucapannya.
Naruto mendekat, ia memandang wajah Hinata.
Kemudian menunduk untuk mencium perempuan itu—ciuman pertama mereka sejak mereka bukan pasangan kekasih lagi.
Hinata kaget—tentu saja. Tapi, di luar itu sebenarnya inilah yang ia inginkan, Hinata ingin Naruto lebih jujur padanya dan pada dirinya sendiri.
Hinata memeluk leher Naruto erat, bahkan saat Naruto mengangkatnya untuk duduk di pangkuan lelaki itu, Hinata masih enggan melepaskan pelukannya, bahkan ia merapatkan tubuhnya pada Naruto.
“Kau baru saja mengatakan bisa menjaga dirimu sendiri—tapi lihat,” Naruto memandang tepat di mata Hinata, “Hanya dengan ciuman kau seperti akan memberikan segalanya pada siapapun yang menciummu.”
Hinata melebarkan matanya, apa Naruto baru saja menyamakannya dengan perempuan murahan?
Apakah Naruto tahu, jika hanya pria itu yang Hinata izinkan menyentuhnya lebih jauh?
Apakah Naruto tahu jika hanya dia lelaki yang bisa menciumnya?
Oh bagus, Hinata berdiri kemudian mendorong Naruto.
“Kau dan aku tahu jelas, apa yang terjadi di antara kita!” pekik Hinata marah.
“Keluar, dan jangan pernah menghubungiku lagi!” Hinata kemudian berjalan ke arah kamar mandi, ia menangis sesegukan di sana.
Hanya karena ia akrab dengan Sasuke, Naruto sudah semarah itu dan menuduhnya sebagai perempuan murahan?
Bagaimana jika ia menerima permintaan Sasuke untuk menjadi model musik vidio terbarunya? Naruto mungkin akan membakar habis apartemennya dan memakinya.
Hinata masih menangis, dia sangat kesal—tidak dia marah!
Jika bisa memilih, maka ia akan memilih orang lain daripada memberikan hatinya pada Naruto!
“Keterlaluan!” umpat Hinata pada Naruto.
Pintu kamar mandi terbuka, Naruto diam, setelah menenangkan dirinya beberapa saat yang lalu, Naruto sadar ia sudah sangat keterlaluan.
Dengan langkah pelan, Naruto berjalan ke arah Hinata, ia kemudian menunduk di hadapan Hinata yang masih menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya dan tekukan lututnya.
“Maaf,” ucap Naruto, “Aku .... aku sudah sangat keterlaluan,” bisik Naruto.
Ia mengangkat wajah Hinata dan menghapus air mata perempuan itu. sedangkan Hinata masih enggan melihat mata Naruto.
Naruto kemudian membawa Hinata ke pelukannya, walaupun perempuan itu tidak membalas pelukannya.
“Aku bersalah, maafkan aku,” ucap Naruto kembali.
“Aku mau sendiri,” ucap Hinata ketus, Naruto menghelah nafas kemudian mengangguk.
Ia kecup kening Hinata sebelum keluar dari apartemen Hinata.
*
*
*
*
*
Hinata menemani Ino menjadi model di musik vidio Sasuke, ia memegang payung untuk melindungi dirinya dari percikan hujan buatan.
Mata abu-abunya melihat Ino yang berakting sambil memeluk Sasuke di bawah hujan buatan. Tubuh keduanya basah, adegan selanjutnya Sasuke yang meninggalkan Ino begitu saja, sedangkan Ino langsung jatuh terduduk dan berakting menangis.
Sasuke bergabung dengan agensi milik keluarganya sendiri, yang di kelola oleh sepupunya yang bernama Obito, dan pria itu ikut menyaksikan pembuatan mv terbaru Sasuke.
Mereka syuting di outdoor, sebuah taman pribadi milik keluarga Sasuke.
Seorang pria dewasa yang tidak Hinata tahu siapa namanya, kemudian memberi aba-aba jika adegan kali ini selesai.
Hinata mendekat setelah hujan buatan itu dihentikan, Hinata membawa handuk untuk Ino dan menyelimuti sahabatnya itu.
“Aktingmu bagus, kau bisa jadi aktris,” kata Hinata sambil memberikan secangkir teh hangat pula.
“Bisa dipertimbangkan, mau jadi asistenku?” respon Ino menerima teh hangat Hinata dan meminumnya seteguk, ia kemudian berjalan ke arah ruang ganti untuk mengeringkan dirinya dan mengganti pakaian untuk adegan selanjutnya.
Hinata memutar bola matanya, enak saja jadi asisten, ia akan jadi manajer!
Hinata kembali ke tempat duduknya sebelumnya, menunggu Ino sebelum mereka berpindah lokasi.
Hinata mengecek ponselnya, Naruto tidak menghubunginya selama satu minggu ini, harusnya Naruto lebih peka lagi! Dasar.
Hinata memandang Sasuke yang duduk di sebelahnya, “Akting yang bagus,” puji Hinata.
“Thanks, adegan selanjutnya, kupikir tidak masalah jika kau terlibat—itupun kalau kau bersedia,” ucap Sasuke masih menawarkan adegan penutup kepada Hinata.
Hinata tentu saja mau! Ia hanya perlu di berdiri di samping Sasuke dan berjalan bersama sambil bergandengan tangan, tapi—oh Naruto tidak akan membiarkan.
Naruto pasti akan lebih marah dari sebelumnya dan kemungkinan Naruto-lah yang akan mendiamkannya, bukan Hinata lagi.
“Maaf aku benar-benar tidak bisa,” tolak Hinata halus, Sasuke mengangguk, “Aku mengerti.”
“Kekasihmu akan marah?” tanya Sasuke tiba-tiba, Hinata menggeleng, “Tidak, aku tidak punya—maksudku orang yang dekat denganku yang akan keberatan.”
“Kalian belum meresmikan hubungan kalian begitu?” tanya Sasuke kepo, “Tidak, sudahlah tidak usah membahasnya,” Hinata alihkan pandangannya ke arah samping dengan wajah memerah.
Apakah sangat kentara jika ia terjebak dalam hubungan tanpa status? Bahkan Sasuke orang yang baru-baru dikenalnya langsung bisa menebaknya.
“Sorry, aku tidak bermaksud membuatmu tidak nyaman,” ucap Sasuke kemudian, Hinata hanya tersenyum simpul dan mengangguk.
Keduanya diam, Ino kemudian berjalan mendekat.
“Berangkat sekarang?” tanya Ino, Sasuke mengangguk, “Tim-ku yang lain sudah menunggu di lokasi.”
Mereka kemudian berangkat menuju lokasi syuting selanjutnya, yaitu gedung yang sudah mereka ubah seperti rumah sakit.
Sasuke berangkat dengan mobilnya sendiri, sedangkan Ino dan Hinata berangkat menggunakan mobil Ino.
Sesampainya di sana, Ino kemudian berjalan ke arah ruang make up, ia harus di hias bagaikan orang sakit.
Hinata berdiri di samping Obito, sedangkan beberapa kru mulai mempersiapkan adegan yang akan mereka ambil.
Lagu Sasuke kembali di putar, ketika tiba hanya suara musik yang terdengar Sasuke mulai berakting seakan berbicara serius dengan Ino yang berbaring di ranjang pasien.
Sasuke kemudian mendekat untuk mencium kening Ino, kemudian perempuan berambut gelap masuk, ia berdiri di samping Sasuke, menggenggam tangan Sasuke dan mereka melangkah ke arah pintu keluar meninggalkan Ino yang menangis.
“Cut!”
“Akan lebih baik jika Sasuke keluar seorang diri, dan perempuan itu menunggu di luar,” ucap Hinata pada dirinya sendiri.
“Ide yang bagus,” timpal Obito yang mendengar suara Hinata.
Hinata tersentak, kemudian menggelengkan kepalanya, Obito hanya tersenyum kemudian berjalan ke arah sutradara untuk menyampaikan ide Hinata.
Sutradara tersebut setuju, adegan diulang sesuai dengan masukan Hinata.
Mereka semua bertepuk tangan setelah semua adegan mv selesei hari itu, sudah 3 hari mereka syuting, dan hasil akhirnya sangat memuaskan.
“Feel-nya lebih terasa, thanks Hinata,” ucap Sasuke tersenyum.
Hinata balas tersenyum canggung, sedangkan Ino masih mengganti pakaian rumah sakit dengan pakaian yang ia gunakan sebelumnya.
“Aku harap kau mau bergabung bersama timku, kau punya ide yang luar biasa,” ucap Sasuke, Hinata hanya menggaruk pipinya.
“Akan kupertimbangkan,” balas Hinata malu, Sasuke terkekeh kemudian mengusap kepala Hinata, membuat perempuan itu tersentak.
Ino datang mendekat, ia membungkuk berterima kasih pada semua tim yang ada, kemudian berjalan ke arah Hinata dan Sasuke.
“Thanks Ino, aktingmu sangat bagus,” puji Sasuke, Ino tersenyum malu membuat Hinata memutar matanya, tidak biasanya Ino bertingkah malu kalau malu-maluin sih pasti.
“Ini semua berkat dukungan semuanya, dan aku yang harus berterima kasih karenamu aku punya pengalaman baru, thanks Sasuke,” ucap Ino manis, Sasuke mengangguk.
“Aku akan mentraktir kalian,” ucap Sasuke kemudian.
“Aku tidak bisa,” tolak Hinata langsung, “Aku harus ke toko buku sebelum tutup.”
“Ingin kutemani?” tawar Sasuke, Hinata menggeleng, “Kau bisa pergi bersama Ino, maaf tidak bisa bergabung—tapi aku akan bergabung untuk traktiran keduanya,” canda Hinata.
Sasuke tertawa kecil, “Baiklah, bagaimana Ino?” tanya Sasuke, Ino mengangguk, “Tidak masalah,” Ino kemudian menyerahkan kunci mobilnya pada Hinata.
“Aku akan mengambilnya nanti,” ucap Ino, Hinata kemudian mengangguk dan meninggalkan Sasuke dan Ino.
“Kita berangkat sekarang?” tanya Obito mendekat, Sasuke mengangguk, “Yang lain akan menyusul setelah membereskan semuanya,” ucap Obito.
“Hinata ke mana?” tanya Obito ketika tidak melihat Hinata, “Dia ada keperluan,” jawab Sasuke, Obito hanya mengangguk, mereka semua kemudian mulai meninggalkan area syuting.
Mereka tiba di sebuah restoran BBQ, dan sepertinya Obito sudah memesan semua lantai satu untuk timnya.
Ino bergabung bersama Sasuke, Obito, sutradara bernama Shisui dan beberapa tim yang tidak Ino kenal, selain itu juga Izumi—wanita yang berperan sebagai kekasih Sasuke—ikut bergabung.
Ino dan Izumi memanggang daging, mereka melakukannya dengan telaten, beberapa kali Obito yang akan melakukannya atau anggota tim yang bergabung.
Mereka berbincang seru, dan bahkan membahas proyek selanjutnya.
“Ino kau mau berperan dalam sebuah drama?” tanya Obito, Ino kemudian mengangguk dengan wajah memerah.
Obito terkekeh melihat wajah malu Ino, “Sebenarnya aku ada proyek drama baru, aku akan membicarakannya lebih lanjut terlebih dahulu dengan tim produksi dan sutradanya, aku akan menghubungimu,” Obito memberikan kartu namanya pada Ino.
“Arigato Obito-san,” Ino menerima kartu nama Obito dan menyimpannya di tas miliknya.
*
*
*
*
*
Hinata memarkinkan mobil Ino di tempat parkir, sedangkan ponselnya menempel di telinga menunggu panggilannya di jawab Sakura.
“Aku sudah di area parkir, kau di mana?” tanya Hinata ketika panggilannya di jawab.
“Oke, aku akan ke sana,” Hinata kemudian keluar dan mulai melangkah masuk ke toko buku, ia mencari sosok Sakura.
Sakura melambaikan tangannya, Hinata berjalan mendekat, keduanya kemudian mulai berjalan mencari buku yang mereka butuhkan.
Hinata berjalan ke bagian sastra, sedangkan Sakura mencari buku kesehatan.
Sakura mendekat ketika buku yang dicarinya sudah ia temukan, “Kau sesekali harus me-review buku kesehatan, jangan sastra terus,” ucap Sakura.
Hinata memutar matanya, “Memangnya aku mengerti apa isinya?” cibir Hinata.
Sakura tertawa, ia mengikuti ke manapun Hinata pergi, dan setelah semua buku yang mereka inginkan telah ada, keduanya berjalan ke arah kasir.
“Jam tangan baru?” tanya Hinata ketika melihat jam tangan berwarna putih Sakura.
Sakura mengangguk, wajahnya memerah, “Dari Sasuke, katanya tanda pertemanan,” bisik Sakura malu.
Hinata mengangguk, setelah hampir sebulan ia mengenal Sasuke, Hinata tahu Sasuke suka memberikan hadiah.
“Dia sangat dermawan,” Sakura mengangguk setuju, “Dia juga pandai memuji,” timpal Sakura dengan pipi yang memerah, kali ini Hinata yang mengangguk setuju.
“Dia sangat Friendly, tidak sulit menyukainya,” ucap Hinata, “Kurasa aku sudah menyukainya,” balas Sakura, Hinata mengangguk tanpa tahu jika menyukai dalam definisnya dan definisi Sakura berbeda.
Keduanya berjalan ke arah mobil Ino, mereka akan masuk ketika melihat Shikamaru dan Temari yang baru saja turun dari mobil Shikamaru.
Shikamaru mendekat, “Di mana Ino?” tanyanya, Hinata dan Sakura melihat wajah Temari yang langsung masam.
“Ino sedang ada urusan,” jawab Hinata, akan menjadi perkara jika Shikamaru tahu Ino sedang bersama laki-laki lain. Belum saatnya Shikamaru tahu.
Walaupun hubungan Ino dan Shikamaru tidak lebih dari sahabat, tapi baik Hinata ataupun Sakura tahu, jika Shikamaru sangat posesif—seperti Naruto.
Temari kemudian memeluk lengan Shikamaru dan menariknya untuk meninggalkan Hinata dan Sakura.
“Mantan calon kakak ipar,” bisik Hinata, Sakura memutar bola matanya.
Keduanya kemudian masuk ke mobil Ino, Hinata mengantar Sakura ke apartemennya, walaupun harus memutar, ia sedang tidak ingin menampung perempuan nyentrik itu di apartemennya.
Hinata turun dari mobil Ino, dan melangkah ke arah lift.
Langkahnya terhenti ketika melihat Naruto di dalam lift, Hinata kemudian masuk dan menunggu Naruto untuk keluar, tapi sepertinya pria itu akan kembali ke lantai unit mereka.
Hinata tetap diam, mengabaikan Naruto. Hinata keluar ketika pintu lift terbuka, Naruto mengikut dari belakang.
Hinata tidak dapat menahan senyumnya ketika melihat Naruto yang seperti anak ayam—mengikutinya sedari tadi.
Hinata masuk ke apartemennya, kenapa gelap?
Ia kemudian menyalakan lampu dan balon-balon berwarna kuning menggantung dengan tulisan permintaan maaf.
Hinata tidak perlu mencari siapa dalangnya, karena pasti pria di belakangnya.
Juga terdapat dua kotak, satu berukuran sedang dan satu lagi berukuran besar—sangat besar.
Hinata akan membuka kotak besar itu ketika ia merasakan pelukan dari belakang.
“Maafkan aku, jangan mendiamkanku seperti ini,” bisik Naruto, ia eratkan pelukannya.
Hinata rasa jantungnya akan meledak.
“Baiklah,” jawab Hinata pada akhirnya, dia juga tidak tahan mendiamkan Naruto!
Naruto membalik Hinata ke arahnya, ia usap pipi Hinata sebelum mengecup kening perempuan itu lama.
“Terima kasih.”
*
*
*
*
*
Ino turun dari mobil Sasuke, pria itu mengantarnya ke apartemennya, besok pagi baru Ino akan mengambil mobilnya di apartemen Hinata.
“Ino,” panggil Sasuke, Ino kembali melihat Sasuke.
Sasuke berbalik, dan mengambil buket bunga yang cukup besar dari kursi belakang.
“Untukmu,” Sasuke memberikan buket bunga itu, wajah Ino memerah malu.
“Umm, Thanks Sasuke,” ucap Ino, Sasuke mengangguk dan tersenyum simpul.
Ino kemudian melangkah ke arah lift, dan menekan lantai kamarnya—9.
Ino berjalan ke arah unitnya, ia menekan sandinya, mata birunya kemudian melihat Shikamaru yang duduk diam menatapnya lurus.
Ino gugup, padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun, kecuali menjadi model musik vidio Sasuke tanpa memberitahunya, tapi Ino yakin baik Sakura atau Hinata pasti merahasiakannya.
“Kau sudah lama?” tanya Ino basa-basi, ia letakkan buket pemberian Sasuke ke atas meja samping tivi.
“Dari siapa?” tanya Shikamaru melihat buket berisikan bunga mawar merah dalam jumlah yang banyak.
“Teman, ucapan terima kasih sudah membantunya,” jawab Ino jujur, tanpa menyebut nama Sasuke.
Shikamaru kemudian berdiri dan memeluk Ino, “Kau menjauh akhir-akhir ini.”
“Aku sedang sibuk, dua bulan lagi aku harus mengikuti event besar, banyak hal yang harus kupersiapkan,” jawab Ino.
“Termasuk hati dan kesiapanku meninggalkanmu,” sambung Ino dalam hati.
Ino sudah yakin untuk keluar dari hubungan anehnya dengan Shikamaru.
Ino sadar, setelah beberapa ciri yang Sakura paparkan, ia mengalami Traumatic Bonding. Membuatnya enggan melepas Shikamaru walaupun ia tahu bahwa Shikamaru memanfaatkannya—melecehkannnya lebih tepat.
Shikamaru tidak bisa mendapatkan Temari di atas ranjangnya, sehingga pria itu menjadikan dirinya sebagai pengganti tunangannya.
Ino rasa sudah cukup ia terjebak, ia sudah berusaha keluar dari hubungan ini sejak beberapa tahun yang lalu, dan akhirnya perasaannya sudah tidak sekuat sebelumnya.
Ino bisa lepas—secepatnya.
Ino tak lagi membela Shikamaru ketika Sakura ataupun Hinata memintanya menjaga jarak bahkan menjauh, jika dulunya ia selalu membela Shikamaru dan menyalahkan Sakura ataupun Hinata yang mempengaruhinya untuk meninggalkan Shikamaru, kali ini tidak lagi.
Setelah fokus pada tindakan buruk Shikamaru selama ini padanya, Ino akan secepatnya memutuskan hubungannya dengan Shikamaru.
Ia akan meninggalkan pria itu ketika wisuda nanti, ia akan ikut dengan Sai ke Paris untuk melanjutkan karir modelnya.
Shikamaru semakin mengeratkan pelukannya, lengan kekarnya memeluk Ino, seakan ingin meremukkan perempuan itu.
“Sakit,” ucap Ino dan berusaha melepaskan pelukan Shikamaru.
Shikamaru kemudian membalik Ino ke arahnya, mata coklatnya mengamati wajah Ino.
Ia pandang mata biru Ino, sebelum lebih mendekat untuk mencium perempuan itu.
Ino menahan pundak Shikamaru, membuat pergerakan pria itu terhenti.
“Aku haus, aku mau minum,” tolak Ino, ia kemudian melangkah ke arah dapur meninggalkan Shikamaru yang terdiam.
Ini merupakan penolakan pertama Ino, jika biasanya Ino hanya diam, kini perempuan itu sudah berani menolak, dan Shikamaru tidak bisa menahan rasa panas di hatinya.
Sifat dominannya selalu muncul saat bersama Ino, berbeda saat bersama Temari.
Dengan Ino, Shikamaru bisa menunjukkan sisi agresifnya, sedangkan saat bersama Temari ia menjadi sosok yang pasif bahkan cenderung menjadi lelaki pengecut.
Temari lebih tua dua tahun darinya, perempuan itu sangat dewasa dan mandiri, Temari tidak semanja Ino, Temari tidak bergantung padanya—berbeda dengan Ino.
Dengan Ino, Shikamaru merasa dibutuhkan.
Bahkan, dengan Ino ia pertama kali mendapatkan pengalaman bercinta luar biasa, dan hanya Ino yang terasa pas di bawah tubuhnya.
Shikamaru berjalan cepat ke arah Ino, merebut gelas perempuan itu, meletakkannya di atas meja dan kemudian mengapit Ino antara tubuhnya dan dinding di belakang perempuan itu.
“Kau ini kenapa? Aku haus! Aku mau mi—” ucapan Ino terhenti saat Shikamaru menciumnya dengan kasar.
Ciuman Shikamaru menggambarkan bagaimana gelisahnya pria itu.
Jika sudah seperti ini, Ino hanya bisa pasrah, membiarkan Shikamaru menyalurkan kegelisahannya melalui ciuman dan pelukan.
“Aku halangan!” pekik Ino menahan tangan Shikamaru yang sudah masuk ke dalam baju yang ia digunakan.
Shikamaru diam, ia kemudian menarik tangannya.
Shikamaru berusaha bernafas dengan normal, menepis rasa marah yang sempat ia rasakan karena penolakan Ino.
“Kau tahu Shika, kita tidak bisa berada di hubungan ini terus menerus, sudah cukup,” kata Ino, ia berusaha memberanikan diri, walaupun kata Sakura, ia harus menghilang begitu saja, tapi bagi Ino, Shikamaru adalah sahabatnya terlepas bagaimana hubungan yang mereka jalani beberapa tahun terakhir.
“Apa maksudmu?” tanya Shikamaru.
“Aku mau berhenti, kau harus setia pada Temari, dan aku pun akan bertemu dengan lelaki lain, kita harus menjalani hubungan yang normal,” ucap Ino, “Hubungan kita sudah terlalu jauh, dan sebelum terlambat kita harus segera mengakhirinya.”
“Bunga itu dari laki-laki lain?” tanya Shikamaru ketika telinganya hanya mendengar kata laki-laki lain dari bibir Ino, “Kau memiliki laki-laki lain?”
“Tidak, tapi—hei Shika dengarkan aku!” Ino mengikuti Shikamaru dari belakang.
Shikamaru mengambil bunga mawar itu, kemudian tanpa hati, ia hempaskan ke lantai dan menginjaknya hingga tak berbentuk.
“Shika!” pekik Ino marah, tapi Shikamaru langsung pergi begitu saja meninggalkannya.
*
*
*
*
*
Sakura senyum-senyum setelah bertukar pesan dengan Sasuke.
Sasuke sangat peduli dan manis—pria tampan itu tahu bagaimana cara memperlakukan wanita.
Sakura rasanya akan meleleh.
Selain jam tangan, Sasuke juga memberinya sepasang sepatu cantik.
Sasuke sangat tahu bagaimana memanjakan perempuan, ugh rasanya Sakura siap untuk menjalin hubungan kembali.
Sakura mengecek ponselnya yang berdering, nama Gaara membuatnya mendengus.
“Ada apa?” tanya Sakura langsung.
“Aku mau bertemu, minimarket dekat apartemenmu—sekarang!” setelah mengatakannya Gaara langsung mematikan panggilannya begitu saja.
Sakura memandang jengkel ponselnya, dasar. Tapi ia tetap berdiri untuk bersiap-siap.
Sakura melangkah ke arah minimarket dekat apartemennya, ia melihat Gaara yang duduk di salah satu kursi dengan 3 tas kain di atas meja.
“Ada apa?” tanya Sakura ketika telah tiba di hadapan Gaara.
Gaara kemudian berdiri, dan memberikan dua tas kain pada Sakura.
“Ada vitamin di dalamnya—minum, jangan begadang terus,” ucapnya kemudian meninggalkan Sakura.
Sakura menganga, hello!
Kalau Gaara selalu bersikap penuh perhatian seperti ini, maka ia akan susah move on!
Menyebalkan!
“Thanks,” lirih Sakura walaupun Gaara pasti tidak akan mendengarnya.
*
*
*
*
*
Moga masalah ShikaIno udah jelas ya, kita bakalan fokus pada perkembangan NaruHina dan hubungan Sakura, serta peran Sasuke nantinya.
traumatic bonding, bisa kalian cari-cari infonya, dan itu alasan kenapa Ino susah lepas dr Shika walau dia tahu apa yang diperbuat Shika salah, sedangkan Shika dia ngga dapat dari Temari cari ke cewe lain, apesnya Ino yang dapat :(
gimana pun Ino juga salah, dia bakalan dapat hadiah juga dari aku nantinya-emot sadis-
Salam hangat, Laverna.




Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
