
1 penjaga kantin
Semua cerita yang ada disini hasil ngayal gue setelah pusing membaca buku Raditya Dika(Ubur-Ubur Penyet).
Disini gue hanya ingin berbagi perasaan, dan membahas sesuatu yang tidak perlu di bahas, untuk ditertawakan (non faidah).
Tapi jgn lupa untuk berfikir dan mengambil hikmahnya.
- PENJAGA KANTIN
Pagi-pagi buta gue berangkat kerja, nggak pagi-pagi buta sih, tapi emang mata gue aja yang masih penuh belek, mungkin ada kali segede bakso, jadi pengelihatan gue rada remang remang.
pintu kantin gue buka, dengan gerakan cepat gue rapih rapih kantin, mulai mengelap meja dan sejenisnya, nyalain kompor, masak air buat persiapan masak mie, kantin di tempat gue kerja menjual banyak menu, mulai nasi goreng, bubur kacang, soto, mie ayam, mie rebus dan gorengan. tanpa menjual menu minuman, aneh kan!?. Gue juga bingung sendiri, mungkin kantin gue seperti toko mainan yang selalu terjual terpisah. Kaya mobilan Hot Wheels, kalau mau beli mobilnya bisa, tapi lo harus beli jalanannya di toko sebelah,. gila!!!!
kalau pelangan gue tersedak gimana?!
pagi pagi begini gue belum menjual apa apa, namanya penjaga kantin, jadi gue cuma jaga doang, semua makanan diantar dari desa sebelah. kebayang gak?!
gue duduk sambil bengong, kadang memikirkan sesuatu yang aneh demi mengisi waktu kosong, gak ada kerjaan.
di tengah tengah gue asik denganhayalan gue, seorang anak datang.
"bang, nasi gorengnya ada bang?" tanyanya. kantin gue kan masih kosong melompong, emang gak liat apa?, mungkin pikirnya kantin gue jual makanan tapi diumpetin, emang kantin gue kaya jualan sabu sabu?!
Gue tarik nafas berat tanpa memandang wajahnya "belum ada apa apa tong, emang gak liat?!"
"Enggak bang"
Gue kaget mendengar jawabanya, gue liat wajah tuh anak, astaga beneran!!..., matanya belekan segede bakso.
"Yaudah bang, makasih"ucapnya hendak berjalan ke arah toilet sambil meraba raba.
"Iya, hati hati kepeleset tong" balas gue melongo.
Setelah sekian lama gue tunggu tunggu ulang pun tiba, bos gue datang mengunakan gerobak berisikan satu termos besar nasi goreng siap saji dan beberapa panci bubur kacang , gue pun menolongnya mengangkat sebagian barang barang kedalam kantin, selang beberapa menit gorengan pun datang, satu keranjang penuh dan beberapa kantong saos.
Dengan gerak cepat, gue beresin semua persiapan untuk waktu jam istirahat, biasanya anak anak sekolah datang membeli makanan dengan keroyokan, disaat seperti itu selalu berdoa kepada tuhan yang maha mengerti agar gue gak bonyok selama waktu jam istirahat.
Disaat gue mau buat saos, gue binggung mau di tempatkan di baskom besar atau botol saos?, kalau dibaskom memang cepat, membuat anak anak yang membeli gorengan tidak lama mengantri untuk mendapatkan saos, demi menjagga pertengkaran gara gara rebutan saos, seperti kejadian beberapa hari lalu yang membuat sembab biru di kedua anak yang berkelahi, berutal memang.
Tapi kalau pakai baskom, gue jadi teringat waktu gue beli es pisang coklate kala itu.
Gue beli es pisang kulkul, waktu itu suasana lumayan panas, gue melihat tukang es kulkul dipingir jalan depan sekolahan SD, gue tertarik untuk membeli.
"Bang beli satu" kata gue
"Ini mas" ucap tukang penjual es memberikan satu tusuk pisang beku yang baru keluar dari box pendingin tanpa baluran coklate.
"Coklatenya mana mas?" Tanya gue
"Di sana, celup sendiri" jawabnya
Gue pun menghampiri baskom besar berisi coklate cair, terlihat kerumunan anak anak balita yang sedang mencocol coklat dengan bebas.
Gue pun hendak mencelupkan es yang gue pegang, tapi gue gak jadi dan menjadi merasa jijik, anak anak yang berkerumun itu bebas sekali mencelupkan es pisang yang mereka pegang, bahkan walaupun baru mereka jilat lalu di celupkan kembali, ihkkk.....!!
Ada satu anak yang menurut gue benar benar kelewatan, setelah ia melumuti semua coklate yang menempel di pisangnya, ia mencelupkan kembali dengan air liur yang membanjiri seisi pisang.
Jadilah guebikin saos di botol, sebagai orang yang berperasaan, gue juga gak mau pelangan gue merasakan hal yang sama. Menjijikkan sumpah.
Kalaupun nanti ada keributan gara gara rebutan saos, gue sentak sekali juga anak anak udah pada ngompol , tapi sambil gue todongin pisau, aslinya kalau gue dikeroyok sama anak anak smp di sini, gue bonyok juga, apa lagi liat anak anak smp zaman sekarang bongsor bongsor yang sukanya tawuran, dibandingkan dengan gue yang kurus kerempeng tingal kulit sama tulang, di tampol sekali juga ambruk paling. Tapi tampang gue lumayan lah, yahh.... bisa dibilang sebelas dua belas sama ade pati dolken.
Ahirnya semua persiapan selesai, tinggal nunggu jam waktu istirahat tiba, sambil melayani pembeli pembeli yang datang sesekali, dari asrama anak anak sma dan kos kosan anak kuliahan yang gue tempati, enggak terlalu jauh dari tempat gue kerja.
Penjaga kantin memang harus punya mental baja, apapun yang terjadi elo harus terima dan sabar demi menghadapi karakter orang yang berbeda beda, ya....walaupun kadang gue ngamuk ngamuk karena emosi melihat pelangan yang seenaknya sendiri.
Seperti yang satu ini, sebut aja namanya Bentol kalau nama lengkapnya Aben tolol, kenapa gue sebut bentol, karena memang mukanya bentol bentol, mungkin abis ditampolin dari kantin sebelah, gara gara emang kalau dia yang beli makanan bikin naik darah, bawaanya emosi pengen nampol tuh muka.
(Anj**g !!!! Absrut banget tuh muka, pengen nampol gue, plok...!!) Gitulah gambaran sedikit kalau ketemu sama si bentol.
Kebayang gak, kalau si bentol mampir sepuluh kantin atau warung, berapa banyak bogem mentah yang bentol dapatkan?.
Di saat gue sedang duduk manis dan di saat itu pula gue merasakan aura aura negatif yang datang perlahan menghampiri, bulu kuduk juga mulai berdiri.
"Bang, beli gorengan" kata si bentol, setelah sampai di depan kantin gue
Karena gue orangnya baik dan sopan santun, gue pun menjawabnya dengan lemah lembut
"iya " jawab gue ramah dengan tangan mengepal pisau.
"Gorenganya mana bang?" Bentol celingak celinguk.
Lo kan punya mata tolll......masa gak liat, gerutu gue
" itu , di situ" jawab gue lembut
Bentol pun memulai aksinya memilih tumpukan gorengan yang ada di dalam keranjang besar, satu dua gorengan ia singkirkan untukmeraih gorengan yang tertindih di bawahnya, lima detik kemudian bentol masih memilih mengorek ngorek gorengan yang ada, satu menit kemudian masih memilih, lima menit kemudian masih memilih juga, sepuluh menit kemudian aksi si bentol mulai menjadi jadi layaknya seorang pemulung mengorek ngorek tumpukan sampah
"Beli berapa?" Tanya gue mulai muak, dengan nada selembut mungkin bak seorang level marketing , bentol menghentikan aksinya menatap gue polos
"Beli satu aja bang"ucapnya seraya menaruh uang lima ratus perak kedalam kotak receh"KELONTANG PRAK" bunyi khas uang lima ratusan jatuh kedalam, membuat hati tersa ngilu dengan kejadian apa yang barusan gue liat
Dari situ gue cuma bisa menarik nafas dalam dalam "anak setan, jangan pernah beli lagi!!!" Amuk gue sambil mengacungkan pisau, si bentol pun lari luntang lantung.
Seperti itulah hari hari gue saat kerja, penuh dengan makan perasaan, terkadang kalau gue lagi males gue bisa menjadi orang yang pendiam dan gak peduli dengan kejadian kejadian yang ada di depan gue saat kerja, mau ada yang ribut rebutan saus ke' ,saosnya di kokop ke' , si bentol datang ngeberantakin semua jajan, gue gak pedeuli..!, gue tetep santai sambil memasang muka datar, mungkin kalau bos gue datang nanyain warungnya kok berantakan kaya kapal pecah?
Gue jawab aja"iya bos, tadi ada gempa bumi 9 skalalitter" pura pura panik
"Masa...!!!"ucap bos gue ikut panik
"Lo gak kenapa kenapa?"tanya bos gue ,sok perhatian
"Enggak bos, cuma otak gue aja yang rada kerasa miring"
"Becanda mulu lo"balas bos gue sebal, gue cuma cengar cengir bego
"Yaudah di beresin,gue mau belanja dulu"
"Siap bos...!!" Gue hormat siap siaga, trus garuk kepala, rasanya otak gue bener bener miring, kok bos gue bisa percaya.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
