
Tik. Tok. Tik. Tok.
Waktu masih berjalan.
Entah sudah hitungan detik ke berapa, wanita bergaun hitam yang sedang memandangi pintu megah di depannya itu, pun mulai mengeluarkan kotak aluminum pipih yang ia simpan di dalam quilted bag miliknya.
Ia keluarkan satu lilitan rokok tipis dan ia letakkan di bibinya. Lalu ia juga mengeluarkan sebuah korek api pipih atau zippo yang berwarna rose gold. Jemari yang lentik pun ia gunakan untuk menyalakan rokok.
Ia sesap rokok pipih miliknya itu serta dengan tenang...
Chapt 1 — Unfaithful.

Tik. Tok. Tik. Tok
Detik jam terus berjalan dengan kecepatan yang konstan. Tak melemah tak juga menguat. Namun jelas menandakan bahwa dialah sang penguasa waktu saat ini.
Tepat di depan meja resepsionis, telah berdiri seorang wanita dengan gaun hitam yang melekat di tubuhnya. Dress hitam yang membentuk lekuk tubuh sempurna itu, tak memiliki lengan. Hanya tali spageti yang melingkar di kedua bahu miliknya. Pun juga dengan punggung mulus yang ikut terekspos tanpa malu-malu.
Rambut dark blonde bergelombang, menjuntai ke samping. Membiarkan sebelah lehernya juga terekspos dengan sempurna.
Sedikit make up bold yang menguatkan aura anggun dan kuat. Serta heels merah darah dengan tinggi yang cukup, membuat jenjang kakinya terlihat sangat seksi. Apalagi dress hitamnya itu terbelah sebelah di bagian kaki hingga paha atas.
Well ... semua komponen seksi itu, jelas telah menunjukkan kesan atas aura wanita yang anggun dan kuat.
Tik. Tok. Tik. Tok.
Waktu masih berjalan.
Entah sudah hitungan detik ke berapa, wanita bergaun hitam yang sedang memandangi pintu megah di depannya itu, pun mulai mengeluarkan kotak aluminum pipih yang ia simpan di dalam quilted bag miliknya.
Ia keluarkan satu lilitan rokok tipis dan ia letakkan di bibinya. Lalu ia juga mengeluarkan sebuah korek api pipih atau zippo yang berwarna rose gold. Jemari yang lentik pun ia gunakan untuk menyalakan rokok.
Ia sesap rokok pipih miliknya itu serta dengan tenang menunggu waktu yang terus saja berjalan.
Masih tanpa kata, ia menikmati rokoknya. Menatap datar pintu ruangan megah yang masih tertutup rapat. Serta salah satu jemarinya sedang mengetuk-ngetuk meja resepsionis yang ia sandari itu, sesuai dengan irama detak jam.
Tik. Tok. Tik. Tok.
Sedangkan di tempat lain ....
"Ughh ... Tuan ...!" lenguh seorang wanita dengan sangat panjang. "A-aku ...."
"I know!" sahut seorang pria dengan suara yang semakin memberat. "Tahanlah! Kita harus keluar bersama!""
"Ughmmm ... Ta-tapi ... ouch shit!" racau wanita itu dengan semakin menggila, bertepatan dengan kegilaan 'Tuan' yang sedang menghujaminya tanpa ampun itu. Bahkan kini tuan-nya itu semakin menaikkan tempo pinggulnya hingga membuat ia harus menjerit dengan sangat kencang.
Well, yeah! Suara keributan dari percikan cairan atas hujaman dua manusia itu serta suara teriakkan atas kenikmatan mereka, kini sedang menyelimuti sepenjuru ruangan.
Di mana, sekarang di tengah-tengah benderangnya sebuah ruangan utama gedung pencakar langit, terdapat sepasang pria dan wanita yang sedang saling memberikan kenikmatan satu sama lain.
Pria dengan rambut coklatnya, sedang menghujami seorang wanita berwajah timur tengah yang begitu menggoda. Cantik dan seksi tentu saja.
Wanita itu masih mengenakan pakaian kerjanya dengan lengkap. Bahkan rok span pendek miliknya hanya diangkat sampai pinggul. Hanya beberapa kancing kemeja miliknya yang terbuka hingga mengeluarkan dua buah dadanya yang sintal. Serta pantie yang sudah robek entah kemana.
Mereka—yang tak lain adalah boss dan juga sekretaris—sedang melakukan kegilaan itu di ruang kerja!
Tetap saja, meskipun malam ini sudah di luar jam kerja karena hari sudah mulai gelap, ini masih di ruang lingkup kantor, ok?
"Ughh ... Tuaannn!!!" lenguh wanita itu lagi saat boss-nya semakin menghujami kewanitannya dengan sangat gila. Tempo yang semakin cepat dan kuat.
"Jangan keluar lebih dulu atau kau akan aku pecat, Cathy!" Sang boss itu pun menggeram penuh ancaman tanpa mengurai temponya.
Di mana sang boss itu sedang menghimpit sekertarisnya sendiri di rak buku dekat meja kerjanya. Menghujami dengan keras. Serta rahangnya yang juga ikut mengeras pun juga dengan urat merah yang mulai keluar.
Di tengah-tengah fokusnya menghilangkan rasa frustasi, dia pun melirik arah jam tangan miliknya. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
"Shit!" umpatnya kemudian.
"Baiklah, Cathy, kita selesaikan dengan cepat!" geramnya kemudian. "Ingat! Keluar bersama, ok?!"
"Ughh ... baiklah, Tuan!" lenguh sang sekretaris tanpa bantahan.
Sementara sang boss gilanya itu, ia semakin mempercepat tempo gerakan pinggulnya. Menghujami tanpa ampun hingga keduanya pun mencapai puncak kenikmatan.
Tentu pergulatan tiga puluh menit mereka, cukup memuaskan. Meski hanya satu putaran, tetapi itu cukup.
Kini mereka langsung memperbaiki pakaian mereka masing-masing, di mana pakaian mereka tadi jelas sudah lusuh akibat pergulatan singkat yang panas.
"Apakah Anda benar-benar harus pergi malam ini?" Suara serak parau dengan sedikit manja, pun langsung memecahkan keheningan. Tentu suara itu berasal dari sang sekretaris.
Tak ada jawaban.
Boss-nya hanya sibuk memperbaiki kemeja dan celananya. Tanpa lirikan sedikitpun.
Melihat hal itu, sang sekretaris itu pun mengerucutkan bibirnya. "Tidak biasanya Anda bermain sesingkat ini, Tuan," ucapnya lagi dan mulai mendekati boss-nya.
Memeluk tubuh kekar boss-nya itu dari belakang. Menempelkan dada sintalnya yang sudah terbungkus kain lagi, dengan niat kembali membuat boss-nya tergoda.
"Anda biasanya ... setidaknya butuh waktu satu jam untuk benar-benar merasa puas!" imbuh wanita itu dengan suara yang dibuat lebih manja. "Dan ini ... baru tiga puluh menit! Tetapi Anda sudah ingin pergi? Meninggalkanku?"
Masih tak ada pergerakan atau bahkan ucapan. Sang boss itu masih terdiam.
Dengan lirikan mata yang penuh arti, sang sekretaris itu pun mengamati wajah tampan dari boss-nya. Begitu tampan dan menggoda dengan permainan yang menggila. Ya! Ia belum merasa puas.
Menyunggingkan senyuman tipisnya, ia pun mulai perlahan menggerakan tangannya. Ia telusuri pinggul kokoh sang boss dan bergerak ke depan. Mencoba menggapai sebuah pusaka yang sudah tersembunyi, di mana sebelumnya mengobrak-abrik kedalaman yang ia punya.
Tentu dengan mudah ia capai. Maka tanpa ragu ia coba mainkan sekali lagi. Penuh godaan dan trik agar kembali terbangun dengan gagah.
"Tuaannn ...," bisik wanita itu tepat di belakang telinga sang boss. "You have the hot buns, I have the meat, let’s make a sandwich again, Sir. And i will eat all of yours—"
"Enough, Cathy!" sahut pria itu langsung dengan suara bariton-nya.
Lalu di detik berikutnya, sang boss itu langsung menyingkirkan tangan sang sekretarisnya itu. Membalikkan badan hingga bertemu tatap dengan wajah timur tengah sangat cantik dan menggoda.
Binaran netra coklat terang yang menyala menambah kesan memikat. Lalu dengan lembut ia mengusap sudut bibir sekretarisnya itu dengan ibu jari. Meski tatapannya begitu tajam dan tak terbaca.
"Pulanglah! Dan tunggu aku di apartemenmu. Malam nanti aku akan datang," ucapnya kemudian.
Mendengar hal itu, lantas membuat sang sekertaris langsung mengulas senyuman di kedua sudut bibirnya. "Baiklah! Aku akan menunggumu, Sir!" balasnya.
Tak ada balasan senyuman apapun, namun sebuah kecupan yang dalam menjadi pengakhir interaksi keduanya.
Maka tanpa berlama lagi, sang sekretaris itu langsung melangkahkan kaki jenjangnya untuk keluar dari ruang kebesaran sang boss. Hentakan heels juga terdengar sangat nyaring penuh kepercayaan diri.
Hingga tepat saat ia sudah membuka pintu dan keluar dari ruangan, langkah kakinya terhenti setelah ia membalikkan badan dan menutup pintu kembali.
Itu karena saat ini ia bertemu tatap dengan netra biru laut yang nampak sangat dingin.
Seorang wanita cantik bak supermodel dunia. Berdiri dengan dress hitamnya sembari menyesap rokok pipih. Anggun dan sangat kuat penuh intimidasi.
"Nyo-nyonya?" sapa sang sekretaris sedikit gagap.
Sedangkan wanita bergaun hitam itu, ia pun juga menatap lekat wanita berwajah timur tengah yang baru saja keluar dari ruangan yang ada di depannya itu. Tatapan yang tak terbaca.
"Akhirnya kau keluar juga," ucapnya sembari mematikan rokok miliknya di asbak yang ada di atas meja resepsionis yang ia sandari.
Lalu dengan gerakan yang luwes, ia juga langsung mengeluarkan beberapa lembar ratusan dollar dari dalam quilted bag miliknya. Menodongkan ke arah sang sekertaris yang masih berdiri di tempat.
"Ambil ini—" Melirik sekilas ke arah name tag yang ada di dada kiri sang sekretaris. "—Cathrine! Bayaranmu."
Cathrine Amilo. Sang sekretaris pribadi dari pemilik gedung pencakar langit tempat mereka berdiri ini.
Cathrine menggigit kecil bibir bawahnya dan mengepalkan kedua tangannya diam-diam. "A-apa maksud Anda, Nyonya?" tanyanya dengan berusaha untuk lebih tenang. Bahkan ia juga terpaksa mengulas senyumannya dengan tipis.
Sedangkan wanita yang bergaun hitam itu ... ia masih tak mengubah ekspresinya sama sekali. "Bukankah aku sudah bilang?" ucapnya lagi tanpa menurunkan todongan dollar ke arah Cathrine. "Ini adalah bayaranmu!"
"Bayaran karena kau sudah melayani suamiku selama tiga puluh menit di dalam!" imbuhnya langsung.
Yap! Wanita bergaun hitam itu tak lain dan tak bukan adalah istri sah dari sang pemilik gedung pencakar langit ini. Istri dari sang boss!
Mendengar hal itu, lantas langsung membuat Cathrine membulatkan matanya dengan lebar. Jelas karena ia syok atas apa yang terjadi.
Sang nyonya besar dari perusahaan entertainment ini telah mengetahui affair antara dirinya dan sang boss! Sang tuan besar dari perusahaan entertainment tempatnya ia bekerja.
"Apakah kau tetap terus membisu seperti itu, Cathrine?" tanya sang nyonya besar sembari mengangkat sebelah alisnya. "Tanganku sudah pegal!"
"Nyo-nyoa ... sa-saya—"
"Jangan menguji kesabaranku, Cathrine!" sanggah sang nyonya langsung dengan tatapan yang semakin tajam dan dingin. "Ambil ini dan pergi dari hadapanku sekarang juga! Atau aku benar-benar akan mengulitimu tanpa ampun sekarang juga!" geramnya penuh penekanan.
Mendapatkan tatapan penuh aura intimidasi seperti itu, lantas membuat Cathrine tidak berkutik. Maka mau tak mau, ia pun langsung mematuhi perintah dari sang nyonya besar.
Mengambil uang ratusan dollar itu serta pergi dari hadapan sang nyonya.
Sedangkan sang nyonya ... dia hanya menatap punggung Cathrine tanpa ekspresi. Lalu ia langsung menyambar quilted bag miliknya dan masuk ke ruang kebesaran sang boss perusahaan. Suaminya sendiri.
Dengan hentakan heels yang kuat, dia masuk begitu saja. Mendapati seorang pria bertubuh kokoh sedang membelakanginya. Di mana ia mengenakan celana kain hitam yang jelas mahal. Kemeja putih dengan lengan yang tergulung hingga siku, menampilkan urat otot yang sempurna.
Serta ... pria itu sedang sibuk menyesap rokok di depan meja kerjanya sendiri. Menatap dinding kaca yang ada di depannya.
"Apakah kau tidak bisa menahan sebentar kebrengsekanmu itu, Huh? Bukankah aku sudah bilang kalau malam ini kau harus pulang dengan cepat!" Seketika sang nyonya langsung membuka suara dan mencerca tanpa jeda.
"Seperti biasa, kau memang brengsek!" imbuhnya langsung.
Sedangkan sang boss yang tak lain adalah suaminya itu ... masih terhening tanpa kata. Lalu ia membalikkan badan. Menyandarkan pantatnya di sisi meja kerja. Menyesap rokok lagi serta menyangga tubuhnya dengan sebelah tangan yang berada di tepian meja.
Sang boss itu, ia pun berdecih masam. "Seperti biasa, kau juga sangat sok berkuasa, wife!" sahutnya langsung. "Jadi ... sekarang bagaimana caranya kau akan menyingkirkan wanita itu?"
Lantas hal itu langsung membuat wanita bergaun hitam itu membulatkan matanya. "Apa maksudmu?"
"Bukankah itu keahlianmu?" sahut pria itu langsung. "Menghilangkan semua wanita yang berhubungan denganku."
Terdiam. Tak ada balasan.
"Bahkan dengan statusmu yang penuh kekuasaan saat ini ... bukankah itu sangat mudah, huh?"
Masih tak ada balasan apapun.
"Jadi katakan padaku, Wife!" ucapnya lagi sembari melangkahkan kaki untuk mendekati istrinya yang masih diam seribu bahasa. "Kali ini ... bagaimana caramu menyingkirkan wanita itu? Apakah mengusirnya dari kota ini? Atau—"
Tatapannya semakin tajam. Dingin dan sangat mengunci wanita bergaun hitam, istrinya sendiri itu. Seolah sedang ingin mencekik secara perlahan.
"—kau akan meledakkan mobilnya?"
"Ansel!" pekik wanita itu langsung. Bahkan kini tatapan matanya semakin tajam.
Hal itu jelas langsung membuat Ansel—yang tak lain adalah suami serta sang pemilik gedung pencakar langit ini—pun terkekeh. "Kenapa kau begitu marah seperti itu, Rea? Seolah kau sudah pernah melakukan hal itu!"
Ansel—Ansel Ben Braddy. Seorang pengusaha muda. Sang penerus tahta Braddy atas perusahaan entertainment terbesar di Indonesia. Pria berkepala tiga itu, semakin tampak sangat matang dengan balutan kemeja putih yang melekat di tubuhnya.
Tentu saja dia sangat digandrungi oleh banyak wanita. Baik dari perusahaannya sendiri atau dari kalangan entertainment yang ada di Indonesia.
Lalu ....
Rea—Lascrea Deiraor Del Silva. Seorang supermodel dunia. Cantik. Seksi. Kaya. Sang tuan putri satu-satunya dari keluarga konglomerat. Keluarga penuh kuasa di benua ini. Keluarga yang paling dihormati se-Antero Asia.
Tentu saja dia juga memiliki puluhan bahkan ribuan penggila yang menjadi pengagum wanita berdarah campuran yang cantik dan seksi itu. Sangat sempurna seolah tak akan pernah tergapai.
Ansel dan Rea adalah pasangan suami istri yang menikah lima tahun yang lalu. Pasangan yang selalu dipuja dan menjadi panutan. Nampak sangat saling mencintai satu sama lain. Pasangan tersohor yang selalu menjadi perhatian publik.
The Couple Goals adalah julukan yang masih melekat kepada mereka berdua. Dari saat mereka menjalin kasih, pertunangan, hingga pernikahan yang sudah berusia lima tahun ini.
Pasangan yang sempurna!
Tetapi ... bukankah ada sebuah pepatah?
Don't judge books by the cover. Sepertinya pepatah itu lebih baik dipikirkan matang-matang saat menilai hubungan kedua pasangan fenomenal ini.
Masih tak ada jawaban dari bibir seksi milik Rea. Ia masih mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan menatap Ansel dengan tajam.
Sedangkan Ansel menatap istrinya itu dengan dingin.
Lalu selang beberapa menit, Ansel menghembuskan napasnya. "Baiklah! Tunggu saja di sini aku akan ganti baju dulu!" ucap Ansel kemudian.
"Tidak ada waktu, Ansel!"
"Apakah kau ingin aku mengenakan pakaian yang sudah memiliki aroma percintaan dan parfum wanita lain ini untuk datang ke pesta sialan itu, Rea?" tanya Ansel dengan mengangkat sebelah alisnya ke atas.
"Well ... jika kau tak masalah dengan ini, maka tak apa. Kita bisa berangkat sekarang." Ansel melirik jam di tangannya. "Acaranya akan segera dimulai. Ayo—"
"Tunggu!" Seketika Rea langsung menghentikan langkah kaki Ansel dengan menggenggam lengan pria itu. Ia juga memejamkan matanya sejenak dan mengatur napas serta ketenangannya.
"Lima menit!" ucap Rea kemudian yang kembali menatap tajam Ansel. "Aku tunggu di luar dan lima menit kau harus sudah berpenampilan sempurna, Ansel! Ganti baju dan rapikan dirimu!"
Mendengar itu, lantas langsung membuat Ansel berdecak masam. "Ya, tentu saja! Sempurna adalah sebuah keharusan dalam hidupmu, bukan? Lascrea Deiraor?"
Tanpa menunggu lama, Ansel pun langsung memasuki kamar pribadi miliknya yang ada di salah satu sisi ruang kerjanya ini. Tentu di sana ada setelan suit formal yang masih bagus, rapi, serta bersih. Seperti keinginan istrinya, sempurna adalah sebuah keharusan, bukan?
Sedangkan Rea ... dia menunggu di depan ruang kerja Ansel. Berdiri tegap di depan meja resepsionis.
Menatap kosong ke arah depan. Serta dengan pikiran yang entah kemana.
Sempurna. Satu kata yang sudah melekat di dirinya sejak kecil.
Sebuah hukum mutlak yang ada di hidupnya.
Kata sempurna harus menjadi pedoman hidup seorang Lascrea Deiraor. Itulah makna hidupnya. Meski ... beberapa tahun yang lalu, dia pernah merusak kata sempurna itu dengan kebahagian yang mungkin ... jauh lebih dari kata sempurna.
Ha ... ha ... ha ...!!
Lupakan itu! Karena itu ... hanyalah waktu di masa lampau yang kini tak berarti lagi.
___________________________________________
EXCITACIÓN©2022
All rights reserved.
Don't forget to pollow:
Ig : akhelois1
🌹
Yuhu Ladies ….
Hanya desclaimer aja EXCITACIÓN ini adalah seri ke dua dari novel Lady yang berjudul SECRETAS DE AMOR. So … Happy readding all ^^ 🥂😘
🌹🌹🌹
Lascrea Deiraor Del Silva:

The Dress:

Quilted Bag/Cluth:

Zippo:

Don't forget to love and comment, ladies …. ^^
Regards,
Lady Akhelois🌹
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
