TICKY TOCKY BAB 5

2
0
Deskripsi

BAB 5

Kesulitan itu memang tidak mudah di atasi, dia menangis begitu banyak sampai deraian air mata yang membuatnya banyak tunduk pada satu kata yang membuatnya menangis begitu teriris.

BAB 5

Kesulitan itu memang tidak mudah di atasi, dia menangis begitu banyak sampai deraian air mata yang membuatnya banyak tunduk pada satu kata yang membuatnya menangis begitu teriris.

Hangat yang tidak lagi hangat membuatnya diam dalam keadaan yang tidak mengenakkan, diam mungkin adalah jalan yang terbaik"

๐Ÿฆ‹๐Ÿฆ‹๐Ÿฆ‹๐Ÿฆ‹๐Ÿฆ‹
 


Sudah tengah malam saat Jeno datang ke tempat dimana Renjun berada, dan cukup terkejut saat dia masuk kedalam dan mendapati rumahnya sudah tidak lagi beraturan dan juga banyak barang yang hancur.

"Apa dia pikir dia bisa kabur jika dia sudah menghancurkan rumah seperti ini?" Jeno menggelengkan kepalanya dan kemudian mulai mencari Renjun.

Tapi, dia tidak menemukan Renjun di beberapa tempat sampai akhirnya dia berpikir jika mungkin saja Renjun ada di kamarnya.

Dan lagi-lagi dia tetap tidak menemukan wanita itu disana, jadi akhirnya Jeno melangkah keluar kamar dan langsung tersenyum saat sebuah tempat terlintas di otaknya dan berharap Renjun berada disana dalam balutan pakaian dalam yang begitu terbuka dan seksi.

Dan saat langkahnya sampai disana, Jeno berhenti sebentar dan ya-

Renjun benar berada diarea kolam renang, hanya saja perempuan itu sedang duduk sambil menatap langit dan di tangannya ada sebuah cangkir berwarna putih, kedua kakinya di tekuk hingga mendekati tubuhnya.

Renjun masih menggunakan pakaian yang tertutup dan dia hanya merenung seorang diri.

Bahkan meski Renjun tau Jeno datang dan menghampirinya, Renjun tidak bergeming dari posisinya.

Jeno duduk pada kursi pantai yang ada di sebelah kursi yang di duduki oleh Renjun "aku berharap melihatmu dalam keadaan basah disini"

"itu hanya akan ada dalam mimpi sampah mu saja"

Jeno tersenyum mendengarnya dan kemudian dia menyandarkan tubuhnya dikursi yang didudukinya.

"apa kau ingin menjelaskan apa yang terjadi diruang tengah?"

"Bukankah kau mengatakan akan datang besok pagi?"

"Karena aku merindukan mu, jadi apa alasan mu menghancurkan rumah ku?"

"aku hanya bosan"

"banyak hiburan disini, kau bisa karaoke dan kau juga bisa menonton film, bahkan kau juga bisa bermain game dan berenang, mengapa kau harus melakukan hal yang juga akan membahayakan mu"

Renjun melirik Jeno dan kembali menatap kolam renang "bukankah kau sangat tau tentang aku? jadi aku tidak perlu mejelaskan pada mu tentang alasan mengapa aku melakukan hal tersebut"

Kepala Jeno mengangguk dan kemudian dia berdiri dihadapan Renjun, sehingga Renjun mengangkat kepalanya dan menatap Jeno yang terlihat begitu tinggi "menjauh lah dari hadapan ku"

"Berdirilah, dan temani aku tidur"

Renjun mendengus dan memilih untuk mengabaikan Jeno, sehingga Jeno harus tersenyum karenanya.

"Baiklah, kau pilih ikut atau aku memaksamu?"

Renjun berdecak "pergilah, aku ha-"

PRANK!

Gelas yang ada di tangan Renjun di ambil paksa oleh Jeno dan kemudian pria itu langsung membantingnya dan keras, tatapan matanya berubah lebih menakutkan dan kemudian, tanpa aba-aba dia langsung menarik Renjun dan menggendongnya.

"JENO LEPASKAN AKU!"

"Tidak, aku sudah lelah dan ingin tidur jadi- Berhenti bergerak, atau aku akan mencium mu dan memperkosa mu sekarang juga!"

Ancaman Jeno serius, dan Renjun sangat yakin itu, jadi Renjun memilih diam dalam gendongan Jeno.

Saat melihat Renjun yang sudah tenang, Jeno yang terlihat begitu menyeramkan tadi, kini tersenyum dan kemudian dia mengecup kening Renjun "seperti ini jauh lebih baik" kemudian Jeno melangkahkan kakinya dan membawa Renjun kekamar.

Melewati puing-puing barang-barang yang sudah di hancurkan oleh Renjun. Mungkin besok pagi akan banyak orang di rumah ini untuk membersihkannya. Dan hal yang disyukuri Jeno adalah, penthouse ini begitu privasi.

Saat di kamar, Jeno meletakan Renjun di atas kasur dengan begitu lembut "jangan kemanapun, aku akan kembali setelah mengganti pakaian ku" kemudian Jeno menegakkan tubuhnya, tapi kembali dia menatap Renjun sambil memiringkan kepalanya "tapi, bukankah lebih baik kau juga mengganti baju mu? Bukankah aku sudah menyiapkan semua baju untuk mu di lemari?"

"Apa kau sebut itu pakaian?"

Jeno mengangkat bahunya "ya, kau pasti akan terlihat sangat seksi saat menggunakannya"

"Aku bukan wanita murahan, jadi lebih baik kau belikan aku pakaian yang manusiawi"

Jeno terkekeh mendengarnya "dasar kriminal" kemudian Jeno pergi meninggalkan Renjun yang langsung mengepalkan tangannya.

Mata Renjun kemudian mencari sesuatu didekatnya, dan saat dia menemukan sebuah vas bunga, dia langsung berdiri dan kemudian mengambilnya. Setelahnya langkahnya langsung perlahan menuju pintu kamar mandi yang tertutup.

Dia mendengar suara air yang mengucur dari dalam, dan bibirnya langsung menyeringai saat tidak lagi mendengar suara kucuran air.

Dan setelah beberapa saat kemudian, pintu kamar mandi terbuka dan -

"AKHH"

Suara kesakitan itu cukup kuat terdengar di telinga Renjun, dan kemudian wanita itu tersenyum saat melihat Jeno memegang kepalanya yang sudah ada darah yang keluar dari sana.

Mata pria itu menatap nyalang pada Renjun yang tersenyum puas menatapnya.

"Ups, aku pikir, kau bisa menahannya, ternyata kau lemah"

Amarah jelas terlihat di mata Jeno, jadi dengan cepat dia menangkap Renjun sehingga Renjun yang tidak siap dengan serangan tersebut, langsung terkejut dan dia berhasil dalam kukungan Jeno sekarang.

"Oh, kau suka bermain kasar ternyata"

Kedua tangan Renjun di pegang erat oleh Jeno, kekuatan Jeno memang bukan main, sehingga Renjun tidak bisa melepaskan diri padahal Jeno hanya menggunakan satu tangannya.

Darah dari kepala Jeno tidak mengalir, hanya merembes di sebagian kepalanya hingga membasahi rambut hitamnya, harusnya pria itu pingsan atau merasa kesakitan, tapi kesakitan itu hanya sekilas tadi, selebihnya, dia seperti pria sehat yang hanya di penuhi dengan emosi.

Ah- harusnya Renjun lebih keras memukul kepala Jeno.

"Aku akan membuat mu memohon ampun atas apa yang sudah kau lakukan padaku"

Jeno menyeringai dengan tahapan nyalang, dan entah mengapa, saat tatapan Jeno begitu nyalang padanya, Renjun tidak lagi berani bergerak dan dia terlihat ketakutan.

๐Ÿฆ‹๐Ÿฆ‹๐Ÿฆ‹๐Ÿฆ‹๐Ÿฆ‹
 


"Apa sebuah bom meledak disini?"

"Ya, emosiku"

Pria yang baru datang itu terkekeh mendengarnya, kemudian dia menaikkan kedua alisnya saat melihat Jeno yang terlihat begitu kacau.

"Kau harus kerumah sakit"

"Ah tidak, aku tidak ingin membuat kehebohan disini, jadi aku menghubungi mu"

Pria itu menggelengkan kepalanya, dan kemudian masuk kedalam rumah yang benar-benar kacau.

Saat masuk, dia terkejut melihat seorang wanita yang terlihat tak kalah kacau dengan Jeno.

Rambut yang berantakan dan terlihat memar di pipinya.

Matanya kemudian menatap Jeno "aku tidak tau jika ternyata kau bisa memukul wanita"

"Itu karena dia tidak bisa di kendalikan"โธ

Semua karena Renjun kembali ingin memukul Jeno saat Jeno sedang mencoba menghubungi dokter kenalannya, dan berakhir Jeno terpaksa harus menamparnya dan semenarik berambutnya untuk memberikan ancaman pada Renjun agar Renjun tenang.

"Kau diam, atau kau akan kembali ke penjara dan merasakan kesakitan yang tidak terhingga!"

Setelahnya, Renjun diam dan menurut pada Jeno, Renjun sudah begitu trauma dengan kurungan penjara, mimpi buruknya yang tidak akan pernah ingin dirasakan olehnya lagi.

Dokter itu kembali menatap wajah wanita itu dan dia mengernyit "wajahnya tak asing"

"Dia Renjun, kau pasti ingat dengannya" Jeno kemudian duduk dan meminta Renjun duduk disampingnya dan menggenggam tangannya, wanita itu menurut dengan wajah yang masih terlihat kesal.

"Kau bersama mantan narapidana?"

Kepala Jeno mengangguk, dan kemudian dia menatap Renjun "kau masih mengenalnya? Dia Mark, dulu kekasih Jaemin teman mu, dan sekarang mereka sudah menikah dan menetap disini"

Renjun kemudian menatap pria tersebut, dan kemudian dia terus menatapnya.

Ya dia ingat sekarang.

Bahkan dia ingat bagaimana Mark dan Jaemin yang berciuman di rumahnya saat mereka sedang mengerjakan tugas kelompok.

"Aku tidak tau apa yang terjadi pada kalian, tapi bukankah kau seharusnya fokus pada calon istri mu? Bagaimana jika dia tau jika kau seperti ini" Mark mengeluarkan alat medis yang di bawanya dari dalam tasnya.

"Aku tidak bisa fokus karena wanita ini terus menggangguku dan terus menggodaku" ucap Jeno dengan santainya, dan sedikit memejamkan matanya karena dia merasakan sakit dikepalanya.

Alis Mark terangkat dan menatap Renjun yang mendengus "kau pasti mengada-ada, melihat kau yang tidak ingin melepaskannya, aku rasa bukan seperti itu ceritanya"

"Jeno menculik ku" ucap Renjun dengan nada datarnya.

"Ah, aku lebih percaya padamu" Mark tersenyum pada Renjun "kau pasti berusaha keras untuk kabur, apa aku perlu membantu mu keluar dari sini?"

"Aku akan mematahkan kaki mu jika kau melakukannya!" Ancam Jeno.

"Oh aku takut sekali" kemudian Mark mengernyit saat menyentuh rambut Jeno "sepertinya aku harus memotong sebagain rambut mu"

Kepala Mark mengangguk dan mulai mengobati Jeno. Selama Mark mengobati luka Jeno, selama itu pula Mark melihat Jeno tidak melepaskan tangannya pada Renjun.

Dan wanita itu juga terlihat begitu menikmati saat-saat dia melihat Jeno kesakitan.

"Kalian sangat unik" ucap Mark saat semua pengobatannya pada Jeno selesai, luka Jeno yang ada di bagian belakang kepala sudah di tutup rapi. "Sejak kapan kalian memulai hubungan unik seperti ini?"

"Kau sedang mewawancarai ku?

Mark memperlebar senyumnya dan kemudian menatap Renjun "apa kau ingin kabur dari sini? Aku bisa membantu mu"

"Mark! Aku benar-benar akan mematahkan kaki mu jika kau menawarkan itu lagi padanya"

Mark senang menggoda Jeno, dia kembali tertawa dan kemudian menatap Jeno "baiklah, tapi sepertinya Renjun butuh pengobatan ku juga"

"Tidak perlu, biar dia aku yang urus, aku masih bisa merawatnya"

Mark mendengus "hanya katakan kau tidak suka aku menyentuhnya"

"Kau tau jawabannya"

Mark menggeleng karena cara Jeno memperlakukan kedua kekasihnya? Begitu berbeda.

"Baiklah, tapi kau harus bersikap baik padanya, aku yakin dia melewati masa-masa sulit saat di penjara dan di luar penjara"

"Tau apa kau tentang ku!" Renjun terlihat marah pada Mark saat Mark mengatakan hal tersebut, mungkin iya dia mengalaminya, tapi dia tidak membutuhkan belas kasihan orang lain.

Mark mengangkat bahunya "tidak banyak, tapi hampir sebagian besar" Mark tersenyum dan kemudiannya dia terkekeh saat melihat keduanya menatap tajam dirinya.

"baiklah ...baiklah, aku akan pergi dan jangan lupa kau harus menebus resep obat yang aku berikan, dan membayar ku dua kali lipat"

Jeno berdecak dan kemudiannya membiarkan Mark pergi tanpa harus diantar olehnya.

Hanya saja, Mark berhenti dan menatap Jeno "apapun yang kau lakukan, kau harus ingat jika kau sudah memiliki seorang yang akan kau nikahi"

Jeno memutar malas matanya dan kemudian menatap Renjun yang terlihat masih kesal "sekarang kita tidur, aku benar-benar lelah, jadi berhentilah berulah"

Jika ancaman Jeno hanya candaan, Renjun pasti enggan menuruti, tapi nyatanya ancaman Jeno tidak main-main, tadi Jeno hampir saja menelpon polisi jika Renjun tidak menahannya.

Dia berjalan mengikuti Jeno, tangan mereka masih di genggam pria itu, kaki mereka berjalan perlahan melewati serpihan-serpihan kekacauan dan tidur di kamar lain karena kamar sebelumnya benar-benar kacau.

Saat tidur, Jeno langsung memeluk Renjun dan begitu juga sebaliknya, tidak ada lagi pemberontakan dan Renjun juga sepertinya lelah "apa pipi mu masih sakit?"

Renjun tidak menjawab, sehingga Jeno bertanya sekali lagi "apa pipi mu masih sakit?"

Renjun yang memejamkan matanya langsung terbuka, dia tau pertanyaan itu akan terus-menerus keluar dari mulut Jeno sampai dia membalasnya.

"Tidak, jadi biarkan aku tidur"

Jeno menghela nafas dan mengelus rambut Renjun dengan lembut "aku sebenarnya ingin minta maaf, tapi kau sendiri tidak ingin meminta maaf pada ku atas kesalahan mu"

Renjun tidak menggubrisnya, dia hanya ingin tidur dan berharap malam ini adalah mimpi untuknya.

Dia hanya ingin kembali hidup dalam ketenangan sebelum Jeno kembali mendekatinya.

Jeno tersenyum dan tangannya masih mengelus, dan kemudian bibirnya mencium kening Renjun dengan begitu lembut.

"Tidurlah, dan mimpikan aku"
 


 


 

Bersambung.
 


 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya TICKY TOCKY BAB 4
1
0
BAB 4Harapan yang terkumpul hilang, dengan keadaan yang kadang menyesakkan.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan