STRONG HEART BAB 7

2
0
Deskripsi

NOREN X NOMIN

BAB 7

Shindong,  kepala sekolah dari sekolah terelit di korea itu dikejutkan dengan kedatangan salah satu siswi yang benar-benar tidak pernah diharapkan kehadirannya.

Siswi yang paling dibencinya itu sedang tersenyum 'manis' padanya,  berdiri didepan pintu kantornya membawa susu kotak yang disodorkan padanya.

"Apa yang kau lakukan pagi-pagi disini?" pertanyaan bernada sinis itu keluar dari suara lelaki yang bertubuh gembul itu.

Yang ditanya hanya tersenyum manis,  tak ada niatan untuk kembali melawan dengan nada sinis, dia hanya membalas dengan nada yang sangat manis "hanya ingin menyapa seseorang yang sudah sangat baik hati menerima ku bersekolah disini"

"Omong kosong!" dia yakin,  gadis kecil yang ada didepannya ini pasti memiliki niat terselubung, tapi matanya menangkap hal yang membuatnya mengerutkan dahinya "kau dapat juga seragam mu? Apa yang kau lakukan untuk mendapatkannya?, menggoda pria?"

Yang dituduh hanya bisa menahan emosinya,  dia hanya tak boleh tersulut agar masa depan disekolah ini terselamatkan,  dan juga alasannya datang kesini di pagi hari sekali mendapat jawaban "tuduhan mu membuatku sakit hati" dia menarik nafasnya dan kembali tersenyum "aku hanya ingin memberimu susu di pagi hari, bukankah aku mengatakan ini sebagai ungkapan terimakasih"

Mata yang berbalut kacamata oval itu hanya melirik sekilas susu yang dipegang siswinya, "aku tidak tertarik,  ku lihat kau yang lebih membutuhkannya" pria itu menyingkirkan siswinya yang berdiri tepat di pintu masuk kantornya "menyingkirlah,  pelajaran segera dimulai"

Bibir gadis itu hanya mengumpat tak bersuara,  pria yang menjadi kepala sekolahnya itu masuk dan akan menutup pintu,  tapi gadis itu menahannya,  dia membutuhkan jawaban "bisakah aku bertanya sesuatu? Aku mohon" wajahnya memelas, dia tak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya, tapi dia membutuhkan jawaban tentang hal yang selalu membuatnya sulit untuk terpejam dimalam hari.

Melihat wajah yang menyedihkan itu sangat kasihan,  dia sebagai pria yang sedikit memiliki belas kasih akhirnya menyerah dan membiarkan gadis itu masuk "hanya lima menit"

"Tidakkah bisa lebih lama lagi"

"Empat menit"

"Yah... "

"Aku tak punya banyak waktu untuk mu" pria bertubuh besar itu duduk dibangkunya,  menyilangkan kedua tangan dan menatap siswinya sinis.

Gadis itu terdiam sejenak,  dia menyatukan kedua telapak tangannya,  memainkan jemarinya karena entah mengapa dia merasa gugup.

"Soal pria yang bersama mu kemarin ditempat karaoke.."

Shindong mengerutkan keningnya,  tapi dia tak ingin menghentikan apa yang ingin diutarakan oleh gadis yang berdiri gugup didepannya.

Gadis itu menggigit bibir bawahnya "apa mereka teman mu? "

Shindong menganggukan kepalanya "tentu saja,  mengapa kau menanyakannya? Apa kau ingin mencoba untuk menggoda mereka lagi?"

"Percayalah, itu hanya pekerjaan,  aku tak berniat untuk menggoda ahjussi itu" gadis itu jadi mempoutkan bibirnya "lagi pula mengapa kau terus saja mengatakan aku suka menggoda pria?  aku bukan gadis seperti itu"

"Aku tidak peduli,  selama kau tidak mencoreng nama baik sekolah,  aku masih bisa memaklumi" Shindong melihat jam ditangannya "baiklah Renjun, keluar dari sini, waktu mu sudah habis"

"Yah.. Secepat ini?" Renjun terlihat panik "aku bahkan belum mengutarakan alasanku datang kesini"

"Aku tidak peduli, atau kau ingin aku kembali menskors mu?"

Renjun terlihat kesal "aku mohon"

"Cepat keluarlah"

"Ini soal Siwon"

Shindong diam,  menatap Renjun dengan sengit "mengapa kau menanyakannya?  Dan panggilan mu untuknya tidaklah sopan,  dia lebih tua dari mu"

Renjun mengangguk "baiklah,  maafkan aku,  apa kau dekat dengannya?"

"Bukan urusanmu"

"Bisa kau memberi tahu ku dimana dia tinggal? "

"Apa kau ingin menggodanya? "

"Yak...  Mengapa kau selalu mengatakan itu?!" Renjun ingin menahan emosi, tidak ingin bicara meninggi,  akhirnya meninggi juga,  bagaimana bisa dia menggoda ayahnya sendiri? kepala sekolah yang ada di hadapannya ini sungguh keterlaluan.

Shindong menatap tajam padanya,  pria itu benar-benar tak ingin berada dalam satu ruangan yang sama dengan gadis seperti Renjun

"pergilah!"

"Tapi... "

"Cepat,  atau aku akan benar-benar mengeluarkan mu dari sekolah!"

.
.
.
.

Keluar dari ruangan kepala sekolah membuat Renjun kesal setengah mati,  pria bertubuh gempal itu benar-benar sangat menyebalkan.

Renjun berjalan dengan hentakan dikakinya,  dia berjalan sambil mengumpat dan tak memedulikan beberapa orang yang menatapnya aneh.

"Mengapa pria 'tua' itu menyebalkan sekali"

Susu yang awalnya ingin diberikan kepada kepala sekolah akhirnya diminumnya,  padahal dia sudah meminta pada pemilik agen susu tempat dimana dia mengantarkan susu mereka ke beberapa rumah untuk di berikan kepada kepala sekolah,  tapi kepala sekolah malah menolaknya.

Matanya menangkap pria yang selalu dimimpikannya selama dia tidak sekolah,  wajah pria itu benar-benar terlihat bersinar ketika berjalan bersama teman-temannya yang lain,  dada Renjun malah jadi berdetak tak karuan saat melihatnya.

Dia memegang dadanya "ini tidak boleh terjadi" rasanya sakit dan bahagia secara bersamaan,  Renjun membenci perasaan ini,  karena menurutnya itu sangat menyusahkan.

Matanya terus mengikuti kemana langkah pria itu berjalan, sampai dia mendapati Jeno berpapasan dengan kekasihnya, mereka tersenyum dan teman-teman Jeno meninggalkan pria itu bersama kekasihnya, mereka benar-benar terlihat akrab juga dengan Jaemin.

Renjun menghela nafas kasar,  mau dilihat dari segi manapun,  dia dan Jaemin benar-benar tidak ada tandingannya.
.
.
.
.
"Kau kemana saja selama dua minggu ini? "

"Apa kau merindukan ku? "

Jeno mengangkat bahunya,  dan kemudian tersenyum,  dan itu sukses membuat Renjun terpana.

"Tidak terlalu,  aku hanya penasaran mengapa kau menghilang tiba-tiba,  ku kira kau menyerah sekolah disini"

Renjun segera menggeleng dan mengalihkan perhatiannya pada bahu gadis yang duduk di hadapannya,  Renjun benar-benar tidak bisa jika harus dihadapi dengan senyum dan ketampanan Jeno, apalagi Jeno duduk sangat dekat dengannya "apa kau tidak lihat apa yang ku pakai sekarang? "

Jeno menatapnya,  dari atas sampai bawah "kau pakai pakai apa? " menurutnya Renjun hanya memakai sesuatu yang biasa digunakan anak sekolah.

Renjun menjatuhkan wajahnya dan menatap sinis Jeno "bagaimana bisa kau tidak seperhatian itu padaku? "

"Apa maksud mu? "

"Seragam Jeno,  seragam"

Jeno membuka mulutnya dan mengangguk "apa karena seragam kau tidak masuk? "

Renjun mengangguk dan mengepalkan tangannya "kepala sekolah menyebalkan" karena emosinya,  dia mengingat banyak hal yang dia lakukan untuk mendapatkan seragam membuat otaknya jadi memproses untuk banyak membenci kepala sekolah "kelak aku akan membalasnya"

Jeno jadi terkekeh,  pria  itu sedang duduk disamping Renjun dengan menarik bangku temannya yang duduk disamping Renjun.

"Kau akan mendapat banyak masalah jika membencinya"

"Begini aja sudah banyak masalah" Renjun jadi tidak semangat untuk kesekolah,  padahal dia sudah semangat sekali pada saat memakai seragam sekolah.

Berharap orang-orang merasa kagum padanya,  dia merasa cantik dan merasa seperti wanita kaya setelah memakainya.

Tapi nyatanya,  tak ada yang memperhatikan nya sama sekali,  Jeno juga sama.

Jeno hanya tersenyum menatapnya, senyumnya Jeno sangat hangat dan juga manis "kau lucu sekali"

Ah mengapa Jeno harus seperti itu,  membuat wajah Renjun jadi sedikit menghangat,  dia memalingkan wajahnya agar tidak terus-terusan tersengat pesona Jeno.

Tapi matanya malah menangkap beberapa siswa yang terlihat siap-siap "apa yang akan mereka lakukan? "

"Olah raga,  apa kau tidak tahu jika sekarang pelajaran olah raga? "

Renjun menggeleng polos,  dia baru tiga minggu sekolah ini,  dan selama dua minggu dia tidak masuk sekolah,  jadi mana dia tau tentang jadwal pelajaran?

"Lalu apa yang harus ku pakai? "

.
.
.
.

Mata rubah Renjun langsung menangkap iri Jaemin dan Jeno yang terlihat mesra sekali,  Jeno terlihat sangat perhatian pada Jaemin.

Saat Jaemin terlihat kelelahan,  Jeno dengan siaga membantu gadis itu dan selalu mengingatkan untuk tidak terlalu lelah,  belum lagi saat mereka sering berbisik.

Jaemin terlihat sangat dimanja disini,  bahkan guru olah raga dan teman-temannya pun sangat memperhatikan Jaemin.

Sangat berbeda sekali perlakuan mereka padanya.

Disini,  hanya guru yang perhatian padanya,  segala rinci yang digunakan Renjun benar-benar mereka perhatikan.

Karena terlalu perhatiannya, mereka sampai-sampai menyuruh Renjun berlari.

Renjun berlari kecil mengelilingi lapangan bola karena mendapat hukuman,  hukuman karena dia tidak menggunakan baju olah raga.

Dia sudah biasa mendapat hukuman,  jadi tidak masalah baginya menjalaninya,  yang jadi masalah adalah saat-saat dia berlari dia menangkap Jeno dan Jamin sedang duduk berteduh dibawah pohon rindang dengan Jaemin yang menyandarkan kepalanya pada bahu Jeno.

Dia iri?

Tentu saja,  bukan hanya iri tapi juga cemburu,  mereka benar-benar membuat Renjun sangat iri.

karena terlalu fokus menatap sepasang kekasih itu,  membuat Renjun menabrak seorang gadis yang sedang minum air,  hingga air yang berada di botol minum itu tumpah ketubuh gadis tersebut,  dan Renjun pun jadi jatuh terduduk.

"Yak kau! mengapa kau menghalangi ku?" Renjun berusaha bangun sendiri karena tak ada yang menolongnya "ah baju baru ku jadi kotor"

Gadis itu terlihat kesal,  tadi dia berusaha menahan emosinya,  tapi karena Renjun tidak minta maaf dan malah menyalahkannya membuat dia jadi kesal.

"Bukankah kau harusnya minta maaf,  lihatlah,  bajuku jadi basah karena mu"

Renjun menatapnya malas,  "kau yang seharusnya minta maaf,  karena kau rok ku jadi kotor"

"Mengapa kau jadi menyalahkan ku? "

"Bukankah kau memang salah?  Jika kau tidak berdiri disitu,  aku tidak mungkin terjatuh"

Beberapa teman gadis  yang ditabrak Renjun datang,  dan menanyakan apa yang terjadi.

"Gadis beasiswa ini menabrak ku,  dan dia tidak mau minta maaf" dengan kesal gadis berambut hitam panjang itu menjelaskan pada temannya,  membuat temannya menatap Renjun sinis dan meremehkan.

"Mengapa kalian menatap ku seperti itu?! " Suara Renjun meninggi,  dia paling tidak suka dengan tatapan sinis dan meremehkan.

"Sudah aku katakan,  seseorang yang berasal dari kalangan bawah itu benar-benar berjiwa preman,  lihatlah cara dia berbicara" matanya memandang Renjun benar-benar meremehkan. "Dari segi manapun,  dia benar-benar tidak pantas berada disini" ucap sinis gadis berambut ikal.

Renjun yang sudah sangat kesal langsung menarik rambut gadis berambut ikal itu, dan membuat keributan.

Dan tentu saja temannya ikut membantu,  awalnya mencoba memisahkan,  tapi karena Renjun lebih kuat dan sangat brutal menyerang mereka juga,  membuat mereka ikut menyerang Renjun.

Guru olahraga yang dipanggil kepala sekolah belum kembali, sehingga keributan itu terjadi cukup lama.

Hingga suara Jeno terdengar dan mengatakan untuk berhenti,  barulah Renjun menghentikan aksinya dan menatap Jeno terkejut.

.
.
.
.
Dari awal Renjun mengenal Jeno dulu,  dia mencoba menjadi anak yang sangat manis,  tak pernah menampakkan jati dirinya yang memang pemberontak dan brutal,  hal yang disyukurinya adalah mereka dulu berbeda sekolah.

Renjun yang mendekati Jeno lebih dulu,  dia tak sengaja bertemu pria itu saat Jeno sedang tanding bola basket dengan sekolahnya.

Renjun sangat terpesona dengan ketampanan Jeno dan betapa memesonanya Jeno saat bermain basket,  meski mereka belum dewasa,  tapi pesona Jeno menjadi pembicaraan diantar teman-teman Renjun.

Mencoba banyak mencari kesempatan untuk bertemu dengan Jeno, dan mencari informasi tentang Jeno,  membuat Renjun selalu bolos sekolah demi bisa melihat Jeno dan bisa mendekati Jeno.

Hingga akhirnya dia menemukan fakta,  jika Jeno pria yang tak banyak bicara,  tapi sangat ramah dan punya banyak teman,  anak yang pintar dan selalu menjadi juara disekolahnya.

Oleh karena itu,  Renjun selalu menjadi anak yang manis dan baik saat bertemu dengan Jeno,  sifat keras dan pemberontak nya benar-benar ditutupi dengan baik saat dia bersama Jeno.

Dia benar-benar tidak ingin Jeno melihatnya dan memandangnya sebagai gadis nakal.

Dia sangat-sangat menyukai Jeno saat itu,  bisa dibilang Jeno adalah Cinta pertamanya.
.
.
.

Itulah mengapa,  saat Jeno menatapnya dengan tatapan kekecewaan membuat Renjun patah semangat dan menjadi tak bertenaga, dia menjalani hukuman dengan pikiran kosong,  pulang sekolah menatap Jeno dengan pandangan yang sedih, dan memikirkan Jeno di setiap langkahnya saat keluar sekolah hingga dia berhenti didepan mini market.

Dia menatap mini market itu dengan tidak semangat,  persediaan makanan dirumahnya benar-benar sudah kosong.

Dan memang selalu kosong.

Renjun menghela nafas,  dan masuk kedalam mini market,  membeli cup ramen dan menyeduhnya disana.

Dia duduk dibangku menghadap jendela kaca transparan yang ada di mini market,  saat dia duduk dan akan membuka ramen nya dia malah mendapati Winwin sudah duduk disampingnya.

Temannya itu membuatnya benar-benar terkejut "bisa kau mengatakan sesuatu saat datang? "

Winwin mengangkat bahunya,  dia juga sama dengan Renjun membeli ramen dan makan disamping Renjun, mereka masih sama-sama memakai seragam sekolah.

Mereka terdiam sesaat,  memandang jalan dari jendela mini market "dari mana kau mendapatkan seragam? "

"Aku menjual game ibuku"

"Ibu mu bermain game? " Winwin sedikit terkejut mendengarnya.

Renjun menggeleng,  dia tidak pernah tahu apapun tentang ibunya "aku membuka paksa kamarnya,  dan kemudian menemukan game itu"

Winwin menganggukkan kepalanya "apa ibu mu benar-benar tidak kembali? " Winwin tidak pernah bertemu dengan ibunya Renjun,  dia hanya selalu mendengar beberapa cerita dari Renjun tentang ibunya.

Renjun menggeleng "aku tidak tau" suasana hatinya jadi bertambah buruk mengingat ibunya.

Melihat wajah Renjun yang tak bersemangat membuat Winwin jadi tak enak hati,  dia kembali memakan ramennya dan kembali bertanya "game seperti apa yang kau jual hingga bisa membeli seragam mu yang mahal ini? "

"Hanya sebuah game" Renjun tak pernah bermain game,  jadi dia benar-benar tidak mengerti tentang game "aku hanya mengaploadnya di facebook,  dan ternyata ada yang tertarik" Renjun mengeluarkan ponselnya, dan menunjukkannya pada Winwin "aku tak menyangka jika harganya bisa setara dengan baju seragam ku,  bahkan aku masih bisa membeli eskrim dari sisanya" Renjun terlihat bangga sekali,  semangatnya tiba-tiba kembali datang,  mengingat uang yang dia dapat dari menjual game ibunya,  dia tidak peduli jika dia dikatakan 'mencuri' lagi pula ibunya juga tidak pulang dan tidak peduli lagi padanya.

"Jika tau semudah ini,  aku tidak harus repot-repot mencari uang kemarin" Renjun terus bicara,  sampai dia menangkap wajah Winwin yang terlihat terbengong.

"Yak apa yang terjadi padamu? "

Winwin menggelengkan kepalanya dan menatap Renjun "berapa kau jual game itu?"

"Ku bilang harganya sama dengan seragamku"

Winwin menepuk keningnya dengan begitu dramatis "oh astaga Renjun...  Kau tau?"

Renjun hanya menatap Winwin dengan pandangan polos dan menggeleng "apa? "

"Kau bahkan bisa membeli lebih dari 10 seragam yang kau pakai dengan menjual game ini"

"Apa maksud mu? "

Winwin yang sangat mengerti tentang game, hampir saja menangis,  harga game yang dijual Renjun sebenarnya itu sangat lah mahal,  dia menginginkannya sejak dulu, karena harganya yang sangat mahal,  membuat Winwin hanya bisa mengkhayalkan nya saja,  tapi..... mengapa Renjun bisa menjualnya semurah itu?

Bersambung ...

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya STRONG HEART BAB 8
2
0
NOREN X NOMIN
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan