[BAB 5] Pertama dan Terakhir [NR-MJ]

3
0
Deskripsi

NOREN x MARKMIN/MARKJAEM

BAB 5

Wajah Renjun murung saat sampai disekolah,  harusnya dia bisa lebih bahagia karena pagi tadi sarapan dirumah Jeno.

Tapi karena kejadian setelahnya membuat senyumnya luntur,  dan semangat bahagianya tiba-tiba menghilang.

"Ada apa dengan wajah mu itu? "
Jaemin baru sampai dan langsung bertanya padanya.

Renjun hanya menghela nafas dan langsung meletakkan kepalanya diatas meja "mungkin karena akan dimarahi saat pulang nanti"

Jaemin yang baru duduk langsung menatap Renjun kaget "dimarahi? Memangnya apa kesalahan mu? "

Cerita tidak ya? 

Wajah Renjun menatap Jaemin yang duduk disampingnya,  masih dengan kepala yang diletakan diatas meja, dia melihat jika Jaemin terlihat penasaran dan khawatir.

"tidak"

Jaemin menautkan alisnya "kau tak mau bicara pada ku? " Jaemin terlihat marah sehingga membuat Renjun jadi salah tingkah.

Renjun segera menaikan kepalanya dan menatap Jaemin dengan memelas "bisa beri aku waktu?"

Jaemin tidak ingin memberi waktu karena  dia sudah sangat penasaran,  tapi melihat wajah Renjun yang sangat memelas membuat dia tidak tega, akhirnya dia menghela nafas dan mencari solusi untuk menghibur sahabatnya ini.

"Hari ini ku dengar para guru ada rapat,  jadi kita bisa pulang cepat"

"Benarkah? " Renjun terlihat senang sekarang,  tapi kemudian dia cemberut,  pulang cepat membuat dia harus lebih cepat pulang kerumah,  rumahnya yang tidak memiliki kehangatan untuknya sama sekali.

Melihat perubahan raut wajah Renjun membuat  Jaemin khawatir lagi, pasti masalah Renjun hari ini memang berkaitan dengan keluarganya  "bagaimana jika pulang nanti kita jalan-jalan? "

"Kemana? "

"Nonton?"

"Memangnya boleh? " setau Renjun
, Jaemin tidak boleh pergi menonton di bioskop.

Tapi kepala Jaemin mengangguk dengan cepat "tentu saja boleh,  kan bersama Mark oppa" bibir Jaemin melengkung dengan sangat indahnya sekarang.

Tapi berbeda dengan Renjun yang terlihat tambah tidak bersemangat "memangnya tidak masalah jika aku ikut?" bisa-bisa dia hanya jadi manusia yang tidak terlihat.

"Kita ajak saja Jeno oppa" Jaemin tau Renjun pasti merasa tidak nyaman,  jadi dia menyarankan seperti itu.

Renjun berpikir sebentar,  tadi pagi mereka sudah bertemu,  apa tidak apa-apa ya jika mereka bertemu lagi? "bukankah mereka kerja hari ini? "

Jaemin mengangguk "kita suruh saja mereka membolos"

"Memangnya tidak apa-apa? "

Jaemi menggaruk pipinya yang tidak gatal,  dia juga tidak tau sih "kita coba saja dulu"

Renjun mempertimbangkan usulan Jaemin,  dan kemudian mengangguk "tapi kita harus ganti baju dulu "

Jaemin kembali tersenyum "tentu saja"

"Tapi kau tau dimana menemui mereka? "

"Tentu saja ditempat kerja mereka, kita bisa menghubungi mereka"

Renjun menganggukkan kepalanya, jika Mark  mungkin mudah menghubunginya, karena Jaemin pasti punya nomer telponnya, tapi Jeno?

Renjun kan tidak punya nomer telpon Jeno.

"Bagaimana caranya menghubungi Jeno oppa?"

"Tentu saja kita telpon dia"

"Nomernya? "

"Ku kira kau punya nomernya?"

Renjun menghela nafas dia jadi kembali tidak bersemangat.

"Tenang saja Renjun, kita bisa bertanya dengan Jeno oppa"

"Benarkah?" kini Renjun kembali terlihat bersemangat, dan membuat Jaemin mengangguk semangat.

Guru wanita dengan pakaian putih dan rok hitam masuk, memberikan ketenangan pada kelas dan menghentikan percakapan Jaemin dan Renjun.
.
.
.
.
Melihat wajah Mark yang bersemangat membuat Jeno iri saja, Mark terlihat lebih hidup setelah bertemu Jaemin.

"Ada apa kau kesini lagi?"

"Tentu saja karena pekerjaan"

Jeno memutar malas matanya, sebenarnya pekerjaan yang sedang dilakukan Mark diperusahaan Jeno tidak ada hubungannya dengan devisi Jeno.

Mata Mark melirik Haechan yang menggunakan pakaian ketat berwarna hitam, dia terlihat menawan dengan rambut hitamnya yang tergerai dengan indahnya, Jeno juga sama-sama melihatnya bagaimana cara Haechan berjalan melewati mereka yang kebetulan sedang duduk diruangan Jeno yang tertutup kaca transparan, bisa melihat cara Haechan berjalan dari belakang itu benar-benar suatu keberuntungan.

"Wanita dewasa itu lebih menarik ya?" itu Mark  yang bicara, dan diangguki oleh Jeno.

Setelah Haechan tak terlihat, Jeno langsung menatap Mark"apa kau tidak tertarik lagi dengan Jaemin?"

Mark mengangkat bahu "tentu saja masih, hanya saja Jaemin masih terlalu kecil" mencium Jaemin saja Mark tidak tega "tapi jika sudah besar, aku yakin dia akan sangat seksi"

Jeno mengangguk setuju,  dia jadi berpikir tentang perubahan Renjun ketika dewasa nanti,  akan cantik tidak ya?

"Aku yakin Jaemin akan kecewa jika tau tunangannya pernah ingin mencampakkannya"

Mark menatap tajam Jeno  "jangan sampai kau mengatakannya" kemudian matanya terlihat memelas "jika kau melakukannya, aku tidak akan melihat dirinya yang berubah jadi dewasa"

Jeno hanya menggelengkan kepalanya "kau mempermainkannya? "

"Tentu saja tidak" Mark memegang dadanya "bukankah dia calon istriku" dan kemudian dia menaikan kedua alisnya naik turun,  dia tau Jeno menyukai tunangannya itu,  tapi ngomong ngomong soal istri.- "Sebenarnya,  istri mu seperti apa sih? " awalnya dikiranya Jaemin itu istrinya Jeno,  tapi ternyata tunangan dirinya.

Jeno menghela nafas "kau ingat dengan temannya Jaemin saat datang kerumah ku? "

Mark diam,  "yang berjerawat dan kurus kecil itu? "

Jeno hanya mengangguk pelan "akan lebih baik jika dia secantik Jaemin dan tidak sekurus itu" matanya langsung menatap Mark  dengan malas.

Dan selanjutnya Mark  yang tertawa terbahak-bahak, dia masih ingat saat dirinya mengatakan menyuruh Jeno lebih baik menikahi temannya Jaemin itu "bagaimana bisa kau menerimanya? Aku tidak tau jika dia benar-benar adalah istri mu" dia tau bagaimana tipe wanitanya  Jeno,   jika seperti tampilan temannya Jaemin itu,  benar-benar jauh dari daftar kalangan wanita yang disukai Jeno.

"Berhentilah tertawa,  aku sudah cerita pada mu alasannya"

Mark mencoba menahan tawanya "tetap saja kau aneh,  setidaknya kau harus memilih siapa yang akan kau nikahi meski itu terdesak"

"Mau bagaimana lagi, pikiran ku benar-benar buntu"

"Lalu bagaimana hubungan kalian? " tawa Mark sudah mulai mereda,  dia mengambil minum diatas meja,  dan meminumnya.

"Tidak ada yang spesial,  hanya saja dia lebih sering kerumah ku"

"Dia pasti menyukai mu"

"Tentu saja,  aku ini kan pria tampan" ucap Jeno bangga.

Mark menyesal telah mengatakannya,  dia memutar malas matanya "jadi bagaimana hubungan kalian? dan bagaimana dengan Winwin?"

Jeno mengangkat bahunya "keberadaan Winwin sekarang bahkan masih dipertanyakan"

"Mungkin kabur dengan pria lain" Mark hanya menebak saja.

Jeno menggeleng cepat karena dia tau bagaimana kesetiaan Winwin "itu tidak mungkin"

"Lalu apa alasannya? "

Jeno mengangkat bahu "entahlah, yang terpenting dia kembali dengan selamat,  dan semua kekacauan ini segera selesai"

Kepala Mark menggeleng "ku kira kau akan mencampakkannya"

"Aku sudah memikirkannya,  apa yang harus ku lakukan setelah dia kembali?"

"Dan apa yang akan kau lakukan dengan adiknya? "

"Apa aku perlu balas dendam ya? "

"Dengan adiknya? "

Jeno mengangguk,  mereka berbicara serius sekarang "kakaknya meninggalkan ku saat pernikahan,  bukankah harusnya aku membalas dendam dengan adiknya? "

Mark meletakan tangan didagunya,  dia membuat pose berpikir "kau benar,  kau harus membalas dendam"

Tapi kemudian mereka berdua tertawa,  merasa lucu dengan apa yang baru saja mereka pikirkan "lupakan balas dendam,  adiknya tidak salah apapun"

Mark menganggukan kepalanya "tapi dia terlihat akrab sekali dengan Nana"

"Mereka teman,  yang ku tau mereka saling mengenal sejak mereka ditaman kanak-kanak"

"Kau tau segalanya?"

"Jaemin yang menceritakannya"

Kini Mark yang cemburu "apa kalian seakrab itu sebelumnya?"

Jeno mengangguk,  dia terlihat senang melihat perubahan wajah Mark.

Saat mereka asik bicara,  Haechan kembali berjalan melewati mereka,  Haechan benar-benar cantik dan membuat mata mereka berdua kembali teralihkan.

"Aku mulai berpikir untuk menikahi Haechan" itu Jeno yang bicara,  dengan bibir yang tersenyum mesum.

Mark menggeleng dan kemudian menyeringai saat melihat wanita itu tersenyum dan bicara dengan rekan kerjanya yang lain "kau harus bersaing dulu dengan ku"

Mereka berdua masih terpesona pada kecantikan Haechan, dan  senyum tampan mereka tampilkan saat Haechan melihat mereka dengan tampang bingung.

Sampai suara telpon Mark  berbunyi dan membuyarkan lamunan mereka berdua soal Haechan yang sudah kembali ketempat kerjanya.

Mark menghela nafas dan melihat ponselnya yang ternyata Jaemin yang menelpon,  dia menstabilkan suaranya dan langsung mengangkat telpon,  dia tidak ingin tunangan kecil nya tau,  jika dia habis menghayalkan wanita lain.

"Hallo Nana"

.
.
.
.

Pulang kerumah itu akan jadi lama,  dan Renjun juga tidak mau pulang kerumahnya untuk mengganti baju,  jadi mereka berdua putuskan untuk membeli baju ditoko baju.

Jaemin terlihat sudah cantik dengan penampilannya,  padahal pakaian yang digunakannya juga biasa saja,  hanya switer pink dan celana jeans, penampilan culunnya hilang,  membuat penjaga toko sampai terkejut dengan perubahan Jaemin.

Renjun mengikuti cara berpakaian Jaemin,  dia juga ingin cantik seperti temannya ini.

Jika Jaemin menggunakan switer berwarna pink,  Renjun menggunakan switer berwarna kuning, dan celana jeans juga Renjun membelinya yang sama dengan Jaemin.

Saat Jaemin menambahkan aksesoris pada rambutnya,  Renjun juga melakukannya,  bahkan parfum yang digunakan Jaemin, Renjun juga menggunakannya.

Jaemin tidak masalah saat Renjun mengikuti nya,  bahkan dia sangat senang saat Renjun ingin menggunakan sesuatu yang sama dengannya.

Tapi setelah melihat hasilnya, Renjun tau,  dia memang benar-benar berbeda dengan Jaemin, beberapa orang tetap saja membicarakan Jaemin yang cantik, berbeda dengannya, tidak ada orang memujinya,  hanya Jaemin saja yang mengatakan dirinya cantik.

"Apa kita menunggu disini? "

Jaemin mengangguk,  "mereka mengatakan akan menjemput kita "

"Kau yakin jika Jeno oppa datang? "

Jaemin kembali mengangguk mantap "saat aku menghubungi Mark oppa,  dia sedang bersama Jeno oppa, jadi kau tenang saja,  Jeno oppa pasti datang"

Renjun senang,  tapi gugup juga,  tidak terlalu lama mereka berdiri didepan toko baju,  mobil Mark sampai tepat didepan mereka berdua.

Mark membuka jendelanya dan melambaikan tangan pada Jaemin,  masih didalam mobil.

Renjun sendiri makin berdebar karena sekarang Jeno yang duduk disamping Mark juga tersenyum,  meski dia tak yakin jika Jeno tersenyum padanya,  karena nyatanya pandangan Jeno hanya untuk Jaemin.

"Ayo para gadis,  kami menunggu mu"

Renjun sampai tak sadar jika Mark sudah membuka pintu mobil belakang,  dan mempersilahkan mereka masuk.

Mata Renjun melirik Jeno lagi, dia berharap Jeno mengatakan dia cantik hari ini.

"Wah kalian seperti anak kembar ya" Mark melirik Jeno,  niatnya hanya untuk menggoda Jeno sih,  dan Jeno terlihat hanya memutar malas matanya.

Jaemin tersenyum dan menarik lengan Renjun"kami memang anak kembar,  iya kan Renjun?"

Renjun hanya mengangguk kikuk,  dia sih senang dibilang kembar dengan Jaemin, Jaemin itu kan cantik sekali.

Setelah masuk mobil,  Mark melirik Jaemin dari kaca mobilnya "jadi kita mau kemana? "

"Nonton"

Mark mengangguk "wah sudah lama juga aku tidak menonton,  baiklah sepertinya ide yang menarik" Mark  menyalakan mobil dan mulai menjalankannya.

Mark  kembali melirik kembali kaca mobilnya,  kali ini untuk melihat Renjun yang duduk disamping Jaemin "aku dengar kau istri Jeno"

Mata Renjun melirik Jeno yang terlihat diam saja,  dan kemudian dia mengangguk.

"Wah maafkan aku karena tidak mengenali mu sebelumnya" Mark sih menahan tawa,  dia sebenarnya hanya berniat meledek  Jeno yang terlihat malas.

"Tidak masalah" Renjun sebenarnya malu dan merasa senang,  Mark  sudah tau dan juga menanyakan statusnya langsung,  jadi dia benar-benar merasa dianggap oleh Jeno sekarang.

"Oh iya,  Tadi Yeri menelpon dan menanyakan mu Mark,  dia bilang mengapa kau tidak datang minggu ini?"

Jeno langsung mendapat tatapan tajam dari  Mark,  dan begitu juga Mark yang mendapat tatapan tajam dari Jaemin.

Jeno sih biasa saja,  dalam hati dia tertawa puas.

"Yeri itu rekan kerja ku,  harusnya kami ada janji untuk membicarakan pekerjaan,  tapi karena aku sibuk dan terlalu banyak pekerjaan, aku jadi melupakan nya" Mark tertawa garing,  dia menjelaskan tanpa Jaemin tanya, intinya Mark menjelaskan karena tatapan Jaemin sudah menuntut penjelasan.

Jeno terkekeh melihat Mark yang jadi salah tingkah,  sedangkan Jaemin terlihat sudah marah.

"Kau tenang saja Na,  Yeri itu hanya.. "

"Yak Jeno!  ponsel mu berbunyi" Mark setengah berteriak untuk menghentikan balasan Jeno terhadapnya,  dia bersyukur karena ponsel Jeno berbunyi.

Jeno terkekeh sambil mengangkat telponnya.

Saat Jeno menerima telpon,  Mark mencoba meminta pengertian dengan matanya terhadap Jaemin yang mulai merajuk.

Renjun yang tak mengerti apapun hanya bisa menggaruk pipinya yang sedikit gatal.
.
.
.
.

"Kita nonton film ini? "

Jaemin mengangguk "ku dengar,  filmnya bagus" Jaemin bertanya pada temannya, dan cari diinternet juga, tentang film yang bagus untuk berkencan.

Dan hampir semua mengatakan,  film drama sangat cocok untuk ditonton saat berkencan.

Mark dan Jeno hanya bisa pasrah,  mereka berdua tidak bisa membantah Jaemin.

"Kau suka drama? "

Jaemin berfikir,  dia tidak terlalu sering menonton tv apalagi menonton di bioskop,  yang dia tau hanya belajar,  baca komik dan main game "suka kok" tapi sekarang kan beda,  dia sedang berkencan, dan Mark barusan bertanya.

Akhirnya Mark membeli tiket dan kemudian dia menyuruh Jaemin dan Renjun menunggu dibangku yang tersedia setelah mereka membeli tiket,  karena Mark dan Jeno akan membeli popcorn dan minuman.

"Tidak terlalu buruk"

Renjun mengangguk,  dia melihat kesekeliling gedung bioskop,  cukup ramai dan beberapa pria yang kebetulan dibioskop menatap Jaemin dengan pandangan terpesona.

"Apa harus seramai ini ya? "

Jaemin mengangkat bahunya,  dia menatap Mark dan Jeno yang sedang mengantri,  tidak memperdulikan pandangan kagum orang padanya "aku benarkan jika Jeno oppa akan datang"

Renjun mengikuti arah pandang Jaemin,  dari belakang dua pria itu benar-benar terlihat mempesona.

"Terimakasih ya" jika bukan karena Jaemin,  mungkin dia tidak akan bertemu Jeno lagi,  dan tidak mungkin juga kan bisa menonton dibioskop.

Jaemin tersenyum "kau tidak harus berterimakasih,  dia kan suami mu,  jadi sudah sepantasnya dia ikut jika kau ikut"

Renjun mengangguk setuju,  tapi senyumnya kemudian luntur "apa Jeno oppa menganggap ku istrinya? "

Mata Jaemin langsung teralihkan,  yang seperti itu mana dia tau,  tapi dia tidak ingin membuat Renjun sedih "kau bicara apa,  kalian sudah menikah dan sudah pasti dia menganggap mu istrinya"

Renjun mencoba tersenyum, dia tau jika Jeno tidak menginginkannya.

"Jaemin cantik ya" kata Mark  sambil melihat Jaemin dari jauh,  dan kemudian dia tersenyum saat Jaemin tersenyum padanya.

Jeno mengangguk setuju,  dia melihat Renjun yang juga tersenyum,  dia jadi merasa jahat karena cuek pada gadis itu,  habis mau bagaimana lagi,  Jaemin terlalu cantik sampai menutupi kehadiran Renjun.

"Istri mu berusaha keras agar terlihat menarik,  kau seharusnya lebih menghargainya"

Jeno menghela nafas, mereka melangkah saat satu antrian berkurang "jika aku memujinya cantik dan menawan,  itu suatu kebohongan namanya"

"Tapi setidaknya buat lah dia lebih dihargai"

Mark itu terkadang lebih baik dari Jeno,  Jeno kembali memikirkan ucapan Mark,  dan kembali melihat senyum Renjun yang terlihat dipaksakan.

"Tapi memang sulit juga sih,  seberapapun usahanya,  tetap tidak terlihat menarik ya" itu Mark juga yang bicara, padahal Jeno baru saja memuji jika Mark baik,  nyatanya sama saja dengannya.

"Sudahlah,  dan berhentilah mengejek nya"

"Kau marah? Kau menyukainya? " Mark menaikan kedua alisnya,  dia senang menggoda Jeno.

Jeno memutar malas matanya,  dan kemudian dia melihat hampir semua pria menatap Jaemin,  sedangkan mata para wanita mengarah pada mereka.

"Hati hatilah,  memiliki kekasih terlalu cantik juga tidak terlalu baik, Terlalu banyak mata yang mengarah padanya"

Mark yang yang sedang memesan popcorn dan minuman segera menghadap kebelakang,  dia kini menyadari banyak mata yang mengarah pada tunangannya,  dia mengambil popcorn dan menyuruh Jeno membayarnya.

Jeno menggelengkan kepalanya saat Mark yang mulai mendekat pada Jaemin,  duduk disamping Jaemin dan langsung memeluk pinggang Jaemin,  matanya bahkan langsung menatap tajam semua pria yang terlalu jelas menampakkan ketertarikan pada tunangannya.

"Dasar"  kini Jeno melihat Renjun yang terlihat tersipu saat melihat interaksi Mark dan Jaemin, membuat Jeno jadi terkekeh.

"Ayo , filmnya segera mulai" ajak Jeno,  bibirnya tersenyum dan senyumnya kali ini diberikan untuk Renjun.

Dunia Renjun seakan berhenti,  detak jantung nya berpacu lebih cepat dari biasa,  mimpikah dia saat Jeno memperhatikannya dan tersenyum lembut padanya?

"Aku tidak bisa memelukmu seperti Mark memeluk Nana, kau liat" Jeno menaikan kedua tangannya yang memegang banyak minuman "ditangan ku sudah banyak minuman"

Renjun tersenyum canggung dan mengangguk, dia berdiri dan langsung berjalan disamping Jeno.

Jaemin yang melihat itu tentu saja senang,  dia menyenggol bahu Renjun dan berbisik padanya "sudah ku bilangkan,  Jeno oppa menganggap mu istrinya"

Renjun hanya mengangguk tersipu,  dia tidak bisa menjawab lebih, intinya dia sangat senang hari ini,  dan dia tidak perduli tentang apa yang akan terjadi dirumah nanti.

.
.
.
.

Dan -

Jaemin menyesal telah memilih film drama untuk berkencan,  filmnya sungguh membosankan,  benar-benar membosankan.

Sudah berapa lama dia duduk didalam gedung bioskop?  Dia melirik jam ditangannya,  baru setengah jam dan dia sudah merasa benar-benar bosan.

Dia melirik Mark yang duduk disampingnya,  dan nyatanya Mark  sudah mulai tertidur.

Dia mulai berpikir,  mengapa orang-orang harus membuat film membosankan seperti ini?  dan dia jadi langsung meyakini,  jika sutradara dan orang yang menyukai film drama ini adalah orang yang paling membosankan di dunia.

Dia melirik sahabatnya yang kebetulan duduk disampingnya, kemudian terkejut saat melihat temannya ini begitu fokus pada film yang mereka tontonnya, bagaimana bisa Renjun sangat menikmati filmnya?

Ditangan Renjun ada popcorn besar  dan matanya benar-benar fokus pada layar bioskop.

"Filmnya seru sekali ya, Njun?"

Renjun tersentak dan langsung menatap Jaemin, dia segera mengangguk dan kembali menonton bioskop.

Jaemin menghela nafas, dia melihat Jeno juga sama bosannya, karena sekarang Jeno sedang bermain ponsel, dan tidak memperhatikan filmnya sama sekali.

Dia menggoyangkan tangan Mark, agar pria itu bangun "oppa.."

Mark terbagun dan langsung menatap Jaemin "ada apa?  Apa filmnya sudah habis? "

Jaemin menggeleng lemah "baru 40menit"

Mark menghela nafas "buruk sekali"

Jaemin mengangguk "keluar yu,  aku ingin ketoilet"

Mark tentu saja sangat senang, karena  dia benar-benar sangat bosan sampai tertidur "oke"

Jaemin langsung melihat Renjun,  dan berbisik pada sahabatnya "aku ketoilet ya"

Renjun tidak menatap Jaemin,  tapi dia bisa mendengar jelas dan kemudian langsung mengangguk.

Saat Jaemin dan Mark berdiri, Jeno melihat mereka "kalian mau kemana? "

"Toilet" jawab Jaemin.

"Aku ikut"

Jeno segera berdiri dan mereka keluar bersama,  tanpa Renjun yang terlihat sangat menikmati filmnya.

.
.
.
.
.

Terlalu menikmati film,  nyatanya Renjun tidak sadar jika hanya dia yang tertinggal.

Saat Film sudah hampir habis,  dia baru menyadari jika dia hanya sendiri, dan tidak menemukan Jaemin,  Mark dan Jeno, duduk didekatnya.

Dia melihat kesekeliling bangku bioskop, berharap menemukan Jaemin, Mark dan Jeno, tapi bukan mereka yang di lihatnya, melainkan matanya malah menemukan  beberapa orang yang sedang bermesraan,  bahkan sampai ada yang berciuman di bagian belakang, Renjun jadi menyesal sudah melihat kebelakang.

Dia duduk dengan tenang lagi, dan melanjutkan menonton film, dan Ketika film sudah habis, lampu diteaternya juga sudah menyala.

Renjun benar-benar tidak menemukan ketiga orang yang tadi bersamanya.

Renjun hampir menangis,  apa dia ditinggal ya?  Jika benar, bukankah dia sangat menyedihkan?

Dia mengecek ponselnya,  dan ternyata banyak panggilan tak terjawab,  pesan juga banyak dan semua dari Jaemin.

Karena ponsel Renjun tidak digetarkan dan tidak disuarakan,  jadi mana dia tau jika begitu banyak panggilan dan pesan masuk diponselnya.

Kemudian dia membaca pesan dari Jaemin.

'Aku diluar ya,  filmnya benar benar membosankan'

'Njun kau tidak keluar? '

'Renjun,  kau mau ikut tidak? '

'Kau menyukai filmnya? '

'Kau tak membalas pesan ku? '

'Mengapa kau tak mengangkat telpon ku? '

'Kami menunggu mu ditoko eskrim ya'

'Apa filmnya belum habis? '

'Renjun kami sedang berada di time zone,  kau kesini ya,  kau jangan pulang,  jika kau pulang aku akan marah padamu'

Renjun tersenyum membaca pesan-pesan Jaemin,  ini salahnya ya?  Harusnya dia tidak boleh berpikir mereka akan meninggalkannya.

Dia segera berdiri dan merapikan tasnya kemudian keluar dari teater dan mulai menghubungi Jaemin.
.
.
.
.
.
Bibir Renjun tersenyum saat melihat Jaemin,  dia melihat Jaemin sedang menyemangati Mark dan Jeno yang sedang berlomba mengambil boneka didalam box kaca.

Renjun segera menghampiri Jaemin,  membuat Jaemin langsung menatap nya "apa filmnya sebagus itu? "

Renjun mengangguk,  dia menyukai filmnya karena menurutnya romantis dan dia bisa membayangkan jika yang menjadi peran utamanya adalah dirinya dan Jeno,  itu sangat menyenangkan.

"Apa yang mereka lakukan? "

"Berlomba untuk mendapatkan boneka"

Renjun menganggukkan kepalanya,  di lihatnya dua pria yang sudah dewasa itu berkali-kali gagal.

"Kau sudah lama disini? "

"Cukup lama,  kami bahkan sudah hampir memainkan semua mainan disini"

"Begitu ya" Renjun sedikit kecewa,  tapi dia tidak bisa menyalahkan siapapun,  dia yang terlalu serius menonton film tadi.

Jeno mendapatkan boneka beruang berwarna pink yang cukup besar,  dia terlihat senang karena bisa mengalahkan Mark  yang kini sedang cemberut.

"Kau pasti bermain curang"

Jeno memutar malas matanya "mana bisa permainan ini dicurangi" dia menatap Jaemin "bukankah aku lebih baik dari dia?" Jeno tertawa bangga,  banyak permainan yang dia menangkan saat berlomba dari Mark tadi.

Jaemin bertepuk tangannya,  dan memberikan kedua jempolnya "kau memang hebat Jeno oppa"

Renjun juga bertepuk tangan untuk Jeno,  membuat Jeno langsung melihatnya "oh kau sudah selesai menonton filmnya? " Tanya Jeno hanya untuk sedikit berbasa-basi padanya.

Renjun mengangguk semangat.

"Kau pasti sangat menyukai filmnya ya?"

Renjun jadi malu,  dia melihat Jeno menghampirinya dan berharap Jeno akan memberikan boneka beruang itu padanya.

Mark beridiri disamping Jeno,  dia menatap tunangannya yang masih tersenyum "kau senang ya jika aku kalah"

"Kau payah juga ternyata"

Jeno jadi terkekeh "dia tidak pernah bisa mengalahkan ku"

"Aku hanya lebih mengalah hari ini"

Jeno memutar malas matanya "jangan mengelak,  Nana juga tau kok,  jika kau ini payah,  iya kan"

Senyum Jaemin jadi melebar "aku rasa karena dia sudah tua"

"Kau benar"

Jaemin dan Jeno tertawa bersama, sedangkan Renjun juga ikut tertawa, meski tidak ada yang memperhatikan nya, Mark jadi cemberut karena digoda,  dan dia segera menyikut perut Jeno membuat Jeno kesakitan.

"Ingatlah,  kita seumuran Jeno"

Jeno mengelus perutnya yang disikut Mark, kemudian mencibir tanpa suara, dan Mark hanya mengangkat bahunya.

Jeno kemudian memberikan boneka beruang yang di pegang nya pada Jaemin,  padahal Renjun sudah hampir mengulurkan tangannya untuk menerima, dan merasa sedikit malu jadi Renjun langsung segera menurunkan tangannya saat tau itu bukan untuknya.

"Ini untuk mu,  hadiah dari oppa mu yang paling tampan"

Jaemin menerimanya dan sambil cekikikan, "terimakasih oppa ku yang tampan"  apalagi melihat ekspresi Mark yang terlihat tidak terima

"aku bisa membelikan banyak boneka untuk mu"

Jaemin dan Jeno menggelengkan kepalanya.

"kau tau Mark,  hadiah dengan kerja keras itu jauh lebih baik dari pada hadiah yang dibeli mudah dengan uang"

Penjelasan Jeno langsung dibantah Mark "dan akan lebih baik jika diberikan dengan iklas dan penuh cinta,  meski harus mengabiskan banyak uang"

Jaemin dan Jeno memutar malas matanya"aku rasa kita harus pergi dari sini" ajak Jeno dan diangguki oleh Jaemin.

Membuat Mark kesal dan langsung menarik Jaemin yang sedang berjalan disamping Jeno agar lebih dekat dengannya.

"Menjauhlah dari tunanganku"

Sedangkan Renjun hanya bisa menatap mereka dengan pandangan sedih dan sangat cemburu berat,  apa dia benar-benar transparan ya? 

Dia berjalan lunglai mengikuti mereka dari belakang,  mendengar mereka tertawa dan sangat akrab membuat Renjun benar-benar iri,  dia juga ingin seperti itu,  bisa dekat dengan mereka.

"Njun, kau mau boneka juga? "

Jaemin berbalik,  dan tersenyum padanya.

Renjun melirik Jeno yang sedang tersenyum juga,  dia baru saja akan mengangguk tapi dibatalkan saat Jaemin melanjutkan ucapannya.

"Aku rasa Mark oppa bisa membelikannya untuk mu juga" dan dilanjutkan tawa Jaemin dan juga tawa Jeno.

"Ku rasa dia juga akan membeli toko bonekanya"

"Kau benar Jeno oppa,  Mark oppa benar-benar akan melakukannya"

"Kalian itu,  diam lah,  aku benar benar akan melakukannya,  tapi itu semua hanya untuk mu Nana sayang"

Dan nyatanya Renjun jadi benar-benar sangat kecewa hari ini,  kemana Jeno yang tadi terlihat cukup perhatian padanya saat memasuki teater?  Benar-benar tidak ada.
.
.
.
.
.
"Terimakasih untuk hari ini" Renjun membungkuk dalam,  dia berdiri didekat mobil Mark,  saat dia menegakkan tubuhnya dia melihat Jaemin yang sedang tersenyum padanya.

"Tidur yang nyenyak ya Renjun"

Renjun hanya mengangguk,  dan melirik kejendela depan, berharap Jeno membuka jendelanya dan tersenyum padanya.

Dia membalas lambaian tangan Jaemin, dan mendengar Jeno tertawa didalam mobil bersama Mark , tak lama Jaemin juga mengikuti tawa mereka.

Dan sampai mobil itu berlalu, dia benar-benar tidak melihat Jeno membuka jendelanya.

Tapi mau bagaimana lagi? Dan apa yang bisa dia harapkan?   Renjun sangat sadar jika dia tidak cantik,  tidak menarik dan sangat membosankan.

Dan saat mengingat boneka yang Jeno berikan pada Jaemin benar-benar membuat hatinya panas.

Dia berjalan sambil menghentakkan kakinya,  ditangannya hanya ada paper bag berisi baju sekolahnya,  harusnya dia membawa boneka beruang itu juga.

Renjun memasuki rumahnya dan tidak mendengar suara apapun,  mungkin Saeron sedang belajar bersama ibunya dan ayahnya sedang diruang kerja.

Tapi Renjun tidak mau perduli,  lagi pula dia sudah terbiasa ketika pulang tidak ada siapapun yang menyambutnya.

Renjun baru akan melangkahkan kakinya naik tangga,  tapi suara maid menghentikan langkahnya.

"Nona muda,  tuan besar ingin bicara dengan anda"

Dan Renjun langsung memejamkan matanya,  dia jadi ingat kejadian pagi ini saat dia keluar dari rumah Jeno, mendapati wajah kecewa ayahnya saat mobil milik ayahnya itu berhenti tepat didekatnya.

Ayahnya tidak marah, tidak bersuara,  hanya memandangnya dengan kecewa, menutup jendela mobil dan mejalan kan mobilnya.

Renjun membalikan badannya dan kemudian mengangguk.
.
.
.
.
.
.

"Oppa kau harus lebih baik dengan teman ku,  Renjun benar-benar menyukai mu,  jadi kumohon jangan membuatnya bersedih"

Jeno tersenyum "apa aku sudah membuatnya bersedih? "

Jaemin mengangkat bahunya,  dia sendiri tidak terlalu mengerti,  Mark hanya menggelengkan kepalanya.

"Baiklah akan ku usahakan"

Jaemin terlihat bahagia "terimakasih"

Jeno menganggukan kepalnya,  dan kemudian melambaikan tangan pada Jaemin saat Mark  sudah mau menjalan kan mobilnya.

"Selamat malam Jeno oppa... "

Jeno mengikuti jejak Jaemin,  melambaikan tangan pada gadis cantik itu.

Setelah mobil tak terlihat,  dia menghela nafas "apa Jaemin tidak tau,  jika terlalu memberi harapan pada seseorang itu akan lebih menyakitinya" Jeno menggeleng "dasar anak muda" dan kemudain terkekeh.
.
.
.
.
.

Tangan Renjun menyatu,  dan menahan tangisnya saat dia menutup pintu ruang kerja ayahnya,  dia mengusap air matanya yang kebetulan mengalir.

Ayahnya tidak marah dengan berteriak padanya,  tidak juga memukulnya.

Ayahnya berbicara sangat tenang dan terdengar sangat acuh,  tapi semua yang diucapkan ayahnya membuat dia sadar jika dia memang tidak pernah dianggap disini,  dan dia memang tidak pernah pantas dengan Jeno.

Ya dia tidak cantik,  bahkan status dalam keluarga ini juga masih dipertanyakan olehnya,  siapa dia?  Dan mengapa dia begitu diasingkan disini?

Pikirannya benar-benar kalut hari ini, dia lelah,  pisik dan juga batin, Jaemin dan Jeno,  belum lagi ayahnya,  membuat dia tidak memperdulikan Saeron yang keluar dari kamar dan meneriaki namanya.

Dia terus berjalan menaiki tangga,  sedikit tergesa karena dia ingin cepat cepat mengunci kamar dan segera menangis kencang disana.

Saeron yang sangat senang dan bersemangat melihat kakaknya pulang, segera menghampiri kakaknya yang sedang menaiki tangga.

"Eoniiiiiiiiiiii"

"Diamlah Saeron, kau jangan menganggu ku"

"Eonniie aku ingin bicara pada mu"

Saeron itu suka sedikit memasa jika Renjun tidak memperdulikannya.

"Tidak Saeron besok saja" hati Renjun sedang kacau,  pikirannya juga kacau,  dia merasa hari ini adalah hari terburuk miliknya.

"Eoniiie...  " Saeron menarik ujung baju Renjun yang sedang berjalan terus menaiki tangga.

Renjun terus mengacuhkan Saeron,  dia lelah dan ingin segera menangis dikamar.

"Eonniiiieee... "

Rengekkan terus-terusan Saeron membuat emosi Renjun jadi meledak,  dia menghempaskan tangan mungil Saeron dan menatap tajam Saeron "sudah ku katakan! jika aku lelah, Kau pergilah!  aku tidak ingin mendengarkan cerita mu yang memuakan itu!"

Wajah kaget Saeron segera terlihat,  dia tidak pernah dibentak,  jadi saat dia mendengar bentakkan Renjun padanya, membuat dia kaget,  dan segera memundurkan satu  kakinya kebelakang.

Posisinya yang berdiri dianak tangga membuat satu kakinya tidak bisa menginjak anak tangga lainnya,  membuat Saeron yang berdiri cukup tinggi dianak tangga itu terjatuh dan tergelincir.

Maid yang melihat segera berteriak, ibu dan ayah nya yang mendengar teriakan segera keluar dari tempat mereka, ikut berteriak dan segera menghampiri Saeron yang sudah berakhir dilantai bawah dengan darah yang cukup banyak.

Rumah menjadi sangat panik,  ibunya menangis sambil memeluk Saeron,  ayahnya terlihat panik segera menelepon ambulan dan para maid sibuk kesana-kemari.

Renjun-

Hanya bisa melihat semua itu ditempat awal Saeron terjatuh, telinganya seolah tuli,  waktu seolah berhenti,  dia hanya berdiri seperti patung saat dimana adiknya terjatuh,  dia tak bisa menggerakkan tubuhnya.

Karena dia tau, dia yang sudah menyebabkan adiknya itu terjatuh.
 

 

Bersambung …

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya [BAB 6] Pertama dan Terakhir [NR-MJ]
6
0
NOREN - MARKMIN/MARKJAEMPembelian ff ini bisa dengan 2 cara, yaitu:akses satu bab = 3kakses seluruh bab sampai cerita selesai = 50k
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan