HURTFUL Paket 3 (Chapter 37-39)

7
0
Deskripsi

Chapter 37

 

"Harus kita mulai darimana?"

Itu adalah pertanyaan yang Yena lontarkan pagi-pagi sekali untuk Baekhyun. Ia tau betul kalau 

Chapter 37

"Harus kita mulai darimana?"

Itu adalah pertanyaan yang Yena lontarkan pagi-pagi sekali untuk Baekhyun. Ia tau betul kalau hari ini sudah pasti Baekhyun akan berangkat ke kantor lebih pagi daripada biasanya, karena pria itu akan dengan sengaja menghindari Yena yang akan selalu memberondongnya dengan banyak pertanyaan terkait rencana apapun yang sedang Baekhyun susun.

Namun wajah Baekhyun pagi ini sudah harus ditekuk, karena seperti bisa membaca fikirannya, Yena terbangun tepat pukul lima pagi saat Baekhyun sedang sepelan mungkin melangkah keluar dari pintu untuk berangkat ke kantor. "Aku akan masak sedikit untuk sarapanmu dan kau tidak harus berangkat ke kantor subuh-subuh begini hanya untuk menghindariku."

Dan setelahnya mereka masih harus berkutat di meja makan dalam suasana yang kaku dan keterdiaman. Bahkan pertanyaan Yena mengenai "harus kita mulai darimana" tadi belum mendapatkan jawaban sama sekali dari mulut Baekhyun.

"Byun Baekhyun, apa kau tidak punya telinga?"

"Pulanglah ke Jepang untuk menjaga Willis, Na-ya. Disini berbahaya, kau bisa mati sia-sia jika terus begini sedangkan Willis masih membutuhkan sosok seorang Ibu. Apa kau pernah berfikir sampai sana?"

Baekhyun benar-benar tahu kalau perempuan yang saat ini berada di hadapannya adalah sosok yang paling keras kepala, dan ia sama sekali tidak menyangka kalau Ahn Yena akan tiba-tiba pergi menuju kamar dan kembali beberapa menit kemudian bersama kopernya. Apakah benar-benar semudah ini membuat perempuan itu akhirnya mau kembali ke Jepang?

Perempuan itu berjalan melewati Baekhyun, menyeret kopernya menuju pintu keluar. Baekhyun bangkit dari duduknya dan meraih lengan perempuan Ahn itu secepat yang ia bisa, "akan kuantar ke bandara."

Ahn Yena menyentak tangan Baekhyun kasar sebelum berkata, "siapa bilang aku akan pergi ke bandara?!"

"Lalu kau mau kemana?"

"Mencari hotel lain!" Jemarinya mengambil koper yang sempat terlepas dari genggamannya karena Baekhyun menahannya, namun lelaki itu tampaknya benar-benar semakin naik pitam melihat tingkah laku perempuan dihadapannya.

"Lepaskan aku, kalau kau tidak mau menampungku dalam rencanamu, aku akan bertarung sendiri, juga dengan caraku sendiri. Kau fikir aku tidak bisa?!"

"Jangan berfikir bodoh seperti itu!! Kau fikir ini semua hanya permainan detektif-detektifan? Lawan kita adalah orang yang berbahaya Na-ya! "

"Kau fikir untuk apa Chanyeol menjebakmu seperti kemarin?! Ia selama ini ingin membantu dan bersekutu denganmu, tapi kau tidak pernah menyertakan dirinya! Sampai akhirnya pria itu memilih menculikku untuk memancingmu datang kesana!! Kau terlalu mengandalkan dirimu sendiri Baek! Kau tidak memikirkan bahwa orang-orang yang tersisa dibelakangmu, begitu tulus ingin membantumu sekuat yang mereka mampu!! Dasar bodoh! Tolol! Idiot!"

Matanya memanas, Yena benar-benar tidak mampu menahan gemuruh di dalam dadanya yang begitu berapi-api. "Kalau kau masih tidak mau aku ikut, aku akan mencari jalanku sendiri untuk menegakan keadilan! Tidak perlu bersamamu, tanpamu pun aku pasti bis--"

Dan perempuan itu mendadak tidak bisa melanjutkan ucapannya karena Baekhyun sudah menerjangnya dan memojokan tubuhnya ke dinding. Tak ada sedikitpun celah diantara tubuh mereka yang berhimpitan dan tidak perlu menunggu waktu lebih lama lagi untuk lelaki itu menyatukan bibir mereka dengan begitu bernafsu.

Satu tangan milik Baekhyun menarik pinggangnya, memperdalam ciumannya dan lelaki itu seperti tahu bahwa pertahanan Yena akan runtuh saat itu juga. Kala perempuan itu ikut membalas pagutan mereka dengan tidak kalah bergairah, Baekhyun justru melepaskannya secepat yang ia bisa. Ia benar-benar takut akan semakin kehilangan kendalinya dan berakhir menelanjangi Ahn Yena saat itu juga.

Mereka bertatapan cukup lama, tubuh Baekhyun masih menghimpitnya, membuat Yena merasa seperti hamburger yang diumpuk oleh Baekhyun dan dinding dibelakangnya.

"Kalau begitu berjanjilah satu hal untukku Na-ya." Kata-kata yang dikeluarkan oleh Baekhyun sekarang lebih terdengar seperti bisikan yang membuat kuduk Yena meremang. "Apapun yang akan terjadi nanti, berjanjilah untuk tetap hidup. Karena demi apapun, kau tidak boleh mati seperti orang-orang lain yang sudah pergi."

Dan perempuan itu mengangguk cepat dengan rona merah yang menghiasi pipinya. "Aku tidak akan mati, kau pun tidak!"

***

"Astaga!! Bagaimana bisa si idiot itu mencium orang dengan seenak jidatnya?!"

"Yaa!! Ahn Yena! Kau sendiri juga terlihat murahan sekali! Semudah itu kau membalas ciumannya?! Cih!!"

Perempuan itu membenamkan wajahnya didalam bantal setelah sibuk berkelahi dengan bayangannya sendiri di depan cermin. Yang benar saja! Kenapa dalam usianya yang sedewasa ini, ia masih harus merasakan perasaan berdebar seperti anak-anak remaja?!

Ia kehabisan nafas setelah beberapa menit membiarkan kepalanya terbenam di tumpukan bantal, dan "HUAHH!" saat kepalanya sudah kembali terangkat ke permukaan, Baekhyun ternyata sudah duduk di ranjang yang sama dengannya, datangnya cepat sekali seperti jin. Tapi bukan pula Jin BTS, apalagi Jin botol.

"Kau tidak sedang salah tingkah karena aku menciummu kan?"

Shoot!

"Apa?! Tidak mungkin!!"

"Tolong lupakan ciuman yang tadi, aku melakukannya diluar kendali. Lain kali aku akan minta izin sebelum menyentuhmu."

And what the hell is this guy's talking about?

Yena tidak mengerti kenapa lelaki ini tiba-tiba meminta maaf dan berbicara soal izin, namun ia hanya mengangguk perlahan untuk menyahuti.

Setelahya Baekhyun beranjak bangkit berdiri, "Kalau begitu aku akan berangkat ke kantor sekarang, dan kau harus tetap berada disini sampai aku datang di jam makan siang nanti. Jangan sekalipun melangkah keluar dari Apartemen, atau aku sendiri yang akan langsung mengirimmu kembali ke Jepang di detik kau melanggar itu juga."

"Iya-iya, aku mengerti. Kau ini cerewet sekali!"

"Good then see you." Baekhyun mengelus kepalanya seperti mengelus kepala kucing dan sebelum Yena membuka mulutnya untuk memprotes, lelaki itu sudah lebih dahulu pergi dan menghilang di balik daun pintu.

***

"Bagaimana? Apa saja yang sudah terjadi kemarin? Apa Yena benar-benar diculik?"

Baekhyun sedang berkutat dengan tabel peningkatan kredibilitas perusahaannya di pasar persaingan internasional, ketika Bae Joohyun masuk ke dalam ruangannya. Lelaki itu langsung menutup ipad nya sebelum menjawab dengan malas, "iya, tapi tidak juga."

"Aku tidak mengerti apa maksudmu."

"Pokoknya iya, tapi tidak juga! Ceritanya panjang dan di dunia ini ada sebuah benda bernama ponsel, pakailah itu untuk bertanya langsung kepada Ahn Yena."

Baekhyun, akan tetap menjadi Baekhyun. Dan sampai kapanpun, Joohyun akan selalu merasa perlu melemparkan sepatu pantofelnya tepat di wajah pria itu untuk membuat otaknya agak waras sedikit, supaya mampu bersikap sopan terhadap yang lebih tua. Ya walau, konteksnya adalah asisten, tapi Joohyun tetap saja lebih tua!

Namun hal itu tidak serta-merta membuat Joohyun berkecil hati, karena hari ini adalah hari dimana ia akan naik jabatan. Setelah sekian lama menjadi asisten pribadi, Bae Joohyun akhirnya dinaikan jabatannya oleh perusahaan pusat (alias mertua Baekhyun) menjadi sekretaris. Walaupun ia akan tetap sering berada di sebelah Baekhyun, namun tugasnya tidak akan seperti pesuruh lagi. Ia akan menjadi sekretaris, bukan asisten pribadi.

Bae Joohyun juga akhirnya akan mendapatkan ruangannya sendiri, dan tidak harus duduk kedinginan dimeja konter, di depan ruangan Baekhyun. Dan tepat sekali saat ia tengah memikirkan kesenangannya, seseorang mengetuk pintu ruangan Baekhyun, dan pastilah itu si asisten baru.

Perempuan dengan rambut sedikit ikal di depan pintu sana melongokan wajahnya, dan berjalan kikuk setelah dipersilahkan masuk. Tidak perlu menunggu waktu beberapa detik untuknya sedikit oleng ke lantai saat semua pasang mata di ruangan itu sedang menatap kearahnya.

"Ma- maafkan saya, saya tidak terbiasa memakai sepatu bertumit tinggi, namun sa-ya akan berkerja keras untuk terbiasa." Perempuan yang bahkan belum memperkenalkan dirinya itu, membungkuk hampir sembilan puluh derajat secara konstan.

"It's okay. Just introduce yourself then." Joohyun menengahi.

Perempuan itu lalu memperkenalkan dirinya. Dia Choi Anna, 25 tahun dan berasal dari kota kecil yang Baekhyun tidak ingat namanya tadi. Yang ia ingat dari asisten barunya itu hanya betapa perempuan itu terlihat begitu ceroboh dan bagaimana bisa perusahaan pusat (maksudnya, mantan mertuanya) mengirimkan seseorang seperti ini untuk menjadi personal assistant?

***

"Anda butuh kopi tuan? Ini sudah sore, atau ingin saya pesankan makanan lain?"

Baekhyun kembali mendongak, rupanya asisten barunya yang muncul di balik pintu. "Satu ice americano, three shoot."

Choi Anna lalu mengangguk dan menghilang di balik daun pintu yang menutup. Tidak menunggu lama, ia kembali datang dengan satu gelas ice americano dan Baekhyun hanya mengangguk pelan saat perempuan itu meminta izin untuk masuk kedalam ruangannya.

Baru saja lelaki itu ingin memuji kinerja asisten baru nya yang at least not really bad, ia sudah harus meredam kuat-kuat pujiannya itu di dalam tenggorokan, karena apa yang terjadi hanya sepersekian detik setelahnya sungguh membuat kepalanya serasa mengepulkan uap panas walau tubuhnya terasa luar biasa dingin.

"ASTAGA- maaf kan saya tuan! Saya benar-benar tidak sengaja menumpahkan kopinya, akan segera saya be-belikan yang baru.."

Dan perempuan itu rupanya terlihat semakin terkejut saat baru menyadari betapa segelas es kopi nya itu mampu membuat kemeja Baekhyun menjadi basah kuyup. Tangannya refleks mengambil berlembar-lembar tisu dan memberikannya kepada Baekhyun, sambil membungkuk sembilan puluh derajat berkali-kali.

Namun apa yang ia dapatkan adalah Byun Baekhyun yang langsung membuka kemejanya begitu saja tanpa menyambut uluran tisu darinya, pria itu kemudian mengeluarkan sebuah kartu kredit dari dompetnya dan segera mengulurkannya, "Belikan kemeja baru sekarang juga!!"

"Ba-baik tuan!"

Kakinya hendak melangkah lebih jauh menuju pintu,saat pintu itu sudah lebih dulu terbuka, berikut dua pasang mata yang setelahnya terlihat cukup terkejut dengan situasi yang terjadi. Dan agaknya, akan terjadi miskomunikasi, maka Choi Anna cepat-cepat melangkah keluar.

"Wohoooo! Dari mana kau mendapat asisten baru yang luar biasa cantik dan seksi begitu? Dan--" Chanyeol melirik Ahn Yena disebelahnya dengan tatapan hati-hati sebelum melanjutkan dengan hampir berbisik, "kau langsung membuka bajumu didepannya? Apa kedatangan kami mengganggu waktu pribadi kalian?"

"Just shut up your fucking mouth Park Chanyeol."

"Jadi kau tidak mau menjelaskan apa-apa pada kami yang masih salah paham ini? Terutama, ekhem-- perempuan disebelahku ini."

Perkataan Chanyeol barusan membawa Baekhyun untuk menatap Ahn Yena yang terlihat ikut terduduk di sofa, perempuan itu belum berbicara apapun sejak datang ke ruangan ini. "Ahn Yena, bukannya sudah kubilang padamu untuk tidak beranjak ke manapun dari apartemen?"

"Dia aman bung, karena datang bersamaku tentu saja."

"Dan untuk apa kalian berdua datang kesini?"

"Sayangku ini, terus saja menelfon untuk meminta ditemani kemari."

"Kita harus membahas rencana yang akan kau buat untuk mengembalikan keadilan, aku membawa Chanyeol ikut kesini untuk membicarakannya bersama." Itu adalah Yena yang cepat-cepat menyahut setelah merasa sudah bisa sedikit menetralkan fikirannya.

"Sayangnya, aku belum menyusun rencana apapun."

Hening setelahnya karena Baekhyun memilih diam sesudah mengatakannya, dan tanpa melihatnya pun, Baekhyun tahu kalau Ahn Yena sedang menatapnya bengis.

Perempuan itu sebenarnya tidak berniat untuk marah atau merajuk, tapi tidak tahu mengapa semenjak menginjakkan kaki nya di ruangan ini, dadanya terasa bergemuruh sampai ia hampir menangis. Ia merasa Baekhyun selalu dengan mudahnya menipu dan membohonginya.

Ahn Yena bangkit dari duduknya, ego dan amarahnya membawa dirinya untuk segera pergi dari sana dengan seluruh umpatan cukup nyaring yang keluar dari mulutnya, "The fuck just i tried to said? He literally bastard, and forever will be the bastard!!" Perempuan itu bahkan hampir berlari untuk segera meraih daun pintu dan beranjak keluar dari sana.

"Astaga... konflik sepasang kekasih macam apa lagi ini? Tunggu! Yaa! Hyung! Apa yang kau lakukan?! Bajuku!!"

Baekhyun tidak berbicara apapun, namun tangannya sudah mencengkram kaus lengan panjang yang Chanyeol kenakan untuk segera dibuka. "Pakai saja kemeja baru yang nanti akan diantar oleh asistenku! kupinjam kaus ini dulu. And stay on your phone, please."

Dan setelahnya Baekhyun ikut melesat pergi meninggalkan Chanyeol yang memeluki tubuh bagian atasnya yang sekarang sudah polos itu, tidak perduli seberapa pria jangkung dibelakangnya terus berteriak mengumpatinya.

***

Perempuan itu tepat disana, dan Baekhyun sedang berusaha berlari untuk segera mengikis jarak diantara mereka. Lelaki itu menegaskan berkali-kali didalam hatinya untuk tidak akan lagi dengan sengaja membuat seorang Ahn Yena merajuk, atau ia akan berakhir mempermalukan reputasinya lagi dengan berlarian didalam gedung seperti saat ini.

Tepat sekali saat Ahn Yena berjalan keluar dari lobi utama, tangannya akhirnya mampu untuk menggenggam jemari gadis itu. Baekhyun mencengkramnya setelahnya, dan tidak membiarkan sama sekali perempuan dalam cengkramannya itu untuk memberontak. "Ikut aku!"

Ahn Yena masih saja berontak, namun kekuatan seorang Baekhyun yang ikut larut dalam emosi memang tidak terbantahkan sama sekali. Lelaki itu menariknya untuk mengikutinya masuk ke dalam mobil dan jarinya dengan cekatan menekan tombol lock setelah mereka berdua sudah terduduk disana.

"BRENGSEK! BUKA PINTUNYA!"

"TIDAK AKAN KULAKUKAN SEBELUM KAU DIAM!"

"BUKA PINTUNYA SEKARANG ATAU AKU AKA--"

"KITA AKAN MENIKAH NA-YA! ITU RENCANAKU!!"

Baekhyun memang sudah mengetahui kalau perkataan terakhirnya akan langsung bisa membungkam mulut perempuan disampingnya itu dengan telak. "Bae Joohyun sudah mengurus semuanya, dan artikel tentang pernikahan kita akan bermunculan di sejumlah media massa besok. Persiapkan dirimu, ini yang kau mau kan? Terlibat dalam rencanaku, dan turut membahayakan nyawamu sendiri. Sure! Let's do that, let's do your damn wish!"

***

Chapter 38

"Kita tidak melakukan resepsi. Aku hanya mendaftarkan pernikahan kita ke catatan sipil, dan kabarnya akan langsung tersiar ke penjuru negeri besok."

Baekhyun menunggu respon perempuan disampingnya, namun tak ada balasan selain Ahn Yena yang asyik dalam keterdiaman.

Yena tidak mengerti. Entah, segala sesuatu mendadak terasa terlalu terpaksa dan hatinya tiba-tiba teremas sakit.

Why marriage seems likes not important at all?

This is just part of their plan, their schema, and Yena already knows all about that, but why she's already feels broke inside?

Jika mulutnya memungkinkan untuk mengucapkan suatu kalimat sebagai jawaban atas keterdiamannya, mungkin Yena akan langsung bertanya kepada Baekhyun,

Where's the ring?

Where are the knees that bend, and the mouth that asks "will you marry me?"

Dan sampai saat ini, kenapa selalu terasa seperti hanya dirinya sajalah yang selalu mencintai sendirian?

***

Baekhyun langsung mengantarnya menuju apartemen rahasia, hari sudah malam dan ia memutuskan untuk sekalian pulang bersama Yena. Mereka sudah sampai di parkiran basement, namun tidak terlihat tanda-tanda dari Ahn Yena yang berkeinginan untuk turun.

Nyatanya, perempuan itu sedang bergelung dalam fikirannya sendiri. Baekhyun menggengam jemarinya pelan dan dengan refleks perempuan itu menyentaknya lantaran begitu terkejut. "Ah, maaf."

"It's okay. Kau tidak mau turun?"

Yena mengangguk, "duluan saja, aku akan menyusul."

Baekhyun agaknya mengerti dengan situasi hati perempuan itu yang masih kalut dan ia meninggalkan kunci mobilnya disana, lagi pula ia masih harus memeriksa sesuatu. "Aku menunggu di dalam."

Yena sekali lagi mengangguk pelan untuk menjawab.

Baekhyun bernafas lega saat ia sudah masuk lebih dahulu ke dalam lift, dan jantungnya mendadak berdebar lebih keras daripada biasanya. Ia merogoh ponsel disakunya untuk segera menghubung Chanyeol dan tidak butuh waktu lama untuk suara pria jangkung itu terdengar dari sebrang sana, "semua sudah beres hyung! aku baru saja pergi dari apartemen rahasiamu itu, dan sudah kulakukan segala upaya yang ku bisa untuk mendekorasinya. Tenang saja, sudah ku desain dengan seromantis mungkin, bahkan aku menambahkan sentuhan erotis juga disana, siapa tahu adik baru Willis akan langsung dibuat juga pada malam lamaran ini."

"Jangan berlebihan! aku hanya akan melamarnya dan tidak melakukan apapun seperti yang ada di otak mesum mu itu!"

terdengar kekehan Chanyeol yang nyaring kemudian, disusul dengan sahutannya, "jangan sampai kudengar kau menyakitinya lagi, karena butuh ketabahan yang ekstra bagiku untuk melepaskannya untukmu. Dan terakhir, aku juga sudah menyiapkan obat perangsang di gelas wine kalian, kalau-kalau kau membutuhkannya untuk malam yang sangat membara, because, c'mon man! This is the right time for your little Baekkie for rising up after a very-very long time! Fighting! Aku mau keponakan perempuan yang canti--"

"KUTUTUP!"

Lift Baekhyun sudah sampai pada lantai apartemennya, dan ia hampir ingin membanting ponselnya akibat mulut Chanyeol barusan. Namun ia memilih untuk meneruskan langkahnya, dan memeriksa hasil pekerjaan si jangkung keparat itu. Baekhyun memang sebelumnya sudah memberitahukan apa yang ia rasa Chanyeol perlu tahu, dan lelaki itu diluar ekspektasi mau membantunya mempersiapkan lamaran malam ini.

Saat ia membuka pintu apartemen pun, matanya langsung disambut dengan banyaknya balon-balon gas yang berterbangan di langit-langit dan lilin-lilin indah yang tersebar di lantai, juga tulisan besar "WILL YOU MARRY ME, AHN YENA?" yang menghiasi tembok berwarna kuning gading.

Tanganya merogoh kotak kecil yang berada di kantung celananya, yang juga merupakan senjata terakhirnya malam ini. Astaga, untuk membayangkan malam ini ia akan menyematkan cincin di jemari gadisnya itu saja, dadanya sudah hampir meledak karena begitu gugup.

Sudah setengah jam berlalu dan perempuan itu tak kunjung datang, apa Yena masih berkutat dalam kesedihannya? Baekhyun jadi penasaran dan memutuskan untuk kembali turun kebawah. Ia berjalan menuju lift, dan begitu lift itu terbuka perempuan itu muncul dari dalam sana. Tepat saat Baekhyun menatapnya, Yena menundukan kepalanya terlihat tak mau balik menatap, dan berjalan gontai keluar dari dalam lift begitu saja melewatinya.

Baekhyun sebenarnya ingin tertawa saat itu juga, ia paham akan apa saja yang menyebabkan kepala perempuan itu menjadi tertunduk lesu seperti itu. Namun jelas ia harus menahan gelak tawanya, sebelum rencananya menjadi hancur berantakan.

Pandangan Baekhyun mengikuti Yena yang terlihat sudah sampai ke depan pintu apartemen, perempuan itu malah berhenti disana dan terdiam menatapnya dari kejauhan "lemparkan jempolmu kesini, aku tidak bisa membuka pintu!"

Oh tentu saja, Baekhyun baru ingat kalau hanya sidik jarinya saja yang bisa membuat mereka masuk kedalam. Lelaki itu mendadak tersenyum menatap Yena yang balas menatapnya dengan bingung. Kenapa perempuan ini semakin hari semakin terlihat imut?

"Here it is," lelaki itu kemudian membuka pintu, hanya sedikit sebelum ia mundur dan mempersilahkan Yena lebih dulu masuk. "Cutie ladies, first...?"

Perempuan itu balas menatapnya aneh, namun Ahn Yena kemudian lebih memilih untuk tidak perduli dan langsung beranjak masuk.

Baekhyun masih sengaja menunggu di depan pintu sambil melipat kedua tangaannya di depan dada, perasaan berdebar di dadanya hampir luruh karena keinginannya untuk tertawa terbahak-bahak sangat besar. Sampai suara jeritan familiar dari dalam terdengar ke dalam rungunya, "BYUN BAEKHYUN! OH MY GOD!"

"HAHAHAHAHAHAHAHA!" dan alih-alih langsung melangkah masuk, Baekhyun lebih dulu menyalurkan tawanya yang sedari tadi sudah berkumpul untuk dimuntahkan keluar.

Setelahnya ia benar-benar melangkah masuk, dan matanya mendapati Ahn Yena yang sudah menangis haru-biru didalam sana. Perempuan itu menatapnya dengan tangisan cengeng yang memekakan telinga, dan Baekhyun bersumpah Yena sangat terlihat imut dan lucu sampai hampir membuatnya terbahak lagi.

Namun alih-alih larut dalam tawanya yang kesekian kali, Baekhyun memilih untuk maju beberapa langkah dan meraih perempuan itu masuk kedalam pelukannya. Sambil mengelus elus punggung Yena lembut, ia berkata, "You look so cute and beautiful, even my brain can't handle my body to hug you, sweetie."

Ahn Yena masih larut dalam tangisannya, bahkan perempuan itu sempat mengelap ingusnya di bahu Baekhyun, namun lelaki itu agaknya tidak perduli sama sekali karena toh kaus itu bukan miliknya.

"Na-ya, jangan pernah sekalipun berfikir kalau aku tidak mencintaimu melebihi segalanya dalam hidupku."

"Bagaimana kau tahu aku sempat berfikir seperti itu tadi?"

Baekhyun sedikit melepas pelukannya, kemudian menunjuk kening Yena dengan jari telunjuk. "Apakah aku sudah pernah bilang kalau otakmu ini terlihat begitu transparan?"

Yena menggeleng lemah, kemudian menggembungkan pipinya.

Masih dalam dekapannya di pinggang perempuan itu, Baekhyun mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna red velvet, "maukah kau menikah den--"

"Itu seperti lirik lagu Lee Seunggi."

"Dengar dulu-- aku belum selesai bicara!" Yena mengangguk mengerti kemudian Baekhyun kembali melanjutkan, "aku tahu setelah segala yang terjadi, ini begitu tiba-tiba dan kau mungkin mengira aku bermain-main dengan yang namanya pernikahan. But, i swear to God, sekarang atau kapanpun itu, aku bersumpah akan tetap berakhir melamarmu dan menjadikanmu isteriku. Because yor are my fate, kau adalah Ibu dari anak-anakku."

Tiba-tiba tenggorokannya tercekat, Baekhyun begitu merasa gugup padahal sebelumnya ia yakin kalau ia baik-baik saja setelah tertawa begitu keras. Satu kakinya berlutut dengan kikuk, dan tangannya meraih jemari perempuan dihadapannya dengan hati-hati. "Will.....you Marry me... Ahn Yena?"

Yena mengangguk, pipinya bersemu merah dan tenggorokannya tiba-tiba terasa kering.

Baekhyun sudah selesai menautkan cincin di jari manisnya, setelahnya kelaki itu kembali berdiri. "Maaf jika keadaan kita yang seperti ini tidak memungkinkan untuk menggelar upacara pernikahan di gereja, but you should know that you really deserved to be loved."

Yena mengangguk pasti sekali lagi namun ia masih benar-benar merasa haus, mungkin karena Baekhyun telah lebih dulu membuatnya menangis seperti tadi. Lantas ia meraih segelas wine terdekat dan meneguknya.

Tunggu sampai Baekhyun melotot saat menyadari apa yang seharusnya tidak terjadi, ia segera memekik dan berteriak, "JANGAN!!!" Yang membuat Ahn Yena kelewat kaget, tapi ia sudah terlanjur meneguknya. Kini semuanya sudah terlambat karena wine itu sudah mengalir kedalam sistem pencernaan ditubuhnya.

Baekhyun mengacak-acak rambutnya frustasi. Dan perempuan itu agaknya hampir mengerti dengan apa yang terjadi saat pusat tubuhnya merasakan sesuatu yang terasa aneh. "Yaaa!! Kau menuangkan sesuatu yang aneh di wine ku?!"

"Itu obat perangsang! Sudah kubilang jangan diminum!!"

"Astaga!" Perempuan itu mengibas-ngibaskan tangannya, "apakah kau seniat itu untuk merencanakan lamaranmu ini?! Kau sudah gila!!" suhu tubuhnya mendadak meninggi dan Ahn Yena merasa hampir membuka bajunya detik itu juga kalau tidak ada Baekhyun disana.

"Bukan aku, tapi Chanyeol yang-- kau tidak apa-apa?" Baekhyun jadi ikut panik melihat Yena yang seperti ini. Perempuan itu mengelus-elus sekujur permukaan kulitnya yang terasa panas, darahnya seperti mendididih .

Baekhyun menghampirinya dengan cemas kemudian baru menyadari sesuatu hal yang sangat gawat, bahwa alkohol dan obat perangsang adalah kombinasi yang bisa sangat menguntungkan sekaligus menjadi malapetaka untuk Baekhyun, bila orang yang mengonsumsinya adalah Ahn Yena!

***

"Lihat! Semua orang berkata kalau aku adalah perempuan miskin yang sangat beruntung dapat bersanding dengan seorang konglomerat Korea, Byun Baekhyun!"

Baekhyun baru saja masuk ke dalam mobil setelah membeli dua cup americano panas dari kafe di dekat apartemen rahasia mereka. "Your morning coffee, wifey."

Ahn Yena mengangguk pelan sambil menerima kopinya, tapi matanya tetap saja terpaku pada layar ipad digenggamannya. "Mereka benar, aku miskin. Tapi memangnya orang miskin tidak punya hak untuk merubah nasib?!"

"Kau menikah denganku hanya untuk merubah nasib?"

"Tidak, kalau benar-benar ingin merubah nasib aku akan menikah dengan Choi Siwon Super Junior sekalian."

"Aku lebih kaya daripada dia."

"Tapi Siwon lebih seksi."

"Kau masih bisa bilang aku tidak seksi setelah melakukan ini semua padaku semalaman?!" Baekhyun kemudian membuka lilitan syal yang biasanya tak pernah ia pakai dilehernya, dan memperlihatkan betapa banyaknya bekas jarahan seorang Ahn Yena.

"It-- itu karena obat perangsang!! Siapa suruh kau meletakannya di dala--"

"Chanyeol, bukan aku!"

"Ya, ya, ya siapa pun itu aku tidak perduli. Now let's back to the topic, apakah artikel-artikel ini tidak bisa menjual hal lain selain rasa simpati?"

"Itu rencanaku. Kita harus mengaduk-aduk emosi para pembaca, yaitu semua rakyat Korea selatan. Dengan begitu, mereka akan mengingat, bukan hanya membaca. Orang-orang akan semakin penasaran dengan kehidupan kita, dan kau jadi terkenal. Park Hyeon Su tidak akan gegabah untuk mencelakakaimu, karena ia akan memikirkan segala kemungkinan yang menyudutkannya bila itu terjadi, semua orang di Korea akan menuduhnya iri dan dengki jika sesuatu yang buruk terjadi padamu."

"Lalu bagaimana dengan Willis?"

"Katamu Jongin bisa dipercaya?!!"

Ahn Yena melebarkan bola matanya, "Tentu saja dia sangat bisa dipercaya, Tapi aku tetap khawatir."

"Setelah semua ini selesai, akan kupastikan publik tahu kalau Willis adalah anak kandungku. Mungkin mereka akan menuduhku berselingkuh denganmu dulu pada awalnya, tapi...."

"Tapi apa?"

Lelaki itu terlihat meneguk saliva nya sebelum berucap, "Kau tahu, almarhum Park Jieun sakit dan tidak bisa memiliki anak. Aku merasa sangat bersalah untuk mengatakan ini, tapi kurasa orang-orang akan jadi bisa memakluminya?"

Suasana entah mengapa menjadi dingin dan kaku saat nama itu kembali menguar di udara. Yena ingat kalau terakhir kali ia dan Baekhyun bertengkar di Jepang pun, karena lelaki itu masih saja menyebut nama mantan isterinya dengan penuh belas kasih. Lantas salah kah kalau hatinya masih merasa cemburu?

Ponsel Baekhyun bergetar dan nama Park Hyeon Su muncul disana membuat fokus mereka mendadak terpaku kesana.

"Dia menelfonmu?"

Baekhyun mengangguk, "kurasa dia sudah membaca semua artikel dan menjadi kebakaran jenggot."

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Apa yang harus kita lakukan? Tentu saja jangan diangkat." Sejalan denga perkataannya, Baekhyun mematikan panggilan masuk itu. "Kebanyakan orang menjadi tidak bisa berfikir jernih jika dalam keadaan panik kan? Biarlah orang itu menikmati kepanikannya sendiri."

"Yaaa!! Kalau dia panik dan memutuskan menghabisi kita bagaimana?!"

"Sudah kubilang itu adalah pengecualian! Semua perhatian publik menyorotimu, dia tidak bisa menghabisi kita dengan seenak jidatnya!! Ku kira kau ini pintar!"

"Jadi menurutmu aku bodoh?!"

"Sediki-- bercanda sayang. Hehehe." Baekhyun melembut sebelum perempuan disebelahnya naik pitam.

Suara notifikasi pesan masuk di ponselnya kembali menarik fokus mereka berdua, cukup untuk membuat Yena terkejut melihat nama si pengirim pesan namun tidak dengan Baekhyun yang terlihat mengangguk-angguk setelah membaca keseluruhan isi pesan. "Sudah kuduga, dia akan memakai cara ini."

"Ada apa? Dia bilang apa?"

"Kau punya gaun?" Yena menggeleng bingung, tapi ia memang tidak membawa gaunnya ikut datang ke Korea. "Kalau begitu, kita ke butik sekarang."

"Untuk apa gaunnya? Aku tidak mengerti."

"Park Hyeon Su mengundang kita makan malam hari ini, dia bilang ingin lebih mengenalmu sebagai istriku. Ini adalah cara yang dia pilih untuk memulai gencatan senjatanya, i guess? Bersiaplah, karena setelah ini semuanya tidak akan terasa mudah, ia bersama istrinya adalah manipulator kelas wahid dari yang kutahu selama ini."

Yena mengangguk cepat, ia harus benar-benar terlihat siap di depan Baekhyun supaya lelaki itu tidak pernah meragukan keterlibatannya dalam rencana mereka. "Apa yang kemudian harus kulakukan?"

"Jangan terpancing."

"Jangan terpancing?"

Baekhyun mengangguk kemudian melanjutkan, "Ya, jangan terpancing. Sudah kubilang kalau mereka itu adalah manipulator kelas wahid, apapun yang mereka katakan nanti, jangan pernah terpancing."

***

Chapter 39

"Kenapa? Aneh ya?" Yena melangkah keluar dari walk in closet dengan ragu-ragu, dan Baekhyun sudah berada dihadapannya dengan pandangan yang terasa seperti menghakimi.

Namun tatapan lelaki itu jelas berbanding terbalik dengan pertanyaan yang kemudian terujar, "Umm, kalau kau bisa terlihat sebegini cantik hanya karena memakai selembar gaun, kenapa tidak memakainya setiap hari?"

Yena ingin meledek ucapan Baekhyun yang terasa seperti gombalan murahan tapi ia sudah terlanjur mati kutu karena wajahnya yang memerah. "Harganya lebih mahal daripada ponselku, bagaimana bisa aku tega mengenakannya setiap hari?"

"Kau punya suami kaya raya sepertiku. Lupa?"

"Tidak mungkin aku lupa jika kau mengingatkanku setiap waktu seperti itu."

"Well, i just want you to know that my wifey looks gorgeus tonight. Apa kita tidak usah jadi pergi saja menghadiri makan malam sialan itu? Aku lebih suka menikmati sendirian kecantikan yang kau pancarkan."

Siapapun, bantu Yena untuk membekap mulut Baekhyun atau perempuan itu akan mati lemas saat itu juga. Lelaki itu tidak berhenti menggombalinya, namun di sisi lain juga tidak terasa seperti gombalan karena Baekhyun mengatakannya dengan raut wajah luar biasa datar.

Lelaki itu terlihat tidak kalah sempurna dengan setelan navy suit yang ia kenakan, dan pakaian mereka terlihat begitu serasi malam ini. Baekhyun menautkan jari-jari mereka berdua dan membawa punggung tangan perempuan itu untuk ia kecup. "Setelah ini semuanya akan terasa semakin berat. Kau telah berjanji untuk terus hidup Na-ya."

Dan perempuan itu balas meraih jemari lelaki di hadapanya itu, mengecup jari-jari Baekhyun satu persatu, membuat hati pria itu terasa ngilu seketika.

"I promised Baek."

***

Denting dari sendok dan garpu yang terdengar nyaring, mungkin bisa menggambarkan betapa suasana di sana terasa mencekam bagi Yena. Hanya bagi Yena saja, karena bagi beberapa petinggi-petinggi dari perusahaan lain yang turut di undang kesana, tidak ada yang berbeda dari pesta makan malam seperti ini.

Ini hanya pesta makan malam antar petinggi-petinggi perusahaan biasa, tapi bagi si empunya acara, mungkin ini adalah salah salah satu bagian rencana untuk menghancurkan Baekhyun yang memutuskan berkhianat, ataupun Yena yang sekarang sedang berdiri menantang masalah hidupnya sendiri.

Ini pertama kali bagi dirinya, menghadiri makan malam yang sebegini mewah dan lebih parahnya lagi, semuanya harus dilalui dengan perasaan was-was akan apa yang selanjutnya akan terjadi. Beruntung, Baekhyun tetap duduk di sebelahnya, dan tanpa sepengetahuan orang-orang disana, lelaki itu sesekali menggenggam erat jemari perempuan itu dibalik meja, dan berbisik, "it's okay.. i'm with you.."

Namun bisikan itu tidak sepenuhnya bisa memberikan ketenangan, karena setelahnya seorang wanita paruh baya disana, yang Yena kenal sebagai isteri dari Park Hyeon Su, memberikan pengumuman untuk para wanita-wanita yang datang agar berkumpul dan menggelar acara minum teh bersama di aula sebelah.

"Kau harus ikut menemaniku minum teh bersama para nenek-nenek sihir itu! Aku tidak mau tahu!!"

"Andai saja aku bukan pria, aku juga mau ikut." Baekhyun sedang membawa Yena ke pojok aula terdekat, memberikan semacam pengertian untuk membuat istrinya itu merasa rileks. "Ini tidak akan lama, aku berjanji. Akan aneh jika aku ikut kesana, sedangkan aku juga harus tetap disini untuk mengawasi gerak-gerik Park Hyeon Su."

Tadinya Yena tidak setakut ini, tetapi semuanya berubah setelah Park Hyeon Su dengan isterinya, telah mengenalkan Yena kepada seluruh tamu undangan sebagai isteri baru Baekhyun, dan dirinya yang malang sudah harus merasakan tatapan-tatapan merendahkan dari orang-orang disekitarnya.

"Itu cara mereka untuk menjatuhkan mentalmu, sudah kubilang mereka memang manipulator kelas wahid."

Yena benci acara perkumpulan orang-orang kaya seperti ini, karena ia merasa terlalu tidak pantas untuk berada disana. Akan lebih baik bagi mereka untuk segera angkat kaki dari sini namun Baekhyun sudah lebih dahulu meraih kedua pipinya dan menatapnya dalam-dalam.

"Tidak ada hal buruk yang akan terjadi, karena aku akan langsung berada disana kalau kau merasa tidak nyaman just call me, okay?"

Yena mengangguk walaupun enggan, dan Baekhyun melepaskannya pergi dengan senyuman menenangkan milik lelaki itu.

Perempuan itu digiring masuk oleh perempuan-perempuan paruh baya lainnya yang terlihat sok perhatian, dan dirinya merasa seperti domba kecil malang yang dipaksa bergabung kedalam perkumpulan segerombolan serigala yang siap untuk menerkam dan menjatuhkannya kapanpun. Itu hanya ruangan disebelah aula utama memang, tetapi pintu besar yang membatasi kedua ruangan ditutup rapat-rapat, agar para wanita-wanita disana bisa memiliki pesta teh yang lebih menenangkan.

Katanya pesta minum teh? Dimana teh nya? Yena malah lebih banyak melihat alkohol, seperti wine merah dan putih ketimbang cangkir-cangkir teh. Yena ingin sekali merogoh ponselnya dan segera mengirim pesan kepada Baekhyun tentang dirinya yang merasa seperti dikucilkan oleh para wanita-wanita kelas atas disini, kalau saja seseorang luar biasa anggun dan cantik tidak langsung menghampirinya dengan senyum yang kelewat manis.

"Kurasa hanya kita berdua yang terlihat seumuran disini, boleh aku bergabung bersamamu?" Yena agaknya menjadi terkejut karena perempuan itu buru-buru menyodorkan tangannya, "Ruby Kim."

"Ahn Ye--"

"Namamu Ahn Yena, aku tahu." Seseorang yang bernama Ruby Kim ini kelewat ramah, Yena bahkan tidak sadar tengah mengerutkan keningnya. "Selamat atas pernikahanmu dengan Byun Baekhyun."

"Ah, Ya. Terimakasih."

Ahn Yena kembali asik dengan fikirannya. Sebenarnya ia tidak ingin melakukan perbuatan tercela ini, tetapi isi kepalanya malah sibuk menilai dan mengagumi kecantikan yang dipancarkan oleh seorang Ruby Kim.

"Kalian sudah saling mengenal rupanya?"

Suara itu berasal dari seseorang yang terlihat datang dari kejauhan, dan Yena mau tidak mau harus memasang senyum palsu. "Baru saja." Balasnya dengan senyuman, namun sepertinya istri dari Park Hyeon Su yang bernama Ra Miran ini tidak berniat sedikitpun menatap Yena, karena perempuan itu hanya tersenyum ramah pada si cantik Ruby Kim yang berdiri di tengah-tengah mereka.

Yena akui perempuan paruh baya ini terlihat terlalu cantik untuk usianya yang sepertinya sudah menginjak awal lima puluh tahun, tapi untuk apa sebuah wajah yang cantik dan awet muda kalau disertai pula dengan hati yang menyimpan dengki.

"Ku dengar kau telah menyelesaikan kuliahmu di Harvard setahun yang lalu Ruby-ssi? Dan menjadi Jaksa di Pengadilan Negeri Seoul sekarang?"

"Ah, ya, aku memang baru saja menyelesaikan magangku dan menjadi Jaksa Junior di Pengadilan Negeri Seoul."

Mereka berbincang-bincang berdua saja dan Yena tau ini mungkin adalah akal-akalan si busuk Ra Miran untuk tidak menganggapnya ada diantara mereka. Ia tidak akan terpancing, karena ia merasa tidak perduli dengan obrolan tidak penting macam itu dan akan segera beranjak menjauh dari mereka.

Tapi pertanyaan Ra Miran yang selanjutnya di tanyakan kepadanya, cukup untuk membuatnya kehilangan timing yang pas untuk beranjak pergi.

"Bagaimana denganmu Ahn Yena- ssi Dari Universitas mana kau lulus? Aku belum sempat bertanya kepada Baekhyun."

"Ah-- ak--"

"Universitas Seoul? Atau Universitas Jeju seperti Baekhyun dan Jieun?"

"Ah, saya izin pamit ke toilet sebentar." Ucap Ruby Kim seperti sengaja ingin meninggalkan Yena hanya berdua saja dengan si busuk Ra Miran. Yena jadi berfikir kalo Ruby Kim itu benar-benar palsu, sama seperti orang-orang lain disini.

Si Ruby Kim itu Pergi, meninggalkan Yena yang merasa dirinya cukup sial untuk hanya bicara berdua dengan perempuan dihadapannya. "Aku tidak kuliah, hanya lulusan SMA. Sesuatu terjadi saat aku baru lulus SMA, membuat aku koma dirumah sakit dan itu terjadi begitu saja sampai aku memutuskan untuk tidak kul--"

"Oh maksudmu, saat kau berselingkuh dengan Baekhyun dulu?"

"Ap-- apa maksud anda?"

"Aku mengetahui segalanya Yena-ssi segalanya yang kalian sembunyikan dariku. Termasuk perselingkuhan kalian dibelakang puteriku, Park Jieun." Segelas wine yang sedari tadi hanya menjadi pajangan di genggamannya, akhirnya diteguk juga oleh perempuan paru baya itu. "Ruby Kim tadi cantik bukan? Ia cerdas juga pintar dan lebih cocok bersanding bersama Baekhyun. Aku sempat berniat menjodohkan mereka setelah kematian puteriku dulu."

Yena agaknya heran, mengapa begitu mudah bagi seorang Ibu untuk mengungkit-ngungkit kematian anaknya sendiri? Walaupun Jieun adlaah anak angkat sekalipun?

"Kau mau tahu rahasia?"

Tiba-tiba Yena jadi ingat perkataan Baekhyun soal Park Hyeon Su dan Ra Miran yang pandai memanipulasi. Untuk itu ia cepat-cepat mengatakan, "tidak, terimakasih."

Ia hendak berbalik untuk beranjak pergi, tapi Baekhyun benar soal Ra Miran yang pandai memanipulasi karena setelahnya, apa yang dikatakan perempuan itu memang sungguh bisa membuat langkahnya terhenti dan tangannya mengepal erat sampai buku-buku jarinya memutih.

"Keluargamu yang miskin itu, ah maaf jika menyinggungmu, tapi kalian memang miskin and that's a fact. Maksudku begini, kau yakin kalau menantu kesayanganku itu akan selalu berada disisimu?"

"Apa yang sedang kau coba untuk bicarakan?"

"Tentu saja Baekhyun akan berbalik membencimu saat dia mengetahui suatu fakta yang masih terkubur dalam-dalam mengenai kematian Ayahnya." Perempuan itu meneguk wine nya lagi, wajahnya kelewat santai untuk mengatakan hal yang sejujurnya membuat Yena hampir jantungan.

"Bagaimana menurutmu Ahn Yena-ssi?? Apa kira-kira segenap keluargamu yang sudah meninggal itu masih bisa membuat Baekhyun mengasihanimu selamanya?"

***

Baekhyun amat mengetahui situasi macam ini dan ia diam-diam sudah merencanakan beberapa obrolan dengan orang-orang penting yang kemudian berujung kepada mengatakan niatnya terkait pemutusan kerjasama antara perusahaan Byun Corporation milik keluarganya, dan perusahaan Park Company milik Park Hyeonsu.

Alasannya tidak lain dan tidak bukan karena Baekhyun tidak merasakan apapun yang menguntungkan dalam perjanjian kerjasama ini terhadap perusahaan milik keluarganya sendiri. Alasannya yang kedua, ia juga merasa selama ini menjadi seperti sapi yang sudah di peras untuk dimanfaatkan kecerdasannya mengelola perusahaan keluarga Park.

Beberapa orang-orang penting yang sekarang sedang berada di lingkaran obrolannya mungkin sedang terpukau dengan kehebatan Baekhyun dalam berbicara, terlebih lelaki Byun itu adalah yang termuda diantara mereka semua.

Langkahnya membawanya melipir sejenak menjauh dari beberapa kerumunan, untuk masuk kedalam kerumunan lain dan membicarakan hal yang sama. Ini adalah salah satu taktik Baekhyun untuk membesar-besarkan perusahaannya sendiri, supaya ketika langkahnya untuk memutuskan kerjasama dengan Park Company nanti sukses terlaksanakan, tidak akan ada yang bermasalah dari investasi orang-orang yang sudah sangat mengetahui kehebatan dan kehandalan seorang Byun Baekhyun dalam memimpin perusahaan.

"Kau terlihat sedang sibuk sekali Byun Baekhyun."

Baekhyun berbalik dan mendapati bahwa musuhnya sendiri yang mengajaknya berbicara.

"Tidak terlalu, Park Hyeon Su...nim?" Tadinya Baekhyun ingin memanggilnya Ayah, namun mengingat apa yang sudah lelaki ini lakukan kepada Ibunya dan juga keluarga Ahn Yena, Baekhyun tidak sudi memanggilnya seperti itu. "Apa ada yang ingin anda bicarakan dengan saya?"

"Cukup banyak."

"Salah satunya?"

"Rupanya kau masih begitu ambisius, tidak seperti seseorang yang kukenal sebagai puteraku sendiri, yang tidak bisa diharapkan sama sekali." Lelaki itu sedikit tertawa sebelum melanjutkan obrolannya, "isteriku sedang melakukan tugasnya di aula sebelah, jadi kufikir aku tidak perlu berkerja terlalu banyak soal dirimu disini. Kau punya pertahanan emosi yang baik, dan tidak mudah dimanipulasi."

"Apa maksudmu?"

Ponsel Baekhyun bergetar dan ia cepat-cepat mengangkatnya setelah melihat sosok penelfon disana, "ada apa Ruby-ssi?"

"Baekhyun-ssi! Datanglah ke aula sebelah dan kuharap kau cepat! Ahn Yena terlihat tidak bisa menahan emosinya, aku takut--" suara Ruby Kim kemudian teredam oleh beberapa suara pekikan dari seberang telepon, cukup untuk membuat Baekhyun panik sendiri. "--Pokoknya, cepat kemari!"

Dan Baekhyun seketika menjadi tahu akan maksud dari perkataan pria paruh baya ini sebelumnya. Tidak salah lagi, Park Hyeon Su sudah mengetahui tentang isterinya yang telah berencana melakukan apapun itu, yang membuat Yena menjadi tertekan di aula sebelah.

Baekhyun menghela nafasnya keras-keras dan beranjak pergi kesana. Langkah kakinya terasa semakin berat kala matanya sudah bisa melihat dari kejauhan isterinya itu berdiri disana, tentu saja bersama Ra Miran dan kepalanya yang kini terlihat agak basah. Sepertinya Baekhyun melewatkan Yena yang baru saja menyiram segelas wine kepada perempuan itu.

"Jangan pernah mengolok-olok keluargaku, Ra Miran-nim. Keluargaku miskin, tapi mereka tahu caranya memanusiakan manusia. Tidak seperti seseorang kaya raya yang kukenal, yang memanfaatkan menantunya sendiri seperti sapi perah untuk meneruskan perusahaan. Oh tidak hanya menantunya saja, tetapi juga puterinya sendi--"

Suara tamparan keras dipipinya, cukup untuk membuat Yena terkejut dan berhenti melanjutkan kata-katanya. Dan dari kejauhan Baekhyun cukup menyesal karena tidak punya waktu yang cukup untuk segera berlari dan mencegah tamparan itu terjadi. Tapi segera setelah ia sampai disisi isterinya itu, ia tidak bisa untuk tidak langsung meraih bahu Yena untuk ia rangkul, dan mengelusnya pelan untuk meredakan emosinya.

Semua orang kini tengah berbisik-bisik membicarakan apa yang terjadi. Baekhyun tau akan apa yang selanjutnya dapat terjadi jika mereka terus disini dan membiarkan si manipulator kelas wahid terus berbicara. Maka ia sedikit menarik bahu Yena untuk berjalan bersamanya.

Agaknya Yena mengerti dengan isyarat yang diberikan oleh Baekhyun, ia mengangguk pelan dan mengikuti langkah Baekhyun menjauh dari sana. Mereka baru mengambil beberapa langkah saja saat suara Ra Miran kembali terdengar memecah keheningan satu aula, "seorang peselingkuh dan perempuan penggoda. Ah, puteri kesayanganku pasti banyak menderita selama hidupnya karena kalian berdua!"

To Be Continued…

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya HURTFUL Paket 4 (Chapter 40-42)
6
0
Chapter 40 Apa yang terjadi jika semua luka yang sudah lama dikubur dalam-dalam, disembuhkan dengan berbagai cara sampai akhirnya waktu ikut berkerja untuk setidaknya menyamarkan bekasnya, harus terkuak lagi ke permukaan?
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan