
Chapter 8: Obrolan Berat
Menangis seharusnya tidak dilakukan seorang laki-laki. Apalagi hanya karena masalah sepele. Itu sekarang dilakukan Light Yagami. Pemuda bersurai karamel masih menangis di kamar mandi. Meringkuk di bathtube di bawah pancuran shower.
Masih membekas jelas di kedua pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan sudut bibirnya. Bekas memar merah yang kontras dengan kulitnya. Bekas ikatan tali hitam yang pacarnya lakukan. Light tidak menyangka telah diperkosa oleh pacarnya sendiri, Misa Amane.
“Okaa-san ... aku ... ingin ... pulang ....”
Sementara di dalam kamar bernuansa dark gotic, tersangka Misa Amane masih tidur di atas ranjang yang berantakan. Ada banyak cairan pasca seks yang menyebar di atas sprei pink. Misa telanjang, di sampingnya terdapat empat tali hitam yang beberapa jam lalu dia pakai untuk mengikat kaki, tangan, dan mulut sang kekasih.
Misa meraba-raba samping kanannya, lalu mengumpat pelan dan membuka mata. Dia mendesah, “Di mana Light?”
Suara air yang menyala terdengar dari arah kamar mandinya. Misa menguap meregangkan tubuh. Dia bangkit dari ranjang menuju gantungan pakaian memakai jubah tidur berwarna hitam. Kemudian, dia berjalan ke arah kamar mandi.
“Light! Aku tahu kau ada di dalam! Keluarlah! Kita perlu bicara!” Misa mengetuk keras pintu kamar mandi.
Light di dalam sana tersentak panik ketakutan. Dia semakin meringkuk, menutupi kedua telinga rapat. Tubuhnya menggigil gemetar, air mata jatuh lagi. Bibir pink coral terus bergumam memanggil ibunya.
“Light! Aku ... aku minta maaf tentang tadi! Tolong buka pintunya! Please~” Misa memohon dengan nada penyesalan. Ya ... dia benar-benar kehilangan kendali tadi karena cemburu pada Ryuzaki.
“Misa, kali ini kau sungguh keterlaluan. Kau tahu? Di dalam sana, Light meringkuk dan menangis seperti terkena trauma,” ujar Rem, shinigami Misa.
Misa merengek, “Rem~ aku tahu aku salah. Tapi ... wanita mana yang tidak cemburu melihat kekasihnya memegang pria lain, berbisik-bisik mesra, dan berpelukan di ruang UKS sambil suap-suapan. Yang terakhir mereka saling merangkul di depan gerbang! Untung aku punya mata-mata kepercayaan di kelas untuk mengawasi Light jika aku tidak masuk sekolah!”
“Oke, oke, aku mengerti perasaanmu. Sekarang, kita perlu mengeluarkan Light dari dalam kamar mandi. Dia bisa mati kedinginan di sana,” sahut Rem.
“Hmm ... kalau begitu ... Rem! Tolong masuk ke dalam dan buka kuncinya! Light pasti tidak akan melihatmu karena aku belum menyentuhkan catatanku padanya,” suruh Misa dengan suka cita.
Rem mengangguk patuh. Misa bagaimanapun adalah manusia yang dia cintai. Dia rela disuruh apa pun olehnya, bahkan membunuh dirinya sendiri jika perlu.
Light menjerit histeris kala Misa melesat memeluknya. Gadis pirang juga mematikan shower, lalu memaksa sang kekasih keluar dari bathtube.
“Menjauh dariku! Kau menyeramkan! Aku benci kamu, Misa Amane!” teriak Light mencoba mendorong kekasihnya.
“Tidak, Light! Maafkan aku, tolong! Aku salah! Tapi aku melakukannya karena aku mencintaimu!” seru Misa.
“Cinta itu bukan seperti ini, Misa! Kau ... memaksaku berhubungan intim dan menyakitiku!” Light akhirnya berhasil mendorong Misa hingga terjatuh di lantai. Dia tak melihat ada sosok astral yang menggeram marah di samping Misa.
Bukan Misa namanya jika tidak bisa meluluhkan hati setiap pria. Jadi, dia menundukkan wajah, memulai aktingnya. Dia menangis tersedu terus mengucapkan kata maaf di depan Light. Membuat hati lembut Light luluh.
“Misa ..., maaf ... aku tak bermaksud membentakmu. Ayo bangun.” Light mengulurkan tangan ke bawah dengan tatapan iba.
Misa mendongak, menyewa pipi yang basah dengan jemari tangan. Dia tersenyum ceria lagi, menggenggam tangan Light dan berdiri kembali. Tanpa aba-aba, dia menarik Light ke dalam pelukan. Light bergerak canggung membalas pelukan itu.
“Oiya, Light! Ayo kita bicara setelah aku mandi!”
“Oke.”
***
Light tidak bisa tidur sehabis dari rumah Misa. Obrolan berat yang mereka lakukan masih membekas di ingatan. Tentang Death Note dan Ringo.
Misa mengatakan, dia adalah kaki tangan Ringo, pembunuh berantai yang akan beraksi tiap malam Halloween. Dia juga menjelaskan bahwa Ringo tidak hanya beraksi di sekolah mereka, tetapi juga sekolah menengah pertama, kampus, dan di area festival Halloween di beberapa kota.
Adapun Death Note, buku terkutuk yang dahulu sempat dimiliki Light kini berada di tangan Ringo. Sedang Death Note yang dimiliki Misa itu dari shinigami lain bernama Rem. Light sangat syok mengetahui Misa punya mata shinigami tanpa menjalin kontrak dengan Rem.
Rem, shinigami Misa kini bisa Light lihat setelah Misa menyuruhnya menyentuh buku itu. Shinigami wanita bercerita mata shinigami Misa adalah hadiah dari temannya bernama Gelus. Gelus mati karena menolong Misa. Death Note milik Misa juga merupakan pemberian dari Gelus.
Dari semua itu, yang membuat Light terkejut adalah identitas detektif L. Misa mengatakan ... dia tahu siapa detektif L. Orang itu bersekolah di sekolah yang sama dengan mereka berdua. Namun sampai sekarang, Misa belum menemukan orang itu. Dia merasa sedih dan gagal menyenangkan sang Ringo.
Masih terngiang di telinga Light tentang permintaan Misa kala itu.
“Light, tolong ambil Death Note milik Rem! Aku ingin kau yang menuliskan nama asli detektif L! Aku ingin kau menunjukkan pada Ringo-sama bahwa kau lebih hebat darinya!”
Yang bisa dilakukan Light saat itu hanya mengangguk lemah, kemudian dia memberikan senyum palsu dan langsung pulang ke rumah. Membawa buku terkutuk untuk kedua kalinya ke dalam rumah.
“Sial! Seharusnya aku tidak menjadi bocah penasaran dan mengambil buku itu dari halaman belakang sekolah waktu itu! Dan ... sepertinya ini karma untukku karena ... membunuh seseorang.”
***
Di tempat lain, seorang pria sedang menggenggam ponsel di tangan kanan. Dengungan memuakan masih terdengar di telinga pertanda panggilannya belum juga dijawab. Menit ke-10, suara wanita yang terdengar manja menyahut dari seberang telepon.
[ Ya! Ringo-sama! Maafkan Misa karena Misa ketiduran dan-- ]
“Misa, aku punya kabar bagus untukmu.”
[ Oh, ya?! Apa itu?! Aku pun juga punya kabar baik untuk Ringo-sama! Pacarku akhirnya mau mengikuti jejakku untuk menjadi kaki tanganmu! ]
Pria itu mengernyit. “Maksudmu ... dia mendapatkan Death Note? Milik ... Rem?”
Terdengar sorakan memekakan telinga sehingga pria itu harus menjauhkan speaker ponselnya. [ Ya! Ringo-sama sangat pintar! Tapi tetap saja pacarku yang paling pintar dan sempurna! ]
“Hyuk! Hyuk! Apa itu telepon dari Misa-Misa, Tuan?” Shinigami gotic muncul dari tembok. Mata merah darah menyala terang di dalam kegelapan ruangan.
Pria itu mendengkus melirik shinigaminya. “Bisakah kau diam dulu, Ryuk? Kau bisa makan beberapa apel di meja sana.”
Ryuk mencibir, lalu terbang rendah menuju apel tercintanya.
Pria yang dikenal sebagai Ringo kembali melanjutkan percakapan dengan Misa. “Siapa pacarmu itu? Aku ingin mengenalnya lebih lanjut untuk memastikan kesetiaannya.”
Hening sebentar, lalu akhirnya Misa berbicara. Nada ceria berubah menjadi dingin.
[ Kau tidak perlu tahu siapa pacarku, Ringo-sama. Aku sedang bertaruh padanya. Dan ... kau tidak bisa macam-macam dengan kami atau kau berurusan dengan shinigamiku. ]
Panggilan diputus oleh Misa. Meninggalkan pria itu dengan kemarahan. Dia menggebrak meja, kesal karena apa yang dikatakan Misa itu benar. Kaki tangannya tidak akan bisa dia bunuh karena memiliki shinigami yang memihaknya. Dia kini berharap Ryuk melakukan hal sama padanya, tetapi itu sangat tidak mungkin. Ryuk hanya menyukai hiburan, tidak menyukai si pemberi hiburan itu sendiri.
Sang Ringo menyeringai. Walaupun kaki tangannya membelot, setidaknya dia masih bisa bekerja sendiri. Semua karena dia sudah mendapatkan nama dari salah satu siswa yang dia duga sebagai detektif L.
“Liana Kawasaki, Leon Ferrald, dan sekarang ... L Lawliet. Aku yakin di antara tiga orang itu adalah detektif L. Aku hanya perlu menyelidiki satu per satu.”
***
Watari berulang kali menatap cemas ke arah L. Dia tiba-tiba merasakan firasat buruk untuk anak asuhnya.
L sendiri melihat kecemasan pengasuhnya. Namun, dia kembali fokus melihat rekaman CCTV di rumah dua guru di sekolahnya. Dua hari lalu, dia menyuruh Mogi dan Ide memasangnya di sana. Hari ini, L menonton lagi aktivitas keduanya untuk terakhir kali sebelum menyatakan mereka bebas dari status terduga Ringo.
“Selamat malam, Ryuzaki,” ucap Soichiro tersenyum lembut padanya.
Ryuzaki alias L balas tersenyum pada calon mertua. “Selamat malam juga, Yagami-san. Ah! Salam juga untuk Light—maksudku, keluargamu.”
Menghilangkan tatapan curiga, Soichiro mengangguk seraya tersenyum kecil. Dia pergi meninggalkan kondominium menyusul anggota satgas lain.
“Ryuzaki, aku punya firasat buruk tentangmu.” Watari maju ke hadapan Ryuzaki dengan wajah cemas.
Pria bungkuk membalas dengan senyuman lembut seraya menepuk bahu si pria tua. “Jangan khawatirkan aku, Watari. Aku tahu resikonya. Aku sudah siap mati kapan saja. Kau tidak akan kehilangan pekerjaanmu. Kau masih bisa mengurus mereka bertiga. Mereka ... memiliki setengah DNA-ku.”
•Tbc•
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
