Ama Sakit

1
0
Deskripsi

Ama Sakit.
















 

Hari berganti. Haechan menjalani aktivitasnya dengan baik. Dia menjalani dua dunia dengan cukup merepotkan. Apalagi hubungannya dengan Mark ternyata berkembang cukup pesat. Haechan jadi terbiasa dengan Mark yang selalu memberi kabar. Dia sungguhan ketika bilang bahwa Mark akan berusaha menjadi suami yang baik selama Haechan memberikan timbal balik yang baik juga. Jadi Haechan berusaha menjadi istri yang baik juga.

Setiap pagi sebelum Mark berangkat kerja, Haechan akan bikinin dia teh atau kopi. Mark ga terlalu suka sarapan, jadi Haechan cuma perlu siapin cemilan ringan. Haechan sebisa mungkin ngatur supaya dia ga perlu pergi kerja malem. Soalnya Mark kan ada di rumah kalau malem. Kecuali kalau dia lagi nginep di rumah Shilla. Sejauh ini, Haechan ga pernah ketauan. Mang Hasan juga bisa diandalkan untuk membohongi Mark soal kegiatan sehari-harinya.

Kalau ga ada kerjaan, Haechan akan berusaha mencoba resep baru. Dia mengasah kemampuan memasaknya supaya lebih bagus. Soalnya Haechan sendiri juga puas banget ketika dia masak dan rasanya enak. Kadang hasilnya akan dikirim ke Mark sama Mang Hasan. Atau juga dikirim ke maminya Mark. Kadang dikirim ke ayah. Mang Hasan selalu jadi kurir yang baik.

Maminya Mark lebih sering mampir ke rumah karena pekerjaannya lebih sedikit. Dia bisa datang seminggu sekali. Meskipun dia semakin sibuk saja setiap harinya. Ayah jarang banget mampir ke rumah. Seringnya Haechan yang datangi rumahnya. Dia disibukkan dengan persiapan kenaikan kelas siswa-siswanya. Haechan cuma bisa kasih semangat dengan masakannya dan sedikit jatah belanja dari gaji yang Haechan dapet. Lumayan loh gajinya sebagai pelatih.

Mark agak lebih sering nginep di rumah Shilla. Katanya mamanya Shilla sekarang sering tiba-tiba drop. Jadi Mark akan selalu jagain Shilla selama maminya sakit. Haechan sempet nanya sama Mark soal siapa yang ngurusin mamanya Shilla kalau lagi sakit begitu. Mark kan cuma jagain anaknya aja. Nggak sama mamanya juga. Mark bilang Mamanya Shilla dijagain Sama temennya atau pengasuhnya Shilla sementara Mark jagain Shilla. Jadi Haechan nggak nanya lagi. Biarin aja Mark ngejagain anaknya sendiri. Kan dia sendiri juga yang bilang kalau dia ga akan ngerepotin Haechan.

Haechan berusaha bodo amat soal Shilla.

Debut Hyunjin akhirnya beneran datang. Kondisinya membaik lebih cepat. Mungkin karena orangnya emang pecicilan juga. Ga mau diem. Jadi penyembuhannya lebih cepat. Dia bahkan sangat enerjik dan lincah waktu debutnya bersama Herous. Haechan hadir dalam debut premier nya mendampingi Mark. Dia ngedelik ketika ngeliat Hyunjin melempar flying kiss genit ke arah Mark. Hyunjin juga menari dengan sangat lincah demi menghibur penonton. Dia langsung dapat sekelompok besar fans yang bersorak menyebut namanya.

Haerous beranggota tujuh orang. Posisi Hyunjin dalah visual. Haechan masih mikirin darimana posisi itu dia dapatkan. Tapi mengingat kalau Hyunjin bisa mendapatkan sekelompok besar penggemar cuma karena dia senyum dengan manis, kayaknya itu bukan isapan jempol doang. Jeno, Felix, Yangyang dan Haruto berperan sebagai rapper. Seungmin sebagai vokal utama dan terakhir adalah Junkyu sebagai leader. Haechan juga masih ga paham kenapa mereka menjadikan bocah polos nan lucu seperti Junkyu sebagai leader. Tapi Mark bilang dia justru ditakuti sama anggota yang lain.

Kombinasi grup ini agak aneh dengan empat rapper dan tiga vokal. Ada satu cacing kepanasan yang Haechan tau akan melompat sana-sini setiap lihat cowok ganteng. Dan yang lain Haechan nggak yakin. Yangyang, Felix dan Junkyu keliatan kalem dan tenang. Jeno terlalu sering senyum tapi dia agak dingin. Haruto justru jarang senyum dan judes banget. Kombinasinya menurut Haechan agak kurang bagus. Tapi Mark bilang mereka adalah grup yang kompak.

Baru ketika Haechan temui mereka dibelakang panggung, Haechan akhirnya tau kalau penampilan mereka di panggung sebelumnya adalah rekayasa. Mereka dalam mode tegang karena pertama kali debut. Jadi sifat aslinya keluar. Dibelakang panggung, Haechan akhirnya melihat bahwa kombinasi Haruto, Hyunjin dan Yangyang ternyata adalah kombinasi paling merepotkan. Jeno beneran kalem dan sering senyum. Tapi dia ga dingin sama sekali. Cuma terlalu pemaaf aja. Jeno dan Felix adalah orang yang paling menggemaskan dalam grup mereka. Kombinasi mereka berdua akan bikin orang meleleh karena gemes banget. Lalu Junkyu, Haechan akhirnya melihat mode galaknya ketika memarahi Yangyang yang lagi ngejailin Jeno. Yang paling tenang barangkali Seungmin. Dia cuma akan mandangin temen-temennya disebelah Junkyu. Sesekali ngomel kalau dia kesenggol Hyunjin atau Haruto. Dibanding yang lain, nampaknya dia adalah yang paling dewasa. Sebelum Haechan ngeliat dia rebutan squishy sama Jeno.

Haechan ngehela nafas. "Kamu yakin ini grup bakal sukses? Emang kamu bisa ngurusin mereka?"

"Yang ngurusin manajernya lah." Mark berucap ga peduli. "Saya cuma bagian promosi dan kembangkan talenta mereka."

Haechan mandangin grup itu lagi. Dia ngeringis. "Manajernya nggak repot itu ngurusin mereka begitu?"

"Masing-masing satu manajer jalan dan dua manajer utama. Saya rasa mereka harusnya bisa." Mark ngangguk yakin. Jadi Haechan juga ngangguk. Lagian dia juga ga ngerti kerjaan Mark tuh kayak gimana.

Hubungan Haechan dan Yeji masih belum ada perkembangan. Bahkan Yeji seolah menghilang dari hidup Haechan. Semua pesan Haechan ga dibalas. Telepon juga ga diangkat. Haechan cuma bisa pasrah ngikutin maunya Yeji. Mungkin Yeji sudah beneran lelah nungguin Haechan yang nggak kunjung datang kasih kepastian soal mereka. Haechan masih belum berani ambil tindakan. Pada akhirnya, sikap pengecut Haechan tetap pemenangnya.

Lain dengan hubungan Haechan dengan Yeji, hubungan Haechan dengan Mark justru berkembang baik. Haechan kadang akan dampingi Mark di beberapa kegiatan offline. Soalnya kalau kegiatan yang bersifat publik tuh Haechan suka males. Gerah. Nanti wignya copot kan repot. Orang-orang juga jadi suka merhatiin penampilan Haechan. Segala merek baju dan sepatu jadi perbincangan. Pantesan Mark banyak ngebeliin baju-baju bermerek. Bahkan Mark kadang komentari tas atau sepatu yang Haechan pakai sebelum mereka pergi. Katanya ga bagus. Haechan disuruh ganti. Bisa sampe tiga kali ganti cuma karena tasnya Mark bilang nggak bagus.

Untungnya Mark ga terlalu perhatiin gaya pakaian Haechan. Dia ga pernah komentari gaya pakaian Haechan yang terbilang kayak cowok. Sejatinya kan Haechan tuh emang cowok. Kadang sih dia pake rok atau ngehias rambutnya. Haechan ngoleksi beberapa wig dengan berbagai gaya rambut di rumah. Jadi dia ga perlu ke salon untuk menghias rambutnya.

Haechan rasa dia sudah menjalankan perannya sebagai cewek dengan sangat baik. Terlalu baik sampe Haechan bahkan terbiasa pake tas tangan dan sepatu tinggi. Dia jadi diledekin Ryujin dan Karina ketika mereka ketemu dan Haechan pake tas tangan branded yang dibeliin sama Mark. Tentu saja mereka juga naksir sama tas Haechan.

Belum ada perkembangan soal Yeri. Postingan Hongseok di akun sosial medianya sedikit lebih liar dari sebelumnya. Kadang dia pasang foto badannya sendiri. Kadang dia foto tempat yang dia kunjungi. Kadang dia pasang foto cewek seksi yang nggak ada mukanya. Haechan ga tau apakah cewek seksi itu Yeri atau bukan. Dia ga bisa tau. Ryujin nyuruh Haechan untuk coba ngechat Hongseok lewat akun sosmednya. Tapi Haechan ga yakin orang itu bakal jawab. Kalau dia memang niat bawa Yeri kabur, dia ga akan tempatkan Yeri diposisi yang mudah ditemukan. Kalaupun memang dia yang bawa, sudah pasti ga akan ngaku kalau ditanya.

Haechan ga tau apa yang ayah lakukan. Tapi ayah kelihatan semakin kurus. Garis usianya semakin terlihat. Haechan sedikit khawatir kalau dia sakit.








 

"Okay. Good! Cukup untuk hari ini. Ningning kamu mulai bagus. Eve, belajar lagi. Coba belajar bareng Karina, atau bareng Kara. Minta saran dari mereka. Yang lain, jangan pelit ngajarin. Bantu temen kalian kalau belum bisa. Jangan egois."

Gaya bicara Haechan sedikit-sedikit mulai mengikuti Mark juga. Karena keseringan ngobrol dua bahasa sama Mark. Haechan yang semula ga lancar bahasa inggris jadi terbiasa. Kalo ngomong pake bahasa inggris beneran sih masih nggak mau. Tapi dia mulai ngerti apa yang Mark ucapin setiap suaminya ngomong pake bahasa inggris.

Tim trainee yang Haechan latih bubar setelah Haechan bilang latihan selesai. Hari ini Haechan melatih trainee perempuan. Belum ada rencana debut untuk mereka karena Agensi baru saja mendebutkan boygroup. Tapi mereka akan melakukan penilaian bulanan Minggu depan. Jadi sekarang lumayan sibuk mempersiapkan.

Haechan dan Karina jadi orang terakhir yang keluar dari ruang latihan. Haechan latihan pakai ruangan yang disebelah ruang Taemin. Jadi ketika mereka keluar, mereka ngelewatin ruangannya Taemin.

Haechan lagi ngecek hape Yeri untuk ngeliat kabar dari Mark ketika tangannya ditarik Karina. Haechan kaget dan hampir marahin Karina karena hapenya Yeri jatoh. Tapi Karina cuma nyuruh Haechan diem sambil bawa Haechan ke pintu ruang Taemin.

"Apa?" Haechan jadi ikut ngintip. Pintu ruang Taemin itu gelap. Tapi pintunya kebuka. Karina ngeliat apa?

"Itu Si emak, kan?"

Haechan jadi ikut ngelongok ke dalem. Didalam memang gelap, tapi ga berarti gelap total yang sampe ga bisa liat apa-apa. Haechan masih bisa ngeliat ada orang di dalem. Lagi pelukan. Kalau dari perawakan mereka, kayaknya itu beneran Ryujin.

Haechan melongo. "Kok?!"

"Sama siapa itu?" Karina juga sama melongonya kayak Haechan. Mereka ngintip terang-terangan di pintu.

Haechan memicingkan matanya berusaha mendapatkan gambaran lebih dari orang yang lagi dipeluk Ryujin. Ryujin peluknya di sofa dan orang itu sungkem di depan Ryujin. Kepalanya ga keliatan karena dipeluk Ryujin. Tapi kemudian Ryujin ngelepasin pelukannya. Megangin kedua pipi orang di depannya, lalu dia ngomong. Kayaknya bisik-bisik. Soalnya ga kedengeran.

"Jaemin?"

"Siapa?" Karina ga kenal orang yang dipeluk Ryujin. Tapi dia akhirnya berhenti ngintip. Haechan juga. Keduanya linglung di depan pintu.

"Lu kenal, Ca?"

Haechan ngangguk. Dia ngajak Karina lanjut jalan. Ngebiarin Ryujin tuntaskan masalahnya sama Jaemin. "Temen dancer. Dia jadi dancer juga waktu comebacknya Taeyong kemaren."

"Pacarnya Ryu?"

"Ryujin ga demen cowok, Rin." Haechan tentu ingat betul kalau Ryujin pacaran sama temen kosannya Yeji. Kalo ga salah namanya Lia.

"Terus itu? Mereka pelukan, Ca!"

Haechan juga ga tau. Ryujin selalu menegaskan kalau dia sudah ga suka laki-laki. Trauma sama bapaknya yang abusive. Selain Haechan, Hyunjin dan adik-adiknya, Ryujin membenci semua cowok. Malah kadang ada kalanya dia jadi galak juga sama Haechan atau Hyunjin. Tapi kenapa dia bisa pelukan sama Jaemin? Mereka ada hubungan apa? Ada rahasia apa?

"Ada sesuatu kali. Maybe?" Haechan sendiri nggak yakin. Tapi dia yakin Ryujin ga akan bertingkah curang dengan berhubungan sama orang lain disaat dia punya pacar.

"Lu ngomongnya jadi kayak bos Mark."

Haechan ngedelik. "Kan suami gue..."

"Jadi sekarang sudah mengakui suami ya, Bu? Enak dong ya jadi nyonya bos. Barangnya aja branded semua..."

"Iya." Haechan berucap jumawa sambil mengibas rambut pendeknya. "Iri kan Lu..."

Mereka terkikik bersama setelahnya. Sampe ga sadar kalau mereka disamperin sama cowok ganteng di depan.

"Udah latihannya?"

Haechan kaget. Tapi Karina nampaknya enggak. Dia malah ngangguk. "Udah. Ini udah mau pulang."

Haechan ngedelik. Dia tentu kenal cowok ganteng yang nyamperin mereka ini. Cuma kok, Karina bisa kenal sama dia?

"Ca, ini Jeno. Dia tuh yang debut bareng Hyunjin kemaren loh. Gue juga kenalnya dikenalin sama Hyunjin."

Haechan ngedelik ke temennya. Dia merasa familiar sama nama Jeno ini. Kayaknya sering disebut entah sama siapa. Tapi Haechan ga yakin.

"Hai," Jeno berucap pelan sambil ngeliatin Haechan. Haechan ga terlalu merhatiin dia. Cuma tangannya aja gerak mencubit pinggang Karina sampe orangnya melotot dan ngegeplak Haechan.

"Lu dijemput sopir, kan? Gue duluan kalo gitu. Sana lu pulang. Ntar dicariin suami!"

Haechan ngedelik lagi ketika Karina beneran ninggalin Haechan. Pergi bareng Jeno yang cuma ngangguk demi kesopanan. Haechan melongo karena ditinggal temannya demi cowok. Tapi dia ga bisa protes. Jadi Haechan lanjut jalan ke lobi gedung untuk mencari Mang Hasan yang katanya sudah datang. Tidak lupa pakai wig dulu supaya Mang Hasan ga lari ngeliat nyonya nya berubah jadi laki-laki.

"Bos udah pulang, nya." Mang Hasan laporan sebelum Haechan ngecek hape Yeri.

"Loh, jam segini?" Ini masih siang. Biasanya Mark tuh pulang jam enam. Kadang kalau lebih cepet pun biasanya jam lima baru sampe ke rumah. Seringnya justru malem. "Baru jam 3?"

"Katanya ditelepon sama keluarga dari Bandung. Di suruh ke Bandung."

Haechan nautin alis. Heran. "Mark punya keluarga di Bandung?"

Bukannya gimana. Haechan tuh taunya keluarganya Mark tuh bule semua. Ngomongnya aja pada campur-campur bahasa inggris. Dia juga ga pernah denger Mark cerita tentang keluarganya yang ada di Bandung.

"Ga ngerti, nya. Saya juga taunya begitu. Makanya saya disuruh jemput nyonya buru-buru. Soalnya habis ini mau langsung ke Bandung."

Haechan ngangguk. Berusaha mengingat kembali apakah Mark pernah cerita tentang keluarganya yang ada di Bandung. Tapi dia ga bisa mengingat apapun.

Saat itu, hape Haechan bunyi. Nama Teh Lisa muncul dalam layar handphone. Haechan jadi nautin alis.

"Halo, teh?" Haechan ngelirik Mang Hasan yang juga ngelirik dia. "Aya naon Teh?" (Ada apa, kak?)

"Ca, Ama teh sakit. Udah seminggu dirawat."

"Hah?!" Haechan tanpa sadar naikin suara. Panik. "Kok teteh baru bilang?! Naha teu ngabarin ti kamari?!" (Kenapa ga ngasih tau dari kemaren?)

“Ulah wae ku Ama. Sekarang ge ini teteh nelepon kamu teh susurumputan. Semalem teteh nelepon teteh kamu ga aktif. Jadi teteh telepon ke suaminya. Kebetulan suami teteh juga pernah tukeran nomer. Teteh minta dikasih tau ke kamu tapi dia bilang nggak pernah ketemu kamu ceunah.” (ga boleh terus sama Ama. Sekarang juga telepon kamu sembunyi-sembunyi.)

"Iya emang nggak pernah!" Haechan ngehela nafas. Teh Lisa ga tau kalau Haechan lagi berperan sebagai Yeri sekarang. "Atuh kenapa ga neleponnya dari kamari, Teh. Ama dirawat sama siapa? Saha nu nungguan?" (Kenapa ga telepon dari kemaren, kak. Ama dirawat sama siapa? Siapa yang jagain?)

"Sekarang teteh sama bapak ganti-gantian. Maksud teteh mah, kamu ke sini dulu aja. Liat Ama. Ama teh ga mau kamu tau dia sakit, tapi nanyain kamu wae. Tau sendiri kan Ama kamu teh kos kumaha." (Tau sendiri Ama kamu kayak gimana.)

Haechan ngedecak. "Di rumah sakit mana, Teh? Saya susulin ke sana."

"Ke rumah Ama dulu aja, Ca. Nanti teteh anterin ke rumah sakitnya mah. Kamu mau berangkat kapan? Teteh pesenin grap we nya? biar cepet?"

"Teu kudu, Teh. Bae Weh Eca nyalira. Kin paling wengi angkat na." (Ga papa, Kak. Saya sendiri aja. Kemungkinan nanti malam berangkatnya.)

"Oh muhun atuh ai Kitu mah. Kabaran ya, Ca. Soalnya teteh ga ngasih tau Ama kalo kamu ditelepon. Udah Weh pura-puranya kamu tiba-tiba datang ke Bandung, ya. Biar Ama ga risi." (Yasudah kalo begitu.)

"Iya teh."

Telepon ditutup. Haechan nelen ludah. Ama dirawat sudah seminggu. Berarti sakit Ama lumayan berat. Ama ga pernah sakit. Haechan jadi panik.

Ketika sampe rumah, Mark ada di ruang tamu. Lagi nelepon. Haechan sekilas ngedenger Mark minta supaya jadwalnya diatur ulang karena dia ada urusan keluarga yang nggak bisa ditinggal. Ketika ngeliat Haechan, dia langsung matiin teleponnya.

"Kamu siap-siap. Kita ke Bandung. Ama kamu sakit katanya."

Haechan cuma ngangguk. Nggak mikirin apa. Siapin koper dan semua keperluan pribadinya untuk dibawa ke Bandung. Dia panik beneran.

Ama tuh ga pernah sakit. Paling parah sakitnya cuma darah tinggi aja. Itu juga biasanya sudah stok obat anti hipertensi sudah dianggap aman sama dia. Ga pernah sampai parah apalagi dirawat. Kalau sampai dirawat begini berarti sakitnya Ama parah banget. Haechan jadi khawatir banget.
 

Mereka sampai di bandung tengah malem. Haechan yang tunjukin jalan ke Mang Hasan menuju rumah Ama di Lembang. Mark bawa Mang Hasan supaya dia bisa istirahat di perjalanan. Haechan sama sekali ga bisa tenang selama perjalanan. Amanya sakit. Haechan ga bisa tenang.

Teh Lisa yang nyambut di rumah Ama. Katanya lagi gantian sama Om Taeyang. Sekarang yang jaga di rumah sakit tuh giliran Om Taeyang. Dia mandangin Haechan dengan aneh. Ngeliat Haechan dan Mark gantian dengan bingung.

"Halo. Saya Mark, suaminya Yeri." Mark memperkenalkan diri ketika ngeliat Teh Lisa bingung. Teh Lisa cuma ngangguk demi kesopanan. Ngelirik Haechan dengan bingung. Nyolek rambut panjang Haechan yang masih dipake sekarang.

"Panjang ceritanya teh." Haechan tau apa maksud Teh Lisa. "Ama dirawat dimana? Hayu atuh anterin." (Ayo dong anterin)

"Udah malem atuh. Istirahat dulu kamu juga. Kalo kesana sekarang juga kita ga boleh masuk sama perawatnya."

"Atuh baru dikabarin. Kenapa ga dari kamari-kamari?!" (Kemaren-kemaren)

"Ya kan tadinya mah kita mikirnya Ama sakitnya ga bakal lama. Teteh juga baru ditelepon kemaren waktu hari Jumat. Baru tiga hari teteh juga di sini teh. Suami teteh aja ditinggal di Jakarta. Ga ikut." Teh Lisa ngajakin Haechan dan Mark masuk. Mark dan Mang Hasan bawa koper ke dalem.

"Atuh Om mah aneh. Ai teteh di telepon, ai saya enggak. Kan yang cucunya Ama teh saya."

"Aku juga cucunya Ama!" Teh Lisa nampak tersinggung. Tapi ga ambil pusing. "Kamu istirahat dulu, Ca. Besok baru kita ke sana. Sekarang mah udah malem ga bakal bisa masuk."

"Memangnya Ama sakit apa?" Ini Mark yang nanya. Setelah mastiin koper masuk semua.

"Darah tinggi awalnya mah, A. Tapi keterusan gitu Ning. Jadi kemaren teh kata dokter ada gejala struk gitu. Makanya dirawat. Hareuras itu ge tangannya teh. Ga bisa gerak. Gini wae tahh..." Teh Lisa meragain tangan Ama yang dia liat. Haechan ngeringis. Mau nangis. (Pada keras itu juga tangannya. Begini terus nih)

"Jangan nangis!" Teh Lisa langsung ngomong ngeliat Haechan udah mau nangis. "Sembuh nanti juga. Kan sekarang juga lagi dirawat. Lagi diobatin. Doain aja yang penting mah. Jangan putus doa buat Ama."

Haechan sama Mark ngangguk. Teh Lisa mandangin mereka berdua dengan aneh. Tapi ga ngomong apa-apa. "Tidur dulu gih. Istirahat. A, sana tidur. Di kamar itu aja tuh. Kamarnya Eca kosong kok. Ga ada yang nempatin. Aku kan tidurnya di kamar Ama."

Mark ngangguk. Dia langsung bawa koper mereka ke kamar yang ditunjuk sama Teh Lisa. Mang Hasan tadinya mau ngikutin. Tapi dia sadar kalau Mark mau ke kamar, jadi dia berenti. Bingung harus diem dimana.

"Bentar dulu. Kita gelar karpetnya." Teh Lisa untungnya peka. Jadi dia beneran ngambil karpet buat digelar di lantai. Baru setelah itu Mang Hasan bisa istirahat disana. Haechan sama Teh Lisa ngikutin duduk disana juga.


















 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Kondisi Ama
0
0
Haechan menyusul Ama ke rumahnya di Bandung sana.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan