01-02. REINKARNASI ANTAGONIS

1
0
Deskripsi

Chapter 01

Kimberly Dirgantara fokus menatap laptop yang ada
dihadapannya, sesekali ia melirik arloji di pergelangan tangannya. 

"Hemmm waktunya istirahat" lirihnya sembari meregangkan otot-otot tangannya. 

Tok tok tok 

"Bos yuk lunch, ada cafe baru ni, makanannya
enak-enak". Ajak sang sekertaris sekaligus sahabatnya,Dewi. 

"Ok" kimberly tersenyum lebar sebelum berdiri dan
menyambar tas kecilnya. 

"Baca apaan si Dew serius banget?" Kimberly
menyeruput jus alpukatnya sembari memperhatikan Dewi. 

Dewi yang ditanyapun segera mendongakkan
kepalanya "Please... satu menit lagi aku bakal ceritain ke kamu, bentar lagi kelar. Nanggung, ok?" Dewi kembali fokus pada buku yang ia baca. 

Kimberly pun hanya geleng-geleng kepala dengan
tingkah sahabat plus sekertarisnya itu. 

"Udah?" 

"He em" Dewi meminum air mineral dihadapannya
sebelum ia bercerita kepada Kimberly. "Aku tadi baca novel bagus banget, aku baca dari semalem. ini kisah tentang seorang cewek yang nyia-nyian cowoknya, padahal cowoknya tulus banget. Akhirnya cowoknya jadi benci sama dia terus ketemu sama si tokoh cewek protagonis." 

Kimberly mengerutkan keningnya, "Gitu doang?" 

"Enggaklah, keluarga si cewek antagonis jadi
berantakan, bangkrut, hancur, bokap nya meninggal dan siantagonis juga ikut meninggal. Sedangakan si protagonis cewek dan cowonya langgeng sampe nikah dan jadi kaya raya." 

Kimberly mendengarkan seraya bertopang dagu "Bodoh banget si tu cewek!" 

"Eitss jangan marah-marah dulu, kebetulan nama si
pemeran antagonis sama kayak kamu." 

Kimberly melebarkan bola matanya menatap tak
percaya pada Dewi "Seriusan???!!!" 

Dewi menganggukkan kepalanya sembari terkikik "Iya namanya sama kayak kamu, Kimberly. tapi Kimberly Anderson bukan Kimberly Dirgantara" 

"Sialan!!! Walaupun aku jadi dia aku juga enggak akan bodoh seperti Kimberly Anderson." 

**** 

"Paman...." 

Kimberly memasuki sebuah mansion di pinggir ibu
kota, sebuah mansion mewah yang di dominasi warna putih dan gold. Pamannya memang mengundangnya untuk datang berkunjung ke mansionnya untuk memberikan Kimberly hadiah. 

"Paman...." 

"Paman disini nak, kemarilah." Roby Kuncoro sang
paman menunggu Kimberly di ruang tengah. Melihat sang keponakan yg berjalan kearahnya dengan senyum lebar membuat Roby merentangkan tangannya untuk memeluk Kimberly. 

"Paman sehat? Aku merindukan paman." Tanya
Kimberly saat memeluk sang paman. 

"Tentu saja, apa lagi paman punya hadiah dan kejutan untukmu." 

Mata Kimberly berbinar bahagia, dia pun 
menebak-nebak kira-kira apa hadiah dan kejutan yang disiapkan paman untuknya. 

"Tutuplah matamu Kim." Perintah Roby sambil
sebelah tangannya menutup mata Kimberly. 

Kimberly mengangguk antusias, "Baiklah". 

JLEBB 

Roby melepaskan tangan yang menutupi mata
Kimberly, terlihat Kimberly yang sangat syok menatap pamannya yang sedang menyeringai. Lalu tatapannya beralih keperutnya yang masih tertancap sebuah belati dari tangan pamannya sendiri. Darah merembas membuat kemeja putih yang ia kenakan seketika berwarna merah dan berbau anyir. 

"Paman....” Panggil Kimberly dengan suara yang serak. 

Ia tidak mengerti mengapa pamannya melakukan ini
semua, pamannya adalah keluarga satu-satunya setelah meninggalnya kedua orang tuanya saat ia masih berumur delapan tahun. Bahkan pamannya yang merawat dia dengan kasih sayang sampai saat ini ia berumur dua puluh empat tahun. 

"Bagaimana dengan hadiah dan kejutan dari paman,
Kim? Pasti kau benar-benar terkejut kan? Hahahahaha...." Roby Kuncoro tertawa sangat mengerikan seperti orang kesetenan. 

Mata Kimberly berkaca-kaca. "Kenapa?" Hanya kata
itu yang benar-benar ingin ia ucapkan, ia sama sekali tidak mengerti dengan yang pamannya lakukan. 

"Karna aku membencimu Kimberly Dirgantara.
Gara-gara ayahmu yang tak lain adalah kakakku sendiri menikah dengan wanita yang aku cintai. Dan asal kau tau Kim, orang tuamu bukan meninggal karena kecelakaan tapi pamanlah yang membunuh kedua orang tuamu dan membuat seolah-olah mereka meninggal karena kecelakaan." 

Kimberly tersenyum sinis. "Hebat sekali, dan sekarang paman ingin menyingkirkan aku untuk menguasai seluruh harta Dirgantara kan?" 

"Kau memang keponakan yang pintar." 

Kimberly mengepalkan kedua tangannya, ia benar-benar marah sampai rasanya ia ingin meledak,
Kimberly mengangkat tangannya mencekik lehar pamannya. 

Karena kaget Roby menjatuhkan belatinya dan
mencoba melepaskan tangan Kimberly yang sedang
mencekiknya. Tapi tangan Kimberly terlalu kuat, entah tenaga dari mana yang ia miliki. Beberapa pengawal Roby pun segera berlari mendekati tuannya dan membantu melepaskan Roby dari cekikan tangan Kimberly. Dua orang pengawal Roby memegangi tangan Kimberly sedangkan dua yang lainnya menarik tubuh Roby agar terlepas dari Kimberly. 

"Dasar anak sialan!!!" Maki Roby Kuncoro dengan nafas terengah-engah. "Mati saja kau!" 

Luka di perut Kimberly semakin berdenyut, darahnya
telah banyak keluar dan tubuhnya mulai lemas. Tapi
tekadnya lebih kuat untuk tidak menyerah kepada Iblis berkedok pamannya yang ada di depannya saat ini. 

Kimberly mengangkat kakinya, menendang titik vital salah satu pengawal yang memegangi tangannya. Secara otomatis pengawal itu pun melepaskan Kimberly seraya mengaduh kesakitan. Saat pengawal yang satunya sedang kaget dengan tindakan Kimberly, Kimberly menarik tangannya. Saat jarak antara ia dan pengawal itu dekat
Kimberly mengangkat dan menekuk kakinya, menendang perut si pengawal menggunakan lututnya. 

"Habisi dia". Perintah Roby pada anak buah yang ada
di belakangnya. 

Kedua pengawal itu langsung berlari dan menyerang
Kimberly. "Sial! perutku sangat sakit." Kimberly menekan luka di perutnya agar darah tidak terus keluar. Beberapa kali Kimberly masih bisa menghindari pukulan atau tendangan dari pengawal Roby namun kepalanya mulai berkunang-kunang. 

"KIMBERLY ! ! !" Suara Roby Kuncoro menggelegar
di seluruh penjuru mansion. 

Kepala Kimberly menoleh. 

DOR 

Waktu berjalan seakan lambat, ia dapat melihat peluru yang melesat menuju ke arahnya tanpa bisa ia hindari dan bersarang di dadanya. Kimberly menatap pamannya penuh dengan kebencian. Hanya karna sakit hati di tolak wanita yang ia cintai dan juga karna harta ayahnya, sang paman bisa berubah seperti Iblis. Ia tahu sang paman tidak
mengahabisinya sejak dulu pasti karena ingin Kimberly sukses terlebih dahulu. Agar kekayaan yang akan ia dapatkan berkalilipat dari pada saat ayahnya masih hidup. 

Sungguh picik. 

Kaki Kimberly tidak mampu lagi menopang tubuhnya. 

Brukk 

Tubuhnya luruh kelantai. 

Apakah ini akhirnya? Sungguh tidak rela. Aku sangat tidak rela. Gumam Kimberly dalam hati. Tiba-tiba ia teringat sosok anak laki-laki kecil temannya saat ia
masih sekolah di Taman Kanak-kakak. 

"Kimmy ku, maaf aku harus pergi ikut orang tua ku
tinggal di luar negeri. Tapi kamu harus ingat aku akan datang menjemputmu dan menikahimu. Aku janji." Ucap 

anak kecil bermata biru dengan senyum yang manis.
Namun Kimberly hanya menatap datar "Terserah." 

Entahlah di detik-detik kematiannya ia malah teringat pada anak laki-laki bermata biru yang menggemaskan itu. Maaf Kimmy mu tidak bisa menunggumu lagi. Mata Kimberly terasa berat, sebelum ia menutup mata ia masih bisa melihat pamannya tersenyum lebar penuh kemenangan. Dan akhirnya semua gelap. 

****** 

"Kapan kau akan bangun Kim? Aku mohon bangunlah" 

'Suara siapa itu? Kenapa menyuruhku bangun?
Tidak kau suruh pun aku sebenarnya ingin bangun dan menghabisi laki-laki tua yang licik itu.' Kimberly dapat mendengar suara yang ada di sekitarnya tapi matanya tetap tidak bisa terbuka. 

Sekuat tenaga Kimberly berusaha membuka kedua
matanya yang terasa sangat berat seolah ada seekor gajah yang sedang menduduki matanya. 

'Please gajah minggirlah Jangan duduk di atas
mataku, tetaplah duduk di atas sarung seperti yang
sudah kau lakukan berpuluh-puluh tahun dinegaraku.' Kesal Kimberly didalam hati karena matanya sangat sulit untuk di buka. Apalagi tubuh nya, sama sekali tidak bisa di gerakkan. 

'Ya Tuhan sebenarnya aku sudah mati atau belum?' 

Sekarang Kimberly merasakan tangannya di genggam seseorang "Kimberly kumohon." 

Berisik!!! Ingin sekali Kimberly memaki orang
tersebut. Ia semakin berusah membuka matanya agar bisa memaki orang pemilik suara lembut tersebut. 

Silau cahaya, itu yang Kimberly lihat. perlahan-lahan
ia membuka matanya. Mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali untuk menyeusaikan silau cahaya dengan matanya. Sampai saat matanya terbuka sepenuhnya pertama yang ia lihat adalah netra biru seorang pemuda. Sungguh mata yang indah. 

"Akhirnya kau bangun Kimberly." 

"Ini dimana? Kamu siapa?" Tanya Kimberly dengan
lirih. 

Tatapan pemuda itu berubah. Dalam netra matanya
terdapat rasa marah, kecewa, lega dan cinta. 

Cinta??? Tunggu! siapa pemuda ini sebenarnya.
"Akkhhhh....!!!" 

Tiba-tiba kepala Kimberly berdenyut hebat. Sakit
sekali, kilasan-kilasan kejadian yang tak ia mengerti
memenuhi isi kepalanya. Ia langsung memegangi
kepalanya. Pemuda yang berdiri di samping ranjangnya pun panik. 

Pintu ruangan terbuka, seorang dokter laki-laki yang
kisaran umurnya sudah setengah abad, dan beberapa suster masuk ke dalam ruangan. Mungkin pemuda tersebut yang telah menekan tombol pemanggil dokter. Kimberly sudah bisa mengontrol dirinya, Kilasan-kilasan kejadian yang berputar di kepalanya sudah berhenti dan kepalanya sudah tidak sakit lagi. 

"Morning Ms. Kimberly Anderson, congratulations you have woken up from your long sleep. The wounds on your body have healed. Now what do
you feel?" (pagi nona Kimberly Anderson, selamat anda telah bangun dari tidur panjang anda. luka-luka di tubuh anda telah sembuh. Apa yang anda rasakan saat ini?) Dokter bertanya sambil tersenyum setelah memeriksa kondisi Kimberly. 

Kimberly Anderson? Bukankah itu tokoh wanita
antagonis dalam novel yang Dewi ceritain. Berakhir
menyedihkan dan tragis. Jadi aku masuk kedalam Novel yang tidak aku sukai. 

Sial!!!



Chapter 02


"Saya baik-baik saja dokter, hanya masih sedikit lemas." Kimberly berusaha mendudukan tubuhnya dan pemuda yang ada disampingnya dengan sigap membantunya. 

"Itu wajar karena nona sudah melewati masa kritis
dan koma selama dua bulan. Luka-luka yang ada di tubuh nona pun sudah sembuh selama nona belum bangun." 

Dokter menjelaskan panjang lebar sambil terus tersenyum. 

Kening pemuda disamping Kimberly mengkerut. "Kamu yakin baik-baik saja? bukankah tadi kamu bertanya aku ini siapa? Bahkan tatapan matamu seolah-olah tidak mengenalku". Tatapan pemuda itu tajam kepada Kimberly tapi syarat akan kekhawatiran. 

"Aku baik-baik saja, sungguh." Kimberly berusaha
tersenyum manis. "Tadi aku hanya tiba-tiba kaget saja. Mana mungkin aku tidak mengenalmu, kamu adalah Alex Ace. Pacarku. Benarkan?" Kimberly masih mempertahankan senyum manisnya. 

Mudah-mudahan Alex nggak curiga, aku nggak mau
mati konyol kayak Kimberly Anderson yang ada di novel sampah itu. Aku harus putar otak agar bisa hidup di sini, otakkkk ayolah berputar. 

Alex menghembuskan nafas lega. "Baiklah aku
percaya padamu." Senang rasanya Alex melihat Kimberly memperlihatkan senyumnya untuk dirinya karena selama ini Kimberly selalu sinis di depannya bahkan tidak pernah tersenyum, selalu menyuruh-nyuruh dan berkata kasar. 

Entahlah tapi mereka pacaran hampir satu tahun dengan hubungan yang tidak sehat ini. Alex begitu mencintai Kimberly, cinta pada pandangan pertama saat pertama bertemu di sekolah. Entah apa yang membuat Kimberly mau menerimanya tapi tidak memperlakukan Alex selayaknya pacar, justru seperti musuh. 

"Baiklah kami akan menghubungi keluarga nona
Kimberly Anderson untuk memberitahu bahwa anda telah sadar." Salah satu perawat berambut pirang membuka suara. 

"Silahkan nona istirahat, kami permisi." Ujar Dokter
tersebut sebelum berbalik dan berjalan ke arah pintu. 

"Terimakasih." Kimberly dan Alex menyahut
bersamaan. 

Alex menarik kursi dan duduk di sebelah ranjang
Kimberly. "Lily apa kamu ingin berbaring kembali?" 

"No, Thanks. Badanku pegal-pegal sudah tidur cukup
lama dan tolong jangan panggil aku Lily, cukup Kim atauKimberly." 

Alex mengerutkan kening, terlihat ia sedang berpikir
keras.Bukankah selama ini semua orang memanggil Kimberly dengan nama Lily sebagai nama pendeknya, tapi kenapa tiba-tiba gadis ini tidak suka dipanggil seperti itu. "Aneh." Pikir Alex dalam hati. "Baiklah aku akan memanggilmu Kimmy saja." 

Deg 

Seketika Kimberly melebarkan bola matanya karena
terkejut. Kimmy? Kenapa Alex memanggilku sama
seperti teman masa kecilku? Kimberly berusaha
menormalkan kembali ekspresinya "Baiklah terserah kamu saja Lex." 

Tok 

Tok 

Tok 

Pintu terbuka dan tampak seorang perawat
mendorong trolly berisi makanan. "Nona Kimberly
silahkan makan dulu dan ini obatnya." Perawat
meletakkan bubur dan obat di atas nakas sebelah ranjang Kimberly. 

"Terimakasih." 

"Baiklah saya permisi." Perawat berlalu pergi
meninggalkan Kimberly dan Alex. 

Alex meraih mangkuk yang berisi bubur. "Aku akan
menyuapimu, makanlah. Kamu butuh tenaga." 

"Iya aku memang butuh tenaga ekstra." Tenaga untuk bertahan hidup dalam dunia novel ini. Hiks hiks hiks. Ratap Kimberly dalam hati. 

Tentu saja Alex sangat senang mendengarnya, karena biasanya Kimberly yang dulu akan menolak
mentah-mentah bahkan menbanting sesuatu di depannya. 

"Apakah orang tuaku sering kemari?" Tanya Kimberly
sambil terus memakan buburnya. 

"Tentu saja Uncle Richard Anderson datang kemari
setiap hari bahkan terkadang beliau akan tidur di sini
menemanimu." 

"Lalu Mommy?" 

"Dia jarang kemari, biasanya beberapa hari sekali ia
baru akan datang menjengukmu. Teman-teman dekatmu juga hampir setiap hari datang kemari, Roselina Delbert dan Jessica Edison." Terang Alex. 

"Lalu kamu sendiri Lex?" 

Alex mengulurkan tangan menghapus noda makanan di ujung bibir Kimberly, hal yang tidak pernah ia lakukan selama ini sebagai pacarnya. Namun sekarang ia melakukannya tanpa ada penolakan dari Kimberly walaupun gadis itu sedikit terkejut yang terlihat di wajah cantiknya. 

"Tentu saja aku kemari setiap hari setelah pulang sekolah dan setelah memastikan tidak ada orang
tuamu di sini." 

"Kenapa harus ketika tidak ada orang tuaku?" Tanya
Kimberly tidak mengerti. 

"Karena mereka belum mengetahui tentangku, tentang hubungan kita. Aku tidak mau tanpa persetujuan darimu." 

Kring 

Alex mengambil benda pipih di dalam kantongnya. "Ya, baiklah." 

"Istirahatah Kimmy, maaf aku ada keperluan. Aku
akan kembali lagi nanti." Alex meletakkan mangkuk yang telah kosong di atas nakas, dan membantu Kimberly meminum obatnya. Kimberly merebahkan kembali tubuhnya dengan sigap Alex menarik selimut menutupi tubuh Kimberly. "Cepatlah sehat, karena makanan Rumah Sakit itu tidak enak." 

Kimberly terkikik kecil. "Baiklah, terimakasih Lex." 

"Tidak perlu berterimakasih. Karena menyelamatkanku kamu harus berakhir seperti ini.
Harusnya kamu tidak perlu menyelamatkanku, kamu tidak tahu jika sampai terjadi sesuatu padamu aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri." Sorot mata Alex memancarkan kesedihan. "Terimakasih banyak karena telah menyelamatkanku Kimmy." 

Alex berjalan menyusuri koridor Rumah sakit tetap
dengan wajah datarnya. Ia merasa Kimberly banyak
berubah setelah bangun, ini aneh. Walaupun wajahnya terkesan datar dan dingin tapi sesungguhnya hatinya berbunga-bunga jika ingat kejadian tadi saat membersihkan bubur di sudut bibir Kimberly. Sudut bibir Alex tertarik membentuk senyuman walau hanya sekilas, ia kembali tetap mempertahankan wajah datarnya. 

Sedangkan disisi lain, Kimberly mengingat-ingat
kembali memory yang ditinggalkan sang pemilik tubuh asli, Kimberly Anderson. Sang wanita tokoh antagonis ini tidak terlalu dekat Daddynya, malah beberapa kali terlibat pertengkaran dengan sang Daddy, lain halnya dengan sang Mommy. Kimberly Anderson justru lebih dekat dengan Mommynya. Tapi anehnya bukankah seharusnya Mommynya yang akan setia merawat dan menjaga Kimberly Anderson mengingat kedekatan mereka, tapi yang terjadi malah sebaliknya. 

Dan soal kenapa Kimberly Anderson menyelamatkan Alex sang protagonis pria, tidak ada dalam ingatan pemilik tubuh ini. Kimberly Dirgantara yang saat ini menempati tubuh Kimberly Anderson pun bertekad untuk menyelidikinya, merubah alur novel dan bertahan hidup di sini. 

Sedangkan sosok Alex, ia tidak sesederhana yang terlihat. Pemuda itu tampak misterius di balik wajah datar dan dinginnya. 

Well dia amat sangat tampan. Rambut hitam legam,
netra biru sebiru samudra ditunjang tubuh yang atletis untuk seukuran anak yang masih bersekolah. Begitulah penilaian Kimmy terhadap Alex. 

Selang beberapa menit setelah kepergian Alex, pintu
ruangan tempat Kimberly di rawat tiba-tiba terbuka
dengan sekali hentakan. Kimberly menoleh ke arah pintu dan tampaklah Richard Anderson sang Daddy tengah mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Sepertinya sang Daddy berlarian sepanjang memasuki Rumah Sakit ini. 

"Akhirnya kau bangun sayang." Richard berjalan
tergesa menghampiri Kimberly dan langsung memeluknya. 

"Tahukah kamu nak, setiap hari Daddy ketakutan. Takut jika kamu akan meninggalkan Daddy." Suara Richard serak dan punggungnya bergetar menandakan ia sedang menangis.




Kimberly melepaskan pelukan sang Daddy,
mengahapus air matanya dan menangkup kedua pipi Richard. "No Daddy. Aku baik-baik saja dan aku tidak akan meninggalkan Daddy." 

"Baiklah sayang." 

"Sudahlah Daddy jangan menangis, aku malu." 

Richard kaget karena tak mengerti maksud ucapan
Kimberly. "Kenapa Lily harus malu sayang? Kan Daddy yang menangis." 

"Aku malu melihat ada orang yang sudah tua
menangis di depanku. Jika ada orang yang lihat mungkin mereka akan berpikir bahwa aku sedang menganiaya Daddy. Aku tidak mau." Kimberly mengerucutkan bibirnya. 

"Hahahaha...." Richard tertawa tidak menyangka
bahwa putrinya akan bercanda seperti itu padanya. "Well...Jadi menurutmu Daddy sudah tua?" Tanya Richard sambil menaik turunkan sebelah alisnya. 

Kimberly memperhatikan Richard Anderson dari atas
sampai bawah. Badan tegap dan tinggi walaupun tidak setinggi tiang listrik, wajah tampan dan berkarisma. Sama sekali tidak terlihat tua, justru terlihat seperti Hot Daddy atau malah bisa jadi incaran para wanita muda seusia Kimberly Anderson untuk menjadi Sugar Daddy. 

Oh Shit! 

"No! Aku salah, Daddy terlihat masih muda dan
berkharisma." 

Sial. Kenapa aku harus masuk ke tubuh ini dan menjadi anaknya. Tuhan kuatkanlah imanku. Gerutu Kimberly didalam hati. 

"Mommy dimana Dad? kenapa tidak datang bersama Daddy?" Kimberly menatap kearah pintu merasa aneh Daddynya datang sendirian. 

Richard membelai pipi putrinya. "Sedang dalam
perjalanan, sebentar lagi juga sampai. Kamu pasti sangat merindukannya, iya kan?" 

Kimberly hanya tersenyum menanggapi pertanyaan
Daddynya. 

Pintu kembali terbuka dari arah luar masuklah seorang wanita yang sudah tidak muda lagi tapi masih cantik memasuki kamar rawat Kimberly dengan raut wajah khawatir. Anna Anderson, istri dari Richard Anderson yang saat ini notabene adalah Mommynya. 

"Sayang akhirnya kamu bangun juga, Mommy sangat
khawatir. Untunglah sekarang Lily sudah sadah sadar,Mommy sangat bahagia." Anna memeluk Kimberly dengan senyum bahagia yang tak lepas dari bibirnya. 

"Iya Mom, Kim sangat senang masih bisa bertemu
kembali dengan Mommy dan Daddy." Balas Kimberly saat pelukannya sudah terlepas. Senyum palsu, ya senyum Mommy Anna Anderson terlihat palsu dimata Kimberly. 

"Kim???" Tanya Daddy Richard tak mengerti. 

"Iya Daddy mulai sekarang tolong jangan panggil Lily,
cukup Kim atau Kimberly saja." 

"Kenapa? Bukankah selama ini kamu terbiasa di
panggil Lily." Giliran Mommy Anna yang bertanya. 

Bagaimana Kimberly harus menjelaskannya, ia
memang lebih suka di panggil Kim saja seperti di
kehidupannya yang dulu. "Itu karena sebenarnya aku tidak menyukai bunga Lily jadi tolong jangan panggil aku Lily lagi. Ok?" Kimberly mencoba memberi alasan. 

"Baiklah terserah kamu saja nak, yang penting kamu
bahagia." Daddy Richard mengusap puncak kepala
Kimberly sambil tersenyum. 

"Lalu bagaimana dengan sekolahku Dad?" 

 

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi πŸ₯°

Selanjutnya Yerin with Bastian (OS)πŸ”ž
0
0
Cerita bisa di baca dari umur 17thn keatasTidak terlalu intens tapi bagus,semoga suka. Dokter sudah mengambil ciuman pertama saya, itu pelecehan. ucapku tidak terima.  Itu juga ciuman pertama saya, kalau kamu bilang itu pelecehan harusnya kamu teriak dan juga mendorong saya bukannya membalas dan menikmati. Lagi pula kalau kamu tidak terima biar saya kembalikan ciuman kamu tadi. ucapnya yang membuatku bengong dan terkejut saat dia sudah melabuhkan kembali bibirnya dan melumat bibirku lebih ganas dari yang pertama. 
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan