The Homage

0
0
Deskripsi

Winter Shade Killoran adalah keturunan bangsa Oswad yang merupakan musuh dari semua bangsa di muka bumi ini. Ia tiba-tiba saja datang ke kota Sprazen untuk membalaskan dendam pribadinya dan mencari tahu keberadaan penyihir paling berbahaya di muka bumi ini.

Wayde Orlando, Wendy Helliot dan Marc Drabek datang untuk membantu Winter Shade Killoran menemukan penyihir berbahaya itu di kota Sprazen yang merupakan sebuah kota mati, kota yang terisolasi yang baru saja terlahir kembali.

Mereka juga akan mengungkap...

"Maksudmu?" Winter masih tak mengerti apa maksud perkataan dari Wendy.

"Kami tidak ingin kehilangan sahabat kami lagi jika The Strom Cave sampai diketahui orang lain, apalagi sampai diketahui oleh orang- orang berhati iblis yang di selimuti kegelapan."

Winter terdiam sejenak. Apa maksud perkataan dari Wendy tersebut? Mengapa seseorang yang pernah berkunjung ke The Strom Cave harus menghilang bagaikan di bunuh oleh seorang pembunuh berdarah dingin?

"Tak di usah difikirkan, Winter. Nanti juga kau akan mengerti apa maksud dari perkataan kami kepadamu. Sekarang, mari kita kembali. Aku dan Wendy juga harus  bertemu dengan pemerintahan Sprazen agar mereka mengizinkanmu untuk tinggal di kota kami."

Setelah mendengar apa yang dikatakan Wayde padanya, Winter setidaknya merasa cukup lega karena akhirnya ada seseorang juga yang mau mau mengurus segala sesuatu nya agar ia bisa tinggal di kota Sprazen.

Mereka pun kembali ke kota Sprazen dengan sekali jentikan jari Wendy yang entah mengucapkan mantra apa, mereka kini kembali ke tempat pertama kali Winter memasuki wilayah kota Sprazen.

Winter pun menungggu Wendy dan juga Wayde saat mereka berdua tengah memasuki gedung pemerintahan. Saat sedang menunggu informasi selanjutnya dari Wayde dan juga Wendy, Winter melihat ada sosok pria tinggi melangkahkan kakinya secara perlahan mendekatinya, kemudian duduk di sampingnya.

"Kau Winter?" tanya pria itu yang ternyata adalah Marc. Pria bertubuh tinggi tegap dengan rambut kecoklatan dan mata birunya.

Winter tak menjawab. Ia hanya menganggukkan kepalanya dan sedikit bergeser untuk menjauhi Marc.

"Untuk apa bangsa Oswad ke kota kami? Kau mau mencari perkara?" Marc terkesan sinis hingga membuat Winter hanya bisa memalingkan wajahnya. "Kau meminta perlindungan kepada Wayde dan juga Wendy?" tanya Marc kembali.

Kali ini Winter tak bisa berdiam diri saja. Ia menatap wajah Marc dengan kedua bola sendunya. Saat mata mereka bertemu, entah kenapa Winter seperti melihat sekelebat bayangan masa lalu dari pria tersebut.

Begitu pun dengan Marc, ia seperti bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Winter di dalam fikirannya. Seperti ada rasa takut, kecewa, sedih, marah, ambisi, dendam dan kegelisahan.

"Apa itu?"

Winter dan March berteriak lantang dengan volume suara yang sama dan mengucapkan pertanyaan yang sama bersama-sama.

"Kau membaca fikiranku?" tanya Winter tiba-tiba.

"Kau melihat bayangan masa laluku?" Kali ini Marc juga bertanya hingga membuat keduanya bingung dengan apa yang mereka lihat dan apa yang mereka rasakan.

"Marc, sedang apa kau di sini?"

Wayde yang baru saja keluar dari gedung pemerintahan, langsung menghampiri Winter dan juga Marc ketika sedang bersama.

"Tidak, lupakan saja!" katanya kemudian pergi.

Wendy yang melihat kepergian Marc hanya bisa menghela nafas pendek kemudian merangkul bahu Winter dan menatapnya lembut.

"Kau boleh tinggal di sini."

"Benarkah?" tanya Winter tak percaya.

Wayde dan Wendy menganggukkan kepalanya dan tersenyum lebar padanya.

"Kau akan tinggal di sebuah asrama yang merupakan tempat tinggal kami juga. Ayo, ikut bersama kami."

Wendy langsung menarik tangan Winter dan mengajaknya pergi untuk segera menuju tempat tujuan mereka yaitu sebuah asrama. Asrama yang akan ditinggali oleh Winter selama ia tinggal di kota Sprazen.

"Selamat datang di asrama The Homage !"

Wendy merentangkan kedua tangannya dan memperlihatkan sebuah asrama yang terlihat tampak tua dan begitu horor.

"Kau serius, Wendy? Apa aku akan tinggal di asrama ini?"

Wendy menganggukkan kepalanya. "Iya, kami juga tinggal di asrama ini, Winter. Ayo, kita masuk. Kau akan terkejut jika sudah memasuki asramanya."

Winter hanya mengangguk pasrah dan mengikuti Wendy juga Wayde yang sudah masuk terlebih dahulu ke dalam. Begitu membuka pintu, benar dengan apa yang sudah dikatakan Wendy kepadanya. Winter benar-benar terkejut begitu melihat apa yang berada di dalam asrama tersebut.

Asrama The Homage terlihat begitu mewah dan begitu megah seperti bangunan sekolah sihir lainnya yang cukup terkenal. Lantai yang berkeramik emas, dinding tembok yang dilapisi mutiara-mutiara yang berkilauan, juga barang-barang antik dan mewah yang menghiasi seluruh The Homage.

Belum lagi, atap atap langitnya yang seperti berada di hotel berbintang lima, dengan beberapa peri kecil yang berterbangan di atas sana sambil tersenyum lebar dan mengucapkan kalimat 'Welcome to The Homage' seperti menyambut penghuni baru mereka yang baru saja datang.

"Sebelah kanan asrama perempuan dan yang sebelah kiri asrama laki-laki. Kau ikutlah dengan Wendy dan beristirahatlah dengannya di kamar. Nanti malam, kita akan bertemu lagi."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Wayde kembali ke asrama laki-laki, sementara Wendy langsung memeluk pergelangan tangan Winter dan mengajaknya untuk berkeliling.

"Ini kamarmu, Winter. Kau akan satu kamar denganku dan ada satu wanita lagi yang agak sedikit pendiam dan juga dingin satu kamar dengan kita."

"Pendiam?"

Wendy menganggukkan kepalanya seraya membuka pintu kamar. Begitu pintu terbuka, terlihat sebuah kamar yang cukup luas dengan 3 ranjang tempat tidur yang minimalis namun terlihat elegant, kembali membuat Winter berdecak kagum.

"Asrama ini indah sekali, Wendy. Seperti asrama sebuah sekolah sihir."

"The Homage dulunya memang sebuah sekolah sihir, Winter. Tapi, sudah hampir 50 tahun tak beroperasi lagi."

"Kenapa begitu?"

Wendy membantu Winter untuk menyimpan kopernya dan mengeluarkan pakaiannya untuk mereka simpan di sebuah lemari berwarna putih.

"Ini lemarimu."

"Terimakasih. Wendy, kenapa The Homage tidak kembali beroperasi?" tanya Winter yang masih sangatlah penasaran dengan asal usul asrama yang katanya dulunya merupakan sekolah sihir.

Wendy duduk di atas ranjangnya kemudian menatap ke arah wajah Winter dengan seksama.

"Ceritanya panjang. Nantilah kita bicarakan lagi. Sekarang kau beristirahat saja, aku tinggal dulu sebentar. Aku masih ada urusan."

Wendy pun kemudian pergi meninggalkan Winter seorang diri di kamarnya. Selama Wendy pergi, Winter merapihkan tempat tidurnya dan menyimpan semua pakaiannya di dalam lemari dan beberapa barangnya di atas meja.

Saat melihat ke arah meja, Winter melihat ada sebuah bingkai foto. Di mana, di foto tersebut ada 3 orang perempuan yang sedang tersenyum lebar sambil berpelukan, melihat ke arah kamera.

Salah satu perempuan itu Winter mengenalinya karena itu adalah Wendy. Namun, untuk dua perempuan lainnya, Winter sama sekali tak mengenalinya.

"Apa mereka penghuni kamar ini? Tapi, kenapa ada 3 orang?" tutur Winter pelan sambil mengambil bingkai foto tersebut dan memandanginya dengan seksama.

"Sedang apa kau di kamarku?"

Winter begitu terkejut saat pintu kamarnya terbuka dan melihat ada seorang perempuan berambut panjang berwarna coklat, bersuara dan menanyakan sebuah pertanyaan yang cukup membuatnya tersentak.

"Aku Winter Shade Killoran, penghuni baru kamar di sini."

"Kau bangsa Oswad yang dibicarakan warga itukah?" tanyanya kembali dengan tatapan dinginnya.

"Iya," jawab Winter terlihat gugup.

"Aku Evelyn Jones, penghuni lama di kamar ini," katanya memperkenalkan diri kemudian masuk ke dalam kamar mandi yang kebetulan memang berada di dalam kamar.

"Dengar, jangan pernah menyentuh barang milikku," katanya yang kembali ke luar dari kamar mandi dan memandangi wajah Winter dengan tatapan yang sangat menusuk dan begitu menakutkan.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi ๐Ÿฅฐ

Selanjutnya Sesak
0
0
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan