The Last : Penguasa Benua Teratai Merah

51
57
Deskripsi

Petualangan di Dunia Bawah berakhir dengan mengungkap banyak rahasia yang selama ini belum terungkap.

Serangkaian peristiwa yang terjadi membuat berbagai pihak mulai membuka pikiran mereka, tak terkecuali Xiao Zhan dan teman-temannya yang terlibat secara langsung.

“Mempercayaimu adalah keputusan ku, membuktikan bahwa aku salah adalah pilihanmu.” 

~ Xiao Zhan ~

Chapter 1 ~ Awal Baru.

Xiao Zhan tengah menatap keatas langit dengan kedua mata menyipit, pandangannya tertuju kearah gumpalan awan hitam yang dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru.


Suara gemuruh perlahan mulai terdengar, diikuti dengan kilatan petir yang menghiasi gumpalan awan hitam. Namun di saat Xiao Zhan berpikir jika hujan akan turun, tiba-tiba gumpalan awan hitam terbelah menjadi beberapa bagian.


Tepat diantara belanan gumpalan awan hitam tersebut, terlihat dua cahaya yang saling berbenturan satu sama lain, kecepatannya yang tidak bisa di tangkap oleh mata biasa membuat orang lain berpikir jika kedua cahaya itu hanyalah sebuah petir yang saling menyambar.


Tetapi di mata Xiao Zhan, itu adalah dua pemuda yang sedang bertukar serangan dengan sengit. Dimana keduanya tengah beradu ilmu pedang dengan sesekali melakukan serangkaian mantra tangan, menciptakan bergama serangan element yang memang sudah di kuasai.


Xiao Zhan tidak mengetahui sudah berapa lama kedua pemuda itu saling bertukar serangan, namun yang jelas gumpalan awan hitam yang semula menyelimuti langit kini sudah menghilang tak berbekas.


Selang beberapa saat kemudian kedua cahaya itu bergerak cepat kearahnya dengan kecepatan tinggi. Sadar jika mereka tengah mengincar dirinya, Xiao Zhan lebih dulu mengambil langkah meninggalkan tempat tersebut.


"Jangan lari kau Saudara Xiao..." Salah seorang dari mereka berseru lantang, dia meningkatkan kecepatan terbangnya, tetapi hal tersebut masih belum cukup.


"Kau terlalu lambat Saudara Song, kalau begitu biar aku yang mengejar Saudara Xiao."


Sebuah suara yang berasal dari belakang tiba-tiba terdengar, seseorang yang tidak lain adalah Ye Song itu menoleh kearah belakang, mendapati seorang pemuda dengan rambut berwarna emas dan bola mata berwarna senada.


Pemuda itu tersenyum tipis, kemudian meningkatkan kecepatan terbangnya untuk menyusul Xiao Zhan yang semakin menjauh.


"Cih! Jika bukan karena kekuatanku menghilang lebih dari setengahnya, aku bisa dengan mudah mengejar kalian." Ye Song mendengus pelan, dia kemudian menghentikan pengejarannya dan memilih memperhatikan dari kejauhan.


Terlihat kini Xiao Zhan tengah berhadapan dengan Chen Li, dimana keduanya bertukar serangan dengan tangan kosong, suara keras yang di ciptakan oleh pertarungan tersebut menggema ke seluruh langit, layaknya sebuah gemuruh petir yang menggelegar.


Ye Song menghela nafas panjang sebelum memutuskan untuk kembali ke Sekte Bunga Dosa, membiarkan Xiao Zhan dan Chen Li bertukar serangan di atas langit.


"Kenapa kau tidak ikut bergabung?" Dari arah belakang, seorang pria berparas cukup tampan berjalan mendekat seraya memperhatikan keatas langit.


Ye Song tersenyum kecut, "Bukan tidak mau, tetapi tidak biasa...." Terdengar suara helaan nafas panjang, "Setelah Spirit Beast Legendaris di keluarkan secara paksa dari tubuhku, kekuatanku menghilang lebih dari setengahnya. Saat ini, aku tidak sebanding dengan Saudara Xiao dan Saudara Chen walaupun tingkat kultivasi kita tidak jauh berbeda."


"Jadi selama ini kau hanya mengandalkan kekuatan dari Spirit Beast Legendaris?"


"Aku tidak akan menyangkalnya, memang kenyataanya seperti itu."


Pria itu mengangguk pelan, dia tidak menanggapi lebih jauh perkataan Ye Song. Kembali perhatiannya tertuju pada pertarungan Chen Li melawan Xiao Zhan yang berjalan imbang.


Sampai akhirnya kedua pemuda itu memutuskan untuk menghentikan pertarungan tersebut dan melesat kearah Ye Song serta pria yang adalah Yin Feng.


"Ayah!" Xiao Zhan tersenyum hangat, "Sejak kapan kau berada disini?"


"Sejak kalian asik bertukar serangan sampai melupakan jika sahabat kalian yang satu ini sedang murung meratapi kekuatannya yang menghilang." Yin Feng tertawa kecil, dia menggoda Ye Song yang memang ekspresi kusut.


Satu tahun lebih sejak Xiao Zhan dan yang lainnya kembali dari dunia bawah, selama itu pula tidak ada pergerakan dari Xiao Chen atau bangsa iblis lainnya. Setidaknya, situasi saat ini benar-benar terasa damai.


Xiao Zhan, Chen Li dan Ye Song menghabiskan waktunya untuk berlatih, dimana mereka tengah mempersiapkan diri untuk mengikuti Ujian Penerus Dewa.


"Senior Yin, itu tidak lucu...." Ye Song mendengus pelan.


Xiao Zhan dan Chen Li saling berpandangan, keduanya tertawa pelan saat melihat ekspresi Ye Song. Keduanya teringat jika saat pertama kali mereka bertemu Ye Song tidak pernah menunjukan ekspresi apapun selain tatapan dingin, bahkan untuk tersenyum simpul pun sang pemuda sangat jarang memperlihatkannya.


Baik Xiao Zhan maupun Chen Li merasa senang melihat perubahan tersebut, setidaknya dengan demikian Ye Song tidak terlalu larut meratapi misinya yang gagal membawa Li Wang kembali.


Tidak hanya gagal, Ye Song juga hampir kehilangan nyawa dalam misi tersebut andaikan Xiao Zhan dan Chen Li tidak datang membantu.


"Saudara Chen, bukankah ini terlalu lama? Kapan Ujian Penerus Dewa itu di laksanakan?" Xiao Zhan mengalihkan pembicaraan.


"Aku tidak yakin, karena Dewa Zeus tidak memberitahu pasti kapan Ujian tersebut di mulai."


Xiao Zhan menghela nafas, "Aku khawatir jika situasi ini terus berlanjut maka Saudara Xiao Chen dan Bangsa Iblis sudah lebih dulu melakukan pergerakan. Lebih buruknya lagi mereka akan menyerang Benua Teratai Merah disaat kita semua tengah mengikuti Ujian Penerus Dewa."


"Aku cukup yakin semua itu tidak akan terjadi, menurutku Saudara Xiao Chen dan Saudara Li Wang juga akan mengikuti ujian yang sama namun di tempat yang berbeda. Karena pada dasarnya Ujian Penerus Dewa bertujuan untuk mendapatkan Pusaka Dewa." Chen Li menjelaskan analisanya.


Salah satu alis Ye Song terangkat, "Dari mana kau mengetahui semua itu?"


"Hanya firasat ku rasa..." Chen Li mengangkat kedua bahu, terlihat jika sang pemuda juga ragu dengan perkataanya sendiri.


Saat mereka tengah berbincang satu sama lain, tiba-tiba salah satu tetua mendatangi mereka dan mengabarkan jika ada dua kultivator yang memaksa ingin bertemu dengan Yin Feng.


Kedua kultivator itu mengaku berasal dari Kekaisaran Dewa, hal tersebut membuat Yin Feng tersentak kaget, begitupun dengan Xiao Zhan dan yang lainnya. Mereka semua kemudian melesat ke arah gerbang sekte untuk melihat seseorang yang di maksud.


Setibanya di sana, terlihat seorang gadis cantik yang memiliki wajah tidak asing, selain itu terdapat seorang pria tampan yang di perkirakan berusia pertengahan 30 tahun.

"Ayah Feng...."


"Bai Lili, Pemimpin Agung...."


Yin Feng tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat kehadiran putrinya yang sudah bertahan-tahun tidak bertemu.


Bai Lili kemudian berlari kearah Yin Feng dan memeluknya dengan erat, selama beberapa saat keduanya saling melepas rindu satu sama lain.


"Bagaimana kabarmu?" Yin Feng tersenyum hangat.


"Aku baik Ayah Feng, bagaimana denganmu? Dan bagaimana kabar Zhan-gege?"


"Aku juga baik..." Yin Feng menoleh kearah belakangnya, dimana Xiao Zhan, Chen Li dan Ye Song tengah berjalan mendekat.


Xiao Zhan kemudian menghampiri Bai Lili, memeluk sang gadis dengan perasaan hangat, walaupun keduanya berasal dari rahim yang berbeda, tetapi Xiao Zhan tetap menyayangi Bai Lili sebagai adiknya.


Setelah melepas rindu, Xiao Zhan dan Yin Feng memberi hormat pada Pemimpin Agung, sesaat ingatan keduanya kembali pada kejadian beberapa tahun yang lalu, khusunya pertempuran di Pagoda Tujuh Bintang.


Ingatan tersebut membuat Xiao Zhan dan Yin Feng tersenyum canggung, tanpa keduanya sadari seorang wanita tengah berjalan kearah mereka dengan melepaskan aura mencekam.


"Ah! Jadi ini putrimu...."


Yin Feng menelan ludahnya dengan kasar, seluruh tubuhnya bergetar ketakutan saat mendengar suara tersebut. Yin Feng kemudian membalikan badan seraya tersenyum canggung. "Namanya Bai Lili, sesuai dengan perkataan mu. Dia adalah putriku, ku harap kau tidak membencinya."


"Aku tidak membencinya, lagi pula semua ini kesalahanmu." Lu Xueqi mendengus kesal, dia lalu mengalihkan pandangan pada Bai Lili. "Namaku Lu Xueqi, istri sah dari Ayahmu sekaligus Ibu dari Xiao Zhan."


Selama beberapa saat Bai Lili terdiam, dia berusaha mencerna setiap perkataan yang di lontarkan oleh Lu Xueqi, sampai akhirnya Bai Lili menunjukan keterkejutan. Sang gadis segera memberi hormat, "Maaf atas kelancangan saya senior. Kedatanganku kemari hanya ingin mengunjungi Ayah Feng."


Lu Xueqi menatap tajam, tatapan yang sangat mengintimidasi, membuat Bai Lili menelan ludahnya dengan kasar seraya menundukkan kepala.


Kemudian Lu Xueqi tersenyum hangat, "Jangan takut, aku tidak akan marah. Kau berhak menemuinya kapan saja, lagi pula aku hanyalah seseorang yang sudah mati."


Perkataan Lu Xueqi sukses mengejutkan Bai Lili, sang gadis seketika teringat tentang istri pertama Yin Feng yang di kabarkan memang sudah mati.


Namun, sebelum Lu Xueqi bisa mengatakan sesuatu Pemimpin Agung sudah lebih dulu melakukannya.

"Seseorang yang sudah mati? Pantas saja aura kematian mu begitu kental, tetapi bagaimana bisa seseorang yang sudah mati bisa hidup kembali?"


"Um! Ceritanya sedikit panjang, tetapi yang jelas Xueqi bisa hidup kembali karena menggunakan teknik terlarang yang memungkin seseorang bisa di hidupkan kembali."

Chapter 2 ~ Pilar Cahaya Surgawi.

Yin Feng membawa Pemimpin Agung masuk kedalam sekte, sementara Xiao Zhan mengajak Bai Lili untuk berkeliling, sepanjang perjalanan keduanya terus berbincang, mereka benar-benar terlihat seperti adik kakak yang saling menyayangi satu sama lain.


"Ibuku menitip pesan, maaf tidak bisa datang karena situasi di Pagoda Tujuh Bintang sedang sangat kacau."


"Pemimpin Suci? Ku pikir beliau sudah pensiun dan menyerahkan tahtanya pada dirimu." Xiao Zhan tersenyum canggung.


"Rencananya memang seperti itu, tetapi situasi memaksa kami untuk menunda hal tersebut." Bai Lili menghela nafas, "Terjadi masalah internal di kalangan para petinggi, sebagian ada yang mendukungku menjadi Pemimpin Suci generasi baru, tetapi tidak sedikit yang beranggapan jika diriku masih belum layak."


"Itu adalah hal yang wajar, ku harap kau tidak patah semangat dan terus maju melakukan yang terbaik."


Bai Lili mengangguk pelan, dia menarik nafas seraya tersenyum manis. Xiao Zhan mengelus lembut kepala sang gadis penuh kasih sayang, keduanya kembali melanjutkan langkah sampai akhirnya tiba di satu wilayah yang tidak banyak orang berlalu-lalang.


"Ini adalah tempat khusus yang hanya bisa di masuki oleh sedikit murid sekte, mereka biasanya menggunakan tempat ini untuk berlatih atau sekedar menghabiskan waktu." Xiao Zhan menjelaskan.


"Sekte mu begitu indah Zhan-gege, tetapi sepertinya aku merasa familiar dengan beberapa bangunan di sekte ini."


"Ah! Itu karena aku mengambil beberapa desain bangunan dari berbagai tempat yang pernah aku kunjungi, salah satunya adalah Kekaisaran Dewa." Xiao Zhan menunjuk ke salah satu arah, dimana terdapat tujuh menara besar yang menjulang tinggi keatas. "Seperti yang kau lihat, bangunan itu sangat mirip dengan yang ada di Pagoda Tujuh Bintang."


"Kau memiliki selera yang bagus Zhan-gege..."


Xiao Zhan hanya tersenyum tipis, bersamaan dengan itu penglihatan khususnya menangkap sesuatu yang janggal. "Anak itu benar-benar...." Xiao Zhan menggeleng pelan, kemudian dia berjalan ke salah satu arah yang langsung diikuti oleh Bai Lili.


Tidak lama berselang, Xiao Zhan tiba di sebuah bangunan berukuran cukup besar, dimana tepat di sisi kiri bangunan tersebut terlihat seorang pemuda tengah mengintip kearah dalam bangunan.


"Sepertinya kebiasaan buruk mu tidak pernah berubah Chaichai."


Jantung San Chai seketika berhenti berdetak saat mendengar suara tersebut, dia bahkan menjatuhkan buku dan alat tulisnya begitu saja. Sang pemuda lalu menoleh kearah Xiao Zhan seraya tersenyum canggung.


"A-aku tidak sengaja melewati wilayah ini dan mendengar suara teriakan, karena khawatir sesuatu yang buruk sedang terjadi aku memutuskan untuk melihat."


Kedua mata Xiao Zhan menyipit, "Siapa yang akan mempercayai alasan konyol itu?"


"A-aku bersungguh-sungguh Zhan-gege..." San Chai terlihat panik.


Xiao Zhan menggeleng pelan, dia tiba-tiba menghilang dan muncul kembali tepat di samping San Chai, salah satu tangannya bergerak cepat, meraih telinga sang pemuda lalu menariknya dengan cukup kuat.


Setidaknya hal itu bisa membuat San Chai mengerang kesakitan dan memohon ampun. Akan tetapi Xiao Zhan tidak memperdulikannya, dia melesat meninggalkan tempat tersebut dengan membawa San Chai bersamanya.


Bai Lili yang tidak mengerti terlihat kebingungan, karena penasaran dia mencoba melihat ke dalam bangunan besar tersebut, mendapati jika bangunan itu adalah tempat pemandian air panas, di sana juga terdapat belasan murid gadis yang sedang berendam air panas.


Sadar jika San Chai baru saja melakukan hal yang tidak terpuji, Bai Lili tersedak nafasnya sendiri. Gadis itu kemudian meninggalkan tempat tersebut menyusul Xiao Zhan dan San Chai, dimana sang pemuda dibawa menuju paviliun Fang Wei yang menjabat sebagai Tetua Penegak Hukum.


"Chaichai, ini bukan pertama kalinya kau melakukan hal tersebut. Hukuman apa lagi yang harus aku berikan agar kau merasa jera dan tidak mengulanginya lagi?" Fang Wei menghela nafas panjang, dia merasa lelah dengan San Chai yang suka mengintip.


"Jika demikian Kakek Fang tidak perlu menghukum ku. Lagi pula percuma saja aku memberi tahu mu tentang betapa menyenangkannya melakukan kegiatan itu." San Chai mendengus pelan, "Sepertinya setelah hampir seribu tahun sendiri, membuat hasrat mu menjadi buruk. Aku tidak ingin berakhir seperti dirimu yang hidup kesepian selama ratusan tahun."


Mendengar hal itu sontak membuat Fang Wei tersedak nafasnya sendiri, kedua matanya menatap tajam.


Xiao Zhan disisi lain sampai kehabisan kata-kata, untuk pertama kalinya Xiao Zhan melihat wajah Gurunya semerah tomat, entah karena merasa malu atau marah. Yang jelas dia tidak bisa membedakannya.


"Sebaiknya kau bersihkan aula utama sekte sebelum aku memberimu hukuman yang jauh lebih berat." Fang Wei merapatkan gigi.


Bukannya takut atau merasa terintimidasi, San Chai terlihat tidak peduli. Pemuda itu justru melakukan mantra tangan singkat, menciptakan belasan kupu-kupu kertas yang terbang mengelilingi mereka.


Hanya dengan satu jentikan jari, kupu-kupu kertas itu meledak dalam waktu hampir bersamaan, membuat paviliun penegak hukum bergetar karenanya. Ruangan tersebut kemudian di selimuti oleh kepulan asap yang sangat tebal, hingga membuat jarak pandang menjadi terbatas.


Saat kepulan asap perlahan mulai menghilang, Fang Wei, Xiao Zhan dan Bai Lili sudah tidak melihat San Chai di tempatnya.


Menyadari jika San Chai telah melarikan diri, hal tersebut membuat Fang Wei naik pita. "Chaichai.... Kau tidak akan bisa lari dariku."


Fang Wei melesat meninggalkan ruangannya, sementara Xiao Zhan hanya tertawa kecil begitupun dengan Bai Lili.


"Bukankah pemuda itu adalah adik angkat mu Zhan-gege? Sifatnya mengingatkanku pada salah satu kultivator Bintang Naga Emas."


"Maksudmu Senior Jiraya? Ah~ Dia memang belajar banyak dari Senior Jiraya..."


"Eh! Mereka sungguh memiliki hubungan?" Bai Lili sedikit terkejut, namun keterkejutannya itu tidak berlangsung lama. "Ah~ Aku hampir lupa jika kalian pernah menjadi bagian dari Paviliun Roh Pelindung."

Xiao Zhan hanya tersenyum tipis, tidak menanggapi lebih jauh perkataan Bai Lili, kemudian dia mengajak sang gadis meninggalkan mansion penegak hukum, keduanya berniat kembali ke aula utama saat sebuah pilar cahaya muncul dari atas langit dan mengurung Xiao Zhan di dalamnya.


Bai Lili yang melihat hal itu segera mengambil jarak, dia bersiap dengan merilis salah satu tekniknya saat Xiao Zhan memberi isyarat untuk tidak melakukannya.


"Zhan-gege apa yang terjadi?"


"Ayah Fang akan memberitahukannya..."


Bai Lili semakin kebingungan, dia kemudian keluar dari paviliun penegak hukum dan mendapati jika tidak hanya satu pilar cahaya yang turun dari langit, melainkan lima pilar cahaya.


Merasa ada sesuatu yang tidak beres, Bai Lili melesat kearah aula utama Sekte Bunga Dosa, ingin bertanya lebih jauh tentang pilar cahaya tersebut.


"Kakakmu sedang mendapat misi baru dari takdirnya, kau tidak perlu khawatir. Dia akan baik-baik saja." Yin Feng tersenyum hangat.


"Itu tidak menjelaskan apapun Ayah..."


Yin Feng tersenyum tipis, pria itu kemudian melayang di udara, mendapati jika semua perhatian penghuni Sekte Bunga Dosa kini tertuju kearah pilar cahaya yang muncul secara bersamaan.


Saat Yin Feng menggunakan penglihatan khususnya yang mencakup seluruh dataran Benua Teratai Merah, dia mendapati sejumlah pilar cahaya lainnya. Menurut dugaan Yin Feng, pilar-pilar cahaya tersebut muncul di markas sekte kelas S.


"Apa sudah di mulai?" Dewi Obat tiba-tiba melayang menghampiri Yin Feng, diikuti dengan kemunculan Lu Xueqi, Fang Wei dan Pemimpin Agung.


Yin Feng mengangguk pelan, "Sepertinya tidak hanya di Sekte Bunga Dosa, tetapi di beberapa sekte kelas S lainnya juga muncul pilar cahaya serupa."


"Itu tidak mengherankan, bukankah Dewa Obat Chen mengatakan ada kemungkinan tidak hanya mereka bertiga yang mengikuti ujian tersebut?" Fang Wei berkomentar.


"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tiba-tiba muncul pilar cahaya?" Pemimpin Agung terlihat penasaran.


"Pilar cahaya itu menunjukan bahwa era baru akan segera di mulia." Lu Xueqi menjelaskan secara singkat.


Pemimpin Agung ingin bertanya lebih banyak tetapi tertahan saat melihat Xiao Zhan, Chen Li, Ye Song, Mafuyu dan Maritsu mulai terangkat keatas langit lalu menghilang dari pandangan.


Pemandangan tersebut jelas mengejutkan semua pihak, sementara mereka yang mengetahuinya hanya tersenyum tipis.


Sesaat setelah fenomena pilar cahaya, Fang Wei, Yin Feng dan Dewi Obat mendapat banyak pesan telepati yang masuk untuk mempertanyakan hal serupa, mereka bertanya-tanya bagaimana jenius-jenius lainnya kembali di libatkan.


Ketiganya tidak menjawab pesan telepati tersebut, mereka hanya saling berpandangan seraya tersenyum tipis.


"Era baru dunia kultivator sudah di mulai...."

Chapter 3 ~ Dataran Nirwana.

Xiao Zhan muncul di tempat antah berantah setelah pilar cahaya membawanya melewati lorong dimensi. Sesaat dia mengamati sekitarnya, mendapati hanya dirinya yang berada di sana.


Pohon-pohon yang menjulang tinggi berhiaskan dedaunan lebat menbuat sinar matahari tidak bisa menerobos masuk, suasana tersebut mengingatkan Xiao Zhan pada wilayah Kekaisaran Gelap di Benua Teratai Warna.


Suara hewan dan serangga yang saling bersahutan terdengar memenuhi indera pendengaran Xiao Zhan. "Inikah tempat yang menghubungkan alam fana dan alam dewa? Sepertinya tidak ada yang berbeda, hanya saja kepadatan Qi di sini ratusan kali lipat dari seluruh tempat yang pernah aku datangi."


Setelah mengamati sekitarnya, Xiao Zhan berjalan melangkah, mengikuti instingnya tanpa menurunkan kewaspadaan.


Tidak lama berselang Xiao Zhan mendengar suara langkah kaki di kejauhan, hal tersebut membuat Xiao Zhan menjadi waspada. Ketika suara langkah kaki semakin mendekat, Xiao Zhan bersembunyi dibalik salah satu pohon.


Sekilas Xiao Zhan melihat seorang gadis bertopeng giok yang sangat tidak asing, terutama warna rambutnya yang perak terurai panjang dan terlihat indah, namun saat dia ingin memperhatikan lebih teliti, tiba-tiba sang gadis sudah menghilang.


"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau bersembunyi dariku?"


Jantung Xiao Zhan seakan berhenti berdetak, dia segera membalikan badan dan mendapati gadis sebelumnya sudah berada dibelakangnya.


"Ruyu, apa itu kau?"


"Apa kau melupakan tunangan mu sendiri?" Gadis yang tidak lain adalah Liu Ruyu itu berdecak kesal.


Xiao Zhan batuk pelan, "Maaf! Aku sedang tidak fokus sehingga tidak langsung mengenalimu."


"Cih! Alasan itu lagi..." Liu Ruyu membuang muka dengan kedua tangan yang menyilang di atas pinggang seraya membuang nafas. "Aku mulai meragukan pertunangan ini, mungkinkah kau sengaja mengajakku bertunangan hanya karena ingin menyenangkan ku? Kau tidak benar-benar mencintaiku bukan?"


Xiao Zhan tersedak nafasnya sendiri, "Ruyu, bukankah kau terlalu berlebihan. Aku sudah meminta maaf, kenapa kau memperpanjang hal sepele seperti ini."


"Sepele katamu? Kau jelas-jelas tidak mengenaliku, terlebih lagi kau mencoba bersembunyi dariku. Apa ma-!"


Liu Ruyu ingin berkata lebih banyak namun tertahan saat Xiao Zhan menarik tubuhnya untuk mendekat, membuat pandangan keduanya bertemu dan menatap satu sama lain.


Selama beberapa saat suasana mendadak hening, salah satu tangan Xiao Zhan bergerak melepaskan topeng giok yang menutupi wajah Liu Ruyu secara perlahan, membuat kecantikan surgawi itu kini terlihat sangat jelas.


"Sepertinya setelah berpisah selama beberapa bulan membuat emosimu tidak stabil. Apa kau marah karena aku tidak mendatangimu atau kau marah karena sesuatu hal yang lain?" Xiao Zhan tersenyum hangat, tangannya membelai wajah Liu Ruyu lembut dengan pandangan mata yang begitu teduh.


Tanpa sadar wajah Liu Ruyu menjadi merah padam, sang gadis menjadi salah tingkah terutama karena jantungnya yang berdetak lebih cepat.


Mulut Liu Ruyu sedikit terbuka, dia ingin mengatakan sesuatu namun tertahan akibat Xiao Zhan sudah lebih dulu menempelkan bibirnya pada bibir dirinya. Lidah hangat Xiao Zhan menyapu lembut bibir merah alami sang gadis, seolah meminta izin untuk masuk kedalam dan menjelajahi setiap inci mulutnya.


Kedua mata Liu Ruyu terpejam dan menikmati sensasi hangat tersebut, selama beberapa saat bibir keduanya saling berpangutan, tangan Liu Ruyu sudah melingkar di leher Xiao Zhan, sementara tangan kekar sang pemuda melingkar di pinggang ramping Liu Ruyu.


Disaat ciuman itu semakin panas, Xiao Zhan segera menghentikannya saat terdengar suara raungan dari salah satu arah, membuat keduanya secara reflek mengambil jarak seraya tersenyum canggung.


Xiao Zhan batuk pelan. "Maaf, aku hampir kehilangan kendali."


Liu Ruyu hanya mengangguk pelan, bersamaan dengan itu dari balik semak-semak muncul seekor singa yang melepaskan kekuatan setara dengan kultivator Deva Realm.


Hal tersebut sontak mengejutkan Xiao Zhan dan Liu Ruyu, membuat keduanya segera mengambil posisi bersiap dengan senjata masing-masing. Namun sebelum mereka bisa melakukan sesuatu, dari arah yang sama dengan kemunculan singa, beberapa anak panah melesat dengan kecepatan tinggi.


Anak panah tersebut mendarat tepat di tubuh singa hingga membuatnya meraung kesakitan sebelum akhirnya tumbang.


"Eh! Apa semudah itu?" Xiao Zhan bergumam pelan.


"Sepertinya singa ini bukan berada di tingkat Deva Realm, tidak mungkin bagi siluman setingkat itu dikalahkan dengan mudah, terutama hanya karena beberapa anak panah. Terlebih lagi aku tidak mencium racun pada anak panah tersebut." Liu Ruyu menganalisis.


Selang beberapa saat kemudian, dari balik semak-semak muncul dua bocah laki-laki yang terlihat berusia kurang dari sepuluh tahun. Akan tetapi hal yang paling mengejutkan adalah tingkat kultivasi keduanya yang terasa lebih tinggi dari Xiao Zhan.


Hal tersebut tentu saja kembali mengejutkan keduanya. Sementara bocah laki-laki menghentikan langkah saat melihat Liu Ruyu dan Xiao Zhan, keduanya saling berbisik satu sama lain, khawatir jika Xiao Zhan serta Liu Ruyu adalah orang jahat.


"Sepertinya Gege dan Jiejie itu bukan orang jahat, terlebih lagi tingkat kultivasinya yang sangat rendah." Salah satu dari bocah laki-laki memberitahukan.


"Kau benar, terlebih lagi Jiejie itu memiliki kecantikan sang dewi. Mana mungkin wajah cantik sepertinya orang jahat."


Xiao Zhan dan Liu Ruyu saling berpandangan, berbagai macam pertanyaan terlintas dibenak keduanya. Terutama tentang perkataan kedua bocah yang mengatakan tingkat kultivasi mereka yang sangat rendah.


"Maaf! Kami sedang tersesat, bisakah aku bertanya dimana kami sekarang?" Liu Ruyu tersenyum manis, senyum yang membuat kedua bocah laki-laki menjadi salah tingkah.


"Hutan ini masih berada di wilayah kekuasaan Dinasti Feng, hanya saja tempatnya masih sangat terisolasi. Kami bahkan lebih terkejut karena Jiejie dan Gege berada di hutan ini."


Liu Ruyu mengangguk pelan walaupun dirinya sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh bocah laki-laki tersebut.


Sementara Xiao Zhan menangkap jika saat ini dirinya memang sudah tiba di perbatasan antara alam fana dan alam dewa. "Sepertinya tempat ini memiliki sistem kultivasi yang tidak jauh berbeda dengan di alam fana." Xiao Zhan bergumam pelan.


"Jiejie, apakah ada yang ingin kau tanyakan lagi?" Bocah laki-laki kembali bertanya. "Hari sudah gelap, kami harus kembali ke desa dengan buruan kami."


"Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan, bisakah kami ikut bersama kalian kembali ke desa?"


"Tentu saja, sangat jarang desa kami mendapat pengunjung dari luar desa."


"Terimakasih, kalian sangat manis..." Liu Ruyu mengelus kepala kedua bocah laki-laki itu dengan lembut.


Setelahnya mereka mulai meninggalkan wilayah hutan dan menuju desa yang dimaksud, sepanjang perjalanan keempatnya saling berbincang satu sama lain.


Dari perbincangan itu Xiao Zhan dan Liu Ruyu mengetahui nama keduanya, mereka adalah Jung An dan Jung Fu, kakak beradik yang merupakan anak dari kepala desa.


Keseharian Jung An dan Jung Fu selain berlatih beladiri serta berkultivasi, keduanya juga sering menghabiskan waktunya untuk berburu seperti saat ini. Setiap buruan yang mereka dapat akan dibawa pulang dan dibagikan ke penduduk desa.


"An'er! Apakah ada dinasti lain selain Dinasti Feng?" Xiao Zhan melontarkan pertanyaan.


"Tentu saja ada?" Jung An menatap heran, "Kenapa Gege bertanya hal seperti itu, seolah Gege belum mengetahuinya."


Xiao Zhan batuk pelan, "Bukan seperti itu, hanya saja kami lupa tentang pengetahuan umum seperti itu."


"Mungkinkah Gege dan Jiejie kehilangan ingatan?"


Kedua mata Xiao Zhan berkedip cepat, sesaat perhatiannya tertuju pada Liu Ruyu, membuat pandangan keduanya bertemu. "Um! Bisa dibilang demikian..."


Jung An mengangguk pelan, sedangkan Xiao Zhan bernafas lega karena omong kosongnya langsung dipercaya.


Jung An kemudian menjelaskan jika ada 5 dinasti yang berdiri di Dataran Nirwana, selain Dinasti Feng terdapat Dinasti Tang, Xia, Wei dan Han. Masing-masing dinasti memiliki wilayah dan kebijakannya masing-masing untuk mengatur rakyatnya.


"Lalu bagaimana dengan sistem kultivasi di Dataran Nirwana?"


"Jiejie juga melupakan soal itu?" Jung Fu menatap tak percaya seraya menghela nafas panjang, "Sepertinya penyakit hilangan ingatan kalian sangat parah sehingga pengetahuan umum saja terlupakan."


Kini giliran Jung Fu yang menjelaskan tentang sistem kultivasi yang berlaku di Dataran Nirwana. Dimulai dari tingkat yang paling rendah yaitu Deva Qi, kemudian Deva Foundation, Deva Formation dan terakhir Mortal Emperor.


Deva Qi sendiri terbagi menjadi 15 tingkatan, sedangkan Deva Foundation, Deva Formation dan Mortal Emperor masing-masing terbagi menjadi 4 tingkatan kecil, yaitu awal, menengah, akhir dan puncak.


"Selain membutuhkan waktu dan usaha, hal yang paling penting dalam berkultivasi adalah sumberdaya serta bakat dari kultivator itu sendiri." Jung Fu menghentikan penjelasannya.


"Usia kami sudah hampir menginjak 10 tahun, tetapi tingkat kultivasi kami masih berada di Deva Qi 1. Selain bakat kami yang memang biasa saja, kami juga kekurangan sumberdaya, sehingga perkembangan kami tidak maksimal." Jung An menambahkan.


Xiao Zhan dan Liu Ruyu hanya mengangguk pelan, kini mereka mulai sedikit mengerti tentang pengetahuan umum seperti pembagian wilayah dan kultivasi di Dataran Nirwana.
 

Chapter 4 ~ Pengetahuan Umum.

Dataran Nirwana adalah wilayah yang berada diantara alam fana dan alam dewa, bisa dibilang tempat tersebut menjadi pembatas antara kedua alam yang saling bersebrangan.


Dataran Nirwana sendiri dihuni oleh manusia setengah dewa, bisa dibilang mereka adalah ras campuran yang keberadaanya di tolak oleh alam fana maupun alam dewa, sehingga mereka menciptakan dunia mereka sendiri.


Selain perbedaan ras dan kultivasi, Xiao Zhan juga mendapati perbedaan tentang penyebutan siluman, dimana di Dataran Nirwana mereka sering menyebutnya sebagai Spirit Hell.


"Spirit Hell yang memiliki kekuatan setara dengan kultivator Mortal Emperor di sebuah sebagai Spirit King Hell atau Spirit Queen Hell." Jung An melanjutkan penjelasannya.


Jung Fu mengangguk membenarkan, "Sebenarnya ada satu lagi, mereka sering di sebut sebagai Spirit Heaven, tetapi mereka tidak tinggal di Dataran Nirwana, melainkan di dimensinya tersendiri."


Spirit Heaven berbeda dengan Spirit Hell, dimana Spirit Heaven bisa membuat kontrak dengan kultivator. Spirit Heaven bisa di gunakan dalam pertarungan atau membantu kultivator ketika dia sedang kesulitan, bisa dibilang Spirit Heaven lebih bersahabat jika dibandingkan dengan Spirit Hell yang buas dan haus akan darah.


"Lalu bagaimana dengan singa itu?" Xiao Zhan menunjuk kearah singa yang memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari tubuh Jung Fu dan Jung An di gabungkan.


"Singa ini termasuk Spirit Hell, hanya saja dia belum melakukan kultivasi, sehingga kekuatannya jauh lebih lemah dari kami yang berada di tingkat Deva Qi 1. Tetapi jika dia bertarung dengan kalian, aku yakin kalian hanya akan berakhir menjadi nutrisinya." Jung An tertawa kecil, begitupun dengan Jung Fu.


Dimata keduanya, Xiao Zhan dan Liu Ruyu tidak lebih dari sekedar seseorang yang baru menginjak dunia kultivator.


Sebenarnya tebakan tersebut tidak sepenuhnya salah, mengingat tingkat kultivasi Xiao Zhan dan Liu Ruyu masih berada di tingkat dasar jika mengikuti kultivasi Dataran Nirwana.


Akan tetapi, jika mengukur secara kekuatan atau sejenisnya, Xiao Zhan dan Liu Ruyu jelas berada sangat jauh, mereka bahkan yakin bisa mengimbangi jagoan kultivator Mortal Emperor.


'Sebaiknya kita menyembunyikan kekuatan kita yang sebenarnya, mari kita mulai semuanya dari awal. Anggap saja saat ini kita berdua hanyalah kultivator Deva Qi.' Xiao Zhan mengirim pesan telepati.


'Ah! Aku mengerti....'


Bersamaan dengan itu keempatnya tiba di desa yang terlihat sangat sepi, saat Xiao Zhan dan ketiganya memasuki desa lebih dalam, mereka mulai melihat beberapa penduduk yang menatap penuh minat pada Xiao Zhan dan Liu Ruyu.


Jung Fu dan Jung An menatap kearah para penduduk seolah memberi isyarat untuk menghiraukan keduanya.


Tidak lama berselang, mereka tiba di kediaman sederhana namun memiliki ukuran yang sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan kediaman lainnya.


"Ayah! Ibu! Kami pulang..." Jung An berseru lantang.


Sesaat setelahnya, dari dalam kediaman muncul sepasang suami istri berusia kurang dari 40 tahun dengan senyum hangat, mereka terlihat sedikit terkejut ketika mendapati Xiao Zhan dan Liu Ruyu.


"An'er, Fu'er! Siapa mereka..." Sepasang suami istri itu menatap penuh tanya.


Jung Fu memperkenalkan Xiao Zhan serta Liu Ruyu, "Mereka tersesat di hutan dan tidak tahu jalan, sehingga kami mengajaknya kemari."


"Ah! Jika demikian selamat datang di desa kami, ku harap Tuan dan Nona tidak keberatan dengan tempat kami yang sederhana ini."


Pasangan suami istri itu menyambut kedatangan Xiao Zhan dan Liu Ruyu dengan ramah seraya memperkenal diri, keduanya bernama Sao Jung dan Mei Fu.


"Senior terlalu sungkan, maaf jika kami merepotkan." Xiao Zhan tersenyum hangat, begitupun dengan Liu Ruyu.


Mei Fu kemudian mengajak Xiao Zhan dan Liu Ruyu masuk kedalam, sementara Jung An, Jung Fu serta Sao Jung mulai mengelola singa hasil buruan mereka, kemudian dagingnya di bagikan secara merata pada penduduk desa.


Xiao Zhan memperhatikan dinding kediaman yang penuh akan lukisan Divine Beast, dimana terdapat lukisan Naga, Phoenix dan lain sebagainnya. Hal tersebut menarik perhatiannya sampai sebuah suara mengejutkannya.


"Lukisan itu dibuat oleh kakek An'er dan Fu'er, beliau sering mengatakan pernah melihat mereka dengan mata kepala sendiri. Tetapi sampai ajalnya tiba, tidak ada satupun yang mempercayainya, termasuk putranya sendiri." Mei Fu menjelaskan.


"Sangat di sayangkan. Tetapi kenapa tidak ada yang mempercayainya, bukankah mereka sungguh nyata?"


"Sebagain memang menganggapnya nyata, tetapi tidak sedikit yang menganggapnya hanya dongeng belaka. Sulit mempercayai sesuatu yang tidak pernah terlihat sebelumnya." Mei Fu tersenyum tipis, "Apakan anda termasuk kedalam orang yang mempercayai keberadaan Divine Beast?"


"Tidak ada alasan untukku tidak mempercayainya, karena aku sudah melihat dan berurusan dengan mereka secara langsung."


Mendengar perkataan Xiao Zhan membuat Mei Fu tertawa kecil, "Ah! Maaf, saya tidak bermaksud...."


"Tidak masalah. Seperti yang anda katakan sebelumnya jika sulit mempercayai sesuatu yang tidak pernah terlihat sebelumnya."


Xiao Zhan mengambil cangkir berisi teh hangat tersebut, selama beberapa saat dia mernikmati aroma harum yang menenangkan hati, kemudian Xiao Zhan mulai meniupnya dan meminumnya secara perlahan.


"Teh ini sangat enak...." Liu Ruyu memberi pujian.


"Nona terlalu sungkan, itu hanya teh biasa yang saya petik dari alam liar."


"Dia tidak berbohong, teh ini memang sangat enak..." Xiao Zhan meminum teh tersebut hingga tak tersisa. "Boleh aku..." Xiao Zhan sedikit merasa sungkan saat ingin menambah.


Mei Fu tersenyum hangat, dia menuangkan teh kembali pada cangkir Xiao Zhan. Kemudian ketiganya larut dalam obrolan kecil, baik Xiao Zhan maupun Liu Ruyu berusaha mengorek lebih dalam informasi tentang Dataran Nirwana.


Akan tetapi keduanya melakukannya secara bertahap agar tidak menimbulkan kecurigaan, tanpa terasa waktu berlalu begitu saja dan malam telah tiba.


Saat Xiao Zhan, Mei Fu dan Liu Ruyu masih asik berbincang, ketiganya mendengar suara gaduh dari halaman, hal tersebut sontak menarik perhatian mereka. Mei Fu lebih dulu berjalan keluar yang langsung diikuti oleh Xiao Zhan dan Liu Ruyu.


"Tuan, mohon beri saya waktu. Saya berjanji akan membayar upeti dua kali lipat...."


"Kau sudah mengatakan itu berulang kali, kami sudah muak dengan janji busuk mu itu."


"Tuan mohon belas kasihnya, beberapa tahun terakhir panen kami selalu gagal, penduduk desa juga tengah dilanda kesulitan."


"Hentikan omong kosong itu, jika desa ini tidak memberi upeti lagi, maka kami akan mengambil sesuatu yang lain sebagai gantinya."


Jung An dan Jung Fu mengepalkan kedua tangan, tatapannya menjadi dingin dan tajam, keduanya bahkan tidak segan melepaskan nafsu membunuh yang kuat.


Menyadari hal itu, salah satu dari mereka tersenyum mengejek. "Bocah, apa kau sedang bercanda? Sebaiknya kau tarik nafsu membunuh mu itu dari pada desa ini akan kami hancurkan."


Bukannya takut atau merasa terintimidasi, Jung An dan Jung Fu justru melancarkan serangan, membuat kultivator itu seketika terpukul mundur beberapa langkah.


Aksinya itu sontak membuat Sao Jung ketakutan, dia bahkan sampai bersujud dan memohon ampun pada belasan kultivator di hadapannya yang berada di tingkat Deva Qi 3 hingga 6, tubuhnya tidak bisa berhenti bergetar seraya meminta kedua putranya untuk menjaga sikap dan meminta maaf.


"Ayah! Mau sampai kapan kau tunduk pada mereka?"


"Itu benar? Jangan biarkan orang-orang luar ini menginjak-injak harga diri kita."


"An'er, Fu'er! Kalian tidak tahu apa-apa, sebaiknya kalian diam dan turuti perkataan Ayah." Sao Jung naik pita.


Kultivator yang baru saja mendapat pukulan berdecak kesal, dia terlihat murka seraya menarik pedang dari sarungnya. Dia sudah tidak peduli dengan Sao Jung yang memohon ampun dan berlutut dibawah kakinya.


Tanpa berkedip kultivator itu menendang tubuh Sao Jung hingga terhempas beberapa meter. Kemudian dia mengayunkan pedang bersiap memenggal kepala Jung An dan Jung Fu dalam waktu bersamaan, tetapi dengan mudah kedua bocah laki-laki itu dapat menghindarinya.


Sontak hal tersebut tidak hanya mengejutkan sang kultivator, tetapi juga Jung An dan Jung Fu itu sendiri, keduanya merasa jika tubuh mereka bergerak dengan sendirinya.


"Bocah sialan!"


Kultivator tersebut berseru lantang, dia kembali mengayunkan pedang dan melancarkan serangan, namun tidak ada satupun serangannya yang berhasil mengenai Jung An maupun Jung Fu.


Kemudian Jung An mempersempit jarak seraya melancarkan serangan, tidak hanya itu dia juga mengambil alih pedang yang ada di tangan sang kultivator dan mulai mengayunkannya.


Dalam waktu singkat kultivator tersebut kehilangan nyawa, sontak hal itu membuat rekan-rekannya merasa terkejut. Tetapi sebelum salah satu dari mereka ada yang bisa melakukan sesuatu, Jung An kembali bergerak, kecepatannya meningkat tajam dan dengan mudah dia membunuh belasan kultivator tersebut.

Chapter 5 ~ Permasalahan Desa.

Jung An menjatuhkan pedang yang sudah bersimbah darah, dia berjalan mundur secara perlahan dengan tubuh yang bergetar hebat, tatapan bocah itu tak pernah lepas dari belasan jasad yang ada di hadapannya.


"A-apa yang baru saja ku lakukan? A-aku tidak membunuhnya, aku tidak..." Jung An menolak percaya, dia kemudian menoleh kearah Sao Jung yang juga menatap dengan ekspresi tak percaya. "A-ayah, bukan aku yang membunuh mereka. Tubuhku... Tubuhku bergerak dengan sendirinya."


Jung An mulai ketakutan, tubuhnya terasa lemas hingga terjatuh kedalam posisi berlutut, air matanya mengalir dengan mulut yang terus mengucapkan bukan dia pembunuhnya.


"Sepertinya aku sedikit berlebihan..." Xiao Zhan menghela nafas merasa bersalah.


"Kau sudah melakukan yang benar..." Liu Ruyu menenangkan, "An'er hanya terkejut karena mungkin ini pertama kalinya dia membunuh seseorang."


Xiao Zhan tersenyum tipis, dia kemudian kembali menggerakkan jarinya, membuat Jung An dan Jung Fu ikut bergerak, keduanya berjalan kearah Xiao Zhan dengan masih memasang ekspresi ketakutan.


"Maaf! Ini salah Gege yang mengendalikan tubuh kalian..." Xiao Zhan menunjukan benang Qi di jari-jarinya.


Hal tersebut sontak membuat Jung An dan Jung Fu menunjukan keterkejutan yang lebih besar, namun keterkejutan itu tidak berlangsung lama saat keduanya kembali mendapatkan ketenangannya.


Jung An memeluk Xiao Zhan seraya mengucapkan terimakasih, hal yang sama juga di lakukan oleh Jung Fu.


Jung An tidak merasa menyesal telah melakukan pembunuhan, terutama jika orang yang dibunuhnya memang patas mendapatkannya, bocah laki-laki itu hanya merasa terkejut karena semuanya begitu cepat.


"Jangan khawatir, Gege akan menjaga keamanan desa ini dan ku pastikan, orang-orang seperti mereka tidak akan pernah datang lagi." Xiao Zhan tersenyum hangat.


Liu Ruyu disisi lain berjalan mendekati Sao Jung untuk menjelaskan semuanya, dimana pria itu masih terlihat ketakutan atas apa yang telah terjadi.


"Senior Sao, sebenarnya siapa mereka? Kenapa kau begitu ketakutan?"


"Nona Liu, jika pemimpin mereka mengetahui kita telah membunuh belasan anak buahnya, dia pasti tidak akan tinggal diam."


"Tenangkan dirimu senior, kau bisa percayakan semuanya pada kami. Akan ku pastikan kami mencabut akar dari permasalahan ini sehingga tidak ada lagi yang mengganggu desa ini."


"Nona Liu, situasinya tidak sesederhana itu. Tanpa bantuan mereka, desa ini mungkin sudah rata dengan tanah akibat serangan Spirit Hell yang terjadi setiap beberapa bulan sekali...."


Sao Jung menjelaskan jika sejak awal, desa tersebut memang sudah menyanggupi upeti yang di minta sebagai bayaran atas jasa mereka yang melindungi desa dari serangan Spirit Hell. Tetapi seiring berjalannya waktu, upeti itu terus berlipat ganda dengan berbagai macam alasan.


Sampai akhirnya desa tersebut tidak bisa membayar upeti dan membuat mereka membawa beberapa perempuan sebagai gantinya.


Penduduk desa yang tidak mempunyai pilihan lain hanya bisa pasrah saat anak gadis atau istri mereka dibawa secara paksa, jika ada yang melawan pastinya mereka tidak akan segan untuk membunuhnya.


"Saya khawatir jika tidak ada mereka maka tidak ada lagi yang melindungi desa ini dari serangan Spirit Hell."


Liu Ruyu terdiam selama beberapa saat, "Senior, berapa banyak kultivator yang dimiliki desa ini?"


"Sebagian besar dari kami adalah kultivator, tetapi karena keterbatasan sumberdaya dan bakat, kami berhenti di tingkat Deva Qi 3." Sao Jung menghela nafas, sesaat perhatiannya tertuju pada kedua putranya. "Aku berharap banyak pada An'er dan Fu'er, tetapi sepertinya takdir memiliki rencananya sendiri."


"Untuk masalah keamanan desa, aku dan Xiao akan memikirkannya. Senior tidak perlu khawatir...."


"Terimakasih Nona..."


Liu Ruyu hanya mengangguk pelan, kemudian dia berjalan mendekati Xiao Zhan untuk menjelaskan semuanya. Keduanya lalu memikirkan jalan terbaik dari permalasahan tersebut.


"Kita bisa saja mengajarkan An'er dan Fu'er beladiri, tetapi masalahnya butuh waktu berapa lama sampai mereka bisa mencapai setidaknya tingkat Deva Foundation?"


"Aku yakin itu akan memakan waktu sangat lama..." Liu Ruyu menghela nafas berat, "Kita juga tidak mungkin berlama-lama di desa ini karena kita memiliki tujuan tersendiri."


Xiao Zhan terdiam sejenak sebelum akhirnya sebuah ide terlintas dibenaknya, sang pemuda lalu mengajak Liu Ruyu untuk kembali ke hutan.


Pada awalnya mereka sempat di larang oleh Sao Jung karena hutan di malam hari akan sangat berbahaya, terlebih lagi Xiao Zhan dan Liu Ruyu tidak mengetahui beberapa zona terlarang yang sering kedapatan Spirit Hell tingkat tinggi di dalamnya.


Xiao Zhan meyakinkan Sao Jung bahwa mereka akan baik-baik saja dan berjanji untuk membantu desa tersebut dari masalah yang sedang mereka hadapi.


Tanpa punya pilihan lain pada akhirnya Sao Jung menuruti perkataan Xiao Zhan, kemudian keduanya melesat meninggalkan desa menuju hutan terdekat. Liu Ruyu yang penasaran menatap penuh tanya, "Apa sebenarnya rencana mu?"


"Aku akan menangkap beberapa Spirit Hell dan menjinakkannya, agar mereka bersedia menjadi penjaga bagi desa tersebut."


"Kau sedang tidak berpikir untuk menjadikan An'er dan Fu'er Beast Kultivator bukan?"


"Jika mereka bisa mengendalikannya, kenapa tidak." Xiao Zhan tersenyum tipis.


"Xiao Zhan! Apa kau lupa dengan penjelasan tentang Spirit Hell? Mereka sangat buas dan haus darah. Bagaimana mereka bisa menjadi rekan yang baik jika mereka sendiri tidak bisa mengendalikan instingnya."


"Sebuas apapun Spirit Hell, mereka akan tetap tunduk pada mereka yang memiliki kekuatan."


Xiao Zhan tidak menanggapi lebih jauh perkataan Liu Ruyu, dia kemudian menggunakan penglihatan khususnya untuk melihat wilayah sekitar, berharap bisa menemukan Spirit Hell yang setidaknya berkekuatan setara dengan kultivator Deva Foundation.


Tidak lama berselang, Xiao Zhan menemukan sekumpulan Spirit Hell berjenis macan kumbang dengan sepasang taring yang menghiasi mulutnya.


Tanpa ragu Xiao Zhan melesat mendekat, hal tersebut membuat belasan Spirit Hell itu bereaksi, mereka meraung menciptakan gelombang suara yang mampu menggetarkan udara. Namun hanya dengan satu ayunan tangan sederhana, Xiao Zhan mampu menghancurkan gelombang suara tersebut.


Xiao Zhan menciptakan lima benang Qi yang tersambung di setiap jiri-jarinya, benang Qi tersebut lalu melesat dan menangkap lima Spirit Hell berkekuatan Deva Foundation, sementara sisanya memutuskan untuk melarikan diri karena merasa ancaman besar dari Xiao Zhan.


Kelima Spirit Hell mencoba memberontak, tetapi hal itu tidak berefek apapun. Xiao Zhan kemudian menarik kelima Spirit Hell tersebut untuk mendekat seraya melepaskan cahaya dari Segel Surgawi, membuat kelima Spirit Hell yang semula masih memberontak perlahan mulai tenang dan menurut.


Melihat hal tersebut Liu Ruyu berdecak kagum, "Bagaimana kau melakukannya?"


"Segel Surgawi memiliki banyak kelebihan..." Xiao Zhan tidak menjelaskan lebih detail, dia lebih memilih mengelus kelima Spirit Hell yang kini sangat jinak seperti seekor kucing. "Jika dilihat lebih teliti, kekuatan mereka setidaknya setara dengan siluman berkekuatan Immortal Foundation di alam fana."


"Kau benar, hanya saja gelombang Qi yang dilepaskan terasa berbeda."


Xiao Zhan tersenyum tipis, kemudian dia menaiki salah satu Spirit Hell begitupun dengan Liu Ruyu, keduanya lalu meninggalkan tempat tersebut untuk kembali ke desa.


Tak butuh waktu lama bagi mereka tiba di desa. Tpat di depan kediaman Sao Jung, terlihat para penduduk sudah berkumpul, mereka tengah membahas belasan jasad kultivator saat Xiao Zhan dan Liu Ruyu datang.


Kedatangan Xiao Zhan dan Liu Ruyu dengan membawa lima Spirit Hell berkekuatan Deva Foundation membuat geger para penduduk, mereka terlihat sangat ketakutan seraya mengambil jarak.


"Tidak perlu khawatir, Spirit Hell ini sangat jinak. Mereka yang akan menjadi penjaga desa kalian yang baru." Xiao Zhan menjelaskan.


"Apa maksudmu jinak, Spirit Hell tidak sama dengan Spirit Heaven, mereka sangat buas dan haus darah."


"Sebaiknya kalian pergi dari desa ini, kedatangan kalian hanya menambah masalah baru."


Xiao Zhan dan Liu Ruyu terdiam saat mendengar respon para penduduk, sementara Jung An dan Jung Fu yang mempercayai keduanya berjalan mendekat dengan perasaan sedikit takut.


Namun setelah menyentuh salah satu Spirit Hell, kini keduanya mempercayai jika mereka sangat jinak, "Gege dan Jiejie tidak berbohong, Spirit Hell ini sangat jinak. Mereka bertingkah seperti kucing yang menggemaskan."


Mendengar perkataan Jung An membuat para penduduk seketika terdiam, terlebih lagi saat mereka melihat dengan mata kepala sendiri jika kelima Spirit Hell itu sungguh bersikap jinak dan menggemaskan.


Satu persatu para penduduk memberanikan diri untuk mendekat, mereka mencoba mengelus dan bermain dengan Spirit Hell yang benar-benar berbeda dari Spirit Hell yang sering mereka jumpai di alam liar.


"Benar-benar sulit dipercaya, bagaimana mereka bisa sejinak ini."


"Selama hampir 50 tahun aku hidup, ini pertama kalinya aku melihat Spirit Hell yang tidak buas dan agresif."


Para penduduk desa mulai mempercayai Xiao Zhan dan Liu Ruyu, mereka juga meminta maaf atas sikap mereka yang terlalu kasar sebelumnya.


Xiao Zhan dan Liu Ruyu hanya mengangguk pelan, keduanya tidak mempermasalahkan sikap para penduduk desa karena merasa jika hal itu sangat wajar.

Chapter 6 ~ Menyelesaikan Masalah

Xiao Zhan menyerahkan kelima Spirit Hell pada Jung An dan Jung Fu, "Ingat baik-baik, jangan pernah sekalipun kalian membawa mereka untuk pergi berburu, karena hal itu bisa membangkitkan kembali insting buas mereka."


"Jika tidak dibawa berburu, lalu apa gunanya mereka?" Jung Fu menatap penuh tanya.


"Seperti yang sudah Gege katakan sebelumnya jika mereka akan menjadi penjaga desa."


"Aah! Itu jadi tidak menyenangkan." Jung An mendengus pelan.


Xiao Zhan tersenyum tipis, "Jaga dan rawat mereka baik-baik. Jika kalian sampai memiliki ikatan yang kuat, maka sekalipun insting buas mereka kembali, mereka tidak akan menyakiti kalian."


Jung An dan Jung Fu saling berpandangan, keduanya sedikit tidak mengerti dengan perkataan Xiao Zhan, namun ada satu hal yang mereka tangkap dari perkataan tersebut, yaitu mereka harus memiliki ikatan dengan Spirit Hell.


Pada akhirnya Jung An dan Jung Fu hanya mengangguk pelan, menuruti perkataan Xiao Zhan.


Bersamaan dengan itu, terdengar suara raungan dari luar desa, mengejutkan mereka semua. Kelima Spirit Hell bersikap menjadi siaga, mereka seolah ingin melindungi penduduk desa.


Xiao Zhan dan Liu Ruyu saling berpandangan, keduanya lalu melesat untuk melihat ke asal sumber suara yang langsung diikuti oleh Jung An, Jung Fu dan yang lainnya.


Setibanya di asal sumber suara, mereka mendapati belasan Spirit Hell berjenis macan kumbang yang mirip dengan kelima Spirit Hell yang telah di jinakkan, salah satu dari mereka bahkan memiliki kekuatan setara dengan kultivator Deva Formation.


Hal tersebut tentu saja mengejutkan para penduduk desa, secara perlahan mereka segera mengambil jarak.


Xiao Zhan disisi lain masih terlihat tenang, "Sepertinya mereka datang karena kelima Spirit Hell yang kita tangkap."


"Lalu apa yang akan kau lakukan? Menghabisi mereka?"


"Tidak! Akan lebih baik jika kita juga menjinakkan mereka semua, setidaknya dengan belasan Spirit Hell, desa ini bisa bertahan tanpa bergantung pada para kultivator yang justru lebih menyengsarakan mereka."


Dahi Liu Ruyu sedikit mengerut, "Apa kau yakin? Kau tahu bukan konsekuensinya, mereka bisa saja mendapatkan kembali insting buas mereka dan berakhir dengan menyerang para penduduk desa."


"Tidak akan selagi mereka tidak dibawa berburu, lagi pula aku yakin para penduduk desa bisa membuat ikatan dengan Spirit Hell ini."


"Seperti biasa, kau terdengar sangat percaya diri...." Liu Ruyu tersenyum tipis.


Xiao Zhan tidak menanggapi lebih jauh perkataan Liu Ruyu, sang pemuda kemudian melepaskan cahaya dari Segel Surgawi yang membuat belasan Spirit Hell tersebut menjadi jinak.


Sontak hal tersebut mengejutkan para penduduk desa, bisik-bisik mulai terdengar diantara mereka, mempertanyakan bagaimana cara Xiao Zhan menjinakkan Spirit Hell yang terkenal buas dan haus darah hanya dengan sebuah cahaya.


Jung An dan Jung Fu saling berpandangan, keduanya kini yakin jika Xiao Zhan serta Liu Ruyu tidak selemah yang mereka perkirakan sebelumnya.


Kemudian belasan Spirit Hell itu berjalan mendekat dan mengeluarkan kepalanya pada kedua kaki Xiao Zhan serta Liu Ruyu. Para penduduk desa yang melihat hal tersebut kembali memberanikan diri untuk mendekat, mereka mulai mengelus dan bermain dengan belasan Spirit Hell.


"Senior Sao, sebaiknya Spirit Hell berkekuatan Deva Formation ini anda sendiri yang merawatnya. Dan ingat pesanku baik-baik untuk tidak membawa mereka berburu."


"Saya mengerti, tetapi bagaimana jika sekumpulan Spirit Hell menyerang desa? Apakah ada kemungkinan insting buas mereka akan kembali?"


"Tidak! Karena mereka sudah menganggap desa ini sebagai rumahnya, mereka akan menjaga desa ini layaknya rumah mereka sendiri."


Sao Jung mengangguk pelan, dia mengucapkan banyak-banyak terimakasih, begitupun dengan para penduduk desa. Kemudian mereka kembali ke kediaman masing-masing karena malam semakin larut.


Xiao Zhan dan Liu Ruyu memutuskan tinggal di desa tersebut sedikit lebih lama, selain untuk memastikan para kultivator tidak kembali, keduanya juga memberi bimbingan pada Jung An, Jung Fu serta belasan penduduk desa lainnya menjadi Beast Kultivator.


Perlahan tapi pasti, ikatan antara para penduduk desa dengan belasan Spirit Hell yang telah di jinakkan mulai tumbuh seiring dengan mereka menghabiskan waktu bersama.


Hingga pada suatu hari, sekelompok kultivator tiba-tiba datang seraya membuat kekacauan, mereka berteriak dan meminta pertanggungjawaban atas menghilangnya belasan anggota mereka.


Xiao Zhan, Liu Ruyu dan penduduk desa yang mengendalikan Spirit Hell segera mendatangi kelompok kultivator tersebut. Ekspresi para kultivator seketika menjadi buruk saat melihat belasan Spirit Hell, terlebih lagi salah satunya berkekuatan Deva Formation.


"Habisi mereka..." Xiao Zhan memberi perintah.


Belasan Spirit Hell dan para penduduk desa kemudian menunjukan hasil latihan mereka selama beberapa waktu terakhir, dengan mudah mereka membunuh sekelompok kultivator tersebut dengan bantuan Spirit Hell.


Setelah memastikan tidak ada yang selamat, para penduduk desa bersorak dan merayakan keberhasilan mereka.


Dirasa jika semuanya akan baik-baik saja, Xiao Zhan dan Liu Ruyu memutuskan untuk meninggalkan desa, keduanya berjanji akan menghabisi kelompok kultivator yang selama ini berbuat semena-mena.


Dari informasi yang di dapat Sao Jung, markas dari kelompok kultivator itu berada di wilayah barat hutan, tetapi letak pastinya Sao Jung tidak mengetahuinya karena dirinya sekalipun tidak pernah kesana, dia hanya melihat jika para kultivator sering muncul dari arah tersebut.


"Gege, apa kau akan kembali lagi?" Jung An sedikit tidak rela berpisah dengan Xiao Zhan dan Liu Ruyu.


"Kami akan kembali jika memiliki waktu luang..." Liu Ruyu tersenyum manis.


Jung Fu memperlihatkan jari kelingkingnya, "Mari kita buat janji jari kelingking...."


Liu Ruyu menerima janji tersebut, setelahnya Xiao Zhan dan Liu Ruyu meninggalkan desa, mereka melesat menuju markas para kultivator. Dengan kecepatan keduanya, mereka hanya memerlukan waktu selama beberapa jam.


Sebenarnya Xiao Zhan serta Liu Ruyu bisa menempuh perjalanan melalui udara dan tiba lebih cepat, tetapi karena tidak ingin terlalu banyak menarik perhatian keduanya memutuskan hanya menggunakan ilmu meringankan tubuh.


"Sepertinya itu markas para kultivator...." Xiao Zhan menunjuk dinding kayu yang memiliki ketinggian beberapa meter. "Dan sepertinya bukan hanya desa itu yang menjadi sasaran mereka."


"Kalau begitu tunggu apa lagi..." Liu Ruyu mengenakan topeng, begitupun dengan Xiao Zhan.


Keduanya dengan santai berjalan mendekati gerbang markas, membuat kultivator penjaga seketika meningkatkan kewaspadaan.


Sebelum salah satu dari mereka ada yang berbicara, Xiao Zhan sudah lebih dulu menciptakan sebilah pedang dan mulai mengayunkannya, tanpa kesulitan sang pemuda membunuh kultivator penjaga.


Liu Ruyu melompat keatas dinding kayu, gadis itu melakukan serangkaian mantra tangan, menciptakan kepulan asap hitam yang sangat pekat.


Dengan cepat asap hitam menyebar luas, membuat para kultivator yang ada di dalam markas terlihat kebingungan dengan situasi tersebut, namun saat salah satu dari mereka menyadari jika asap hitam itu beracun, situasi yang semula tenang menjadi kacau.


"Siapa yang berani mengacau di markas ku. Tidak akan ku maafkan..."


Dari salah satu bangunan, keluar seorang pria paruh baya bersama dengan dua perempuan berpakaian ketat di sisi kiri dan kanannya, wajahnya sedikit memerah yang menunjukan pria paruh baya itu baru saja bersenang-senang.


Ekspresi wajahnya terlihat masam karena kesenangannya di ganggu, pria paruh baya menatap kearah kepulan asap hitam seraya berdecak kesal. Kemudian dia melakukan serangkaian mantra tangan dan menciptakan hembusan angin yang langsung menerbangkan kepulan asap.


Tak butuh waktu lama bagi pria paruh baya untuk mengetahui dalang dibalik kepulan asap hitam tersebut.


"Nona! Walaupun kau mengenakan topeng, tetapi aku bisa melihat kecantikan surgawi..." Ekspresi pria paruh baya seketika berubah saat melihat Liu Ruyu.


"Sebaiknya tutup mulut busuk mu dan bersiap menerima ajal mu."


"Oh! Kau sangat mengetahui betul seleraku..."


Liu Ruyu mempersempit jarak dan melancarkan serangan demi serangan. Pada awalnya pria paruh baya bisa mengimbangi kecepatan Liu Ruyu, tetapi semakin lama dia mulai sedikit kewalahan.


Senyum yang semula menghiasi wajah pria paruh baya seketika memudar dan di gantikan dengan keterkejutan.


"Kau kultivator Mortal Emperor? Tidak mungkin, di wilayah ini tidak ada kultivator setingkat itu."


"Terserah apa katamu, aku tidak peduli." Liu Ruyu terus meningkatkan kecepatan serangannya, membuat pria paruh baya hanya bisa berada di posisi bertahan dengan sesekali mengumpat keras.


"Tidak! Gadis ini bukan kultivator Mortal Emperor, kekuatannya bahkan lebih tinggi dari itu. Mungkinkan Earth Emperor atau Heaven Emperor."


Pria paruh baya terus menebak-nebak, hingga tanpa sadar posisinya semakin terpojok.


Liu Ruyu mengalirkan Qi lebih banyak diikuti dengan melancarkan serangan tapak yang membuat tangannya menembus sampai ke punggung pria paruh baya.


Darah segar keluar dari mulut pria paruh baya, dia tidak percaya akan berakhir di tangan seorang gadis misterius. Pria paruh baya ingin mengatakan sesuatu tetapi tertahan saat sebilah pedang sudah lebih dulu memenggal lehernya, membuat kepalanya seketika terlepas dari tempatnya.

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya The Last : PBTM ~ Chapter 7 -12
32
20
Petualangan Xiao Zhan di Dataran Nirwana Berlanjut.
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan