
Bab 7
Putri Sinta yang mendengar jawaban dari ayahnya itu pun hanya mengangguk pelan dan terdiam.
“Lalu apakah ada kabar dari kak Bara?” Lanjut tanya Putri Sinta kepada ayahnya.
Raja Danu dan Ratu Intan yang mendengar pertanyaan dari putrinya tersebut hanya mampu terdiam sesaat.
“Untuk kakakmu, ayah tidak tahu bagaimana keadaanya, sudah hampir 5 bulan sejak dirinya pergi membantu perang di benua utara, entah apa yang terjadi, tapi menurut ayah ini bukanlah tentang perang antar kerajaan ataupun memperebutkan sebuah wilayah,” Jawab Raja Danu.
“Benar kata ayahmu, Ibu rasa ada yang tidak beres, jika tidak seperti itu, apakah menurutmu kakakmu akan mau bergabung dengan kerajaan lain? mengingat sifat tegas dan tanggung jawabnya yang besar terhadap kerajaan kita,” Ucap Ratu Intan melanjutkan.
“Ibu benar, bahkan kakang Jaka juga seperti terlihat sangat terburu-buru untuk pergi, dia bahkan setiap malam pergi secara diam-diam, dan ketika pulang langsung mencuci pakaiannya, aku merasa setiap kakang Jaka pulang selalu berbau amis darah,” Jawab Putri Sinta juga menjelaskan.
Raja Danu dan Ratu Intan yang mendengar penjelasan putrinya tersebut akhirnya hanya saling memandang dan berbalik menatap Aya yang ada di belakang mereka.
Aya yang melihat tatapan Raja dan Ratunya tersebut hanya dapat menganggung menyetujui penjelesan Putri Sinta.
“Jika memang seperti itu, memang sedang terjadi sesuatu di perbatasan benua selatan,” Gumam Raja Danu pelan.
“Semoga saja kakakmu pulang dengan selamat, Ayah yakin dengan kanuragan dan tingkat kultivasi kakakmu saat ini, di benua selatan kita hanya sedikit orang yang mampu mengalahkannya,” Ungkap Raja Danu menenangkan Putrinya.
Mendengar itu, Putri Sinta tidak menanggapinya lagi, dan kembali menatap putranya yang sedang tertawa lucu.
“Putriku, Ayah dan Ibu akan keluar sebentar, kamu beristirahatlah,” ungkap Raja Danu pamit lalu berbalik untuk pergi serta memberi isyarat mata kepada istrinya dan Aya untuk mengikutinya.
“Mmm..” Jawab Putri Sinta mengangguk.
Di sebuah ruangan kerajaan, saat ini terdapat beberapa sosok yang sudah duduk dengan rapih dan menunggu sesuatu.
Klekk…
Pintu ruangan terbuka.
Raja Danu, Ratu Intan dan Aya memasuki ruangan yang sudah di penuhi dengan beberapa sosok tangguh di dalamnya.
“Hormat kepada Baginda Raja” Teriak semua orang yang berada di dalam ruangan itu ketika melihat raja mereka memasuki ruangan.
Raja Danu hanya mengangguk dan memberi isyarat kepada mereka semua untuk kembali duduk.
Dia pun berjalan pelan menuju kursi rasa berukir naga emas yang di ikuti oleh Ratu Intan dan Aya yang juga selalu mengikuti di belakangnya.
Setelah Raja Danu berada di singgahsananya, Ia pun tanpa berlama-lama langsung mengungkapkan semuanya.
“Para Jendral, Mentri dan Penasihat hukum kerajaan, Aku memiliki beberapa informasi tentang peperangan yang berada di perbatasan benua selatan, beberapa waktu yang lalu ada utusan dari Kerajaan Tirta datang memberikan informasi ini,”
“Aku tidak yakin, tapi aku menerima informasi itu, yang mana setahu kalian semua pejabat-pejabat kerajaan, tidak akan mungkin Kerajaan Tirta dengan inisiatifnya memberikan informasi itu ke kerajaan kita, dengan sifat Raja Yanu, dia tidak mungkin dengan muda memberikan sebuah informasi, jadi kemungkinan besar peperangan ini memang tidak ada kaitannya dengan kerajaan-kerajaan di benua Selatan kita,"
“Aku merasa ada yang aneh di benua utara, menurut informasi dari Kerajaan Tirta, Putra Raja Yanu yaitu Pangeran Galuh waktu itu sempat pergi ke benua utara, entah apa yang membuatnya pergi kesana, tapi sesampainya di sana, dia melihat Pangeran Bara kita sedang bertarung dengan sosok besar yang mengerikan, dan di kepala sosok itu ada sebuah tanduk yang panjang seperti domba,” Ungkap Raja Danu menjelaskan dan berhenti sejenak memperhatikan raut wajah setiap orang.
Semua orang yang ada di dalam ruangan itu pun dengan khusyuk mendengarkan pembicaraan Raja mereka, tak terkecuali Aya.
Semua orang memang tidak asing dengan siluman, karena saat ini pun siluman dan manusia hidup secara berdampingan dan bersama, itu semua berkat seorang Pendekar muda asing yang entah dari mana, membuat sebuah kekacauan di alam siluman dan membuat perjanjian.
Akan tetapi mendengar makhluk bertanduk yang besar dan mengerikan, mereka semua tidak pernah tahu apa itu, tapi ada beberapa yang tahu tentang keberadaan sosok iblis dan dewa.
Bab 8
“Pangeran Galuh menghitung ada 8 sosok bertanduk yang mengerikan itu, sedangkan di pihak Pangeran Bara juga terdapat 8 sosok asing yang membantunya, Ia melihat pertarungan Pangeran Bara terlihat hampir seimbang, bahkan terlihat orang-orang yang ada di pihak Pangeran Bara terkadang mendorong mundur sosok mengerikan itu, sebelum akhirnya datang satu sosok yang lebih mengerikan denga 2 tanduk yang lebih panjang dan badan yang lebih tinggi,”
“Pangeran Galuh melihat dengan matanya sendiri bahwa sosok itu muncul dari sebuah lubang hitam di atas lautan benua utara,” Ungkap Raja Danu menjelaskan semua isi informasi yang ia dapatkan.
Mendengar itu, tatapan semua orang terlihat tajam dan penuh dengan niat membunuh yang tinggi.
“Lantas bagaimana keadaan Pangeran Bara, Baginda Raja?” Tanya seorang penasihat hukum istana dengan aura yang sangat mengerikan.
“Menurut Pangeran Galuh, dia saat ini masih baik-baik saja, akan tetapi semakin lama dia bertarung, tidak menutup kemungkinan dia akan kalah, maka dari itu aku di sini ingin mengutus beberapa dari kalian untuk melihat dan membantu putraku,” Jawab Raja Danu.
“Hamba akan pergi Baginda,” Jawab penasihat hukum itu.
“Hamba juga akan membantu penasihat Taka Baginda,” Jawab Jendral Siwa.
Sedangkan untuk Aya yang mendengar cerita dari Raja Danu terlihat sedang mengernyitkan alisnya dengan tatapan kosong dan bergumam pelan, tapi Ratu Intan yang ada di depannya mampu mendengar ucapan Aya dengan jelas.
“Iblis,” Gumam Aya pelan.
"Bagaimana bisa iblis datang kembali ke dunia ini, dahulu kala, mereka sudah di kalahkan dan berjanji tidak akan datang lagi ke dunia ini,' Lanjut gumamnya pelan.
Mendengar itu, Ratu Intan segera melihat Aya dan memaksanya untuk menjelaskannya secara terbuka kepada semua orang.
“Cepat Beritahukan itu kepada semua orang,” Ucap Ratu Intan yang mendorong Aya maju ke depan.
“Ba-baik,” Jawab Aya ragu.
“Mohon maaf Baginda Raja, hamba akan meminta waktu sedikit, hamba sedikit tahu tentang sosok yang di ceritakan oleh Pangeran Galuh,” Ungkap Aya kepada Raja Danu.
Mendengar itu, Raja Danu mengangguk dan berjalan mundur kembali untuk duduk, sedangkan Aya menggantikan Raja Danu untuk menjelaskan.
Ia Bercerita tentang apa itu iblis, dan kenapa mereka bisa ada di sini.
Aya bercerita dengan hidmat, sedangkan orang-orang yang ada diruangan itu juga mendengarkan dengan serius.
Setelah selesai bercerita, beberapa orang akhirnya mengajukan pertanyaan,
“Lantas bagaimana cara mengalahkannya jika mereka tidak bisa mati?” Tanya Penasihat hukum Taka.
“Aya tida tahu tuan, menurut informasi yang pernah saya dengar, bahwa iblis hanya dapat di segel, tapi ada juga yang berkata mereka akan pergi jika mereka sudah terluka, tapi jika hanya terluka pasti ada kemungkinan besar dia kembali lagi, Aya tidak tahu apa yang mereka cari di dunia ini,” Jawab Aya dengan jujur.
Tanpa mereka semua sadari, ternyata Putri Sinta mendengarkannya dari luar.
Dan tanpa Putri Sinta sadari, ketika dia meninggalkan anaknya di dalam kamar sendirian, terdapat sebuah asap hitam pekat berputar mengelilingi bayi di atas kepalanya, hingga akhirnya asap itu terserap masuk kedalam tubuh Wasa kecil.
Wasa kecil pun akhirnya menangis dengan keras hingga Putri Sinta yang mendengar itu langsung berlari kembali ke kamarnya.
“Putraku, ada apa, ada apa?” teriak Putri Sinta dengan panik.
Sesampainya di dalam kamar, akhirnya Wasa kecil pun berhenti menangis setelah melihat ibunya kembali di sisinya.
“Putra kecilku, maafkan ibu telah meninggalkanmu sendirian, matamu sungguh indah sekali,” Ungkap Putri Sinta sembari mengambil Wasa kecil untuk ia gendong.
Wasa kecil di dalam gendongan ibunya dan di iringi sebuah nyanyian yang indah dari ibunya, akhirnya perlahan-lahan menutup matanya untuk tertidur.
Sebelum benar-benar tertidur, tiba-tiba terlihat jelas mata indah Wasa yang tadinya biru terang dengan pola bunga teratai samar sempat berubah sesaat menjadi hitam pekat sebelum akhirnya benar-benar menutup matanya untuk tertidur.
~
Di sisi lain, terlihat seekor kera kecil sedang melaju dengan cepat dengan jurus meringankan tubuh menuju ke arah utara.
“Gawat, siall, jangan mati dulu putra raja, aku hampir sampai,” Gumam Sona dengan panik yang saat ini sudah melihat sebuah asap tebal membumbung tinggi di depannya.
Sedangkan di pusat asap tebal itu, di tengah-tengah sebuah pulau yang sudah hancur terlihat seorang pria bertubuh kekar dan tampan sedang terkapar tak berdaya dengan tubuh yang di penuhi dengan banyak luka, bahkan perutnya terlihat ada sebuah lubang,
Tak jauh dari pria itu juga terlihat ada beberapa tubuh yang sudah tidak bernyawa.
“Si-siaall,” Gumam Pangeran Bara dengan mulut yang sudah berlumuran darah bercampur dengan tanah.
“Hahaha…. Dasar makhluk rendah seperti kalian jangan harap bisa menang melawan kami,” Teriak sosok dengan dua tanduk di kepalanya.
“Jangan kira kau telah mampu memukul mundur bawahanku lalu kau akan menang, jika bukan karena segel terkutuk dari manusia itu, kekuatanku pasti tidak akan sekecil ini, tapi tidak apa-apa, meskipun dengan kekuatan yang kecil ini, bahkan dengan jariku saja aku masih mampu membunuhmu dan bahkan melukainya,” Teriaknya kembali sembari berjalan perlahan menuju Pangeran Bara.
“Gawat, tubuhku sudah tidak bisa di gerakan lagi,” gumam Pangeran Bara panik.
“Hahaha… setelah membunuhmu yang terakhir, aku bisa menguasai alam ini dan menanam prajuritku kembali, setelah wkatunya tiba, aku akan membawa semuanya untuk menghancurkan dunia pertama para Dewa, dan perlahan mengambil kembali apa yang ku miliki, Para Dewa brengsek,” Lanjut ucapnya sembari mengulurkan telunjuknya mengarah ke kepala Pangeran Bara.
Telunjuk itu perlahan menunjukan sebuah cahaya berwarna merah dan semakin lama cahaya itu semakin besar, hingga akhirnya cahaya itu di tembakkan dengan cepat ke arah Pangeran Bara.
“Maafkan aku ayah, putri, dan adikku, aku tidak bisa kembali dengan selamat, bahkan aku tidak bisa melihat keponakanku lahir dan mendengar dia memanggilku paman, uhukkh,” Gumamnya lirih yang di ikuti dengan darah yang menyembur dari mulutnya.
Bab 9
Melihat cahaya yang akan membunuhnya semakin mendekat, ia pun akhirnya memejamkan matanya dengan pasrah.
Ketika cahaya itu selangkah lagi mengenai Pangeran Bara, tiba-tiba terjadi sebuah ledakan dari arah kejauhan.
Suara itu terdengar berasal dari arah sosok yang mengerikan yang menembakan cahayanya untuk membunuh Pangeran Bara.
Blaarr…
Boommm…
“Sial, akkhhh,” Teriak sosok mengerikan itu sebelum akhirnya terlihat tubuhnya terlempar mundur kebelakang dan menabrak sebuah bukit hingga membuat bukit itu sedikit hancur.
Mendengar ledakan itu, akhirnya Pangeran Bara membuka matanya, dan mendapati sosok kera kecil sedang duduk menjulurkan tangannya mengarah ke lukanya.
Melihat itu Pangeran Bara merasakan sebuah kehangatan merambat kembali menyelimuti tubuhnya.
Tak berselang lama, dirinya mampu menggerakkan tubuhnya kembali.
Setelah itu ia berdiri secara perlahan dan memandang kera kecil dengan tatapan yang kagum.
Sebelumnya dia tahu bahwa dirinya di bantu oleh seseorang bersama kera yang lebih besar ketika sosok mengerikan bertanduk dua itu datang dan hampir membunuhnya.
Waktu itu sosok kera dan manusia berdiri di depannya untuk menghadang serangan mematikan itu, tapi kemudia hanya tinggal sang kera saja, karena sosok manusia yang bersama kera itu tiba-tiba menghilang entah kemana.
Namun pada akhirnya, sosok kera itu pun juga kalah dan mati di tangan lawan, mengingat kekuatan sosok kera yang mati itu bahkan tidak mampu mengalahkan makhluk yang ada di depannya, dia pun hanya pasrah dan mencoba sebaik mungkin untuk menahannya berharap ada bantuan datang.
Tapi sampai dia akan merasakan kematian untuk yang kedua kalinya pun tidak ada yang datang, hingga akhirnya setelah dia benar-benar pasrah, dia di selamatkan kembali oleh sosok kera kecil yang menurutnya kekuatannya jauh di atas sosok kera besar dan manusia itu.
Setelah tersadar dari lamunannya, Pangeran Bara tak lupa mengucap terimakasih kepada Sona.
Sona yang mendengarkan ucapan terimakasih itu hanya menjawabnya dengan anggukan kepala, lalu menghilang dari tempatnya melesat cepat jauh ke arah bukit tempat sosok bertanduk dua terjatuh.
Sesampainya di sana, Sona tidak dapat menemukan apa-apa, bahkan beberapa makhluk bertanduk yang terluka yang sempat dirinya lihat pun saat ini juga menghilang entah kemana.
“Siall, aku terlalu lengah, seharusnya dengan kesempatan tadi, aku bisa menghancurnya iblis itu,” Gerutu Sona lalu kembali ke tempat Pangeran Bara berdiri.
“Tuan kera, apa yang terjadi?” Tanya Pangeran Bara setelah melihat kedatangan Sona kembali.
“Nanti akan ku ceritan, sebaiknya kita kembali ke kerajaan terlebih dahulu, aku mengkhawatirkan anak dari adikmu,” Jawab Sona terburu-buru, lalu melemparkan tongkat kecilnya ke atas.
“Anak dari adikku? Diajeng Sinta sudah melahirkan?” Ucap Pangeran Bara dalam hati dengan wajah kebingungan.
Tongkat kecil yang ia lemparkan dengan cepat berubah menjadi tongkat raksasa dan melayang perlahan ke bawah.
Melihat itu, mata Pangeran Bara pun terlihat sangat terkejut, namun Sona dengan cepat menyadarkannya dan menyuruhnya naik ke atas tongkat itu.
Setelah keduanya naik, tongkat itu pun melesat dengan kecepatan yang tak mampu di lihat oleh mata menuju ke arah benua selatan, ke arah kerajaan Manunggal.
Di dalam perjalanan, setelah lama saling diam, Sona akhirnya mengajukan sebuah pertanyaan yang sudah lama ia pendam.
“Pangeran, apakah di saat pertempuran kamu sempat melihat seekor kera besar bersama pemuda dengan tubuh yang di selimuti aura biru?” Tanya Sona tanpa melihat ke arah belakang.
“Benar tuan kera, aku sempat di tolong olehnya, tapi setelah itu pemuda yang memiliki aura itu tiba-tiba menghilang, jadi ketika aku sedang memulihkan diri, sosok kera besar itu yang menggantikan pertempuranku,” Jawab Pangeran Bara dengan jujur.
“Baiklah, memang benar, sial, aku tidak menyadari semuanya dengan cepat,” Jawab Sona dengan tangan yang mengepal.
“Sebenarnya siapa makhluk-makhluk mengerikan itu tuan, dan apa tujuan mereka,?” Tanya Pangeran Bara kembali.
“Aku juga tidak tahu, aku hanya pernah mendengar bahwa mereka itu iblis,” Jawab Sona.
“Ngomong-ngomong, bagaimana Pangeran bisa terlibat dalam pertempuran itu?” Tanya Sona kembali.
Mendengar pertanyaan itu, Pangeran Bara sedikit ragu untuk mengungkapkannya, tapi pada akhirnya dia menjelaskannya.
“Beberapa bulan yang lalu, aku mendapat laporan dari salah satu prajurit yang aku tempatkan di perbatasan benua utara, tujuannya hanya untuk memata-matai pergerakan musuh yang sedang berada di balik perbatasan benua utara itu, Tapi menurut pengelihatan prajuritku, dia melihat ada beberapa titik hitam yang semakin lama semakin besar menjadi sebuah lubang hitam, itu muncul secara tiba-tiba, dan tak berselang lama muncullah beberapa makhluk mengerikan itu dari balik lubang,” Jawab Pangeran Bara lalu berhenti sejenak.
“Karena rasa penasaran, aku tanpa berpikir panjang, dan menurutku itu bukanlah hal yang wajar, jadi aku sendiri ingin melihatnya, aku hanya berpamitan kepada ayahku bahwa aku akan membantu peperangan, tapi tak kusangka akan terjadi peperangan yang sebenarnya,”
“Sesampainya di tempat itu, aku sudah melihat beberapa orang dengan aura yang sangat menakutkan, tapi aku tidak menyangka, orang-orang dengan kekuatan yang berada di atasku akan kalah dengan iblis itu, beberapa dari mereka sudah terkapar, dan ada juga sedang berusaha melawan, Akhirnya aku pun juga terjun ke medan pertempuran,” Jawab Pangeran Bara menjelaskan situasinya.
“Dengan kultivasi dan kekuatan yang paling rendah, aku pun heran dengan tubuhku, bagaimana bisa aku bertahan sampai sejauh ini,” Lanjut Pangeran Bara lirih sembari menatap kedua telapak tangannya.
“Jadi seperti itu,” Jawab Sona dengan santai.
“Mungkin karena kau memiliki pemikiran yang sangat bertanggung jawab dan bijak Pangeran,” Lanjut Sona dengan senyum tipis di wajahnya.
Setelah melakukan pembicaraan, mereka berdua pun selama perjalanan menuju kerajaan Manunggal hanya saling diam lagi.
Hingga satu hari pun berlalu dan akhirnya mereka berdua sampai di atas aula pendopo kerajaan Manunggal.
Di saat mereka sampai di sana, Sona dan Pangeran Bara melihat sudah ada Penasihat hukum kerajaan dan ayahnya sedang berbicara di dalam pendopo.
Sepertinya para penasihat hukum dan yang lain ingin menyusul dan membantu Pangeran Bara.
Tapi pada saat itu juga terdengar suara teriakan Aya yang mengejutkan semua orang.
“Baginda, lihat itu adalah Pangeran Bara,” Teriak Aya yang berada di luar pendopo sedang melihat ada dua sosok turun dari langit.
Mendengar teriakan Aya, Raja Danu dan Penasihat hukum kerajaan semuanya bergegas keluar dan melihat sosok kera kecil bersama dengan putranya sedang perlahan turun dari langit menggunakan sebuah tongkat yang besar.
Sesampainya di bawah, Sona pun tanpa menyapa langsung menghilang dari tempatnya menyisahkan Pangeran Bara di tempat dan di kelilingi oleh beberapa orang kerajaan, termasuk ayahnya sendiri.
Sedangkan Sona ternyata saat ini telah muncul di dalam kamar Putri Sinta dan sedang menatap Wasa dengan tatapan yang tajam.
“Sial-sial-sial, seharusnya aku tidak pergi waktu itu dan ini pasti tidak akan terjadi kepada Wasa kecil, aahhh,” Gumam Sona dengan nada yang lirih, tapi masih bisa di dengan oleh Putri Sinta yang sedang tertidur.
Mendengar itu, Putri Sinta pun akhirnya bangun dan berdiri dari ranjangnya lalu menatap tajam ke arah Sona, sehingga membuat Sona terlihat sangat ketakutan dan perlahan mundur ke arah pojokan meja rias.
“Apa yang baru saja kamu katakan kera kecil? dan kemana saja kau beberapa hari ini?” Teriak Putri Sinta kepada Sona.
Sona yang tidak ingin menjawab pertanyaan itu pun hanya mampu menggunakan kekuatannya untuk mencubit tangan dari Wasa kecil agar dia menangis.
Dan benar saja, tak berselang lama, Wasa kecil pun akhirnya menangis dan membuat Putri Sinta melupakan Sona dalam sekejap.
Melihat kesempatan itu, Sona akhirnya kabur dengan cepat dari kamar Putri Sinta.
Sedangkan di luar istana, Pangeran Bara menjelaskan dengan sangat jujur dan detail kepada ayah dan semua orang yang ada di sana, dia menyarankan semua orang untuk bersiap kapanpun ketika mereka di butuhkan, bahkan dirinya juga menyarankan untuk mengirim orang ke berbagai kerajaan agar tidak mementingkan peperangan perebutan wilayah dulu melainkan berjaga-jaga jika iblis itu datang kembali, karena itu adalah ancaman yang sebenarnya.
~
Namun beberapa bulan pun akhirnya telah berlalu, dan tidak terjadi apa-apa.
Sehingga beberapa tahun pun juga berlalu tapi juga tidak terjadi apa-apa.
Bahkan kini sudah hampir 17 tahun sejak kejadian itu, tidak ada serangan iblis sama sekali, dan itu akhirnya membuat marah semua kerajaan karena merasa di bohongi oleh kerajaan Manunggal, sehingga membuat kerajaan Manunggal saat ini memiliki banyak sekali musuh.
Hanya Kerajaan Tirta saja yang berada di pihak Kerajaan Manunggal, itu karena Pangeran Galuh sendiri melihat kejadian saat beberapa sosok mengerikan muncul.
Dalam 17 tahun ini, Wasa pun tumbuh dengan normal dan tampan, bahkan terlihat sekali dirinya sangat berwibawa dan mempesona dengan bola mata berwarna biru berpola teratai di tengahnya.
Hanya sekali di saat dirinya berumur 7 tahun, sempat terjadi sebuah tragedi yang membuat satu kerajaan heboh dan ketakutan, tapi akhirnya semuanya terkendali lagi berkat bantuan pemuda berjubah hitam panjang dengan di kelilingan asap berwarna ungu di tubuhnya yang datang secara tiba-tiba.
Setiap kali Wasa berjalan di desa luar istana, pasti akan menjadi pusat perhatian setiap warga desa, sehingga itu membuat dirinya selalu di marahi oleh ibundanya dan melarangnya keluar dari istana.
Tapi dengan sikap keras kepalanya itu, Wasa tidak pernah mendengarkan larangan dari ibunya, melainkan secara diam-diam selalu pergi ke luar istana, bahkan dirinya juga mendapatkan teman di desa luar istana itu.
Desa Manik, yang terletak di luar istana Kerajaan Manunggal. Desa Manik terlihat seperti sebuah kota, dengan berbagai toko dan penginapan di setiap pinggir jalannya. Desa Manik juga adalah satu-satunya desa yang berada di bawah kepemimpinan Kerajaan Manunggal.
Di tengah pusat desa Manik terdapat sebuah air mancur yang di kelilingi oleh pohon-pohon yang tinggi dan lebat.
Tempat itu terlihat sangat sejuk dan nyaman.
Di sekeliling pohon-pohon itu juga terdapat beberapa pedagang kecil seperti penjual souvenir kerajaan, dan makanan-makanan ringan.
Sedangkan di tempat duduk yang mengelilingi air mancur itu saat ini terlihat dua sosok pemuda yang 1 terlihat sangat tampan dengan pakaian sederhana seperti warga desa biasa tapi memiliki bola mata yang berwarna biru indah, jadi meskipun dia berpenampilan yang sederhana, masih saja terlihat mewah.
Sedangkan yang satu lagi memakai pakain yang lebih sederhana, dengan kaos oblong biasa dan celana pendek tanpa alas kaki.
“Pangeran Wasa, bagaimana jika kamu ketahuan oleh ibumu lagi, aku tidak mau jika kamu terkena marah lagi hanya karena ingin bermain denganku,” Ucap pemuda sederhana itu.
“Sudahlah Sena, jangan kau pikirkan itu, aku sangat tidak nyaman berada di dalam kerajaan, aku lebih nyaman di desa ini, terasa sangat nyaman dan sejuk, ayo kita ke toko senjata lagi, apakah tuan Lingga sudah mendapatkannya,” Jawab Wasa sembari mengajak temannya Sena.
“Mmmm..” Jawab Sena mengangguk.
Lalu keduanya pun beranjak pergi dan menuju ke toko senjata milik Lingga.
***
Ada sebuah kode voucher sebesar Rp3,200 yang bisa kalian gunakan ya di bawah ini:
Manusiadewa1
Kode voucher tersebut hanya terbatas 15 kali pemakaian saja.
Bisa di gunakan untuk Paket dan Satuan.
Terimakasih :)
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
