
Apa yang terjadi dengan Sherina 10 tahun lalu juga Sadam disaat mereka terpisah dan Sadam menjauhi Sherina.
Sherina pov
15 tahun yang lalu…
Semenjak lulus SMA, Aku dan Sadam memang sempat bersama - sama untuk mencari kampus yang juga sama. Namun entah kenapa Sadam selalu saja berusaha untuk menghindari ketika ditanya mau kuliah dimana atau mau masuk jurusan apa nanti. Tiba - tiba saja Sadam menghilang begitu saja di hari aku memulai perkuliahan di daerah Jatinangor, yap, kampus UNPAD fakultas komunikasi.
Kembali lagi ke daerah Jawa Barat setelah sekian lama membuat tanah Sunda ini menjadi hal yang paling spesial di dalam hidupku, dimana sepuluh tahun yang lalu juga aku berkenalan dengan Sadam.
Di umurku yang akan segera menginjak delapan belas tahun ini membuatku berpikir lebih rasional dalam menghadapi hidup yang semakin dewasa semakin banyak kejadian yang terjadi di depan mata yang tidak pernah terpikirkan olehku.
“SHERINA M DARMAWAN!” Panggil seorang senior dengan lantang hingga membuatku terbuyarkan dari lamunanku sendiri.
Aku pun bangkit lalu menepuk rok abu - abu SMA yang aku pakai untuk membersihkan dari debu lapangan.
“Kamu yang namanya Sherina M Darmawan?” Tanya seorang senior laki - laki yang kira - kira dua tingkat lebih senior diatasku.
Dengan rambutku yang masih terkepang dua, aku menjawab dengan sopan, “iya kak, benar."
“Woy! Mario! Itu cewek yang dari kemaren lo incer?” Teriak salah satu senior yang sedang duduk di dekat lapangan.
Pria yang bernama Mario itu hanya menggelengkan kepalanya, “jangan didengerin, dia emang gila,” ujarnya sambil menyimpan satu jari di atas dahinya yang membuatku tersenyum kecil.
“Saya mau bertanya, memangnya kamu tadi pagi telat?”
Mendengar pertanyaan seniornya ini, mataku sedikit terpejam, menyesali sikapku yang sembunyi - sembunyi masuk ke dalam barisan tadi pagi.
“Ma-maaf ka, saya mengaku salah," ucapku sambil menundukkan kepala melihat ke arah sepatu hitamnya.
“Saya maafkan. Tapi nanti setelah selesai, kamu silahkan lari tiga keliling lapangan basket di kampus ini,” titah sang senior yang langsung diangguki olehku
“Silahkan kembali ke tempat semula,” perintahnya lagi.
Selama berada di Jatinangor, Ayah dan Ibu tentu saja tidak bisa meninggalkanku begitu saja, maka mereka sempat mengikutiku dengan menyewa sebuah rumah selama tiga tahun. Ayah tentu saja bolak balik Jakarta - Jatinangor untuk tetap berkumpul dengan keluarganya.
"Ibu, aku pulang.” Aku membuka sepatu lalu mengambil minum dari dalam kulkas.
Ibu berjalan ke arah ruang TV dan melihatku penuh dengan keringat di kening.
“Sher, kamu kok sampai keringat begitu?” Tanya Ibu.
“Dihukum sama senior, lari tiga keliling lapangan basket bu. Gara - gara aku sembunyi - sembunyi masuk barisan tanpa memberikan laporan bahwa aku sudah sampai,” jawabku.
Entah mengapa di dalam kepalaku, jika adegan tadi berada tepat di hadapan Sadam, mungkin saja ia langsung melindungiku dengan segala kemampuan yang ia punya.
***
10 tahun lalu...
Sadam memang tidak bisa terlepas dari pikiranku semenjak enam bulan lalu ia memutuskan untuk pergi tanpa memberiku kabar sedikit pun. Kode Blackberry nya pun sudah tidak aktif seperti biasa, dia benar - benar menjauh dariku.
Ibu hanya mendesah pelan, “kamu kenapa lagi, Sher? Masih kepikiran Sadam?” tanya ibu dengan suara lembut.
Aku pun juga mendesah begitu ibu bertanya tentang Sadam, ada banyak hal yang tidak atau belum bisa aku ungkapkan kepada ibu. Meski aku tahu jawaban ibu akan membantuku.
“Yaa begitulah, Bu.”
Hanya itu yang bisa aku jawab kepada Ibu, lantas ibu keluar dari kamarku seperti sedang memberikan aku ruang.
Ketika aku sedang mempersiapkan lamaran pekerjaan untuk dikirim ke salah satu stasiun TV swasta, aku menyalakan radio karena bosan sejak tadi berada di dalam kamar, dan entah bagaimana situasi ini sangat tepat untuk menggambarkan perasaanku saat ini ketika sebuah lagu berjudul Just Give Me A Reason dari penyanyi P!nk melantun seperti sedang menamparku keras - keras dengan liriknya.
Just give me a reason
Just a little bit enough
Just a second we're not
broken just bent.
And we can learn to love again
It's in the stars
It's written in the scars on our heart
Sebuah lagu yang mampu membuatku kembali membuka luka akibat kepergian Sadam.
Hingga akhirnya aku dapat bekerja sebagai asisten editor di Nex TV sebelum menjadi seorang jurnalis TV karena aku sedang memulai karirku dari bawah dan saat itu juga aku tidak pernah terpikir untuk terus memikirkan seorang Sadam Ardiwilaga.
Perjalananku di stasiun TV pun cukup berliku, bahkan aku diberi jam kerja lembut hingga pukul satu pagi hanya untuk dijadikan seorang “pembantu” karena pada akhirnya aku yang mengerjakan semuanya sendirian, sedangkan editorku pulang dan beristirahat.
Lima tahun aku jalani dan akhirnya dapat menjadi pegawai tetap juga dipercaya menjadi seorang Jurnalis untuk pertama kalinya di tahun 2018.
Percaya tidak percaya disanalah aku pertama kali bertemu dengan Aryo. Laki - laki supel yang selalu saja membawa keceriaan di kantor, dan dia menjadi partner baruku yang ditunjuk menjadi seorang kameramen.
“Yo, lo udah siap kan untuk kita melipus banjir di sekitar Jakarta?” Tanyaku.
“Siap kok Sher, siap,” balasnya.
Lalu hal yang paling tidak pernah aku duga adalah keesokan harinya ada sebuah buket bunga tulip diatas mejaku dengan inial A. Aku mengerutkan kening karena tidak tahu bahwa siapa yang mengirimkan bunga ini.
Sampai aku tahu bahwa Aryo mengagumiku lebih dari rekan kerja, namun seiring berjalannya waktu aku dan Aryo justru lebih baik untuk berteman.
***
Sadam POV
10 tahun yang lalu…
Gue tidak pernah menyangka bahwa akhirnya gue dapat terlepas dari bayang - bayang seorang Sherina M Darmawan. Di umur yang mulai akan menginjak 23 tahun.
Kehilangan Papi adalah hal yang paling menyedihkan di dalam hidup gue, beberapa tekanan gue dapatkan dari berbagai sisi.
Kakak - kakak gue yang meminta gue untuk meneruskan perusahaan keluarga, dan sahabat gue yang dulu memaksa gue untuk masuk universitas yang sama, dimana pada saat itu gue benar - benar ingin bebas.
Komunikasi antara gue dan Sherina tidak selalu berjalan mulus, awalnya gue mencoba mengikuti semua aturan dan keinginannya. Lalu perlahan gue menghilang untuk keliling Indonesia, mencari sesuatu yang baru dan menantang. Saat itu komunikasi kamu cukup lancar, hingga akhirnya aku benar - benar menghilang dari Sheina setelah enam bulan gue bersamanya di awal ia lulus kuliah.
Gue tahu Sherina akan menjadi sengsara dengan tidak adanya gue dan itu juga yang gue rasakan setelah menjauh dari Sherina.
Ada banyak hal yang gue temui ketika gue berpetualang dengan sendirinya dan merasa menjadi seorang Sadam Ardiwilaga yang baru.
Setiap harinya gue selalu memandang foto Sherina, dan foto kami berdua ketika masih remaja.
Beberapa teman gue ketika gue merantau pun sempat memberikan foto - foto gadis yang akan dijodohkan, namun tetap saja fokus kepala gue adalah Sherina M Darmawan.
Dulu, ketika gue masih suka bareng sama Sherina, dia menceritakan semua tentang Devano. Gantengnya, tingginya, dan juga kebaikannya. Bahkan setiap Sherina menceritakan itu semua secara menggebu - gebu, justru gue merasa hati ini terasa patah.
Memendam perasaan kepada sahabat sendiri selama bertahun - tahun itu rasanya campur aduk. Kalau kita mengakui perasaan kita, persahabatan kita yang akan menjadi taruhannya. Tidak mengakui ya harus bisa terima dia dimiliki oleh orang lain.
Dan kini gue tidak pernah lagi mengetahui kabar seorang Sherina M Darmawan. Lucu banget kalau gue mengingat hal - hal kecil yang suka kita lakuin bareng - bareng.
That little bitch “Devano” menghancurkan semua impian yang sudah gue atur dari jaman SMP.
Sembari gue sedang menyetir di daerah pedalaman kota Solo sambil jalan - jalan, gue melihat seorang ibu paruh baya sekitar umur 70 tahun masih berdagang kue donat.
Lagi - lagi memori gue berputar ketika pertama kali Sherina memanggil gue "Yayang" tanpa sengaja ketika berlibur ke Lembang dan akhirnya disanalah kami merasa cocok dan nyaman.
Bandung dan sekitarnya akan tetap menyimpan cerita yang selalu menjadi kenangan bagi orang banyak. Termasuk gue, yang nggak akan lupa bagaimana Sherina bisa menggetarkan hati gue bertahun lamanya dan mungkin tidak akan pernah tergantikan.
Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰
