Cinta Secangkir Kopi

14
2
Deskripsi

  Kepergian Sherina ke Surabaya cukup membuat Sadam seperti orang kebingungan, padahal sebelum mengenal Sherina, hidupnya baik - baik saja.

  Sherina berangkat ke Surabaya untuk bekerja dan tanpa disangka ketika dirinya sedang membeli makanan kecil di minimarket, hujan besar pun turun sehingga ia tidak dapat kembali ke hotel sebelum hujan reda, namun seseorang yang tak terduga menolongnya.

Percayalah padaku aku pun rindu kamu ku akan pulang, melepas semua kerinduan.. yang terpendam — Kangen, Dewa 19

Sadam

   Gue bangun sekitar pukul satu pagi karena pesawat yang ditumpangi Sherina akan berangkat pukul lima. Sherina tidak tahu bahwa gue akan menjemput ke rumahnya sekaligus memberinya kejutan sebelum ia berangkat, gue udah mempersiapkan semua bekal baik untuk Sherina atau pun untuk kedua temannya yang ikut sebagai tim.

   Sekitar pukul tiga pagi mobil gue sudah bertengger di depan pagar rumah Sherina, dan gue langsung menghubunginya.

   “Halo,” suara khas bangun tidur gue masih terdengar dengan jelas.

   “Sadam, ini jam 3 dan suara kamu tuh kaya orang baru bangun tidur. Terus ada apa telepon jam segini?" diujung sana gue mendengar suara lembut kekhawatiran cewek gue yang amat gue sayang. Iya cewek gue, sehari nggak mendengar suara dia itu ada yang kurang.

   “Kamu kan mau berangkat, aku udah di depan gerbang rumah kamu,” balas gue antusias.

   “Hah?" Lalu gue mendengar seperti dia sedang mendekat lalu membuka gerbangnya pelan - pelan dan menutup teleponnya sesaat setelah melihat gue yang tersenyum dengan rambut masih acak - acakan di dalam mobil.

   Gue hanya nyengir setelah melihat tatapan dia yang galak tapi lucu itu.

   “Kamu kok nggak bilang sih mau kesini, dan aku udah bilang sama Luna dan Aryo kalau mau diantar sama Ayah aja,” namun setelah berkata seperti itu dia malah memeluk gue dengan manja.

   “Jangan diantar sama Ayah, ya. Kasihan udah jam segini masa mesti antar kamu ke Bandara. Makanya aku kasih surprise supaya bisa antar kamu sekarang, mau berangkat berapa menit lagi?” Tanya gue sambil menempelkan dagu diatas puncak kepalanya karena dia masih memeluk gue.

   Gue melepas pelukannya lalu kembali berkata, “mana koper kamu, biar aku masukin ke bagasi, ya."

   Sambil berjalan ke dalam, dia menggandeng tangan gue dan menjawab pertanyaan tadi, “berangkatnya mau sekarang aja, soalnya biasanya sudah ramai.”

   Setelah gue bertemu dengan Om Darmawan dan Ibu, Sherina pamit kepada mereka berdua.

   “Tolong dong, itu di belakang jok, ada makanan buat kamu sama Aryo dan Luna buat sarapan, tadi aku masak dulu,” gue meminta tolong Sherina untuk mengambil bekal di belakang.

   Ia memeriksa isi totebag lalu gue menoleh sekilas dan dia langsung bersandar pada kursi kemudian berkata, “Dam, ini udah banyak banget lho. Kamu bangun pagi - pagi buta tuh buat siapin ini sama jemput aku?”

   Gue mengangguk.

   “Aku tuh berasa kaya ngerepotin kamu terus, padahal cukup anterin aku aja, beres,” protesnya.

   “Dengerin aku ya, Sher. Ini aku kok yang inisiatif sendiri, karena tahu kalau kamu berangkat jam lima udah pasti nyari sarapan susah, itu aku udah buatin sandwich terus ada tumblr botol khusus dari Happy Coffee isinya tuh udah ada mix jus blackberry sama strawberry, aku buatnya cukup buat kalian bertiga jadi nggak perlu jajan lagi, takutnya kalau nungguin beli tuh kalian bisa ketinggalan pesawat."

   Ia hanya terdiam lalu kemudian gue melihat sekilas bahwa air matanya menetes. Tentu saja gue menepi sebentar disaat jalanan masih lumayan kosong.

   “Hei, kok kamu malah nangis?” ia menghapus air matanya sebentar begitu tersadar bahwa mobil sudah berhenti.

   “Enggak, enggak apa - apa, kok kamu malah berhenti?” tanyanya.

   Gue langsung memeluknya dari samping, “ya kamu tiba - tiba nangis, makanya berhenti,” balas gue.

   “Maaf ya, kayanya aku tuh akhir - akhir ini terlalu sensitif. Aku kaya.. apa ya… merasa disayang banget gitu, aku aja belum tentu bisa melakukan hal ini karena sibuk terus,” jawabnya dengan sesegukan.

   “Udah ya, jangan nangis lagi. Kamu jelek kalau nangis,” ia mendorong gue dan pelukan kami terlepas.

   “Orang lagi serius, masih aja bercanda,” gerutunya gemas.

    “Kalau kamu sibuk ya udah, emangnya aku minta apa dari kamu? Nggak ada kan? Nanti setelah kamu pulang, kita bahas deh ya. Aku nggak mau kamu kepikiran masalah sepele kaya gini.”

   Setelah ia mengangguk, gue langsung menjalankan mobil kembali sembari mendengarkan ia bercerita.

   Gue membantunya menurunkan koper dan totebag berisi bekalnya.

   “Bisa nggak bawanya? Perlu porter nggak?” tanya gue.

   Dia menggeleng, “nggak kok, ini aku masih bisa bawa.”

   “Kamu pulangnya hati - hati, ya. Tidur lagi aja kalau masih ngantuk, dari tadi aku lihat mata kamu masih agak merah,” ucapnya penuh perhatian.

   “Iya, nanti kalau kamu sudah sampai kabarin, ya,” gue langsung mengecup keningnya sekilas dan berpamitan.

***

Sherina 

   Aku melambaikan tangan kepada Aryo dan Luna yang sudah berada di ruang tunggu setelah melewati pengecekan.

   “Kok kalian berdua udah sampai lagi, sih? Curiga cinlok nggak sih kalian,” celetukku dengan asal, karena Luna dan Aryo itu selalu berangkat dan pulang bersama, apa tidak curiga.

   “Mata lo cinlok,” balas Luna ketus.

   “Yee, jawabnya biasa aja kali, kaya yang gue amau aja sama lo,” timpal Aryo sinis.

   “Lama - lama kalian beneran jodoh, gue sih nggak kaget, ya. Oh iya, ini ada sarapan untuk kalian dari Sadam, dia bangun pagi - pagi cuma buat sandwich," lalu aku mengeluarkan tumblr berukuran satu liter dan memberikannya kepada mereka, “kalau ini mix berry jus,” lanjutku.

   “Sher, lo sadar nggak sih, Sadam itu cowok impian para cewek - cewek? Bangun pagi buta cuma mau buatin sarapan sama bikin jus, fix, lo harus pertahanin sih,” Luna membuka tutup tumblr nya dan langsung meminumnya.

   Dengan mata membelalak ia menoleh ke arahku setelah mencoba minumannya.

   “Gilaaa sih, sumpah, Sher, lo mesti nyobain, enak banget. Apa sih yang laki lo nggak bisa? Heran gue,” pujinya terus menerus sehingga membuatku sedikit tersipu sekaligus bangga, padahal yang membuat itu semua Sadam, namun aku ikut senang jika mereka menyukainya.

   Aku dan Aryo pun mencobanya secara bergantian dan memang minuman buatan Sadam itu tidak kalah jauh rasanya dengan yang ada di Mall - mall besar.

   Lalu kami mencoba juga sandwich buatannya, dan kalian harus tahu kalau sandwich buatan Sadam ini rasanya hampir mirip dengan Subway. Sampai Aryo dan Luna terus memuji.

   “Sadam mesti buka toko sandwich sih, atau minimal ada menu ini di cafenya,” Aryo berbicara dengan makanan yang masih penuh di mulutnya.

   Lalu aku hanya tertawa sambil  menggelengkan kepala. Suara panggilan pesawat menuju Surabaya sudah terdengar, dan aku langsung meng-screen shoot lagu yang sedang aku dengar lewat apple music kepada Sadam. Lagu yang menggambarkan bagaimana perasaanku terhadapanya ketika jauh. 

Screen shoot yang dikirim kepada Sadam

Karya ini GRATIS! Tapi kamu boleh kok kasih tip biar kreator hepi 🥰

Selanjutnya Cinta Secangkir Kopi
10
0
   Hubungan jarak jauh selama seminggu membuat Sadam mempunyai pemikiran untuk menyusul Sherina ke Surabaya
Apakah konten ini melanggar ketentuan yang berlaku sesuai syarat dan persetujuan? Laporkan